Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“DECTUS ARTERIOSUS PATENT”

DOSEN PENGAMPU: SRY YULIANTI S.KEP.,NS., M.KEP

DISUSUN OLEH :

KELAS : III A KEPERAWATAN

KELOMPOK III

NAMA :
1. ELIN PUSPITASARI 201801013
2. PIRDAYANTI R RAHIM 201801032
3. NURAINUN A 201801026
4. ASRIANDINI 201801008
5. RENALDRY 201801034
6. ANGGI ARISTA 201801003
7. OLIVIANA 201801031

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kesehatan, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelsaikan pembuatan makalah dengan judul “DECTUS ARTERIOSUS
PATEN”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PEMBAHASAN..........................................................................................1

A. Anatomi fisiologi.........................................................................................1
B. Konsep medis...............................................................................................2
1. Definisi....................................................................................................3
2. Aspek Epidemiologi................................................................................4
3. Penyebab ................................................................................................4
4. Patofisiologi.............................................................................................8
5. Pathway...................................................................................................9
6. Menifestasi Klinik...................................................................................9
7. Klasifikasi..............................................................................................10
8. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier..................................................10
9. Penatalaksanaan.....................................................................................13
10. Komplikasi ..........................................................................................14
11. Farmakologi ........................................................................................14
12. Terapi Komplementer..........................................................................15
C. Proses Keperawatan...................................................................................15
D. EBP/ hasil penelitian terkait inrvensi keperawatan...................................18

BAB II PENUTUP .............................................................................................20

A. Kesimpulan .............................................................................................20
B. Saran .........................................................................................................20

DAFRAR PUSTAKA

ii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Anatomi fisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan
aliran darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta)
dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini( shunt ) diperlukan oleh karena
sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masakehamilan tersebut.
Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dariibu
(melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan
kemudiandipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui
duktus arteriosus, dan hanyasebagian yang diteruskan ke paru.Duktus
Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yangmenghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebutmenutup secara fungsional 10 ± 15 jam setelah lahir
dan secara anatomis menjadiligamentum arteriosum pada usia 2 ± 3 minggu.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos
(tunika media) yangtersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-
serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta
yang memiliki lapisan elastin yang tebal dantersusun rapat (unfragmented  ).
Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadapmediator vasodilator
prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan
sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta
darineonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2
akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu.

1
B. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Patent ductus arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung bawaan yang


biasanya dialami oleh bayi dengan kelahiran prematur. Kondisi ini terjadi
ketika ductus arteriosus tetap terbuka setelah bayi lahir. Bila dibiarkan
tidak tertangani, PDA dapat memicu hipertensi pulmonal, aritmia, dan
gagal jantung. istem pernapasan pada janin memiliki karakteristik yang
berbeda. Selama di dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dari ari-ari
atau plasenta. Karena janin belum memerlukan paru-paru untuk bernapas,
hanya sedikit darah saja yang dialirkan ke organ tersebut guna membantu
pertumbuhan. Sedangkan sebagian besar darah akan dialihkan dari paru-
paru, untuk dialirkan ke seluruh tubuh melalui ductus arteriosus.

2
Ductus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aorta
(pembuluh darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari jantung
ke seluruh tubuh), dan arteri pulmonal (pembuluh darah yang mengalirkan
darah yang miskin oksigen dari jantung ke paru-paru). Saluran ini
harusnya menutup secara otomatis dalam 2-3 hari kehidupan.

2. Epidemiologi

Duktus Arteriosus Paten (DAP) terjadi sekitar 6 – 11% dari semua


penyakit jantung bawaan (Schneider, Moore, 2006). Insiden DAP
diperkirakan 5,7 per 10000 kelahiran hidup (Hoffman, Kaplan, 2002).
Pada bayi kurang bulan terdapat sekitar 20%-60% DAP yang terdiagnosis
pada hari ketiga kehidupan (Schneider, Moore, 2006). Pada bayi usia
gestasi kurang dari 32 minggu, insiden diperkirakan 80% dari seluruh
DAP (Kim, Milliken, 2012). Insiden juga meningkat pada bayi berat lahir
amat sangat rendah (BBLASR).

Sebagian besar bayi < 1000 gram memiliki DAP dan sekitar 34% akan
mengalami penutupan spontan dalam 2 sampai 6 hari kehidupan (Koch
dkk, 2006). Meskipun DAP berpotensi untuk menutup spontan, namun
sekitar 70% bayi usia gestasi < 28 minggu dengan DAP tetap memerlukan
pengobatan medikamentosa (Hamrick, Hansmann, 2010). Penelitian pada
bayi cukup bulan yang menggunakan ekokardiografi dengan pulsasi
doppler menunjukkan penutupan DA terjadi pada hampir 50% bayi dalam
satu hari, 90% menutup pada dua hari dan seluruhnya menutup pada tiga
hari kelahiran. Pada bayi kurang bulan rata-rata terjadi keterlambatan
penutupan duktus arteriosus. Sekitar 90% keterlambatan penutupan ini
terjadi bersamaan dengan respiratory distress syndrome. Pada bayi dengan
usia kehamilan kurang dari 30 minggu, rerata penutupan duktus akan
terjadi empat hari setelah kelahiran (Clyman dkk , 2012). Penelitian
kohort retrospektif menyatakan walaupun kejadian DAP pada bayi kurang
bulan meningkat dengan semakin kecilnya usia gestasi, namun proporsi

3
bayi kurang bulan yang memerlukan medikamentosa tidak berbeda
bermakna

3. Penyebab

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan
PDA. Namun demikian, sejumlah faktor diduga bisa meningkatkan risiko
seorang bayi mengalami kondisi ini, di antaranya:

a. Berjenis kelamin perempuan. PDA dua kali lipat lebih berisiko dialami
oleh bayi perempuan dibanding bayi laki-laki.
b. Infeksi rubella pada ibu hamil. Virus rubella di dalam rahim dapat
menyebar ke sistem pernapasan bayi, kemudian merusak jantung dan
pembuluh darah.
c. Lahir di dataran tinggi. PDA lebih berisiko terjadi pada bayi yang lahir
di daerah dengan ketinggian lebih dari 3000 meter di atas permukaan
laut.
d. Riwayat penyakit. Bayi yang lahir dari keluarga penderita kelainan
jantung dan penyakit keturunan, sepert sindrom down lebih berisiko
terserang PDA.
e. Lahir prematur. Lebih dari 50% kasus PDA terjadi pada bayi yang
lahir kurang dari 26 minggu, atau bayi dengan berat lahir kurang dari
0,5 kg. Sedangkan 15% kasus PDA menimpa bayi yang lahir pada usia
kehamilan 30 minggu.

4. Patofisiologi
Duktus arteriosus berasal dari lengkung aorta dorsal distal ke enam
dan secara utuh dibentuk pada usia ke delapan kehamilan. Perannya
adalah untuk mengalirkan darah dari paru-paru fetus yang tidak berfungsi
melalui hubungannya dengan arteri pulmonal utama dan aorta desendens
proksimal. Pengaliran kanan ke kiri tersebut menyebabkan darah dengan
konsentrasi oksigen yang cukup rendah untuk dibawa dari ventrikel kanan

4
melalui aorta desendens dan menuju plasenta, dimana terjadi pertukaran
udara. Sebelum kelahiran, kira-kira 90% curahan ventrikel mengalir
Universitas Sumatera Utara melalui duktus arteriosus.
Penutupan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan berhubungan
dengan angka morbiditas yang signifikan, termasuk gagal jantung kanan.
Biasanya, duktus arteriosus menutup dalam 24-72 jam dan akan menjadi
ligamentum arteriosum setelah kelahiran cukup bulan (Dice et al, 2007).
Konstriksi dari duktus arteriosus setelah kelahiran melibatkan interaksi
kompleks dari peningkatan tekanan oksigen, penurunan sirkulasi
prostaglandin E2, penurunan respetor PGE2 duktus dan penurunan
tekanan dalam duktus. Hipoksia dinding pembuluh dari duktus
menyebabkan penutupan melalui inhibisi dari prostaglandin dan nitrik
oksida di dalam dinding duktus(Dice et al, 2007). Patensi dari duktus
arteriosus biasanya diatur oleh tekanan oksigen fetus yang rendah dan
sirkulasi dari prostanoid yang dihasilkan dari metabolisme asam
arakidonat oleh COX dengan PGE2 yang menghasilkan relaksasi duktus
yang paling hebat di antara prostanoid lain. Relaksasi otot polos dari
duktus arteriosus berasal dari aktivasi reseptor prostaglandin G
berpasangan EP4 oleh PGE2. Setelah aktivasi reseptor prostaglandin EP4,
terjadi kaskade kejadian yang termasuk akumulasi siklik adenosine
monofosfat, peningkatan protein kinase A dan penurunan myosin rantai
ringan kinase, yang menyebabkan vasodilatasi dan patensi duktus
arteriosus (Dice et al, 2007). Dalam 24-72 jam setelah kelahiran cukup
bulan, duktus arteriosus menutup sebagai hasil dari peningkatan tekanan
oksigen dan penurunan sirkulasi PGE2 dan prostasiklin. Seiring terjadinya
peningkatan tekanan oksigen, kanal potassium dependen voltase pada otot
polos terinhibisi.
Melalui inhibisi tersebut, influx kalsium berkontribusi pada konstriksi
duktus. Konstriksi yang disebabkan oleh oksigen tersebut gagal terjadi
pada bayi kurang bulan dikarenakan ketidakmatangan reseptor perabaan

5
oksigen. Kadar dari PGE2 dan PGI1 berkurang disebabkan oleh
peningkatan metabolisme pada paru-paru yang baru berfungsi dan juga
oleh hilangnya sumber plasenta. Penurunan dari kadar vasodilator tersebut
menyebabkan duktus arteriosus Universitas Sumatera Utara berkontriksi.
Faktor-faktor tersebut berperan dalam konstriksi otot polos yang
menyebabkan hipoksia iskemik dari dinding otot bagian dalam duktus
arteriosus(Dice et al, 2007). Selagi duktus arteriosus berkonstriksi, area
lumen berkurang yang menghasilkan penebalan dinding pembuluh dan
hambatan aliran melalui vasa vasorum yang merupakan jaringan kapiler
yang memperdarahi sel-sel luar pembuluh. Hal ini menyebabkan
peningkatan jarak dari difusi untuk oksigen dan nutrisi, termasuk glukosa,
glikogen dan adenosine trifosfat yang menghasilkan sedikit nutrisi dan
peningkatan kebutuhan oksigen yang menghasilkan kematian sel.
Konstriksi ductal pada bayi kurang bulan tidak cukup kuat. Oleh
karena itu, bayi kurang bulan tidak bias mendapatkan hipoksia otot polos,
yang merupakan hal utama dalam merangsang kematian sel dan
remodeling yang dibutuhkan untuk penutupan permanen duktus arteriosus.
Inhibisi dari prostaglandin dan nitrik oksida yang berasal dari hipoksia
jaringan tidak sebesar pada neonatus kurang bulan dibandingkan dengan
yang cukup bulan, sehingga menyebabkan lebih lanjut terhadap resistensi
penutupan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan (Dice et al, 2007).
Pemberi nutrisi utama pada duktus arteriosus di bagian lumen, namun
vasa vasorum juga merupakan pemberi nutrisi penting pada dinding luar
duktus.
Vasa vasorum berkembang ke dalam lumen dan memiliki panjang
400-500 μm dari dinding luar duktus. Jarak antara lumen dan vasa
vasorum disebut sebagai zona avascular dan melambangkan jarak
maksimum yang mengizinkan terjadinya difusi nutrisi. Pada bayi cukup
bulan, zona avascular tersebut berkembang melebihi jarak difusi yang
efektif sehingga menyebabkan kematian sel. Pada bayi kurang bulan, zona

6
avaskuler tersebut tidak mengembang secara utuh yang menyebabkan sel
tetap hidup dan menyebabkan terjadinya patensi duktus. Apabila kadar
PGE2 dan prostaglandin lain menurun melalui inhibisi COX, penutupan
dapat terfasilitasi. Sebagai hasil dari deficit nutrisi dan hipoksia iskemi,
growth factor endotel vaskular dan kombinasinya dengan mediator
peradangan lain menyebabkan remodeling dari Universitas Sumatera
Utara duktus arteriosus menjadi ligament non kontraktil yang disebut
ligamentum arteriosum

7
5. Pathway

V PATENT DUKTUS ARTERIOSUS

Stunting dari Art. stunting dari Aorta ke Art. Kebutuhan O2 dan


Aorta pulmonalis nutrisi tidak seimbangv
Hipertensi pulmonalis pulmonalis suplai O2 berat badan sulit naik

Peningkatan aliran darah pembentukan energi menuru kelelahan saat


Atrium dan ventrikel kiri menurun aktivitas
Hipertropi ventrikel kiri kelelahan anak menjadi tidak aktif

Peningkatan kerja ventrikel


Intoleransi Gangguan tumbang
aktivitas
Penurunan aliran darah sirkulasi
sistemik

Penurunan curah jantung

6. Manifestasi klinis

8
a. Patent Duktus Arteriosus kecil
Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1,5-2,5 mm
biasanya tidak memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan nadi dalam
batas normal. Jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising
di sela iga II kiri sternum. Pada auskultasi terdengar bising kontinu,
machinery murmur yang khas untuk Patent Duktus Arteriosus, di
daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal, bunyi
jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah atau
menghilang.
b. Patent Duktus Arteriosus sedang Patent Duktus Arteriosus sedang
dengan diameter 2,5-3,5 mm biasanya timbul sampai usia dua sampai
lima bulan tetapi biasanya keluhan tidak berat. Pasien mengalami
kesulitan makan, seringkali menderita infeksi saluran nafas, namun
biasanya berat badannya masih dalam batas normal. Anak lebih mudah
lelah tetapi masih dapat mengikuti permainan.
c. Patent Duktus Arteriosus besar Patent Duktus Arteriosus besar dengan
diameter >3,5-4,0 mm menunjukkan gejala yang berat sejak minggu-
minggu pertama kehidupannya. Ia sulit makan dan minum, sehingga
berat badannya tidak bertambah. Pasien akan tampak sesak nafas
(dispnea) atau pernafasan cepat (takipnea) dan banyak berkeringat bila
minum.

7. Klasifikasi
Pembagian atas dasar kelainan fungsi sirkulasi yang terjadi, yaitu:
a. Penyakit jantung bawaan non-sianotik
1) Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis aorta, stenosis
pulmonal, koarktasioaorta, kardiomiopati.
2) Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek septum atrium,
defek atrioventrikularis,defek septum ventrikel, duktus

9
arteriosus persisten, anomaly drainase vena pulmonalis
parsial.
b. Penyakit jantung bawaan sianotik
1) Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri
besar tanpa
stenosis pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosi
s pulmonal, trunkus arteriosus persisten, ventrikel tunggal ta
npa stenosis pulmonal
nomaly total drainase vena pulmonalis. 
2) Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal
berat pada neonates,tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia
tricuspid, anomaly Ebstein.

8. Pencegahan Primer, sekunder, tesier


a. pencegahan Primer dilakukan dengan mengenal kelompok ibu yang
berisiko tinggi mengalami persalinan prematur dan pencegahan dapat
dilakukan terhadap faktor karakteristik ibu, faktor lingkungan, faktor
uterus, faktor plasenta, faktor paternal, faktor farmakologi dan faktor
Fetus
b. Pencegahan sekunder adalah deteksi dini gejala persalinan prematur dan
pengobatan dini ancaman persalinan prematur.
c. Pencegahan tersier diberikan untuk memperpanjang waktu persalinan
pada ibu yang sudah terdiagnosis persalinan prematur baik dengan
istirahat rebah atau dengan pemberian medikasi

9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak
terkomplikasi adalah untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada
penderita dengan duktus yang kecil,penutupan ini di tujukan untuk
mencegah endokarditis, sedangkan pada duktus sedang dan besar untuk
menangani gagal jantung kongestif dan mencegah terjadinya penyakit

10
vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi medikamentosa
dan tindakan bedah.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus
ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus
sehingga duktus menutup. Jenis obat yang sering di berikan
adalah:
1) Indometasin
Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti
efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat
efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun
seiiring menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya
terbatas pada 3–4 minggu kehidupan.
2) Ibuprofen
Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang
berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik
membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama
dengan indometasin pada pengobatan duktus arteriosus
pada bayi kurang bulan.
Pada penelitian Rahayuningsih dianjurkan untuk
memberikan indometasin pada bayi prematur dengan berat
badan lahir kurang dari 1500, sebelum gejala gejala
tersebut timbul dan dikenal sebagai terapi
profilaksis.Pemberian indometasin intravena dengan dosis
0,2 mg/kg BB sebagai dosis awal, yang kemudian
dilanjutkan dengan dosis kedua dan ketiga sebanyak 0,1
mg/kg BB yang diberikan dengan interval 12-24 jam
menunjukkan hasil yang bermakna (kelompok yang
mendapat indometasin mengalami penutupan sebanyak
79% dibandingkan plasebo sebanyak 35%).

11
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa dengan
pemberian indometasin pada 12 jam pertama kehidupan
dapat menurunkan kejadian PDA, sedangkan peneliti lain
memberikannya pada usia 2-8 hari.Walaupun efek dari
indometasin terhadap penutupan duktus arteriosus cukup
bagus, ternyata tidak semua bayi PDA yang mendapat
terapi indometasin menutup secara permanen. Sekitar 30%
duktus yang telah menutup dengan pemberian indometasin
dapat terbuka kembali.

b. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan
melakukan operasi. Pada penderita dengan PDA kecil,
dilakukan tindakan bedah adalah untuk mencegah endarteritis
atau komplikasi lambat lain. Pada penderita dengan PDA
sedang sampai besar, penutupan di selesaikan untuk menangani
gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya penyakit
vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan, penangan
bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal
jantung kongestif telah dilakukan dengan cukup (Bernstein,
2008). Karena angka kematian kasus dengan penanganan
bedah sangat kecil kurang dari 1% dan risiko tanpa
pembedahan lebih besar, pengikatan dan pemotongan duktus
terindikasi pada penderita yang tidak bergejala. Hipertensi
pulmonal bukan merupakan kontraindikasi untuk operasi pada
setiap umur jika dapat dilakukan pada kateterisasi jantung
bahwa aliran shuntmasih dominan dari kiri ke kanan dan
bahwa tidak ada penyakit vaskuler pulmonal yang berat.
Ada beberapa teknik operasi yang dipakai untuk
menutup duktus, seperti penutupan dengan mengunkan teknik

12
cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occluder). ADO
berupa coil yang terdiri dari beberapa ukuran yang seseuai
dengan ukuran duktus dan dimasukkan ke dalam duktus
dengan bantuan kateterisasi jantung melalui arteri femoralis
sampai ke aorta
Sesudah penutupan, gejala – gejala gagal jantung yang
jelas atau yang baru dengan cepat menghilang. Biasanya ada
perbaikan segera pada perkembangan fisik bayi yang telah
gagal tumbuh. Nadi dan tekanan darah kembali normal dan
bising seperti mesin (machinery like) menghilang. Bising
sistolik fungsional pada daerah pulmonal kadang – kadang
dapat menetap, bising ini mungkin menggambarkan turbulen
pada arteria pulmonalis yang tetap dilatasi. Tanda – tanda
roentgenografi pembesaran jantung sirkulasi pulmonal berlebih
akan menghilang selama beberapa bulan dan
elektrokardiogram menjadi normal.

10. Komplikasi
Komplikasi yang parah dapat terjadi pada PDA. Adanya
penurunan insidensi dari PDA dikarenakan oleh menutupnya duktus
arteriosus dengan cepat atau pada beberapa keadaan dimana gejala belum
terlihat. Pengobatan profilaksis pada bayi kurang bulan dengan surfaktan
yang kurang meningkatkan terjadinya PDA. Penutupan duktus arteriosus
menurunkan resiko pendarahan pada paru. Intoleransi dari pemberian
makanan secara enternal dan nekrosis enterokolitis juga sering terjadi.
pada bayi kurang bulan. Sebagaimana disebutkan di atas, insidensi
pada kondisi ini tampaknya terkait dengan penurunan aliran darah
gastrointestinal, dimana telat diteliti pada domba yang menderita PDA.

13
Insiden nekrosis enterikolitis menurun secara signifikan pada bayi yang
duktus arteriosusnya telah menutup.
Bayi dengan PDA yang besar meningkatkan tekanan arteri
pulmonal, dan jika terdapat perpindahan aliran darah dari kiri ke kanan
dalam jumlah yang besar, tekanan atrium kiri dan vena pulmonal akan
meningkat, maka akan meningkatkan transudasi cairan ke jaringan paru
dan alveolus.
Pada bayi kurang bulan, kapiler pulmonal lebih permeable dari
bayi yang cukup bulan. Protein plasma dapat masuk ke dalam alveolus
dan mengganggu fungsi surfaktan.
Telah diusulkan bahwa faktor-faktor ini berkontribusi pada
kerusakan paru yang kemudian dapat menjadi penyakit paru kronis atau
dysplasia bronkopulmonar. Penutupan yang cepat pada PDA secara
signifikan menurunkan resiko dysplasia bronkopulmonar.

11. Farmakologi
Penutupan DAP adalah terapi farmakologi dengan menggunakan inhibitor
prostaglandin. Inhibitor prostaglandin yang sudah mendapatkan
persetujuanoleh FDA untuk DAP adalah ibuprofen. Namun, ibuprofen
menimbulkan efek samping yang berat untuk neonates seperti gangguan
ginjal, hyperbilirubinemia, gangguan agregasi platelet, dan perforasi
saluran cerna.oleh karena itu, banyak penelitian memicu penutupan DAP.
Gangguan parasetamol dapat di gunakan untuk memicu penutupan DAP
penggunaan prasetamol tersebut memiliki efek samping yang lebih rendah
dari padaibuprofen sehingga lebih banyak diminati.

12. Terapi komplementer


Terapi musik merupakan terapi komplementer di ruangan intensif
neonatologi digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan promotif
maturasi pada bayi prematur.

14
Musik digunakan untuk menenangkanmeningkatkan kemampuan
menerima stimulasimeningkatkan refleks hisap, mengurangi rasa
nyeri, meningkatkan hubungan ibu dan bayi dan mempersingkat lama
rawat. Perawatan standar bagi bayi prematur yang sering diterapkan
adalah menyimpan bayi ke dalam inkubator, memegang bayi
seminimal mungkin, dan membiarkan tumbuh-kembang bayi terjadi
dengan sendirinya. Namun, hingga saat ini model perawatan tersebut
dianggap belum optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
prematur dengan berat lahir rendah.
Perawatan bayi prematur saat ini difokuskan dengan optimalisasi
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dilakukan dengan Perawatan
Metode Kanguru (PMK), terapi pijat ataupun terapi musik.

C. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan : respon fisiologi terhadap defek (stenosis/
aktivitas terbatas)
b) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur ), Adera tungkal
hepetomogall.
c) Kaji adanya hipoksia kronis: clubbing fingor
d) Kaji adanya hyperemia pada ujung jari
e) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
f) Pengkajian psikososial meliputi: usia anak, tugas perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasan anak respon keluarga terhadap
penykit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stress.

2. Diagnosa keperawatan
a) penurunan curah jantung b.d malformasi jantung

15
b) Gangguan pertukaran gas b.d kongestf pulmonal
c) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan ntara pemakaian oksigen
oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
d) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidk edekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
e) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.\ b.d kelebihan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
f) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehataan
g) Perubahan peran orang tua b.d hospittalisasi anak,
kekhawatiranterhadap penyakit anak

3. Intervensi dan Rasional


Intervensi Rasional
Tanda penurunan curah jantung dapat
Palpasi radi pariter diperlihatkan dengan ciri menurunnya
nadi, radial, popiltesi, dorsalis pedis, dan
post-tibial, nadi mungkin dapat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi, dan
gangguan pulpasi (denyut kuat disertai
dengaan denyut lemah) mungkin ada
Kaji perubahan pada sensorik, contoh Penurunan curah jantung dapat
letangi, cemas, dan depresi mengakibatkan tidak efektifnya
perfungsi senebrai
Berikan istirahat semi rekumben pada Istirahat fisik harus dipertahankan
tempat tidur , kursi kaji dengan selama gagal jantung kongestif akut atau
pemeriksaan fisik sesuai indikasi refktori untuk memeperbaiki efesiensi
kontraksi jantung dari menurunkan
kebutuhan/konsumsi oksigen
miokardium dn kerja berlebihan
Berikan istirahat psikologis dengan Sters emosi menhasilakan respons
lingkungan dengan tenang, menjelaskan vasckonstriksi , yang terkait langsung

16
manajemen medis/keperawatan dengan peningkatan tekanan darah,
membantu klien menghindar stress, frekuensi, dan kerja jantung
mendengar /merespons terhadap ekspresi
perasan atkut.
Batasi aktivitas seperti BAB dan BAK Pispot digunakan untuk mengurang
disamping tepat tidur , hindari maneuver aktivitas ke kamar mandi atau kerja
valsava mengajan, defekasi, menahan keras menggunakan bedpan maruver
napas selama perubahan posisi vaisava menyebabkan rangsang vagai
diikuti dengan yang selanjutnya
berpengaruh pada fungsi jantung curah
jantung
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kanula nasal/masker sesuai dengan kebutuhan mokardium untuk melawan
indikasi efek hipoksia/skema

Pantau sertai EKG EKG merupakan indikator

D. EBP/Hasil Penelitian Terkait Intervensi Keperawatan


Taebl 1. Distribusi Heart Rate Responden Sebelum Pemberian Terapi Musik
Lullaby Pada Bayi Prematur

17
Heart Rate Frekuensi Presentase
137 3 8,8
138 7 20,6
139 4 11,8
140 4 11,8
141 3 8,8
142 5 14,7
143 3 8,8
144 1 2,9
145 3 8,8
146 1 2,9
Total 34 100

Tabel diatas menunjukan heart rate responden sebelum pemberian terapi


musik lullabysebanyak 7 responden (20,6%), sedangkan paling sedikit
responden dengan HR 144x/menit HR 146x/menit dengan jumlah 1 responden
(2,9%).

Tabel 2. Distribusi Heart Rate Responden Sesudah Pemberian Terapi Musik


Lullaby Pada Bayi Prematur

Heart Rate Frekuensi Presentase


130 6 17,6
131 1 2,9

18
132 7 20,9
133 2 5,9
134 3 8,8
135 6 17,6
136 4 11,8
137 2 5,9
138 2 5,9
139 1 2,9
Total 34 100

Tabel diatas menunjukan heart rate responden sesudah pemberian terapi


musik lullaby paling banyak yaitu HR 132x/menit sebanyak 7 responden
(20,6%),sedangkan paling sedikit responden dengan HR 131x/menit dan HR
139x/menit dengan jumlah 1 responden (2,9%)

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

19
Ductus arteriosus patent adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)
Dimana tidak terdapa penutupan (patensi) ductus arterior yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering
ditemui pada bayi cukup bulan.ductus arteriorsus umumnya menutup 12-24
jam setalah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu.
Apabila ductus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi
sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat
jarang terjadi.
B. Saran
Di harapkan dapat menjdi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asauhan keperawatan.

DAFTAR PUSTKA

20

Anda mungkin juga menyukai