Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA) PADA ANAK

FITRIYANTI POHIYALU

841722012

PRECEPTOR AKADEMIK PRECEPTOR KLINIK

(…………………………………...) (………………..……………….)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial. Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare
dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Sari, 2018).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit yang pathogen (Putri,2019).
B. Etiologi Gastroenteritis Akut (GEA)
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus Enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yesinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak
sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi (Faizah, 2019).
C. Manifestasi Klinis Gastroenteritis Akut (GEA)
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang, kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir
atau darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak (Faiza, 2019).
D. Prognosis
Prognosis gastroenteritis akut kebanyakan baik, tetapi bisa bersifat fatal jika dehidrasi
tidak ditangani dengan baik (Putri, 2019).
E. Patofisiologi Gastroenteritis Akut (GEA)
Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa
lambung, meliputi: (1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion
H+meningkat; (2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan (3) jumlah asam lambung yang
tinggi. Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya, stress fisik akan
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbuk daerah-daerah infark kecil.
Selain itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees fisik biasanya
tidak terganggu (Sari, 2018).
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat asimtomatik. Bakteri yang
masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi
mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke
lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel epithelial lambung dan
terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan
enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan
terjadilah gastroenteristis akut (Sari, 2018).
Widagdo (2011) dalam Sari (2018) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara
fekaloral bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu
norovirus, Virus penyebab diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot
yang rata disertai adanya sebukan sel radang mononuclear pada lamina propania sedang pada
mukosa lambung tidak terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis.
Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum
gejala klinik hilang.
Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan garam
berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi dari cairan usus, serta
aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah malabsorpsi karbohidrat terutama
laktosa. Faktor penyebab gastroenteristis virus lebih banyak mengenai bayi dibandingkan dengan
anak besar adalah fungsi usus berkurang, imunitas spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme
pertahanan spesifik seperti asam lambung dan mukus. Enteritis virus juga meningkatkan
permiabilitas terhadap makromolekul di dalam usus dan ini diperkirakan sebagai penyebab
meningkatnya resiko terjadinya alergi makanan (Sari, 2018).
Pathway
F. Komplikasi Gastroenteritis Akut (GEA)
Berikut ini beberapa komplikasi gastroenteritis akut (Sari, 2018).
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (gejala meteorismus, lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa.
6. Kejang yang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik
G. Pencegahan Gastroenteritis Akut (GEA)
Berikut ini terdapat beberapa pecegahan gastroenteristis akut pada anak (Faiza, 2019).
1. Memberi ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan.
2. Menghindari penggunaan susu formula.
3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
4. Menggunakan air bersih untuk minum.
5. Memncuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah membuang feses
bayi, serta sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan.
6. Membuang feses bayi secara benar (Faiza, 2019)
H. Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut (GEA)
1. Rehidrasi Oral
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterimadiseluruh
dunia karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit
diare. Larutan rehidrasi oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare
atau beberapa punkadar natrium serum anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral
yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium, kalium dan bikarbonat dan
larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik. Penambahan glukosa kedalam
larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kontransportasi
natrium yang digabungkan dengan glukosa yang maksimal apanila konsentrasi
glukosa tidak lebih daripada 110-140mmol/L (2,0-2,5 g/L).
2. Asi ekslusif
3. Obat antidiare (Putri, 2019)
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Nefrolitiasis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang
GEA (Gastroenteritis Akut)
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat : Tidak terkaji
3)      Alergi : Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : GEA (Gastroenteritis Akut)
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c.   Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
N Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher :
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
Tidak terkaji
6. Penatalaksanaan
Tidak terkaji
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare (D.0020)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Makanan
2. Hipovolemia ( D.0023)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
3. Defisit Nutrisi (D. 0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan cairan
4. Hipertermia ( D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
5. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D. 0037)
Kategori : Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan cairan
6. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
C. Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Diare Eliminasi Fekal Manajemen Diare
Definisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak selama 3x24 jam maka Eliminasi Fekal Observasi:
berbentuk pasien dapat membaik dengan 1. Identifikasi penyebab diare (mis.
Penyebab: Kriteria Hasil: inflamasi gastrointestinal, iritasi
Fisiologis 1. Control pengeluaran feses meningkat gastrointestinal, proses infeksi,
1. Inflamasi gastrointestinal 2. Keluhan defekasi lama dan sulit malabsorbsi, ansietas, stress, efek obat
2. Iritasi gastrointestinal menurun obatan, pemberian botol susu)
3. Proses infeksi 3. Mengejan saat defekasi menurun 2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
4. Malabsorbsi 4. Urgensi menurun 3. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
Psikologis 5. Nyeri abdomen menurun konsistensi tinja
1. Kecemasan 6. Kram abdomen menurun 4. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
2. Tingkat stress tinggo 7. Konsistensi feses membaik (mis. takikardia, nadi teraba lemah,
Situasional 8. Frekuensi BAB membaik tekanan darah turun, turgor kulit turun,
1. Terpapar kontaminan 9. Peristaltic usus membaik mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
2. Terpapar toksin turun)
3. Penyalahgunaan laksatif 5. Monitor jumlah pengeluaran diare
4. Penyalahgunaan zat 6. Monitor keamanan penyiapan makanan
5. Program pengobatan Terapeutik
6. Perubahan air dan makanan 1. Berikan asupan cairan oral (mis. garam
7. Bakteri pada air gula, oralit, pedialyte, renalyte)
Gejala dan Tanda Mayor 2. Pasang jalur intravena (mis. ringer laktat,
Subjektif ringer asetat jika perlu)
- 3. Ambil sampel darah dan pemeriksaan
Objektif darah lengkap dan elektrolit
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam 4. Ambil sampel fesef dan kultur, jika perlu
2. Feses lembek atau cair Edukasi
Gejala dan Tanda Minor 1. Anjurkan makan porsi kecil dan secara
Subjektif bertahap
1. Urgency 2. Anjurkan menghindari makanan
2. Nyeri/kram abdomen pembentuk gas , pedas dan mengandung
Objektif laktosa
1. Frekuensi peristaltic meningkat Kolaborasi
2. Bising usus hiperaktif 1. Kolaborasi pemberian obat antimolitas
Kondisi klinis terkait (mis. loperamide, difenoksilat)
1. Iritasi usus 2. Kolaborasi pemberian obat
2. Gastritis antispasmodic/spasmolitik (mis. paverine,
ekstak belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
(mis. atapulgit, smeklit, kaolin-pektin)
2 Hipovolemia ( D.0023) Status cairan Manejemen Hipovolemia (I.003116)
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi :
Subkategori : Nutrisi dan cairan selama 3x24 jam maka status cairan pasien Mengidentifikasi dan mengelola penurunan
Definisi membaik. Dengan kriteria hasil : volume cairan intravaskuler
Penurunan volume cairan intravascular, 1. Kekuatan nadi meningkat Tindakan
interstisial, dan atau intraselular. 2. Berat badan cukup meningkat Observasi :
Penyebab 3. Perasaan lemah menurun 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Kehilangan cairan aktif 4. Frekuensi nadi normal (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
Gejala dan tanda mayor 5. Tekanan darah normal teraba lemah, tekanan darah menurun,
Subjektif : - tekanan nadi menyempit, turgor kulit
Objektif : menurun, membran mukosa kering,
1. Nadi teraba lemah volume urin menurun, hematokrit
2. Tekanan darah menurun meningkatkan, haus, lemah)
Gejala dan tanda minor 2. Monitor intake dan ouput cairan
Subjektif : klien merasa lemah Terapeutik :
Objektif : 3. Hitung kebutuhan cairan
1. Berat badan turun tiba-tiba 4. Berikan posisi modified trendelenbung
Edukasi :
5. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
8. Kolaborasi pemberian produk darah
3 Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Menejemen nutrisi
Kategori : Fisiologis Setelah melakukan tindakan keperawatan Definisi :
Subkategori : Nutrisi dan Cairan selama 3 x 24 jam maka status nutrisi Mengidentifikasi dan mengelolah asupann
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk pasien membaik dengan kriteria hasil nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan metabolisme. 1. porsi makanan yang di habiskan Tindakan
Penyebab : meningkat Observasi :
1. kurangnya asupan makanan 2. kekuatan otot pengunyah - identifikasi status nutrisi
2. Ketidakmampuan menelan makanan meningkat - identifikasi alergi dan intoleransi
3. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. verbalisasi keinginan untuk makanan
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient meningkatkan nutrisi meningkat - identifikasi makanan yang di sukai
5. Peningkatan kebutuhan metabolisme 4. pengetahuan tentang pilihan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
6. faktor ekonomi (mis, financial tidak makana yang sehat meningkat jenis nutrient
mencukupi) 5. pengetahuan tentang pilihan - identifikasi perlunya pengguanaan
7. Factor psikologis (mis. Stress, keengganan minuman yang sehat meningkat selang nasogastric
untuk makan) 6. pengetahuan tentang standar asupan - monitor asupan makanan
Gejala dan Tanda Mayor : nutrisi yang tepat meningkat - monitor berat badan
- Subjektif 7. sikap terhadap makanan/minumam - monitor hasil pemeriksaan
(tidak tersedia) sesuai dengan tujuan kesehatan laboratorium
- Objektif meningkat Terapeutik :
1. Berat badan menurun minimal 10% di 8. sariawan menurun - melakukan oral hygiene sebelum
bawah rentang ideal 9. Berat badan membaik makan, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor : 10. Indeks masa tubuh membaik - fasilitasi menentukan pedoman diet
- Subjektif 11. frekuensi makanan membaik (mis, piramida makanan)
1. cepat kenyang setelah makan 12. nafsu makan membaik - sajikan makanan secara menarik dan
2. kram/nyeri abdomen suhu yang sesuai
3. Nafsu makan menurun - berikan makana tinggi serat utuk
- Objektif mencegah konstipasi
1. bising usus hiperaktif - berikan makanan tinggi kalori dan
2. Otot pengunya lemah tinggi protein
3. Otot menelan lemah - berikan suplemen makanan , jika perlu
4. membrane mukosa pucat - hentikan pe,berian makan melalui
5. sariawan selang nasogatrik, jika asupan oral
6. serum albumin turun dapat di toleransi
7. rambut rontok berlebihan Edukasi :
8. diare - anjurkan posisi duduk , jika mampu
Kondisi klinik terkait : - ajarkan diet yang diprogramkan
1. stoke Kolaborasi :
2. parkinsom - kolaborasi pemberian medikasi
3. mobius syndrome sebelum makan ( mis,pereda nyeri,
4. cerebral palsy antiemetic), jika perlu
5. cleft lip - kolaborasi dengan ahli giji untuk
6. cleft palate menentukan jumlah kalori dan jenis
7. amyotropic nutrient yang di butuhkan, jika perlu
8. Infeksi
9. AIDS
4 Hipertermia ( D.0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)
Kategori : Lingkungan Definisi
Subkategori : Keamanan dan Proteksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
Definisi selama 3x24 jam masalah hipertermia suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi.
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal diharapkan membaik dengan kriteria hasil : Tindakan
tubuh. 1. Menggigil menurun Observasi
Penyebab 2. Kejang menurun 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
1. Dehidrasi 3. Suhu tubuh membaik dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
2. Terpapar lingkungan panas 4. Suhu kulit membaik penggunaan inkubator)
3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker) 2. Monitor suhu tubuh
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
lingkungan Terapeutik
5. Peningkatan laju metabolisme 1. Sediakan lingkungan yang dingin
6. Respon trauma 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
7. Aktivitas berlebihan 3. Berikan cairan oral
8. Penggunaan inkubator 4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
Gejala dan Tanda Mayor jika mengalami hiperhidrosis(keringat
Subjektif berlebihan)
(tidak tersedia) 5. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Objektif selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Suhu tubuh diatas nilai normal pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Edukasi
(tidak tersedia) 1. Anjurkan tirah baring
Objektif Kolaborasi
1. Kulit merah 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
2. Kejang elektrolit intravena jika perlu
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangan
Kondisi Klinis Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
5 Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037) Keseimbangan Elektrolit (L.03021) Pemantauan Elektrolit (L.03122)
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan selama 3x24 jam masalah resiko Mengumpulkan dan menganalisis data terkait
Definisi ketidakseimbangan elektrolit tertasi dengan regulasi keseimbangan elektrolit.
Beresiko mengalami perubahan kadar serum kriteria hasil : Tindakan
elektrolit 1. Serum natrium dari skala 1 Obsevasi
Faktor Resiko memburuk menjadi skala 5 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
1. Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi membaik ketidakseimbangan elektrolit
dan intoksikasi air) 2. Serum kalium dari skala 1 2. Monitor kadar elektrolit erum
2. Kelebihan volume cairan memburuk menjadi skala 5 3. Monitor mual, muntah dan diare
3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. membaik 4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
diabetes) 3. Serum klorida dari skala 1 Terapeutik
4. Efek samping prosedur (mis. pembedahan) memburuk menjadi skala 5 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
5. Diare membaik dengan kondisi pasien
6. Muntah 2. Dokumentasi hasil pemntauan
7. Disfungsi ginjal Edukasi
8. Disfungsi regulasi endokrin 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Kondisi Klinis Terkait pemantauan
1. Gagal ginjal 2. Informasikan hasil pemntauan, jika
2. Anoreksia nervosa perlu
3. Diabetes melitus
4. Penyakit Chron
5. Gastrointeritis
6. Pankreatiti
7. Cedera kepala
8. Kanker
9. Trauma multipel
10. Luka bakar
11. Anemia sel sabit
6 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129) Integritas Kulit/Jaringan (L.14125) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Kategori : Lingkungan Definisi
Subkategori : Keamanan dan proteksi Setelah melakukan pengkajian selama 3 × Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
Definisi 24 jam integritas kulit / jaringan menjaga keutuhan, kelembaban dan
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau meningkat, dengan kriteria hasil : mencegah perkembangan mikroorganisme
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, 1. Elastisitas cukup meningkat Tindakan
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau 2. Hidrasi cukup meningkat Observasi
ligamen). 3. Perfusi jaringan cukup meningkat - Identifikasi penyebab gangguan
Penyebab 4. Kerusakan jaringan cukup menurun integritas kulit (mis. perubahan
1. Perubahan sirkulasi 5. Kerusakan lapisan kulit cukup sirkulasi, perubahan status nutrisi,
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau menurun penurunan kelembaban, suhu
kekurangan 6. Nyeri cukup menurun lingkungan ekstrem, penurunan
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan 7. Perdarahan cukup menurun mobilitas)
4. Penurunan mobilitas 8. Kemerahan cukup menurun Terapeutik
5. Bahan kimia iritatif 9. Hematoma cukup menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
6. Suhu lingkungan yang ekstrem 10. Pigmentasi abnormal cukup baring
7. Faktor mekanis (mis. penekanan pada menurun - Lakukan pemijatan pada area
tonjolan tulang, gesekan) atau faktor 11. Jaringan parut cukup menurun penonjolan tulang, jika perlu
elektris (elektrodiatermi, energi listrik 12. Nekrosis cukup menurun - Bersihkan perineal dengan air hangat,
bertegangan tinggi) 13. Abrasi kornea cukup menurun terutama selama periode diare
8. Efek samping terapi radiasi 14. Suhu kulit cukup membaik - Gunakan produk berbahan petroleum
9. Kelembaban 15. Sensasi cukup membaik dan minyak pada kulit kering
10. Proses penuaan 16. Tekstur cukup membaik - Gunakan produk berbahan
11. Neuropati perifer 17. Pertumbuhan rambut cukup ringan/alami dan hipoalergik pada
12. Perubahan pigmentasi membaik kulit sensitif
13. Perubahan hormonal - Hindari produk berbahan dasar
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya alkohol pada kulit kering
mempertahankan/melindungi integritas Edukasi
jaringan - Anjurkan menggunakan pelembab
Gejala dan Tanda Mayor (mis. lotion, serum)
Subjektif - Anjurkan minum air yang cukup
(tidak tersedia) - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Objektif - Anjurkan meningkatkan asupan buah
1. Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit dan sayur
Gejala dan Tanda Minor - Anjurkan menghindari terpapar suhu
Subjektif ekstrem
(tidak tersedia) - Anjurkan menggunakan tabir surya
Objektif SPF minimal 30 saat berada di luar
1. Nyeri rumah
2. Perdarahan - Anjurkan mandi dan menggunakan
3. Kemerahan sabun secukupnya
4. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal Ginjal
4. Diabetes Melitus
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)
DAFTAR PUSTAKA
Faizah, I.L. 2019. Asuhan Keperawatan pada An. S dengan Diagnosa Medis GE (Gastroenteritis)
di Ruang Ashoka RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Program DIII
Keperawatan Akademi Keperawatan Kerta Cendekia. Sidoarjo
Putri, D.E.N. 2019. Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Diagnosa Medis GE
(Gastroenteritis) di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Program
DIII Keperawatan Akademi Keperawatan Kerta Cendekia. Sidoarjo
Sari, I.M. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis di Rumah Sakit
Samarinda Medika Citra. Karya Tulis Ilmiah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda. Kalimantan
Timur.

Anda mungkin juga menyukai