Anda di halaman 1dari 85

Konsep dasar kegawat

daruratan di komunitas

Dr.Pesta Corry Sihotang


A. Pengertian Komunitas
 Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
 Pengertian komunitas yaitu sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
 keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan
ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatanmasyarakat dan bantuan sosial, sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan
kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,perbaikan perbaikan lingkungan lingkungan
fisik, fisik, rehabilitasi,rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalahlebih besar,
ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
 Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan.
B. Tahap pencegahan
Tujuan :
 Tujuan umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal secara mandiri.
 Tujuan khusus yaitu :
 Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
 Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
 Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
 Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
 Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
 Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
 Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.
Tujuan dari keperawatan komunitas adalah untuk
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat melalui upaya sebagai berikut :
1.Pelayanan keperawatan langsung ( Direct care )
terhadap individu, keluarga,kelompok dalam konteks
komunitas.
2.Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana
masalah atau issue kesehatan masyarakat
mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Strategi pelayanan kesehatan

Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan


komunitas perlu digunakan strategi sebagai berikut :
Locality development => yang menekankan pada peran
serta masyarakat dan masyarakat terlibat langsung dalam
proses pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi.
Social planning => dapat berubah dan dibuat oleh para
ahli dengan menggunakan birokrasi.
Social action => adanya proses perubahan yang berfokus
pada masyarakat atau program yang dibuat oeh
pemerintah untuk perubahan yang mendasar.
Konsep dasar kegawat daruratan di komunitas

Yaitu rangkaian kegiatan praktek keperawatan


kegawat daruratan yang diberikan oleh perawat yang
kompeten memberikan asuhan keperawatan di ruang
gawat darurat.

Gawat darurat menurut UU RI NO 44 tentang RS


Gawat darurat adalah keadaan khusus pasien yang
memerlukan tindakan medis segera guna
penyelamatan dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Tujuan
Pertologan yang cepat dan tepat untuk mencegah
kematian maupun kecacatan.

Prinsip
1.Penanganan cepat dantepat
2. Pertologan cepat dantepat dibrikan oleh siapa saja
(awam,perawat,dokter )
Tindakan yang diberikan
a. Non- medis :cara meminta pertolongan ,transportasi
dan menyediakan alat alat
b. Medis : kemampuan medis berupa
pengetahuanmaupun keterampilan :BLS,ALS
RUANG LINGKUP GADAR

1.Dapat melakukan primary survey dan secondery survey


2. Dapat menggunakan tahapan ABCDE dalam Primery
Survey
3. Resusitasi pada kasus kegawat daruratan
Pengertian IGD
Yaitu suatu tempat /unit dirumah sakit yang memiliki
tim kerja dengan kemampuan dan peralatan khusus
yang memberikan pelayanan gawat darurat yang
merupakan penanggulangan gawat darurat yang
terorganisir.
Pasien gawat darurat adalah
Pasien yang beresiko terancam jiwanya dan menjadi
cacat secara tiba – tiba.

Sifat gawat darurat adalah :


1. Perlu pertolongan segera cepat, tepat dan aman
(scta)
2. Punya masalah patologis,psikologis,lingkungan dan
keluarga
3. Tidak sabar menunggu informasi
Perawat gawat darurat
1. Orang yang terdekat dengan pasien
2. Paling mengetahui perlengkapan pasien saat dirawat
3. Mampu mengenal gejala dan pertolongan sebelum
dokter datang
4. Bertanggung jawabatas perkembangan dan tindakan
yang dilakukan
5. Mampu melakukan pencacatan
6. Berfikir dan berinisiatif
Karakteristik perawat gawatdarurat
1. Melakukan askeb dalam situassi urgent dan non
urgent
2. Triase dan prioritas
3. Disaster dan preparednes
Peran dan fungsi perawat gadar

1. Memberi pelayanan
2. Manajemen administrasi
3. Pendidikan
4. Konsultasi
5. Advokasi
6. Penelitian
Pertemuan ke 2
1. Menjelaskan pengukuran dalam Epidemiologi
2. Surveilens Epidemiologi
3. Skrining Penyakit Menular
PENJELASAN PERTEMUAN KE DUA
1. MENJELASKAN PENGUKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Proporsi:

Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut


Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi
Rumus:

Proporsi : x / (x+y) x k

Contoh:
Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita
------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria

Proporsi Mahasiswa berprestasi


Ratio:

Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung


Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian
Rumus:

Ratio: (x/y) k

Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan


Ratio x : y = 1 : 2
Contoh:

Sex ratio =
jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita

Pria : Wanita = x : y
Rate
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko
kejadian tersebut
Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam
masyarakat
Rumus:

Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)

Contoh:
Campak → berisiko pada balita
Diare → berisiko pada semua penduduk
Ca servik → berisiko pada wanita

Contoh Soal:
Jumlah pasien di RS A = 150, dengan rincian pria = 90 dan wanita = 60
Berapa proporsi pasien wanita?
Berapa sex ratio pasien di RS A?
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara
pada waktu tertentu
PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000)
disebut Point Prevalence Rate
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2019
s/d 31 Desember 2019) disebut Periode Prevalence Rate

Prevalence Rate (PR):

Jumlah penyakit lama + baru


--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/
MORBIDITAS
INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada
waktu tertentu

Incidence Rate (IR):

Jumlah penyakit baru


--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR):

Jumlah penyakit baru


--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

(dalam waktu wabah berlangsung)

Contoh Soal:
Data desa Jombang pada tahun 2007 adalah sbb:
Jumlah penduduk = 2.000.000
Ratio pria : wanita = 2 : 3
Ratio balita : bukan balita = 2 : 8
Kasus lama/baru campak: Feb=2/10, Mar=5/20, Jun=4/15
Kasus lama/baru diare: Ags= 2/15, Sep=3/25, Okt=5/10
Kasus lama/baru ca servik: Apr=3/5, Jul=8/5
PENGUKURAN MORTALITY RATE
CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh
kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk
pada pertengahan tahun

Rumus: CDR (Crude Death Rate)

Jumlah semua kematian


--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit
tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk
pada pertengahan tahun

Rumus: SDR (Specific Death Rate

Jumlah kematian penyakit x


----------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab
penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/
keganasan penyakit tersebut
CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x


------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
A. SURVEILANCE
Surveilans menurut WHO adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi
data secara sistematik dan terus menerus serta
penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk diambil tindakan.
MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah
kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
(sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):

Jumlah kematian Ibu


------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup
INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah
kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup

IMR (Infant Mortality Rate):

Juml kematian bayi


----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup
NEONATAL MORTALITY RATE
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah
jumlah kematian bayi sampai umur < 4 minggu atau
28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):

Jumlah kematian neonatus


------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup
PERINATAL MORTALITY RATE
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah
kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir
per 1000 kelahiran hidup

PMR (Perinatal Mortality Rate):

Jumlah kematian perinatal


---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup
Contoh Soal:
Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1990 =
178.440.000 orang dengan jumlah kematian selama tahun
1990 = 17.308.680 orang. Berapa CDR tahun 1990?
Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 1990 =
180.000 orang. Berapa SDR tetanus per 1000 penduduk?
Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Singapura
hanya 1 orang pada tahun 1990, dengan jumlah seluruh
kelahiran hidup sebanyak 49.864 orang. Berapa MMR pada
tahun 1990?
Hasil sensus penduduk Jepang tahu 1990, dilaporkan jumlah
kematian bayi <1 tahun sebanyak 5.616 orang, jumlah
kematian bayi umur 4 minggu sebanyak 3.179 orang, jumlah
kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari post partum
sebanyak 7.001 orang.
surveilans epidemiologi
adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan (Masrochah, 2006)
Manfaat dan tujuan surveilans
epidemiologi
Manfaat surveilans epidemiologi
(a).Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
(b).Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit (c).Identifikasi
kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
(d).Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya
(e).Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi (f).Dapat
memonitoring kecenderungan penyakit endemis (g).Mempelajari
riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya (h).Memberikan
informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa datang
 (i).Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas
sasaran program pada tahap perencanaan.
TUJUAN
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan
informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen
kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan
serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat
secara menyeluruh (Buton, 2008).
Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans
epidemiologi kesehatan
a.      Surveilans epidemiologi penyakit menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematika
terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk
upaya pemberantasan penyakit menular.
b.      Surveilans epidemiologi penyakit tidak
menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko
untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit
tidak menular.
LANJUTAN
c.       Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan
perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program
penyehatan lingkungan.
d.      Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan factor resiko untuk mendukung
program-program kesehatan tertentu.
e.       Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap
masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung
program kesehatan matra (Depkes RI, 2003).
Penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan

Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan


merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan
terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi
terkait lainnya.
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c. Analisis dan intreprestasi data
d. Studi epidemiologi
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
g. Umpan balik.
Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah
sebagai berikut :
Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan
1)      Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan
atau faktor resiko kesehatan.
2)      Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor
resiko atau situasi khusus kesehatan
3)      Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan
signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah
yang lebih luas.
4)      Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu
untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit,
permasalahan dan atau factor resiko kesehatan.
Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas
pengumpulan data
1)      Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemilogi dimana unit surveilans
mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya.
2)      Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan
surveilans epidemiologi dimana unit surveilans
mengumpulkan data dengan cara menerima data
tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat
atau sumber data lainnya.
Penyelenggaraan berdasarkan pola
pelaksanaan
1)      Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans
yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk
penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau
bencana
2)      Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan
surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku
untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau
bencana,
Penyelenggaraan berdasarkan kualitas
pemeriksaan
1)      Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan,
adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh
berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak
menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2)      Bukti laboratorium atau dengan peralatan
khusus, adalah kegiatan surveilans dimana data
diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau
peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.
Komponen
 sistemjelas dan dapat diukur
Tujuan yang
Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans
epidemiologi dengan dukungan tenaga profesional.
Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan cara-
cara memperoleh data, cara mengolah data, cara-cara melakukan analisis,
sarana penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi epidemiologi serta
mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
Dukungan advokasi peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.
Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi
Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dan
pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan
kemampuan surveilans epidemiologi.
Indikator kinerja : Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilakukan
melalui jejaring surveilans epidemiologi antara unit-unit surveilans dengan
sumber data, antara unit-unit surveilans dengan pusat-pusat penelitian dan
kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit surveilans lainnya.
Langkah-langkah kegiatan surveilans
a.      Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian
kegiatan untuk memproses data selanjutnya. Data yang
dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang
dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan
dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat
bersifat pasif yang bersumber dari rumah sakit,
puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh
dari kegiatan survey. Untuk mengumpulkan data
diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.
b.      Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel, grafik (histogram,
poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya
dengan menggunakan program (software) seperti epid
info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain (Budioro, 2007).
c.       Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans
epidemiologi karena akan dipergunakan untuk
perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan
ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti
rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui
situasi, estimasi dan prediksi penyakit (Noor, 2000).
Penyebar luasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas


maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral
instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi
sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang
informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar
bidang kesehatan (Budioro, 2007).
Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi penyakit campak disampaikan kepada
pihak-pihak yang dapat melakukan tindakan penanggulangan
penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan, pusat-
pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data
dalam jejaring surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya
peningkatan atau penurunan kasus penyakit (Arias, 2010).
Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya
setiap bulan saat menerima laporan setelah diolah dan
dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan
yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang
mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah
diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk
tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan
umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan
benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat
melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan
serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi (Arias,
2010).
Investigasi Penyakit Berpotensi KLB
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil
tindakan maka terlebih dahulu dilakukan
investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit
campak. Dengan investigator membawa ceklis/format
pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi
dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk
pengambilan sampel di laboratorium. Setelah
melakukan investigasi penyelidikan kemudian
disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang
perlu mengambil tindakan atau sebaliknya (Arias,
2010).
TINDAKAN PENANGGULANGAN
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan
epidemiologi tersebut maka segera dilakukan
tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu: (1)
Pengobatan segera pada penderita yang sakit, (2)
Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat,
(3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak
tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut,
(4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk
memutuskan rantai penularan (Arias, 2010).
Evaluasi

Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk


mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara
memuaskan memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan
berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi
kecenderungan yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian
kasus penyakit, apakah program surveilans dapat mendeteksi
epidemik kejadian penyakit di wilayah tersebut, apakah kegiatan
surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian
penyakit di wilayah tersebut, apakah program surveilans  dapat
mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian penyakit dan apakah program surveilans tersebut dapat
menilai efek tindakan pengendalian (Arias, 2010).
B. SKRINING PENYAKIT MENULAR
Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari
 penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau
pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.
 
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan
 penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan
menggunakan tes,  pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat
secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar
sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya
menderita kelainan.
Macam-macam skrining meliputi
1. Mass Screening
adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
2. Selectiv Screening
adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
3. Singgle Disease Screening
adalah screening yang dilakukan pada satu jenis penyakit saja
Contoh :skrining HIV
4. Multiphasic Screeninga
Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode tertentu.
5. Chase Finding Screning
adalah screening yang dilakukan karena  penemuan kasus baru.
Pertemuan ke - 3
1. Menjelaskan Konsep Dasar Demografi
2. Teori Kependudukan
3. Struktur dan Penyebaran Kependudukan
4. Statistik Vital
5. Ukuran Dasar Demografi
PENJELASAN PERTEMUAN KE 3
1. MENJELASKAN KONSEP DASAR DEMOGRAFI
Demografi adalah gambaran secara  statistik dari
penduduk tentang tingkah laku keseluruhan dan
bukan perseorangan (Barclay)
Demografi adalah ilmu yg mempelajari persoalan dan
keadaan perubahan-perubahan penduduk/segala hal
yg berhubungan dgn komponen perubahan seperti
(kelahiran, kematian, migrasi) shg menghasilkan
suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin tertentu.
LINGKUP DEMOGRAFI
Dalam arti sempit demografi formal :
“Adalah berhubungan dengan besar, distribusi
penduduk atau komposisi perubahan dan
pertumbuhan penduduk “
 1. besar artinya banyaknya penduduk
2. distribusi artinya penyebaran penduduk (usia dan
kelamin)
3. perubahan populasi dari waktu ke waktu
4. pertumbuhan penduduk
5. komponen perubahan : kelahiran, kematian, migrasi
Dalam arti luas :
“ demografi dengan beberapa hal yaitu sifat-sifat dari
kelompok etnik kelompok sosial sifat-sifat ekonomi
penduduk/kelompok masyarakat”

1.sifat etnik : ras, nasionalitas, logat bicara


2.sifat sosial : cara perkawinan, status kekerabatan,
kelahiran, pendidikan, dll
3.sifat ekonomi : aktifitas ekonomi status pekerjaan,
lapangan usaha, penghasilan, dll
A. Teori kependudukan
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
 
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang
penduduk. Dalam “Essay on Population”, Malthus beranggapan
bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, nafsu
manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih
cepat dari bahan makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakn
pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung, pada
kasus ini dimana terdapat permasalahan meledaknya jumlah
penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan
pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yangkurang
menguntungkan jika kita kembali kepada teori Malthus.
2. Aliran Marxist (Karl & F. Angel)
 
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk
akan kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu
negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi
tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis) Marxist
juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi
produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan
pembatasan penduduk. Negara-Negara yang mendukung teori Malthus
umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA, Inggris,
Prancis, Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang
mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara berekonmi
Sosialis seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia
sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman.
3. ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul
Ehrlich)
 
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini
menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini
sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan
menggunakan cara- cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat
kontrasepsi. Tahun 1960an dan 1970 an foto-foto telah diambil dari ruang
angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang
berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas.
Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan
tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapaltersebut. Tahun 1871
Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi
menjadi “The Population Explotion” yang berisi : 
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
4. Teori Kependudukan Kontemporer.

a. John Stuart Mill.


John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan
Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan
penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu
aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu
manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia
mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin
memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi
taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah
benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn
Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti
pendapat Marx) dengan mengatakan, kalau suatu waktu di
suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini
hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan
yaitu : mengimpor bahan makanan, atau memindahkan sebagian
penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
b. Arsene Dumont.
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang
hidup pada akhir abad ke-19. Ia melancarkan teori penduduk baru
yang disebut dengan teori kapilaritas sosial (theory of social
capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang
untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya:
seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya
memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa
yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai
kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar
merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat
berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa
kapiler. Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik
pada negara demokrasi, dimana tiap-tiap individu mempunyai
kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
c. Emili Durkheim.
 
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim
menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari
tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara
penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan
persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan
pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan
seperti ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan
kehidupan yang kompleks. Apabila dibandingkan antara kehidupan
masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada
masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam memperoleh
pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini
disebabkan ada masyarakat
industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
  
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa
daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu
wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia
akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi
manusia akan menungkat. Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini
setelah melihat keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat
padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus
lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa
penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi,
tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat
kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai fertilitas
tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi, tetapi
penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya
rendah. Teori Doubleday hamper sama dengan teori
Sadler, hanya titik tolaknya berbeda.
e. Herman Khan.

Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta


penganut- penganutnya ditentang keras oleh kelompok
teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan ilmu
pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi
pertanian. Mereka mampu mengubah kembali
(recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai,
sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi
demografinya. Ahli futurology Herman Kahn
mengatakan bahwa negara-negara kaya akan membantu
negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan
jatuh kepada orang-orang miskin.
5. Teori Transisi Kependudukan
a. Tahap Peralihan keadaan demografis:
1) Tingkat kelahiran dan kematian tinggi
2) Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih
tinggi dan pertumbuhan penduduk meningkat.
3) Angka kematian terus menurun, angka kelahiran
menurun - laju pertumbuhan penduduk menurun.
4) Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah
pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori I -
mendekati nol.
B. STRUKTUR DAN PENYEBARAN
KEPENDUDUKAN
1. Komposisi Penduduk
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin
b. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status
perkawinan dan sebagainya.
c. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi,
lapangan pekerjaan, jenispekerjaan, tingkat pendapatan
dan sebagainya.
d.Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah
perkotaan, pedesaan, provinsi, kabupaten, dan
sebagainya.
2. Rasio Jenis Kelamin Sex Ratio

Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada


suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya
penduduk laki-laki per 100 perempuan, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
kx
Perempuan Penduduk
Jumlah laki
Laki Penduduk
Jumlah Ratio
Sex −
=
; k = Konstanta 100
Besar kecilnya Rasio Jenis Kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :
a.Sex Ratio at Birth Dibeberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100
bayi perempuan.
b.Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan Jika kematian laki-laki lebih besar
daripada jumlah kematian perempuan maka
rasio jenis kelamin semakin kecil.
c.Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan Jika disuatu daerah Sex Ratio
100 berarti di daerah tersebut lebih banyak
penduduk laki-laki. Sedangkan jika Sex Ratio 100 berarti lebih banyak perempuan.
3. Angka Beban Tanggungan Dependency Ratio
4. Umur Median Median Age
5. Kepadatan Penduduk Land Man Ratio
Hal yang merupakan masalah komplit dan perlu
mendapat perhatian dalam kependudukan adalah
ketidakmerataan penyebaran penduduk yang diukur
dari tingkat
kepadatan penduduk Popukation Density Rate. Salah
satu faktor ketimpangan penyebaran penduduk adalah
disebabkan oleh faktor ragam potensi antar-daerah
dan
belum meratanya distribusi pembangunan antar-
wilayah.
6. Piramida Penduduk
1. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar
dan ‘slope’ tidakterlalu curam atau datar.
2. Model 2. Dibandingkan dengan model 1, maka dasar
piramida model 2 ini lebihbesar dan ‘slope’ lebih curam
sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke puncak
piramida.
3. Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk
sarang tawon kuno old fashioned beehive.
4. Model 4. Piramida penduduk dengan bentuk
loncenggenta The bellshaped pyramid.
5. Model 5. Terdapat pada negara yang menjalani
penurunan drastis yang tingkat kelahiran dan
kematiannya sangat rendah.
C. STATISTIK VITAL
D. UKURAN DASAR DEMOGRAFI
Pertemuan ke-4
1. Menjelaskan Proses Belajar Mengajar di Komunitas
2. Proses Belajar Mengajar di Komuniats dan Terapy
Tradisional di komunitas
PENJELASAN PERTEMUAN KE 4
A. JENIS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KOMUNITAS
1. WEEKLY MEETING Adalah kegiatan rutin dua kali seminggu bagi para anggota komunitas.
Kegiatannya diskusi antar anggota komunitas, mempelajari mata pelajaran sesuai tema dan
tingkatan level pendidikan dan membangun jaringan antar sesama komunitas.
2. HOME VISIT Di luar weekly meeting, anggota komunitas diharapkan mampu belajar
mandiri di rumah dengan fasilitator utama orangtua.
3. I AM EO Adalah kegiatan yang melatih para anggota komunitas yang sudah menduduki
kelas 4 SD ke atas untuk berlatih menjadi Event Organizer (EO).Mereka akan berlatih
menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya edukatif ditujukan bagi sesama anggota
komunitas, orangtua anggota komunitas dan masyarakat di luar komunitas. 4. neXt...
4. WORK WITH WOW Adalah kegiatan menarik untuk mengetahui tingkat pemahaman
anggota komunitas terhadap materi pelajaran yang telah didapatkannya sesuai tema bulan
itu. Kegiatan ini meliputi presentasi atau pemaparan hasil project belajar di hadapan para
fasilitator baik orangtua maupun fasilitator komunitas cantrik.
5. BOUTIQUE CLASS Adalah program pembelajaran, yang kurikulumnya dirancang khusus
antara orangtua dan fasilitator komunitas, disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap individu
anggota komunitas.
B. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang
mendukung kebiasaan,sikap, dan pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan
ras. (Stuart)
 Tujuan Pendidikan KesehatanSecara umum, ialah
mengubah perilakuindividu/masyarakat di bidang kesehatan
(WHO). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut menjadi :
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di
masyarakat.
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakankegiatan untuk mencapai tujuan
hidup sehat.
Prinsip Pendidikan Kesehatan
1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi
merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran
pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah
lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan
sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah
sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Metode Pendidikan Kesehatan
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a.Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan
kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
2) Curah pendapat (Brain Storming) ; Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis.
3) Bola salju (Snow Balling) Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan
5) Memainkan peranan (Role Play) Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota
masyarakat.
6) Permainan simulasi (Simulation Game) Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli.
C. PRILAKU KESEHATANsuatu
 Suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit
danpenyakit, sistem pelayanan kesehatan, makananserta lingkungan.
 Perilaku kesehatan mencakup 4 aspek :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons, baik
pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di
luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan
sakit tersebut.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,
petugas kesehatan, dan obat- obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
pengguanaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons
seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
Domain perilaku kesehatan (Menurut Bloom)
1) Perilaku kognitif (kesadaran, pengetahuan)
2) Afektif (emosi )
3) Psikomotor (gerakan, tindakan)
Teori Belajar Mengajar Berhubungan dengan
Promosi Kesehatan

Secara umum belajar adalah suatu proses untuk


memperoleh pengetahuan, pandangan, dan keterampilan
yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku
tertentu, ketika menghadapi suatu keadaan. Perubahan
perilaku yang terjadi disebabkan proses belajar sehingga
relative menetap (Azwar, 1983:38).
next
1. Proses Belajar
a. Latihan
b. Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru
2. Teori Belajar
3. Tipe – tipe Belajar
a. Required.
b. Recommended.
c. Self-directive
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
a. Faktor materi.
b. Faktor lingkungan
c. Faktor instrumental.
d. Faktor individu atau subjek belajar
Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang
ditunjukan dalam rangka promosi kesehatan. Pendidikan
kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan
kepada individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar
mereka memperoleh pengetahuan kesehatan, yang nantinya
berpengaruh pada sikap dan perilaku sehat mereka.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya
kelompok masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan
tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran kelompok dan
masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode
ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat (brain storning),
dan demonstrasi.
Pada sasaran kelompok dan masyarakat, perawat
komunitas dapat menggunakan metode
Diskusi
Ceramah Kelompo
k

Curah Demonstras
Pendapat i
Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan
Masyarakat
Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan
pendidikan kesehatan dengan menjelaskan fakta, prosedur,
dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin banyak indra
yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula
pengetahuan yang diperoleh. Media dapat mempermudah
penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat dapat
menghindari kesalahan persepsi dengan penampilan objek
yang jelas sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran
belajar, sekaligus menumbuhkan minat terhadap kelompok
sasaran, membuat kelompok sasaran menyampaikan dan
meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar
mereka.
Berikut ini adalah mengenai alat peraga tersebut :

leafleat VCD

Poster

Televisi
Stiker
REFERENSI
Referensi
Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta,
PT. Rineka Cipta
Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT.
Rineka Cipta
Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip
Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti
Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan
Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

Anda mungkin juga menyukai