SELULITIS
PENDAHULUAN
Selulitis ialah infeksi berat yang menyebar pada dermis dan lemak
Pada tahun 2012, Selulitis tersebar di seluruh dunia dan mengenai 3/100
orang per tahunnya. Angka kejadian infeksi kulit ini kira-kira mencapai 7%-10%
pasien yang dirawat di rumah sakit di Amerika Utara. Insiden pada laki – laki
lebih banyak dibandingkan perempuan, dan umur yang sering terkena yaitu 3
tahun untuk anak – anak dan 45 – 65 tahun untuk orang dewasa. Penelitian
Alzamora,dkk yang menganalisis aspek epidemiologi dan klinis pada semua kasus
erisipelas dan selulitis yang dirawat di rumah sakit pada periode 5 tahun,
didapatkan frekuensi kejadian selulitis pada tungkai bawah lebih tinggi pada pria
tersedianya pintu masuk atau port of entry bagi mikroba seperti pada keadaan
1
adanya luka baik karena trauma, gigitan serangga atau secara sadar (tato,
lokal terhadap fungsi penghalang kulit (termasuk dermatitis atopik, dan yang lebih
obesitas.1,4,6
Baik S.aureus dan GAS memiliki mekanisme melewati sistem imun dan
LL-37, yang dapat memediasi resistensi dari sistem imun innate.Walaupun secara
menghindari deteksi imun dan terapi antibiotik dengan memasuki makrofag dan
sel endothelial.2
Gambaran klinis selulitis kulit tampak eritema, nyeri, kulit tampak tegang
dan lunak, dan kadang membengkak. Gejala sistemik seperti demam, menggigil,
sangat direkomendasikan. 8
2
Kasus
kudamati. Masuk rumah sakit umum RSUD Dr. M Haulussy Ambon pada tanggal
24 juli 2017 (No.RM 11 83 05) dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan.
Autoanamnesis
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan diawali dengan timbul
lepuhan berisi cairan jernih yang kemudian pecah dan menjadi luka serta tidak
mengering. Keluhan disertai dengan rasa panas pada tungkai bawah kanan. Pasien
juga merasa kakinya terasa tegang. Gatal tidak ada, demam tidak ada, pasien tidak
merasa pusing, mual ataupun muntah. Nafsu makan baik dan pasien masih dapat
keluhan seperti ini. Pasien mengaku pasien sering bisulan. Hipertensi, diabetes
menghilangkan gejala.
Riwayat Higiene : Pasien mandi dua kali sehari, gunakan sabun lifebuoy,
3
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Status dermatologis
DIAGNOSIS BANDING
1. Selulitis
2. Erisipelas
DIAGNOSIS : Selulitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan Darah Rutin
4
HASIL NILAI RUJUKAN
RBC 5,14 x 106 3,80-6,50
PENATALAKSANAAN
1. Terapi sistemik :
- Pasang venflon
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
2. Terapi topikal :
- Kompres NaCl 0,9%
- Rawat luka dengan Cutimed sorbact
PROGNOSIS
FOLLOW UP
Hari/Tanggal S.O.A.P
O: Status Dermatovenerologi
5
Ukuran Lentikuler , numular
A: Selulitis
P:
1. Terapi sistemik :
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
2. Terapi topikal :
- Kompres NaCl 0,9%
- Rawat luka dengan Cutimed Sorbact
O: Status Dermatovenerologi
A: Selulitis
P:
1. Terapi sistemik :
6
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
2. Terapi topikal :
- Kompres NaCl 0,9%
- Rawat luka dengan Citimed Sorbach
O: Status Dermatovenerologi
A: Selulitis
P:
7
DISKUSI
tahun datang dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan bawah sejak 1 minggu
yang lalu. berisi cairan jernih yang kemudian pecah dan menjadi luka serta tidak
mengering. Keluhan disertai dengan rasa panas pada tungkai bawah kanan. Pasien
juga merasa kakinya terasa tegang. Selulitis sering mengenai pasien dewasa
dengan usia antara 40-60 tahun. Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang
sama untuk terkena penyakit ini. Hal ini sesuai dengan teori bahwa selulitis
merupakan sebuah inflamasi kulit murni karena infeksi dengan gambaran klinis
pada selulitis sesuai teori yaitu kulit tampak eritema, nyeri, kulit tampak tegang
dan lunak, dan kadang membengkak. Eritema dapat dengan cepat muncul dan
menyebar, batasnya tidak jelas. bahkan dalam beberapa kasus selulitis, yang
melibatkan lapisan epidermis terdapat edema, formasi vesikel dan bulla atau
nekrosis yang akibatkan peluruhan epidermis dan erosi superfisial. Menurut teori,
gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan lemas, sangat bervariasi dapat
dialami pasien dengan selulitis namun pada pasien ini hal tersebut tidak
dialami.2,7,9,11
berisi cairan jernih yang kemudian pecah dan tinggalkan bekas kemerahan yang
makin meluas. Faktor predisposisi terjadinya selulitis yaitu trauma, luka, infeksi
8
superficial dan dermatitis eksematous. Penyebab tersering dari selulitis adalah
interdigital. Pada pasien ini memiliki predisposisi baik untuk tersedianya port of
entry bagi mikroba yakni S.aureus. Faktor predisposisi tersedianya port of entry
ialah akibat luka akibat lesi awal yang muncul mendahului terbentuknya selulitis
efektif untuk melewati sistem imun dan kemudian menyebabkan infeksi. Jika
terjadi kerusakan protective barrier pada permukaan kulit makan bakteri dengan
mudah dapat masuk ke dalam tubuh dan resiko untuk terjadinya selulitis
meningkat. 1,2,7
hasil dalam batas normal dan pada pasien ini tidak pemeriksaan histopatologi
untuk kasus ini tidak di lakukan. Kultur jaringan akan memberikan hasil yang
positif hanya sampai 40% kasus. Kultur darah juga dapat di lakukan namun hasil
ditemukan positif kurang dari 25% kasus.3,8 Teknik imunofluoresen langsung telah
untuk deteksi Streptokokus in situ. Punch biopsy pada lesi sering membantu
dengan selulitis non-nekrosis atau erisipelas yang tidak rumit menunjukkan kultur
9
darah positif, namun tidak harus menjadi bagian dari evaluasi rutin, terutama
proksimal, durasi gejala kurang dari 2 hari, beberapa faktor komorbiditas, dan
infeksi akut yang biasanya disebabkan oleh infeksi streptococcus, pada erisipelas
peradangan terjadi pada jaringan limfatik pada dermis superfisial dan jaringan
sekitarnya. Sehingga faktor resiko yang utama pada pasien dewasa yakni
web, dan obesitas. Walaupun erisipelas juga memiliki gejala khas seperti selulitis
pada umumnya (nyeri tekan, eritema, dan edema), namun pada erisipelas lesi
mg/hari). Makrolid dan clindamycin dapat diberikan pada pasien dengan alergi
penicillin. Pada kasus berat dan terdapat komplikasi akibat komorbid seperti
diabetes, penicillin G high dose harus diberikan (1-2jutaIU/4-6 jam/IV), tapi saat
10
ini jarang diberikan kecuali terdapat hasil pemeriksaan bukti infeksi tunggal
sensitif terhadap bakteri gram positif tetapi lebih sensitif terhadap bakteri gram
negatif. Waktu paruhnya mencapai 8 jam. Dosis lazimnya ialah 1-2 gr/hari per IM
jika terdeteksi lebih awal dan langsung dimulai pengobatan. Selulitis akut, dengan
limfatik dan pembuluh darah dan mungkin merupakan penyakit serius, jika tidak
diobati dari awal. Pada pasien dengan edema kronis, prosesnya bisa menyebar
dengan sangat cepat dan pemulihan mungkin lambat, meski drainase dan
sterilisasi lesi oleh antibiotik.5 Bahaya terbesar adalah apabila kerusakan kulit
melibatkan fasia atau otot, karena necrotizing fasciitis dan myonecrosis dapat
Ringkasan
11
Telah didapatkan sebuah kasus selulitis, pada seorang laki-laki berusia 28
tahun, dengan keluhan tungkai bawah kanannya kemerahan dan terasa nyeri sejak
1 minggu yang lalu yang diawali dengan timbul lepuhan berisi cairan jernih yang
kemudian pecah dan menjadi luka serta tidak mengering. Keluhan disertai dengan
rasa panas pada tungkai bawah kanan. Pasien juga merasa kakinya terasa tegang.
sefalosporin generasi III (ceftriaxon 1gr/12 jam/IV), serta terapi topical berupa
12
DAFTAR PUSTAKA
2013:1;P64-76
2. Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN, Johnson RA. Non-Necrotizing
In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff
pediatric dermatology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Inc; 2016. P 462 –
465
4. Alzamora MRP, Duran JCS, Barba MS, Canueto J, Marcos M, Unamuno
Hospitalized for Erisipelas and Cellulitis. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
2012; P1-6
5. Joseph J, Abraham S, Soman A, Mathew LK, Ganga SV, Vujayan V.
13
10. Estri SATS, Radiono S. Selulitis Fasialis dengan Trombosis Sinus
14