PELATIHAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
PROGRAM S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
ii
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Pengertian Glukoneogenesis.....................................................................3
2.2 Proses Glukoneogenesis...........................................................................3
2.3 Interaksi antara Glukoneogenesis dengan Zat Sitrulin pada Buah
Semangka Merah.................................................................................................4
2.4 Interaksi antara Glukoneogenesis dengan Metabolisme Karbohidrat.......6
2.5 Peran Glukosa dalam Tubuh.....................................................................6
BAB III....................................................................................................................7
Kesimpulan..........................................................................................................7
Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan gizi pada dasarnya hanya akan berhasil bila subjek merasa
perlu tertarik dengan isi pendidikan tersebut karena menyangkut kesehatan dan
kesejahteraannya. Hasilnya akan berbeda apabila konsep pendidikan yang telah
diberikan hanya berdasar pada kebutuhan peneliti atau ahli untuk menyampaikan
pengetahuan atau informasi tersebut kepada subjek penelitian. Oleh karena itu,
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi atau
pengetahuan, khususnya mengenai gizi, adalah tidak hanya kesesuaian isi, tetapi
juga cara komunikasi terhadap subjek penelitian. Pendidikan gizi melalui
komunikasi untuk merubah kebiasaan atau perilaku sangat berhubungan dengan
pola asuh, pola hidup dan praktek hidup sehat. Selain itu, lingkungan yang
mendukung, seperti fasilitas dan sarana-prasarana, teman, keluarga dan orang tua
dapat membantu perubahan perilaku menjadi lebih baik (Nikmawati, 2009).
1
Pendidikan gizi yaitu suatu informasi mengenai gizi yang dapat
meningkatkan pengetahuan anak yang diharapkan dapat merubah kebiasaan
makan pada anak ke pola makan seimbang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan
keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003).
Kirkpatrick (1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan,
mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
2. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku individu,
masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu
yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan
bukanlah hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman di
mana saja dan kapan saja, sepanjang pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap
dan kebiasaan (Tafal, 1989).
3. Langkah-langkah Pelatihan
Mengkaji kebutuhan pelatihan.
Pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan suatu studi dengan berbagai cara untuk
menghasilkan informasi tentang pelatihan yang dibutuhkan, materi pelatihan,
peserta latih, asal peserta latih.
Merumuskan tujuan pelatihan.
Dirumuskan adanya tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga semakin
jelas dan tepat ke arah mana tujuan yang ingin dicapai dengan pelatihan. Tujuan
digambarkan dalam bentuk kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta ketika
selesai mengikuti pelatihan.
Merancang program pelatihan.
3
Rancangan ini akan menjabarkan kompetensi dalam kegiatan operasional yang
dapat diukur. Rumusan kompetensi ini harus dicapai dengan memberikan materi
pelatihan yang tertuang dalam kurikulum.
Melaksanakan program pelatihan.
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan pedoman pada
kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Penyimpangan terhadap kurikulum akan
dapat berakibat tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Melakukan evaluasi program pelatihan.
Evaluasi pelatihan merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan program
pelatihan yang mencakup penilaian terhadap peserta, pelatih, organisasi
penyelenggara dan pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan
Terdapat empat kelompok faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah
pelatihan (Notoatmodjo, 1993) yakni :
1) Faktor materi/hal yang dipelajari,
2) Lingkungan fisik : suhu, kelembaban udara, kondisi tempat belajar dan
lingkungan sosial yakni manusia dengan segala interaksinya,
3) Instrumental yang terdiri dari perangkat keras seperti perlengkapan
belajar, alat peraga dan perangkat lunak seperti kurikulum, pengajar, serta
metode belajar
4) Kondisi individual subjek belajar yakni kondisi fisiologis seperti panca
indra dan status gizi serta kondisi psikologis misalnya intelegensi,
pengamatan, daya tangkap dan ingatan.
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), jenis-jenis metode
yang digunakan dalam pelatihan antara lain :
a) Ceramah-tanya jawab
b) Diskusi kelompok
c) Kelompok studi kecil
d) Bermain peran
e) Studi kasus
f) Curah pendapat
g) Demonstrasi
4
h) Penugasan
i) Permainan
j) Simulasi
k) Praktek lapangan.
Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi metode
ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional). Depkes (1993) menunjukkan bahwa
untuk mengubah komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk
mengubah pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas baca, panel dan
konseling. Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat,
diskusi kelompok, tanya-jawab serta pameran. Metode pelatihan demonstrasi dan bengkel
kerja lebih tepat untuk mengubah keterampilan.
PEMBAHASAN
5
` Metode pelatihan Belajar Berdasarkan Masalah (BBM) merupakan
salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi kelemahan
metode pelatihan Konvensional yang saat ini sering digunakan untuk pelatihan
kader. Prinsip metode BBM adalah suatu konsep pendekatan proses belajar
mengajar yang bermula dari masalah peserta, sehingga peserta dapat mandiri
untuk mencari pemecahan masalahnya. Di samping itu metode BBM
mempergunakan modul sebagai cara penyampaian materi, dimana materi
disusun sedemikian rupa sehingga peserta aktif dalam mempelajarinya.
Keuntungan dari metode BBM adalah lebih meningkatkan penyerapan materi
dari sasaran serta dimungkinkan pengembangan materi semaksimal mungkin
sesuai dengan bahan ajaran yang tersedia. Metode BBM lebih efektif dibanding
metode lain untuk meningkatkan keterampilan manajerial petugas kesehatan di
tingkat menengah (Virgilio, 1993), untuk promosi kesehatan dalam pendidikan
kedokteran (Jonas, 1988), dan untuk desain evaluasi program pendidikan
kesehatan bagi wanita (Nieman dkk., 1997).
Kelemahan metode BBM adalah apabila peserta tidak mampu untuk
mengembangkan bahan ajaran,maka proses belajar menjadi tidak menarik.
Menurut Harsono (2004), BBM juga mempunyai kelemahan peserta dapat
terbawa ke dalam situasi Konvensional dan tutor berubah fungsi menjadi
pemberi ceramah sebagaimana di kelas yang lebih besar,memerlukan pengajar
yang banyak, biaya pelaksanaan yang tinggi dan apabila bahan ajaran yang
tersedia terbatas, maka peserta kurang dapat mengembangkan materi pelatihan.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasy experimental dengan
rancangan penelitian non-randomized control group pretest postest design.
Populasi penelitian ini adalah seluruh kader gizi sebanyak 164 orang yang
berada di Kecamatan Tempuran. Alat ukur penelitian berupa kuesioner untuk
mengukur pengetahuan kader gizi dan daftar tilik untuk mengukur
keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu.
6
HASIL
METODE :
7
pendidikan gizi dengan media visual nutrition card dan papan tulis.
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah
intervensi. Intervensi dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan selama 1
bulan. Dalam 1 minggu terdapat 2 kali pertemuan dengan masing-masing
pertemuan menghabiskan waktu sebanyak kurang lebih 30 menit.
Kelebihan dari media ini adalah lebih mengutamakan unsur permainan
yang sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar yang senang bermain
dan penggunaan kartu sudah tidak asing lagi di kalangan anak-anak
sehingga lebih
mudah dalam memainkannya.
kelemahan dari media ini adalah tidak bisa dimainkan sendiri dan harus
menggunakan fasilitator.
8
Hasil pengukuran pengetahuan sebelum diberikan intervensi
dengan menggunkan media visual nutrition card sebesar 7,59 ±2,06 dan
sesudah intervensi sebesar 8,92 ±0,99. Sedangkan hasil pengukuran
pengetahuan sebelum diberikan intervensi dengan media papan tulis
sebesar 7,62 ±1,98 dan sesudah intervensi sebesar 7,7 ±1,78. Ketiga hal
tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan
setelah diberikan intervensi. Nilai rata-rata pengetahuan sesudah diberikan
intervensi dengan media nutrition card adalah sebesar 8,92 ±0,99 dan
papan tulis sebesar 7,7 ±1,78. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata tingkat
pengetahuan sesudah diberikan pendidikan gizi dengan media nutrition
card lebih besar dibandingkan dengan papan tulis
METODE
Kuasi eksperimental dengan ancangan penelitian yang
dipergunakan adalah pre test - post test non equivalent control group
design atau pra intervensi - paska intervensi dengan kelompok kontrol
tanpa randomisasi. Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2014 di
Kecamatan Gatak. Subjek penelitian adalah ibu hamil yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah ibu hamil yang
bersedia mengikuti penelitian, ibu hamil dengan usia kehamilan trimester
9
II (12-24 minggu), kehamilan tunggal, dan memiliki kesadaran baik dan
kooperatif. Sementara kriteria eksklusi sampel yaitu ibu hamil yang
memiliki penyakit kronis (jantung, diabetes, liver, TBC) dan ibu hamil
yang memiliki riwayat penyakit perdarahan (wasir, anemia, talasemia,
leukemia).
Sampel berjumlah 70 orang yang terbagi menjadi 33 ibu hamil
pada kelompok perlakuan dan 37 ibu hamil pada kelompok kontrol.
Kelompok perlakuan mendapat pendidikan gizi melalui buklet anemia dan
suplementasi zat besi (Fe) yang berisi 60 mg sulfas ferosus dan 400 asam
folat secara harian di kelas ibu hamil selama tiga bulan. Kelompok kontrol
tidak mendapatkan pendidikan gizi tetapi mendapatkan suplementasi zat
besi harian selama 3 tiga bulan.
10
tidak mendapatkan penelitian gizi, rerata skor tingkat pengetahuan awal
responden adalah 71,48 dan skor tingkat pengetahuan akhir adalah 71,62.
Selisih skor antara skor tingkat pengetahuan akhir dan awal dari ibu hamil
yang tidak mendapatkan pendidikan gizi adalah 0,13 dan tidak terdapat
perbedaan bermakna (t=0,18;p>0,05).
11
berpengaruh (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa jumlah kehamilan ibu, tingkat pendidikan terakhir ibu,
dan pekerjaan responden tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
mengonsumsi zat besi.
Pemberian edukasi gizi pada responden melalui kelas ibu hamil
pada penelitian ini mampu meningkatkan asupan protein secara bermakna
sebesar 10,98% dibandingkan kelompok kontrol. Asupan protein
kelompok perlakuan pada awal penelitian termasuk kriteria defisit, setelah
mendapat pendidikan gizi asupan protein responden meningkat secara
bermakna sehingga masuk kriteria sedang. Pada kelompok kontrol, asupan
proteinnya meningkat secara bermakna dari tingkat asupan makanan
defisit pada awal penelitian menjadi kriteria kurang pada akhir penelitian.
METODE
pendekatan kuantitatif dengan rancangan Quasi Eksperimental dengan
bentuk Non Equivalent Control Grouppre test-posttest, yaitu
mengelompokanan angota sampel kedalam dua kelompok perlakukan
yang berbeda.
Keterangan:
XI : Kelompok konseling.
X2 : Kelompokkonseling.
12
Rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan promosi ASI
eksklusif dengan metode konseling 2,87 ±2,270 dan metode penyuluhan
6,53 ±4,343. Sesudah diberikan promosi ASI eksklusif terjadi peningkatan
pengetahuan metode penyuluhan 13,97 ±0,718 dari uji statistic (p<0,05)
terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan metode konseling
dengan metode penyuluhan. Dari hasil analisis data dimana didapatkan
terdapat peningkatan pengetahuan setelah prlakuan. Hal ini menunjukkan
intervensi yang tepat pada sasaran dan cara penyampaian yang tepat, akan
memberikan hasil yang baik atau sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Notoatmodjo (2005) mengatakan promosi kesehatan akan berhasil bila
pesan (message) yang ingin disampaikan kepada komunikan disusun
dengan terencana, efektif dan efisien dengan pemilihan metoda yang tepat.
Hal ini sesuai yang telat peneliti lakukan, dimana sebelum peneliti
melakukan intervensi terlebih dahulu peneliti membuat panduan
pelaksanaan penyuluhan dan konseling.
METODE
Studi menggunakan desain Quasi Experimental pre-post design
tanpa randomisasi dan tanpa kelompok kontrol. Subyek penelitian
13
sebanyak 65 responden (59 kader posbindu dari 21 posbindu dan 6 petugas
gizi dan koordinator lansia) telah dilatih dalam 1 kali pelatihan selama 2
hari bertempat di FKM-UI. Data primer dikumpulkan melalui penilaian
pre-post tes peserta pelatihan meliputi pertanyaan tentang pengetahuan
tentang definisi, penyebab, dan akibat obesitas; definisi gizi seimbang;
aktivitas fisik dan olahraga bagi lansia; definisi dan penyebab hipertensi;
serta tips membatasi konsumsi garam oleh lansia.
Tujuan penilaian pre-post test adalah untuk mengukur sejauh mana
tingkat perubahan peserta pelatihan tentang obesitas dan hipertensi lansia.
Instrumen penelitian berupa kuesioner pre-post test dan daftar tilik
(checklist) untuk penilaian keterampilan kader menyuluh obesitas dan
hipertensi di posbindu. Pelatihan diisi dengan topik teori obesitas dan
hipertensi selama 2 jam yang dilanjutkan dengan praktik penyuluhan oleh
narasumber selama 60 menit dan simulasi/role play oleh peserta selama 3
jam. Teknik penyuluhan kader yang ingin ditingkatkan pasca pelatihan
adalah dari metode konvensional berupa ceramah dan tanya jawab
menjadimetode pendekatan berdasarkan kelompok massal. Metode
terakhir ini mengumpulkan umpan balik dari peserta penyuluhan melalui
diskusi dengan peserta, memancing keaktifan peserta, dan berkomunikasi
dengan baik secara sistematis.
14
100 karena jawabannya benar semua pada angket post-test. Empat orang
peserta memiliki skor nilai tetap di akhir pelatihan dan ada 2 orang yang
skor nilainya turun saat post test. Sebagian besar peserta memiliki
kenaikan skor cukup tinggi pada item pertanyaan tentang hipertensi dan
obesitas, kecuali gizi seimbang dan pengukuran tinggi badan prediksi
lansia. Hampir seluruh responden dapat menjawab pertanyaan alat IMT
Meter berfungsi untuk mengukur tinggi badan prediksi (90%).
15
cenderung paling rendah dibandingkan yang menamatkan SMA/SMK dan
D3/S1.
Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Kader Pemantauan
Tumbuh Kembang Balita di Posyandu dengan Metode BBM dan
Mind Mapping (MM).
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan pendekatan
quasy eksperimenya itu penelitian yang memiliki perlakuan yaitu peltihan
dengan metode BBM dan metode MM dan mengukur dampak dari
pelatihan tersebut, dengan jumlah sampel 109 orang kader yang bekerja
pada posyandu strata madya di wilayah Kota Magelang, dari bulan Januari
2015 sampai dengan Maret 2015. Tehnik pengambilan data dengan pretest
postest menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan lembar observasi untuk mengetahui ketrampilan kader. Data yang
sudah dikumpulkan diolah dianalisis secara kuantitatif, dengan analisis
univariat dan Analysis Of Variance (ANOVA).
Analisa univariat ini berfungsi untuk meringkas kumpulan data
hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna, sedangkan uji Analysis Of
Variance (ANOVA) untuk menguji perbedaan pengetahuan dan
ketrampilan antara kelompok kontrol (kelompok konvensional) dan
kelompok perlakuan (BBM dan MM). Variabel penelitian adalah variabel
bebas pelatihan dengan metode BBM dan MM, sedangkan variabel
terikatnya adalah pengetahuan dan ketrampilan kader dalam kegiatan
posyandu
16
umur pada kelompok kontrol 38,62 tahun. Sedangkan persentase tingkat
pendidikan dari semua responden semuanya berpendidikan SLTA.
Sedangkan hasil analisis univariat menganai pelatihan yang pernah
diikuti responden sebelumnya, diketaui bahwa 80% mereka pernah
mengikuti pelatihan sebelumnya baik pelatihan dasar maupun pelatihan
penyegaran kader. Hasil analisis univariat informasi tentang tumbuh
kembang, 89,2% responden pada kelompok BBM pernah mendapatkan
informasi tumbuh kembang, 63,63% diperoleh dari petugas kesehatan,
10% dari media massa dan 50% diantaranya memperoleh informasi dari
buku.
Berdasarkan analisa statistic Analysis Of Variance (ANOVA)
terhadap pengetahuan dan ketrampilan kader sebelum dan sesudah
pelatihan dapat dilihat Bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dengan kelompok kader yang menggunakan metode
BBM maupun kelompok MM sebelum pelatihan, ditunjukkan dengan nilai
p=0,080.
17
bahan makanan, sedangkan materi audiovisual berupa video berdurasi 28
menit, LCD, dan soundsystem untuk penayangannya. Penelitian ini
dilakukan dalam 3 tahap, yakni tahap persiapan, pelaksanaan, dan
penyelesaian.
Pembahasan
Dilihat pada grafik di bawah, total skor pre test pada kelompok kontrol
dan pelatihan berkisar antara 19,6-20,5. Kurang lebih 1 bulan setelah pre
test dilakukan post test dengan peningkatan total skor pada kelompok
kontrol dan pelatihan berkisar 20,9-22,4 yang dapat dilihat pada grafik di
atas sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan paling banyak terjadi
pada kelompok yang diberi pelatihan.
18
pelatihan gizi dengan metode roleplay dan audiovisual. Oleh karena
itu,dapat dikatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang didapat
responden adalah efek perlakuan proses pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan audiovisual dan roleplay dan didukung dengan pemberian
leaflet yang dibaca di rumah.
Hasil
19
Terjadi peningkatan keterampilan sebelum pelatihan dengan rerata sebesar
3,12, sesudah pelatihan dengan rerata menjadi 7,02 dengan peningkatan
sebesar 41%. Peningkatan kemampuan paling besar adalah pada
keterampilan cara kader menggali masalah penurunan berat badan pada
balita sebesar 30%.
Pelatihan dalam jangka pendek dapat menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan individu.
Dalam penelitian ini metode pelatihan yang diberikan dengan
menggunakan metode ceramah. Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa
metode cer- amah sangat baik digunakan untuk sasaran peserta dengan
pendidikan tinggi dan rendah. Paling banyak peserta pelatihan
berpendidikan SMP (40%).
Pembahasan
20
Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat hasil pre-test dan post-test
diketahui nilai sebelum dilakukan pelatihan tentang menilai pertumbuhan
balita yang lebih banyak memiliki pengetahuan baik yaitu 16 kader
(57,1%), dan pengetahuan kurang 12 orang kader (42,9%). Namun
setelah dilakukan pelatihan tentang menilai pertumbuhan balita, jumlah
kader yang memiliki pengetahuan baik meningkat menjadi 24 orang kader
(85,7%), pengetahuan kurang menjadi 4orang kader (14,3 %).
21
keterampilan kader dapat diketahui bahwa sebelum pelatihan
keterampilan kader lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 20
kader (71,5 %) dan kurang baik sebesar 8 kader (28,6 %). Namun sesudah
dilakukan pelatihan tentang menilai pertumbuhan balita tindakan kader
lebih banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (96,4 %) dan
tidak terampil sebanyak 1 orang kader ( 3,6 %), yang dapat dilihat pada
Gambar 2.
22
BAB III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan
dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan sebuah pelatihan yaitu yang pertama
mengkaji kebutuhan pelatihan, merumuskan tujuan pelatihan, merancang program
pelatihan, melaksanakan program pelatihan, melakukan evaluasi program
pelatihan, dan terakhir melakukan evaluasi program pelatihan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari sebuah pelatihan adalah yang pertama yaitu
materi yang dipelajari, yang kedua yaitu lingkungan fisik, yang ketiga intrumental
yang terdiri dari perangkat keras, dan yang terakhir kondisi individual subjek
belajar yakni kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.
Ada berbagai macam metode pelatihan gizi yang digunakan antara lain
dengan menggunakan metode Belajar Berdasarkan Masalah (BBM), dengan
menggunakan eksperimen pre – post test, Mind Mapping (MM), dan Roleplay.
Setiap metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing baik
faktor yang mempengaruhinya berasal dari dalam maupun dari luar.
Saran
Setelah membuat makalah tentang “Pendidikan Gizi Dengan Metode
Pelatihan” ini diharapkan pembaca dapat mengerti mengenai materi yang
bersangkutan dengan makalah ini, dan diharapkan adanya kritikan dan saran
perbaikan yang diberikan dosen kepada pembuat makalah ini dikarenakan masih
banyak kesalahan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arep, Ishak Dan Hendri Tanjung, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Universitas Trisakti: Jakarta.
Kirkpatrick, D, L. 1994. Evaluating Training Program. Prentice Hall
International, Inc.
Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Suharjo. 2007. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Aksara Bekerjasama Dengan
Universitas Pangan dan Gizi Intitut Pertanian Bogor: Jakarta.
Fatmah. 2013. Pengaruh Pelatihan Pada Peningkatan Pengetahuan Dan
Keterampilan Teknis Penyluhan Obesitas Dan Hipertensi Kader Posbindu
Kota Depok. Jurnal Makara Seri Kesehatan: Depok.
Sukiarko, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan Dengan Metode Belajar Berdasarkan
Masalah Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam
Kegiatan Posyandu. Program Pascasarjana, Universitas Semarang.
Triyanti, Mimin, Laksmono Widagdo, Dan Syamsulhuda. 2017. Peningkatan
Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Pemantauan Tumbuh Kembang
Balita Di Posyandu Dengan Metode BBM Dan Mind Mapping (MM). Jurnal
Promosi Kesehatan: Semarang.
Hermawan, Andri Dwi, Dkk. 2016. Efektifitas Pelatihan Konseling Dan
Penyusunan Menu MP-ASI Terhadap Keterampilan Kader Dalam
Mendampingi Ibu. Jurnal Vokasi Kesehatan: Pontianak.
Hadayati, Titiek Dan Dhara Indah Kartika Jati. 2011. Pengaruh Pelatihan Gizi
Metode Roleplay Dan Audiovisual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Tentang Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan I, Bantul. Mutiara
Medika: Yogyakarta.
Gusti, Dalina, Dkk. 2011. Promosi ASI Eksklusif Memakai Metode Konseling
Dengan Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Ibu Menyusui.
Jurnal Kesehatan Masyarakat: Padang.
24
Sulsatijah, Siti, dkk. 2015. Pengaruh Pendidikan Gizi Dalam Upaya
Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi Zat Besi Melalui Kelas Ibu Hamil.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Yogyakarta.
Wahyuningsih, Ni Putu, dkk. Media Pendidikan Gizi Nutrition Card Berpengaruh
Terhadap Perubahan Pengetahuan Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga: Surabaya.
25