Anda di halaman 1dari 8

Disusun oleh: Chrisan Bimo Prayuda

 Indonesia adalah negara endemis tinggi Hepatitis B dengan


prevalensi HbsAg positif di populasi antara 7-10%.

 Transmisi vertikal dari ibu yang berstatus HbsAg positif ke


bayinya memegang peranan penting. T

 Terdapat perbedaan patofisiologi antara infeksi Hepatitis B yang


terjadi pada awal kehidupan dengan infeksi Hepatitis B yang
terjadi pada masa dewasa.

 Infeksi yang terjadi pada awal kehidupan, atau bahkan sejak


dalam kandungan (transmisi dari ibu dengan HBsAg positif),
membawa resiko kronisitas sebesar 80-90%.
 Resiko kematian yang terjadi pada infeksi HBV biasanya berhubungan
dengan kanker hati kronis atau sirosis hepatis yang terdapat pada 25%
penderita yang secara kronis terinfeksi sejak kecil.

 Jika tidak terinfeksi pada masa perinatal, maka bayi dari ibu HBsAg
positif tetap memiliki resiko tinggi untuk mengidap infeksi virus
Hepatitis B kronis melalui kontak orang ke orang (transmisi horizontal)
pada 5 tahun pertama kehidupannya

 Sedangkan infeksi pada masa dewasa yang disebabkan oleh transmisi


horizontal memiliki resiko kronisitas hanya sebesar 5%.

 Berdasarkan imunopatogenesis Hepatitis B, infeksi kronis pada anak


umumnya bersifat asimtomatik

 Dalam rangka memotong transmisi infeksi Hepatitis B, maka kunci


utama adalah imunisasi Hepatitis B segera setelah lahir, terutama pada
bayi-bayi dengan ibu yang memiliki status HbsAg positif.
 HBV adalah anggota famili hepadnavirus, diameter 42-nm,
kelompok virus DNA hepatotropik nonsitopatogenik. HBV
mempunyai genom DNA sirkuler, sebagian helai ganda
tersusun sekitar 3.200 nukleotid. Empat gena telah
dikenali: gena S, C, X, dan P. Permukaan virus termasuk
dua partikel yang ditandai antigen hepatitis permukaan
(hepatitis B surface antigen [HBsAg] )= partikel sferis
diameter 22-nm dan partikel tubuler lebar 200 nm. Bagian
dalam virion berisi antigen core hepatitis B (hepatitis B
core antigen [HBcAg] dan antigen nonstruktural disebut
hepatitis B e antigen (HBeAg) antigen larut-nonpartikel
berasal dari HBcAg yang terpecah sendiri oleh proteolitik.
Replikasi HBV terjadi terutama dalam hati tetapi juga
terjadi dalam limfosit, limpa, ginjal dan pankreas.
Diagnosis serologis

 Adanya HBsAg dalam serum tanpa adanya gejala klinik


menunjukkan bahwa penderita adalah pembawa HBsAg, yang
merupakan sumber yang penting untuk penularan.
 Adanya HbeAg dalam serum memberi petunjuk adanya daya
penularan yang besar. Bila ia menetap lebih dari 10 minggu,
merupakan petunjuk terjadinya proses menahun atau menjadi
pembawa virus.
 Adanya anti Hbc IgM dapat kita pakai sebagai parameter
diagnostik adanya HBV yang akut, jadi merupakan stadium
infeksi yang masih akut.
 Adanya anti HBc IgG dapat dipakai sebagai petunjuk adanya
proses penyembuhan atau pernah mengalami infeksi dengan
HBV.
 Adanya anti HBsAg menunjukkan adanya penyembuhan dan
resiko penularan menjadi berkurang dan akan memberi
perlindungan pada infeksi baru.
 Adanya anti HbeAg pertanda prognosis baik.
 Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih
dari 6 bulan dan tetap positif selama masa kehamilan dan
melahirkan.
 Bila status HBsAg positif disertai dengan peningkatan
SGOT/SGPT, ,maka status ibu adalah pengidap Hepatitis B.
 Bila diseertai dengan peningkatan SGOT/SGPT pada lebih dari
lebih dari 3 kali pemeriksaan dengan interval pemeriksaan
antara 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita Hepatitis
B kronis.
 Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau
tanpa HbeAg positif.
Status Maternal Bayi dgn berat >= 2000 gram Bayi dengan berat <=2000
HbsAg (+) positif Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam setelah Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam setelah
kelahiran kelahiran
Vaksinasi sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0, 2, dan Vaksinasi sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0, 1, 2-3
6 bulan bulan, dan 6-7 bulan
Periksa kadar anti HBs dan HBsAg pada usia 9 dan Periksa kadar anti HBs dan HBsAg pada usia 9 dan
15 bulan 15 bulan
Jika HBsAg dan anti HBs pada bayi negatif (-), Jika HBsAg dan anti HBs pada bayi negatif (-),
berikan vaksinasi ulang 3 kali dengan interval 2 berikan vaksinasi ulang 3 kali dengan interval 2
bulan, kemudian kembali periksa. bulan, kemudian kembali periksa
Jika kadar HBsAg Vaksin Hepatitis B (dalam 12 hari) dan HBIG Vaksin Hepatitis B dan HBIG dalam 12 jam.
tidak diketahui (dalam 7 hari) jika hasil tes menunjukkan ibu
HBsAg +.
Segera periksa kadar HBsAg ibu Jika hasil tes HbsAg ibu belum diketahui dalam 12
jam, berikan bayi vaksin HBIG.

HBsAg negatif (-) Sebaiknya tetap lakukan vaksinasi Hepatitis B Vaksinasi Hepatitis B pertama dalam 30 hari setelah
segera setelah lahir kelahiran jika keadaan klinis baik.

Vaksinasi 3 kali pada usia 0-2 bulan, 1-4 bulan, dan Vaksinasi 3 kali pada usia 1-2 bulan, 2-4 bulan, dan
6-18 bulan. 5-18 bulan.
Vaksinasi kombinasi Hepatitis B lainnya dapat Vaksinasi kombinasi Hepatitis B lainnya dapat
diberikan dalam waktu 6-8 minggu. diberikan dalam waktu 6-8 minggu

Tidak diperlukan tes ulang terhadap kadar anti HBs Tidak diperlukan tes ulang terhadap kadar anti HBs
dan HbsAg dan HbsAg
 Faktor resiko terbesar terjadinya infeksi HBV pada bayi dan anak-
anak adalah melalui transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg
positif.
 Transmisi virus dari ibu ke bayi dapat terjadi pada masa intra
uterine, pada masa perinatal, dan pada masa postnatal.
 Imunisasi sesuai jadwal pada orang-orang dengan suspek kontak
positif adalah cara preventif utama untuk mencegah transmisi.
 Bayi preterm maupun aterm yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, maka tidak tergantung berapapun berat badan lahirnya,
harus menerima vaksin Hepatitis dan HBIG dalam 12 jam setelah
kelahirannya.

Anda mungkin juga menyukai