Kelompok 16 - Deska Lorensia (PO.71241.18.009) - Diana Novita (PO.71241.18.012)
1. Pertanyaan dari: Kelompok 1
Soal: Setelah kita melakukan tes IVA dan hasilnya itu Positif, langkah apa yang kita lakukan setelah mengetahui hasil tersebut? Jawaban: Penatalaksanaan bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisi LEEP/LLETZ. a. Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi. b. Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi.
2. Pertanyaan dari: Kelompok 2
Soal: Seberapa akurat tes IVA dalam mendeteksi Kanker Serviks jika dibandingkan dengan tes papsmear dan adakah hal yang mempengaruhi keakuratan tes IVA? Jawaban: Pada penelitian dalam membandingkan tes IVA dan papsmear tahun 2012 Ketua Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati memaparkan hasinya dimanal pada 50.902 perempuan. Para peserta melakukan dua metode pemeriksaan. Hasilnya 3,2 persen peserta positif setelah di tes IVA. Sementara pada tes papsmear sebanyak 3,64 persen peserta mendapat hasil positif. Artinya keakuratan tes IVA dan papsmear hanya beda sekitar 0,44 persen. Adapun hal yang mempengaruhi keakuratan tes IVA, yaitu penggunaan asam asetat yang kelebihan atau kekurangan atau tidak sesuai dengan prosedur, selain itu vulva hygiene juga bisa memengaruhi hasil tes IVA.
3. Pertanyaan dari: Kelompok 3
Soal: Hal apa saja yang bisa meningkatkan resiko kejadian Tes IVA dengan hasil Positif? Jawaban: Umur, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, adanya riwayat kanker dalam keluarga, riwayat obesitas, asap rokok, makanan berlemak, multiparitas, riwayat penyakit kelamin, usia pertama kali menikah, riwayat pengunaan kontrasepsi, seringnya melahirkan akibat kemungkinan terjadi perlukaan organ reproduksi yang memicu HPV, dan yang paling meningkatkan resiko kejadian tes IVA positif adalah jumlah pasangan seksual.
4. Pertanyaan dari: Kelompok 4
Soal: Apabila tes IVA hasilnya positif, itu sudah tentu kanker servik atau belum. Dan apakah setelah dideteksi, bisakah kanker itu diobati sampai benar-benar pulih? Jawaban: Pemeriksaan IVA itu untuk mendeteksi adanya sel pra-kanker pada cervix (mulut rahim). Jika hasil positif, baru bisa diduga adanya sel pre kanker atau pertumbuhan sel yang abnormal yang kemudian bisa timbul kanker, untuk selanjutnya kita bisa melakukan krioterapi, yaitu terapi pembekuan yang dilakukan pada jaringan untuk selanjutnya dapat dihancurkan. Dengan melakukan krioterapi umumnya dapat menghilangkan sel pra kanker namun masih ada kemungkinan muncul sel pra kanker berulang sehingga diperlukan kontrol secara rutin pasca melakukan krioterapi ke dokter setidaknya setiap 6 bulan untuk melakukan pemantauan terhadap cervix. 5. Pertanyaan dari: Kelompok 5 Soal: Sasaran dilakukannya tes IVA itu pada siapa dan kapan waktu yang tepat dalam melakukan tes IVA? Jawaban: Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran, Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS. Target sasaran dari pemeriksaan IVA adalah prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50% perempuan sampai tahun 2019.
6. Pertanyaan dari: Kelompok 6
Soal: Siapa saja yang tidak boleh dilakukan tes IVA dan apa saja syarat untuk melakukannya? Jawaban: Tes IVA Tidak direkomendasikan pada wanita Pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2010). Adapun Syarat mengikuti tes IVA, yaitu Sudah pernah melakukan hubungan seksual, tidak sedang datang bulan/haid, tidak sedang hamil, 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual.
7. Pertanyaan dari: Kelompok 7
Soal: Apabila hasil tes IVA positif, apakah boleh berhubungam suami istri? Jawaban: Jika hasil tes IVA positif, artinya mengalami lesi serviks-pra kanker (displasia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ). Pada kondisi ini, umumnya dokter akan menganjurkan dilakukannya krioterapi, yakni pengobatan dengan gas dingin. Sebenarnya, tidak ada saran perawatan ataupun larangan khusus bagi wanita dengan hasil tes IVA positif dalam berhubungan seksual. Namun, jika telah menjalani krioterapi, maka kemungkinan akan mengalami keluarnya cairan vagina yang berlebih sehingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual.
8. Pertanyaan dari: Kelompok 8
Soal: Apakah ada pengaruhnya pada hasil tes IVA jika kita melakukan tes IVA saat menstruasi? Jawaban: Tentunya akan ada pengaruh saat menstruasi dilakukan tes IVA. Darah haid akan mempengaruhi tingkat akurasi tes IVA.
9. Pertanyaan dari: Kelompok 9
Soal: Jawaban:
10. Pertanyaan dari: Kelompok 10
Soal: Jawaban:
11. Pertanyaan dari: Kelompok 11
Soal: Jawaban: 12. Pertanyaan dari: Kelompok 12 Soal: Jawaban:
13. Pertanyaan dari: Kelompok 13
Soal: Pada saat dilakukan IVA Test kan itu dilakukan pengolesan asam asetat, nah setalah diolesi asam asetat efek samping apa yang timbul pada area genetalia, apakah keputihan, berbau atau bagaimana, jelaskan! Jawaban: Asam asetat (cuka 3-5%) yang dioleskan dan akan diobservasi setelah 1 menit akan memperlihatkan reaksi untuk mengetahui hasil. Apabila muncul warna keputihan (disebut juga reaksi acetowhite), dicurigai adanya pertumbuhan sel yang abnormal atau kanker/pre kanker. Selain itu saat mengoleskan asam asetat, mungkin akan merasakan sensasi seperti rasa terbakar, nyeri tapi jarang dilaporkan, namun bisa saja terdapat sensasi tidak nyaman sampai 1-2 hari. Jika kemudian terdapat gejala yang menetap setelah pemeriksaan IVA, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapat pemeriksaan secara langsung.