TRIPLE ELIMINATION
(ELIMINASI HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK)
Disusun Oleh:
Triska Fajar Suryani
2011 – 83 – 014
Pembimbing:
dr. Deborah Lantang, M. Kes
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul ‘Triple
Eliminasi (Eliminasi HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak)’. Refarat ini penulis
susun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik SMF Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Ambon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan referat ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik, terlebih khusus ucapan terima kasih kepada dr. Deborah
Lantang, M. Kes selaku pembimbing dalam penyusunan tugas referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari pembaca diharapkan demi perbaikan referat ini kedepan. Semoga referat
ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
setiap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul I
Kata Pengantar............................................................................................................................ ii
Daftar isi...................................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan............................................................................................................... 1
BAB II Tinjauan Pustaka......................................................................................................... 5
1. Definisi ….......................................................................................................... 5
2. Etiologi dan perjalanan penyakit........................................................................ 6
3. Cara penularan.................................................................................................... 9
4. Epidemiologi ………………………………………..……………………....... 13
5. Kebijakan Program HIV AIDS dan IMS ……………………………............. 19
6. Tatalaksana Ibu Hamil sesuai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Deteksi
Dini) HIV, Sifilis dan Hepatitis B .................................................................... 22
7. Indikator tercapainya Triple Eliminasi............................................................... 26
BAB III Penutup....................................................................................................................... 27
Daftar Pustaka............................................................................................................................. 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
adalah penyakit yang dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anaknya selama
dan kematian, sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup
anak. Namun demikian, hal ini dapat dicegah dengan intervensi sederhana dan
efektif berupa deteksi dini (skrining) pada saat pelayanan antenatal, penanganan
Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari
ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil berturut-
turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah
20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari
90%.
Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bersama-sama atau yang sering disebut
“triple eliminasi” ini dilakukan untuk memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi
Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan
jiwa ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya karena
1
penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 90% kasus anak HIV,
transmission/MTCT). Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya
selama masa kehamilan, pada saat persalinan atau pada saat menyusui
Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka
67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital
pada neonatus. Pencegahan penularan sifilis dari ibu ke bayi dapat dilakukan
dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang
Ibu hamil yang terinfeksi infeksi HBV dapat menularkan virus ke bayi
mereka selama kehamilan atau persalinan. Hampir 90% dari bayi-bayi ini akan
terinfeksi HBV kronis pada saat lahir jika tidak ada pencegahan. Bayi yang
mengidap infeksi HBV sejak lahir, memiliki peluang untuk menderita HBV
kronis dan kanker hepatoseluler lebih besar daripada yang mengidap virus pada
usia yang lebih lanjut, sehingga sangat penting untuk memutus transmisi virus
2. Tujuan
Eliminasi Penularan
2
3. Target
Penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak pada tahun 2022, dengan
1. HIV : Pengurangan jumlah kasus infeksi baru HIV pada bayi baru lahir
dengan tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi HIV per 100.000 kelahiran
hidup.
2. Sifilis : Pengurangan jumlah kasus infeksi baru Sifilis pada bayi baru lahir
dengan tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi Sifilis per 100.000 kelahiran
hidup.
baru lahir dengan tolok ukur ≤50 kasus anak terinfeksi Hepatitis B per
Pemeriksaan ada atau tidaknya penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis dari
menggunakan sediaan darah (serum) atau Dried Blood Spot (DBS) pada
bayi usia 6 minggu atau lebih dan dinyatakan terinfeksi HIV jika hasil
pemeriksaan positif.
bayi pada usia 3 bulan dan ibu dan dinyatakan terinfeksi Sifilis jika:
a. Titer bayi lebih dari 4 kali lipat titer ibunya, misal jika titer ibu 1:4
3
3. Infeksi Hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg pada saat bayi berusia 9
4. Strategi
1. Meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu menyusui,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu
penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski demikian, sebetulnya mereka telah
dapat menulari orang lain. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
“Immune” adalah sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit;
“Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah kumpulan
tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang
tidak dapat menahan serangan infeksi jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan
orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama
AIDS muncul bila tidak ada pelayanan dan terapi yang diberikan.
Treponema pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi
menular seksual. Selain sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada manusia yang
disebabkan oleh treponema, yaitu: non venereal endemic syphilis (telah eradikasi),
frambusia (T. pertenue), dan pinta (T. careteum di Amerika Selatan). Sifilis secara
5
umum dapat dibedakan menjadi dua: yaitu sifilis kongenital(ditularkan dari ibu ke
melalui hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah yang tercemar).
yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Ibu hamil yang terinfeksi infeksi HBV
dapat menularkan virus ke bayi mereka selama kehamilan atau persalinan. Hampir
90% dari bayi-bayi ini akan terinfeksi HBV kronis pada saat lahir jika tidak ada
pencegahan. Bayi yang mengidap infeksi HBV sejak lahir, memiliki peluang
untuk menderita HBV kronis dan kanker hepatoseluler lebih besar daripada yang
mengidap virus pada usia yang lebih lanjut, sehingga sangat penting untuk
Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan terinfeksi dan
virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (terutama sel limfosit T CD4
dan makrofag). Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan
adalah selama 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama
masa jendela, pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain,
mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan tanda
yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah bening, keringat
malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk. Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap
tanpa gejala dan tanda (asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan
6
sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya
kepada orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi
Sesudah jangka waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus
memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4
dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan
tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor seperti: usia
kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor genetik.
7
Sifilis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh spirochaete,
Treponema pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi
menular seksual.
Selain sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada manusia yang disebabkan
oleh treponema, yaitu: non venereal endemic syphilis (telah eradikasi), frambusia
(T. pertenue), dan pinta (T. careteum di Amerika Selatan). Sifilis secara umum
dapat dibedakan menjadi dua: yaitu sifilis kongenital(ditularkan dari ibu ke janin
hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah yang tercemar).
Sifilis kongenital ditularkan dari ibu ke janin di dalam rahim, terdiri dari:
Istilah “hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati,
yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan (termasuk
obat tradisional), konsumsi alcohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimun.
adalah penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang disebabkan oleh
8
virus Hepatitis B, dari golongan virus DNA. Penularannya vertical 95% terjadi
masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui
tranfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo dan transplantasi organ.
3. Cara Penularan
Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkan
oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi janin dari
infeksi HIV. Tetapi, jika terjadi peradangan, infeksi ataupun kerusakan pada
plasenta, maka HIV bisa menembus plasenta, sehingga terjadi penularan HIV dari
ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi pada saat
persalinan dan pada saat menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak
penularan 15-30% terjadi pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan
risiko transmisi HIV sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui.
Apabila ibu tidak menyusui bayinya, risiko penularan HIV menjadi 20-
30% dan akan berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan ARV. Pemberian
ARV jangka pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko penularan HIV sebesar 15-
25% dan risiko penularan sebesar 5-15% apabila ibu tidak menyusui (PASI).
Akan tetapi, dengan terapi antiretroviral (ART) jangka panjang, risiko penularan
HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan lagi hingga 1-5%, dan ibu yang menyusui
secara eksklusif memiliki risiko yang sama untuk menularkan HIV ke anaknya
9
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak,
1. Faktor Ibu
Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan
dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya sangat
menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml)
Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke
semakin besar.
Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil
10
2. Faktor Bayi
Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih
rentan tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya
semakin besar.
diberikan ASI.
3. Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir.
Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak
Jenis persalinan
Lama persalinan
11
Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko
penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang
dari 4 jam.
masyarakat. Skrining sifilis dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tes serologis
a. Semua ibu hamil. Skrining sifilis harus dilakukan sedini mungkin pada
dan saat persalinan. Skrining dan terapi sifilis dapat mengurangi angka
sangat penting untuk mencapai 100% cakupan skrining sifilis pada ibu
hamil. Jika fasilitas pemeriksaan RPR dan TP Rapid tidak tersedia, demi
terhadap ibu dan bayinya. Jika fasilitas pemeriksaan RPR dan TPHA tidak
saja. Semua hasil rapid test positif, diobati sebagai sifilis aktif.
12
c. Semua penjaja seks (perempuan, laki-laki, waria), karena risiko
4. Epidemiologi
terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya
adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia
Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut Laporan
hubungan seksual tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan
seksualnya. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi
keselamatan jiwa ibu, tetapi juga merupakan ancaman bagi anak yang
dikandungnya karena penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 90%
kasus anak HIV, mendapatkan infeksi dengan cara penularan dari ibu ke anak
(mother-to-child transmission/MTCT).
perempuan usia reproduksi. Pada tahun 2010 diperkirakan terdapat 57.000 ibu
13
hamil terinfeksi HIV di regional Asia Tenggara. Negara dengan high-burden
penularan infeksi HIV dari ibu ke anak seperti India, Thailand, Myanmar dan
Indonesia menunjukan estimasi insidens HIV diantara ibu hamil cenderung tetap
selama lima tahun terakhir. Jumlah anak kurang dari 15 tahun yang terinfeksi
telah HIV sebesar 87.000 dengan estimasi infeksi HIV baru sebesar 48.000. Data
Asia- Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah dari anak yang
dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan
anak. Pada tahun 2016, dari 726.764 ibu hamil yang melakukan konseling dan tes
HIV terdapat 4.389 (0,6%) ibu dengan infeksi HIV. Lebih dari 90% bayi
terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada
Kesehatan (2011) menunjukkan dari 21.103 ibu hamil yang menjalani tes HIV,
pada populasi usia 15-49 tahun dan prevalensi HIV pada ibu hamil di Indonesia
meningkat dari 591.823 (2012) menjadi 785.821 (2016), dengan jumlah infeksi
baru HIV yang meningkat dari 71.879 (2012) menjadi 90.915 (2016). Sementara
itu, jumlah kematian terkait AIDS pada populasi 15-49 tahun akan meningkat
14
Gambar. Cakupan tes ibu hamil & positivity rate hiv di indonesia
12 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Pada orang yang menderita sifilis, risiko
HIV meningkat 2-3 kali lipat. Diperkirakan terdapat 2 juta kehamilan dengan
sifilis setiap tahun, dimana 25% ibu hamil akan berakhir dengan kematian janin
atau abortus spontan dan 25% ibu hamil yang lain akan mengalami bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) atau dengan infeksi berat. Di Asia-Pasifik sifilis
kongenital dapat menyebabkan kematian janin dan neonatus pada 69% dari
kehamilan dengan sifilis. Setiap tahun diperkirakan 600.000 ibu hamil seropositif
Bila ibu hamil yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka
67% kehamilan akan berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital
pada neonatus. Pencegahan penularan sifilis dari ibu ke bayi dapat dilakukan
dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu hamil dan mengobati ibu yang
15
terinfeksi sifilis dan pasangannya. Pada tahun 2007 dilakukan skrining sifilis
tersebut dilakukan terhadap 2.332 ibu hamil yang datang pada kunjungan pertama
Prevalensi dan kejadian komplikasi IMS pada saat ini masih cukup tinggi.
prevalensi sifilis yang cukup tinggi di kalangan populasi kunci, yaitu 10% pada
WPSL, 9% pada LSL, 25% pada waria dan 2% pada penasun. Prevalensi gonorea
juga cukup tinggi, yaitu 38% pada WPSL, 21% pada LSL, dan 29% pada waria.
Prevalensi tersebut masih jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS, yaitu
sifilis kurang dari 1% dan gonorea kurang dari 10% pada populasi kunci.
Gambar. Persentase tes sifilis positif pada populasi kunci yang mendapat layanan kesehatan
16
Gambar. Capaian Skrining Sifilis pada Ibu Hamil (Januari – Juni 2017) Di Indonesia
PMS melalui Sistem Informasi HIV dan AIDS (SIHA) tahun 2012-2014 juga
kunci. Untuk semua populasi kunci, angka tersebut masih terlalu tinggi.
yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan lebih sedikit dari jumlah
menahun, dimana pada saat tersebut telah terinfeksi, kondisi masih sehat dan
belum menunjukkan gejala dan tanda khas, tetapi penularan terus berjalan.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa jumlah orang yang didiagnosis
menunjukkan peningkatan 2 kali lipat apabila dibandingkan dari data tahun 2007
dan 2013, hal ini dapat memberikan petunjuk awal kepada kita tentang uapaya
17
Gambar. Prevalensi Hepatitis menurut Provinsi tahun 2007 dan 2013
Dari grafik di atas dapat dilihat pada tahun 2007, lima provinsi dengan
Aceh, Gorontalo dan Papua Barat sedangkan pada tahun 2013 lima provinsi
dengan prevalensi tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Pada tahun 2013 ada 13 provinsi yang
memiliki angka prevalensi diatas rata-rata nasional, yaitu: Nusa Tenggara Timur,
Gambar. Distribusi ibu hamil dan tenaga kesehatan dengan HBsAg (+) di wilayah DKI Jakarta.
18
Grafik di atas menunjukkan ada 3 wilayah yang mempunyai prevalensi ibu
hamil dengan HBsAg (+) yang lebih besar dari rata-rata DKI Jakarta Timur,
Jakarta pusat dan Jakarta Barat. Sedangkan prevalensi petugas kedehatan dengan
HBsAg (+) yang cukup tinggi adalah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat mungkin gejala, tanda,
atau ciri dari risiko, ancaman, atau kondisi yang membahayakan. Deteksi dini,
skrining, atau penapisan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan pada saat
pelayanan antenatal agar seorang ibu hamil mampu menjalani kehamilan dengan
sehat, bersalin dengan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Deteksi dini dilakukan sejak masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses
kesehatan.
2. Deteksi dini risiko infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dilakukan melalui
Pada Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke anak,
laboratorium sampel darah pada ibu hamil dan deteksi dini pada bayi yang
19
Pemeriksaan laboratorium sebagai deteksi dini Eliminasi Penularan
dilakukan secara inklusif bersama pemeriksaan rutin lainnya yang dilakukan pada
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dan bayinya merupakan misi negara
sehingga ditetapkan sebagai standar bagi setiap ibu hamil di fasilitas pelayanan
(rapid diagnostic test). Untuk menjamin hasil pemeriksaan yang akurat, setiap
hasil yang reaktif pada deteksi dini wajib dirujuk kepada dokter di Pusat
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam
kualitas baku mutu pemeriksaan laboratorium menjadi pilar utama deteksi dini
20
Gambar. Alur Deteksi Dini HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu Hamil Dalam Pelayanan
Antenatal Terpadu
Dari skema ini terlihat bahwa pintu masuk upaya eliminasi penularan HIV,
sifilis dan hepatitis B adalah pemeriksaam rapid diagnostic test (RDT) pada
dengan pemeriksaan laboratorium rutin lainnya pada ibu hamil yaitu golongan
darah dan Hb, disertai malaria untuk daerah endemis, protein dari urin dan sputum
dahak untuk basil tahan asam (BTA) tuberculosis bila ada indikasi batuk atau
Hasil yang diharapkan dari deteksi dini eliminasi penularan adalah hasil
yang nagatif sahingga upaya lanjut yang dilakukan adalah mempertahankan ibu
hamil tersebut tetap negative. Deteksi dini pada kehamilan ini dapat diulang pada
ibu hamil dan pasangan seksualnya minimal 3 bulan kemudian atau menjelang
21
6. Tatalaksana Ibu Hamil sesuai Hasil Pemeriksaan Laboratorium (Deteksi Dini)
menjadi tidak berisiko atau tidak membahayakan. Untuk menghindari risiko atau
bahaya penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke anak, dilakukan:
ibu hamil terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B dan bayi yang lahir
3. Penanganan bagi bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV, Sifilis,
Penanganan kasus terbagi atas penanganan pada ibu hamil terinfeksi HIV,
Sifilis, dan/atau Hepatitis B dan penanganan bayi dari ibu yang terinfeksi HIV,
Penanganan pada ibu hamil terinfeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B secara
22
Gambar. Alur penanganan ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.
dan asuhan keperawatan pada ibu hamil terinfeksi HIV, Siflis, dan/atau Hepatitis
peraturan perundang-undangan.
pada ibu hamil baik yang negatif maupun positif terinfeksi HIV, Sifilis, dan
atas hasil pemeriksaan disertai dengan rencana tindak lanjut disebut konseling
kesehatan pasca tes. Penyampaian hasil tes dan konseling kesehatan diberikan
23
secara individual sesuai ketentuan. Apabila pasien masih memerlukan konseling
tambahan dapat dirujuk kepada psikolog klinis atau dokter spesialis kedokteran
jiwa, atau pada kasus HIV dapat dirujuk ke konselor apabila stigma dan
diskrimasi tenaga pelaksana Eliminasi Penularan masih tinggi. Konseling pada ibu
hamil yang negatif maupun positif terinfeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
Hepatitis B
4) Jadwalkan untuk tes ulang bila ada IMS, atau termasuk populasi
1) Kepatuhan pengobatan
24
2. Penanganan Pada Bayi dari Ibu Terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau Hepatitis B
Tata laksana medis pada bayi dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau
b. Pemberian Makanan
Pemberian makanan pada bayi dari ibu terinfeksi HIV, Sifilis, dan/atau
kehamilan. Secara umum Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik
dan Hepatitis B.
2) Pada bayi dari ibu dengan HIV, pemberian makanan pada bayi
undangan.
25
7. Indikator Tercapainya Triple Eliminasi
5. Anak negatif 100% hasil DBS EID 100% titer RPR 100% pemeriksaan
(keberhasilan program negatif, anak sehat negatif atau sama serologis HBsAg
3E) tanpa ARV dengan titer ibu anak Hepatitis B negatif.
sehat, tanpa cacat
atau kematian
26
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pengendalian Penyakit HIV, Sifilis dan Hepatitis B akan sangat efektif dan
b. Diperlukan Integrasi antara program KIA, HIV AIDS dan PIMS serta
27
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan.
Kesehatan.
28
11. Kementerian Kesehatan RI (2014) . Peraturan Menteri Kesehatan tentang
25 Tahun 2015.
Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Jakarta. Kementerian Kesehatan
16. Kementerian Kesehatan (2014). Rencana Aksi Nasional HIV dan IMS Bidang
18. WHO. (2007). The Global Elimination of Congenital Syphilis Rationale and
29