TERINFEKSI HIV
DISUSUN OLEH :
OLEH :
KELOMPOK 3 B13-A
PANDE WAYAN WIJAYANTI 203221094
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI 203221095
DEWA GDE SUDIASTA 203221096
I WAYAN SELAMET WIDYAGUNA 203221097
NI WAYAN SUPARTI 203221098
NI MADI DIANTARINI 203221099
NYOMAN RAI PARMINI 203221100
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULIAN
1
f. Mahasiswa/mahasiswa penatalaksanaan HIV/AIDS
g. Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat asuhan keperawatan HIV/AIDS
1.3 Rumusan Masalah
1Apa pengertian HIV/AIDS?
2. Apa etiologi dari HIV/AIDS?
3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
4. Apa saja manifestasi klinis HIV/AIDS?
5. Apa saja stadium HIV/AIDS?
6. Apa saja uji laboratorium dan diagnostik dari HIV/AIDS?
7. Apa saja penatalaksanaan HIV/AIDS?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ASKEP
2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Idensitas klien meliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia,
jenis kelamin, agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian.
b. Identitas penanggungjawab
c. Keluhan Utama Orangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk
disertai sesak napas.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien terus batuk – batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua
hari yang lalu mulai disertai sesak napas.klien juga terkena diare
dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam klien demam dan
di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua klien
membawanya ke rumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
a) Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan
Keluhan selama hamil
Riwayat terkena sinar tidak ada
Kenaikan berat badan selama hamil
Imunisasi
b) Natal
Tempat melahirkan
Lama dan jenis persalinan
Penolong persalinan
3
Komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan
(sedikit perdarahan daerah vagina).
c) Post Natal
Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm
Kondisi anak saat lahir: baik/tidak
Penyakit yang pernah dialami … setelah imunisasi
Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada
Imunisasi
Alergi
Perkembangan anak dibanding saudara-saudara
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang mengidap HIV
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan
reaksi setelah pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak, Hepatitis.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cm
Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)
Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada
orang lain, bicara pertama kali, berpakaian tanpa bantuan .
h. Riwayat Nutrisi
a) Pemberian ASI
Pertama kali di susui : berapa jam setelah lahir
Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
Lama Pemberin : berapa menit
Diberikan sampai usia berapa
b) Pemberian Susu Formula :Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia
sampai nutrisi saat ini
4
i. Riwayat Psiko Sosial
Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumah
Hubungan antar anggota kelurga baik
Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll
j. Riwayat spiritual
Kegiatan ibadah, tempat ibadah.
k. Reaksi Hospitalisasi
Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
l. Aktivitas sehari-hari
Kaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang:
nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene,
aktivitas/mobilisasi, rekreasi.
m. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma. Ekspresi
wajah, penampilan ( berpakaian)
2) Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darah
3) Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.
4) Head To Toe
a. Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk
b. Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna
hitam dan tidak ada peradangan
c. Kuku : Jari tabuh
d. Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata
cekung
b) Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak
ada polip, dan fxungsi penciuman normal
c) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan,
tidak ada perdarahan
5
d) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan
mukosa, terjadi Peradangan dan perdarahan pada gigi
,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak
kering dan bibir pecah-pecah.
e) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.
f) Dada : dada masih terlihat normal
g) Abdomen : Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus
meningkat dan perut mules dan mual.
h) Perineum dan genitalia : Pada alat genital terdapat bintik-bintik
radang
i) Extremitas atas/ bawah : Extremitas atas dan extremitas bawah
tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan
proses penyakit.
5) Sistem Pernafasan
Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada,
secret : ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe di sub mandibula.
Dada :
Bentuk dada : Normal
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :
1:1
Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi
Suara nafas : ronki
Suara nafas tambahan : ronki
Tidak ada clubbling finger
6) Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri
carotis : berisi reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi
Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
6
Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time > 2 detik
7) Sistem pencernaan:
Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt
akibat adanya virus yang menyerang usus
Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum
normal,
Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
8) Sistem indra
a. Mata : agak cekung
b. Hidung : Penciuman kurang baik,
c. Telinga:
Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih
akibat benyebaran penyakit
Fungsi pendengaran kesan baik
9) Sistem Saraf
a. Fungsi serebral:
Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
Bicara : -
Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik
(bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal)
=5
b. Fungsi kranial :Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-
tanda kelainan dari Nervus I – Nervus XII.
c. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya
dibantu oleh orang tua
d. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi
(terkesan terganggu)
7
e. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan
normal
f. Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.
10) Sistem Muskulo Skeletal
a. Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
b. Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM
pasif, klien malas bergerak, aktifitas utama klien adalah
berbaring di tempat tidur.
c. Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan
jalan baik
d. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif
11) Sistem integumen
a. warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal,
turgor menurun > 2 dt,
b. suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
12) Sistem endokrin
a. Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
b. Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
c. Tidak ada riwayat diabetes
13) Sistem Perkemihan
a. Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam),
frekuensi berkurang.
b. Tidak ditemukan odema
c. Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
14) Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra
eksterna merah dan gatal
8
15) Sistem Imun
a. Klien tidak ada riwayat alergi
b. Imunisasi lengkap
c. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
d. Riwayat transfusi darah ada/tidak ada
2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
b. Resiko terjadi infeksi (transmisi) sehubungan dengan virus yang menular.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan
nyeri, anoreksia, diare.
d. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi oportunistik saluran
dari pernafasan, penurunan tidak volume dampak dari pengobatan,
bakteri, pnemoni, anemia.
e. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari
infeksi oportunistik saluran pencernaan.
2.3 Rencana Keperawatan
a. Diagnosa 1: Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh.
Tujuan : Anak bebas dari tanda dan gejala infeksi.
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Badan tampak lebih kuat / berenergi.
Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada tubuh.
Anak tidak terserang batuk dan rhinorhea.
Jumlah sel darah putih dan hitung jenis dalam batas normal.
Kulit tidak abrasi / rash
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, peningkatan RR,
kelemahan tubuh / letargi ).
9
R :Deteksi secara dini menurunkan resiko infeksi nosokomial / infeksi
lain.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R :Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indikator terjadinya
infeksi.
3. Berikan antibiotik, anti viral, anti jamur sesuai advis dokter.
R :Membunuh kuman penyebab.
4. Berikan Intra Venus Gamma Globulin sesuai advis dokter.
R :Memperkecil resiko kambuh.
5. Gunakan teknik aseptik dengan prosedur yang tepat.
R :Menurunkan resiko kolonisasi bakteri dan memutus rantai
penularan dari klien lain / lingkungan ke anak atau sebaliknya.
6. Kaji batuk, hidung tersumbat, pernafasan cepat dan suara nafas
tambahan tiap 8 jam.
R :Mendeteksi secara dini infeksi saluran pernafasan.
7. Pertahankan higiene pulmonar yang adekuat dengan cara :
Tiup balon untuk fungsi paru.
Suction mulut jika perlu.
Jika anak mampu anjurkan untuk bermain secara aktif.
R :Aktifitas dapat membantu dalam penyesuaian penggunaan oksigen
serta memperkuat otot-otot pernafasan.
8. Monitor SDP dan hitung jenis setiap hari.
R :Untuk memonitor terjadinya neutropenia.
9. Kaji kulit setiap hari.
R :Memonitor adanya rash, lesi, drainage.
10. Jaga kulit tetap bersih, kering dan kelembaban baik.
R :Perlindungan terhadap kulit dan membersihkan kulit secara teratur
dapat mengangkat bahan-bahan penyebab iritasi dan melindungi kulit
dari kerusakan yang lebih parah.
10
11. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang
pencegahan secara umum (universal).
R :Kejelasan mengenai pencegahan akan menyiapkan keluarga /
pengunjung turut serta memutuskan rantai penularan HIV/AIDS.
12. Instruksikan pada seluruh pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memasuki ruangan pasien.
R :Dengan mencuci tangan yang benar akan memutus rantai penularan.
13. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien.
R :Untuk mencegah kontaminasi silang dengan klien lain.
14. Gunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah / cairan tubuh,
jaringan, kulit dan atau permukaan tubuh yang terkontaminasi, untuk
antisipasi gunakan baju pelindung, untuk menghindari percikan darah
gunakan masker dan pelindung mata.
R :Proteksi diri terhadap cairan tubuh.
15. Tempatkan jarum suntik sesegera mungkin dalam tempat yang kedap
air dan tidak mudah tembus jarum.
R :Proteksi diri terhadap perlukaan.
16. Kontak personal dengan anak tanpa menggunakan sarung tangan,
masker, baju pelindung ketika melakukan kontak bicara mengukur
tanda vital dan menyuapi.
R :Mengurangi rasa terisolir secara fisik dan menciptakan suatu kontak
sosial yang positif.
b. Diagnosa 2 :Resiko terjadi infeksi (transmisi) sehubungan dengan virus yang
menular.
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi (transmisi).
Kriteria Hasil : Anak bebas dari infeksi / komplikasi.
Intervensi dan Rasional :
1. Gunakan isolasi ketat sesuai protokol, pencegahan penyakit menular.
R :Isolasi ketat dapat menghambat mata rantai penyebaran infeksi.
2. Perlindungan ketat dengan prosedur cuci tangan.
11
R :Dengan mencuci tangan yang benar akan memutus rantai penularan.
3. Gunakan alat-alat yang disposible.
R :Mencegah kontaminasi silang.
c. Diagnosa 3 :Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
sehubungan dengan nyeri, anoreksia, diare.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Berat badan meningkat.
Intake dan output seimbang.
Turgor kulit baik.
Anak mengkonsumsi diet berkalori tinggi.
Intervensi dan Rasional :
1. Timbang berat badan setiap hari.
R :Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang
diberikan.
2. Monitor intake dan output tiap 8 jam dan turgor kulit.
R :Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi
makanan.
3. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein.
R :Dengan TKTP akan meningkatkan tumbuh kembang secara
adekuat.
4. Rencanakan makanan enteral atau parenteral.
R :Bila intake nutrisi oral inadekuat.
d. Diagnosa 4 : Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi
oportunistik saluran dari pernafasan, bakteri pnemonia.
Tujuan : Pertukaran gas normal.
Kriteria Hasil :
Respirasi normal dengan ciri frekuensi, irama dan kedalaman normal.
Tidak ada PCH (pernafasan cuping hidung), dengkuran nafas, retraksi.
Suara nafas bersih pada semua lapisan paru.
12
Saturasi O2 dan BGA normal.
Tidak sianosis.
Tidak takikardi atau takipnea.
Tidak ada perubahan pada status mental.
Klien mampu batuk secara efektif.
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji fungsi respirasi dengan mengkaji tipe RR, PCH, retraksi, warna
kulit dan warna kuku.
R :Peningkatan frekuensi nafas, adanya retraksi merupakan tanda
adanya konsolidasi dari paru. Sianosis merupakan indikasi adanya
penurunan kadar oksigen dalam darah.
2. Monitor BGA.
R :Mengukur asam basa darah arteri, mendeteksi secara dini terjadinya
hipoksemia.
3. Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran gas ( sianosis, takikardia,
takipnea, kecemasan / gelisah, iritabilitas, perubahan status mental ).
R :Untuk mendeteksi gangguan secara dini dapat segera dilakukan
tindakan.
4. Atur posisi klien agar ventilasi paru maksimal dan efektif (misal :
posisi semi fowler)
R :Diafragma lebih rendah dapat meningkatkan ekspansi dada.
5. Berikan O2 sesuai keperluan.
R :Memaksimalkan transport oksigen dalam jaringan.
6. Tingkatkan intake jaringan.
R :Hidrasi membantu menurunkan viskositas sekret dan
mempermudah pengeluaran.
7. Anjurkan anak batuk secara efektif, chest fisioterapi nafas.
R :Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas. Postural drainge dan perkusi merupakan tindakan
13
pembersihan yang penting untuk mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi.
8. Suction sekret jika perlu.
R :Bila mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif,
dilakukan suction.
9. Gunakan aktifitas yang tidak terlalu banyak menggunakan energi
selama periode istirahat.
R :Pemeliharaan keseimbangan antara kebutuhan dengan keadaan /
kondisi klien mempercepat proses penyembuhan merangsang
mekanisme koping emosional yang positif.
e. Diagnosa 5 : Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare
dampak dari infeksi oportunistik saluran pencernaan atau reaksi dari
pengobatan.
Tujuan : Hidrasi baik.
Kriteria Hasil :
Intake dan output seimbang.
Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal.
Penekanan daerah perifer kembali dalam waktu kurang dari 3 detik.
Pengeluaran urine minimal perjam 1-2 cc/kg/BB.
Intervensi dan Rasional :
1. Kolaborasi pemberian cairan iv sesuai keperluan.
R :Menggantikan kehilangan cairan akibat diare.
2. Berikan cairan sesuai indikasi / toleransi.
R :Mempertahankan status hidrasi pada keadaan diare.
3. Ukur intake dan output termasuk urine, tinja dan emisi.
R :Deteksi keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh.
R :Mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
5. Kaji tanda vital, waktu penekanan daerah perifer, turgor kulit, mukosa
membran, ubun-ubun tiap 4 jam.
14
R :Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus akan
mempengaruhi tanda vital dalam mempertahankan aktivitasnya.
6. Monitor urine tipa 6-8 jam/ sesuai keperluan.
R :Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air.
2.4 Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
untuk masing-masing diagnosa. Prinsip pelaksanaan tindakan perawatan anak
dengan HIV/AIDS adalah :
a. Menjaga fungsi pernafasan.
b. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
c. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial / infeksi lain / komplikasi.
d. Mencegah terjadi infeksi ( transmisi ).
e. Mempertahankan keseimbangan kebutuhan nutrisi dan cairan.
f. Memberikan informasi dan ketrampilan pada keluarga tentang proses
penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan anak dengan HIV / AIDS.
g. Memperhatikan tumbuh kembang anak terhadap dampak dari penyakitnya
dan hospitalisasi.
h. Menjaga keutuhan kulit.
i. Mempertahankan kebersihan mulut.
2.5 Evaluasi
Cara mengevaluasi asuhan keperawatan terdiri dari 2 tahap :
a. Mengukur pencapaian tujuan.
b. Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil / pencapaian
yang telah ditetapkan.( RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR , 2000 )
15
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer,
2000:162)
Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis
dan imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak
tampak sering mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian
imunologik bayi beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama,
parameter spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8
memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih
lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun
pertama
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang
diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen
Control sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang,
hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata (didefinisikan
sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama
>2 bulan), parotitis, dan diare.
2.2 Saran
Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping
pengarahan dan bimbingan yang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan
dalam tugas dapat dicapai
16
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC
Rampengan & Laurentz (1997) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC
RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR (2000), Instalasi Rawat Inap Anak, Surabaya.
17