Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok : 1. Deska Lorensia (PO.71.24.1.18.

009)

2. Diana Novita (PO.71.24.1.18.012)

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DENGAN METODE IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)

1. PENDAHULUAN

Kanker Serviks merupakan kanker terbanyak yang ditemukan oleh


Yayasan Kanker Indonesia setelah Kanker payudara. Menurut Sukaca (2009),
kanker serviks merupakan suatu jenis kanker yang terjadi pada daerah leher
rahim, yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah
lubang vagina. Kanker ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus
(HPV). Menurut WHO (2008) dalam Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2010) sekitar 490.000 wanita di seluruh dunia didagnosa
menderita kanker serviks dan 240.000 kasus kematian wanita akibat kanker
serviks dan 80% kasus terjadi di negara berkembang.

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita adalah akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini. Deteksi dini
pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam
kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker
tersebut (Depkes RI, 2008). Ada beberapa metode untuk melakukan deteksi
dini terhadap kanker serviks yaitu antara lain dengan Pap Smear (mengambil
lendir serviks untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi
(pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan teropong), biopsy
(pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan serviks yang dicurigai), dan
IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat). Tes IVA adalah sebuah
pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan menggunakan asam asetat
3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan pengamatan secara langsung
(Nugroho, 2010 dalam Rahayu 2015). Metode IVA merupakan sebuah
metode skrinning yang praktis dan murah, sehingga diharapkan temuan
kanker serviks dapat diketahui secara dini (Rasjidi, 2012).

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang deteksi dini kanker
serviks dengan metode IVA dan diharapkan agar dapat menambah
pengetahuan pembaca.

2. ISI

A. Kanker Serviks

Penyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker


serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Virus HPV diduga kuat sebagai penyebab utama kanker serviks.
Virus ini menyerang selaput di dalam mulut dan kerongkongan, serviks, serta
anus. Apabila tidak segera terdeteksi, infeksi virus HPV dapat menyebabkan
terbetuknya sel prakanker serviks dalam jangka panjang. Virus HPV terbagi
dua, yaitu virus HPV beresiko rendah (penyebab kutil kelamin) dan virus
HPV beresiko tinggi (yang dapat mengubah permukaan sel-sel vagina)
misalnya virus HPV tipe 16, 18, 31, 33, dan 45.

Apa Saja Tanda dan Gejala Kanker Serviks?

Secara umum tanda dan gejala kanker serviks adalah terjadinya


perdarahan pervagina seteah aktivitas seksual atau di antara masa menstruasi.
Sementera itu, tanda lain yang mungkin timbul antara lain:

a. Hilangnya nafsu makan dan berat badan.

b. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

c. Nyeri pada anggota gerak (kaki).


d. Terjadi pembengkakan pada area kaki.

e. Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina.

f. Hingga terjadi patah tulang panggul.

Ada dua jenis utama kanker serviks, yaitu karsinoma sel skuamosa
(sel-sel yang menutupi pembukaan serviks) dan adenokarsinoma (sel-sel
kelenjar yang membuat lendir).

Pengobatan kanker serviks berdasarkan stadiumnya:

a. Stadium Prakanker (Stadium 1)

Stadium prakanker hingga stadium I awal biasanya diobati dengan


histeroktomi. Apabila pasien masih ingin memiliki anak biasanya dilakukan
metode LEEP atau cone biospy.

b. Stadium Awal (Stadium I dan II)

Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm, biasanya dilakukan radikal


histeroktomi atau radioterapy dengan atau tanpa kemoterapi.

Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm, biasanya dilakukan radioterapi


dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi atau kemoterapi berbasis
cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.

c. Stadium Lanjut (Stadium II Akhir - IV Akhir)


Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan
kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (Stdium IV Akhir),
dokter dapat mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat,
misalnya hycamtin dan cisplatin.

Apabila kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya


adalah mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker.
Biasanya dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif - ditujukan untuk
mengurangi gejala-gejala.

Bagaimana kanker serviks ditemukan?

Untuk mendeteksi kanker serviks, dokter biasanya menyarankan untuk


melakukan beberapa pemeriksaan berikut.

a. Pap smear, dilakukan pengambilan cairan vagina untuk diperiksa yang


akan tampak tidak normal bila terjadi perubahan karena infeksi HPV. Ada
dua jenis papsmear, yattu konvensional (tingkat akurasi 50% - 70%) dan
thinprep (tingkat akurasi 80%

b. Calposcopy menggunakan alat semacam teropong leher rahim (serviks)


untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Jika ditemukan maka biopsi
dapat dilakukan dengan alat ini.

c. Biopsi, pengambilan sampel jaringan serviks untuk dilakukan


pemeriksaan

d. Tes penanda tumor SC

e. Pemeriksaan panggul

f. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), metode pemeriksaan yang paling
mudah, murah dan mampu dilakukan di Indonesia.
B. Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

Tes IVA (inspeksi visual asam asetat) adalah pemeriksaan leher rahim
yang juga bisa digunakan sebagai pendeteksi pertama. Jika dibandingkan
dengan pap smear, tes IVA cenderung lebih murah karena pemeriksaan dan
hasil diolah langsung, tanpa harus menunggu hasil laboratorium.

Prosedur pemeriksaan yaitu dengan memasukkan spekulum ke dalam


vagina, agar mulut rahim (serviks) dapat di periksa secara langsung. Mulut
rahim kemudian di olesi zat asam cuka, apabila zat asam me ngenai sel-sel
yang abnormal, warna jaringan akan berubah menjadi putih dan di katakan
sebagai hasil tes positif. Pemeriksaan IVA positif biasanya menandakan
adanya suatu lesi pre kanker, tetapi tentu saja pemeriksaan IVA harus di
pastikan dengan pemeriksaan lainnya oleh dokter spesialis kandungan (Sp.
OG), dengan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pap smear, atau biopsi.

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan


alat sebagai berikut:
a. Ruangan tertutup, karena pasien e. Terdapat sumber cahaya
diperiksa dengan posisi untuk melihat serviks
b. Litotomi f. Spekulum vagina
c. Meja/tempat tidur periksa yang g. Asam asetat (3-5%)
memungkinkan pasien h. Swab-lidi berkapas
d. berada pada posisi litotomi. i. Sarung tangan
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas denga asam asetat 3-5%. Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epithelum. Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes
IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andai kata penemuan tes
IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung
melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung
kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesiinvasif. Kategori pemeriksaan
IVA ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang
dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negative. Serviks normal

b. IVA radang. Pada pemeriksaan serviks di dapatkan adanya peradangan


pada serviks (servicitis) atau adanya temuan jinak misalnya polip pada
serviks. Pada IVA Radang di obati terlebih dahulu hingga normal baru
kemudian di ulangi melakukan tes IVA.

c. IVA positif. Ditemukan bercak putih (aceto whitelepithelium). Kelompok


ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode
IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks pra-kanker
(dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).

d. IVA-Kanker serviks. Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker serviks,masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian
akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
(stadium IB-IIA).
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. . Deteksi kanker leher rahim. 2008. [sitasi Oktober
2019] Diunduh dari http://www.depkes.go.id/en/2 104ea.html

Indah, Yunita. 2019. Stop Kanker. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka

Medscape. (2017). Cervical Cancer Screening in Low Resource Settings. [online]

Available at: https://www.medscape.com/viewarticle/484034_8 [Sitasi

02 Okt 2019].

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Kesehatan Reproduksi &

Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba

Medika.

Rasjidi, Imam. 2012. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta:
Sagung Seto.

Sukaca, Bertiani E. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta:

Genius Printika
Yayasan kanker indonesia.org[homepage on internet]. Kesadaran untuk deteksi

dini kanker serviks masih rendah [update July 4th 2014; sitasi Oktober

2019] Diunduh dari http://yayasankankerindonesia.org

Anda mungkin juga menyukai