Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN HIV/AIDS

“PENCEGAHAN HIV/AIDS”

OLEH :
KELOMPOK 3
B13-A

PANDE WAYAN WIJAYANTI 203221094


LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI 203221095

DEWA GDE SUDIASTA 203221096

I WAYAN SELAMET WIDYAGUNA 203221097

NI WAYAN SUPARTI 203221098

NI MADI DIANTARINI 203221099

NYOMAN RAI PARMINI 203221100

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “PENCEGAHAN
HIV/AIDS”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi nilai tugas keperawatan
HIV/AIDS. Selain itu juga, makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Penyusun sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar dapat dijadikan refrensi untuk
pembuatan – pembuatan makalah selanjutnya.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 4 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
D Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A Pencegahan Penyakit HIV/AIDS ......................................................................................... 2
B Promosi Kesehatan Wellness ............................................................................................... 2
C Imunisasi .............................................................................................................................. 6
D Health Care Follow Up (Tindak Lanjut Perawatan HIV/AIDS) ....................................... 12
E Antriretroviral Therapy ...................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 20
B. Saran .................................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu
syndrome atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan
tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah di serang penyakit-penyakit lain yang berakibat
fatal, yang di kenal dengan infeksi oportunistik.
Penyakit AIDS telah menjadi maslah internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah menderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula
bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), Virus (HIV) tetapi juga
reaksi atau dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik,
kebudaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus di hadapi baik oleh
negara maju maupun data berkembang.
Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan
masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu alternatif dalam upaya
penaggulangan problematik jumlah penderita yang terus meningkat adalah upaya
pencegahan yang dilakikan semua pihak yang mengharuskan untuk tidak terlibat dalam
lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.

B Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara pencegahan HIV/AIDS

C Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas Keperawatan HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui bagaimna cara mencegah HIV/AIDS

D Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa memahami bagaimana cara mencegah HIV/AIDS
2. Agar mahsiswa memahami lebih lanjut tentang HIV/AIDS

1
BAB II

PEMBAHASAN

A Pencegahan Penyakit HIV/AIDS


Penyebaran AIDS di Indonesia ditargetkan berakhir pada tahun 2030. Karena itu,
upaya pencegahan penularan HIV/AIDS ditekankan kepada negara-negara anggota
Organisasi Kesehatan Dunia, Sayangnya, kasus HIV/AIDS di Indonesia belum juga
mengalami penurunan. Data tahun 2005 hingga Desember 2015, tercatat ada 191.073 orang
dengan HIV/AIDS di Indonesia. Untuk menurunkan angka kasus HIV/AIDS di Indonesia,
ada rumus ABCDE yang selama ini disosialisasikan sebagai cara pencegahan HIV/AIDS.
ABCDE, diantaranya :
A : Abstinace adalah tidak berhubungan seks di luar nikah. Sarsanto mengatakan
edukasi mengenai HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi dilakukan mulai dari siswa
siswi SMP
B : Be faithful adalah saling setia pada pasangan
C : Condom yaitu penggunaan kondom saat berhubungan seksual
D : Don't use drugs atau tidak memakai narkoba
E : Equipment yang artinya menggunakan peralatan steril.

B Promosi Kesehatan Wellness


1. Pengertian
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan
dari istilah pengertian yang sudah di kenal selama ini, seperti : pendidikan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Promosi kesehatan
adalah upaya memperbaiki kesehatan dengan cara memajukan, mendukung dan
menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun
secara kelompok. (Maulana, 2009) WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai
proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan control terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu

2
mengenal dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, dan mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya.
Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik
dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. Green juga juga mengemukakan bahwa perilaku di tentukan
tiga factor utama yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap


seseorang.

b. Faktor pemungkin (enambling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan


fasilatas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang


untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-
peraturan, surat keputusan.

2. Strategi Promosi Kesehatan


Berdasarkan rumus WHO (1984), strategi promosi kesehatan secara global
terdiri dari 3 hal, yaitu :
a. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decision
makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun
sector lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik.
Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-
kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan
sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal maupun
informal yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah
agar kegiatan atau program kesehatan memperoleh dukungan dari para para tokoh

3
masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan
dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer atau
utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan
menurut Notoatmodjo (2010), meliputi :
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif. Sasaran promosi kesehatan pada tingkat
pelayanan promotif adalah pada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar
mereka mampu meningkatkan kesehatannya.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif. Sasaran promosi kesehatan pada tingkat
ini selain pada orang yang sehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu
hamil, para perokok, para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya.
Tujuan utama dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah
kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif. Sasaran promosi kesehatan pada tingkat
ini adalah para penderita penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis
seperti asma, diabetes mellitus, tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan
dari promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif. Sasaran pokok pada promosi
kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok penderita atau pasien yang baru
sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini
adalah mengurangi kecacatan seminimal mungkin. Dengan kata lain, promosi
kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari
suatu penyakit (tertiary prevention) (Notoatmodjo, 2010)

4. Metode dan Media Promosi Kesehatan

4
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam bukunya promosi kesehatan dan ilmu
perilaku promosi kesehatan, terdapat beberapa metode pendidikan dan media promosi
kesehatan yang biasa digunakan antara lain :
a. Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan yang bersifat
perorangan diantaranya: bimbingan atau penyuluhan, dan wawancara.
b. Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat bahwa jumlah
populasi yang akan ditujukan haruslah dipertimbangkan. Untuk itu dapat dibagi
menjadi kelompok besar dan kelompok kecil serta kelompok massa. Apabila
peserta lebih dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok besar, dimana
dapat menggunakan metode ceramah dan seminar. Sedangkan disebut kelompok
kecil apabila jumlah kurang dari 15 orang dapat menggunakan metode diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok kecil, serta memainkan peran.
Apabila menggunakan metode pendidikan massa ditujukan kepada masyarakat
ataupun khalayak yang luas dapat berupa ceramah umum, pesawat televisi,
radio, tulisantulisan majalah atau koran, dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam media yang digunakan menurut Notoatmodjo (2010) terdapat


3 macam media, antara lain :
- Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi indra mata pada
waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana media bantu lihat ini dibagi
menjadi 2 yaitu media yang diproyeksikan misalnya slide, film, film strip dan
sebagainya, sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya peta, buku,
leaflet, bagan dan lain sebagainya.
- Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra pendengaran sewaktu
terdapat proses penyampaian, misalnya radio, piring hitam, pita suara.
- Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).

5. Promosi Kesehatan HIV/AIDS dengan Media Leaflet


Promosi kesehatan HIV/AIDS merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk pencegahan dan penularan HIV/AIDS dengan pemberian informasi yang dapat

5
menggunakan berbagai media, salah satunya adalah media leaflet. Leaflet adalah
selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khususnya untuk suatu
sasaran dengan tujuan tertentu. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun
gambar, atau kombinasi (Taufik, 2010). Menurut Depkes RI (2008) leafleat adalah
tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak dan biasanya diselingi dengan
gambar-gambar, dapat dibaca sekali pandang dan berukuran 20 x 30 cm. Dalam
penyuluhan bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi
(perubahan sikap untuk mampu mencegah penyalahgunaan napza bagi diri sendiri).
Penjelasan yang dibaca dan dilihat dari leaflet yang menarik dapat membawa
perubahan, ia tertarik atau dalam menerima perubahan, untuk mengetahui apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi dari sebuah leaflet itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat (Notoadmojo, 2012).
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pemberian leaflet
kesehatan masyarakat baik itu dari leaflet, sasaran atau dalam proses pemberian leaflet
(Notoadmojo, 2012).

C Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi juga berasal dari kata imun yang
berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit tertentu saja, sehingga untuk penyakit lain
diperlukan suatu imunisasi yang lainnya. Imunisasi tersebut sering disebut juga dengan
vaksinasi.

Imunisasi ini juga biasanya lebih fokus diberikan kepad anak-anak, pasalnya
anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit yang berbahaya.
Imunisasi demikian tidaklah cukup hanya dilakukan satu kali, namun harus dilakukan

6
secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup seorang anak.
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang
dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau
terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan
pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).

Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu:

a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya


b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif
c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih
jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara
alami.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang


dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis penyakit yang dapat
ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.

3. Manfaat Imunisasi
a. Manfaat untuk Anak

7
Tujuan pemberian suatu imunisasi pada anak diharapkan mampu memberikan
fungsi serta manfaatnya dalam hal melindungi bayi yang kadar imunitas tubuhnya
masih sangat rentan dari berbagia penyakit yang mampu untuk menyebabkan
kecacatan, kesakitan, dan kematian bayi. Di dalam vaksin sendiri sebenarnya
terdapat bakteri bibit penyakit. Namun, bakteri tersebut tentu tidaklah berbahaya,
tapi bakteri lemah atau yang telah mati. Dengan mempunyai bakteri dalam tubuh
secara lami tubuh dapat membentuk suatu pertahanan diri yang dapat disebut
dengan antibodi. Antibodi tersebut yang akan melumpuhkan bakteri penimbul suatu
penyakit. Antibodi mampu mengibat cara memerangi bakteri seperti yang telah
dilumpuhkannya. Bakteri akan tinggal lama di dalam tubuh, sehingga ketika bkateri
jahat di suatu hari masuk ke dalam tubuh, antibodi akan tahu cara mengatasinya.
Dengan demikianlah, anak dapat terhindar dari penyakit.

b. Manfaat Untuk Keluarga


Imunisasi mempunyai manfaat bagi keluarga. Dengan pemberian suatu
imunisasi yang tepat, mampu menghilangkan kecemasan kepada orangtua dari
risiko sakit yang diderita oleh anaknya. Selain dari pada itu, mampu menghemat
biaya suatu pengobatan jika anak sakit
c. Manfaat Untuk Komunitas.
Manfaat imunisasi tersebut, tidaklah terbatas bagi individu, namun juga
bermanfaat bagi komunitas masyarakat secara umum. Cakupan dari manfaat
imunisasi cukuplah luas, yang mampu meningkatkan kekebalan komunitas yang
dapat mencegah masyarakat terjangkit penyakit infeksi tertentu. Sehingga dapat
bermanfaat bagi negara dalam membangun tingkat kesejahteraan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal sehat dalam melanjutkan pembangunan negara.

Imunisasi menjadi lebih penting untuk diberikan. Mereka mengalami kondisi


turunnya daya tahan tubuh, sehingga semakin rentan terkena infeksi. Virus HIV
menyerang sel darah putih (CD4) dan memproduksi virus di dalamnya. Kemudian
sel darah putih akan menjadi rusak dan mati sehingga tubuh kehilangan kemampuan
melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

8
Kuman yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang sehat, justru
bisa menimbulkan penyakit pada orang yang daya tahan tubuhnya menurun karena
HIV. Kondisi ini diebut infeksi oportunistik. Meski demikian, infeksi oportunistik
dapat diobati, dan lebih baik lagi karena ia dapat dicegah (profilaksis).

Salah satunya adalah dengan imunisasi. Jika terinfeksi oleh HIV atau
menderita AIDS, maka anda membutuhkan pertahanan lebih terhadap berbagai
infeksi seperti flu akibat penurunan sistem kekebalan tubuh anda yang membuat
anda sulit melawan berbagai infeksi.Vaksin atau imunisasi dapat membantu tubuh
anda mempertahan dirinya dari berbagai infeksi. Akan tetapi, bila anda menderita
HIV/AIDS, maka efek imunisasi yang anda alami dapat berbeda dengan efek
imunisasi pada orang lain yang tidak menderita HIV/AIDS.Tidak semua vaksin
aman diberikan pada penderita HIV/AIDS. Vaksin yang dibuat dari virus hidup
yang dilemahkan dapat menyebabkan penderita HIV/AIDS mengalami infeksi
ringan. Penderita HIV/AIDS hanya dapat menerima vaksin tertentu yang tidak lagi
mengandung virus atau bakteri hidup di dalamnya.

Efek Samping Vaksin, ialah : Siapapun dapat mengalami beberapa efek


samping vaksin di bawah ini, baik anda menderita HIV/AIDS ataupun tidak.
Beberapa efek samping tersebut adalah:

1) Nyeri, kemerahan, atau pembengkakan pada bekas tempat suntikan vaksin


2) Badan terasa lemah
3) Merasa lelah
4) Mual

Bila anda menderita HIV/AIDS, maka terdapat beberapa efek samping


tambahan saat anda menerima vaksin, yaitu:

1) Vaksin dapat meningkatkan jumlah HIV di dalam tubuh anda


2) Vaksin mungkin tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya bila kadar CD4
(salah satu jenis sel darah putih) anda terlalu rendah. Mengkonsumsi obat
antiretrovirus kuat sebelum pemberian vaksin mungkin dapat membantu bila
kadar CD4 anda rendah

9
3) Vaksin yang berisi virus hidup yang telah dilemahkan dapat membuat anda
mengalami infeksi yang seharusnya dicegah melalui pemberian vaksin
tersebut. Oleh karena itu, anda sebaiknya menghindari menerima vaksin berisi
virus hidup seperti cacar air atau flu. Selain itu, hindarilah kontak dekat dengan
seseorang yang baru saja menerima vaksin berisi virus hidup tersebut selama
2-3 minggu. Vaksin MMR (measles, mumps, dan rubella) merupakan satu-
satunya vaksin berisi virus hidup yang kadangkala masih boleh diberikan pada
penderita HIV/AIDS. Akan tetapi, hindari vaksin MMR bila kadar CD4 anda
kurang dari 200, mengalami gejala HIV, mengalami gejala AIDS

4. Vaksin yang Diperlukan oleh Penderita HIV


a. Bagi Seluruh Orang Dewasa Dengan HIV Positif
1) Hepatitis B (HBV)

Vaksin hepatitis B diberikan dalam 3 kali suntikan dalam waktu 6 bulan.


Vaksin tidak diberikan bila anda sedang menderita hepatitis atau bila anda masih
memiliki kekebalan terhadap virus hepatitis B. Lakukanlah pemeriksaan darah
untuk memeriksa kekebalan setelah anda menerima 3 kali suntikan vaksin
hepatitis B. Jika kadar kekebalan anda terlalu rendah, maka anda mungkin
membutuhkan pemeriksaan lainnya. Vaksin ini efektif selama sekitar 10 tahun.

2) Influenza

Vaksin influenza hanya diberikan satu kali melalui suntikan. Ulangilah


pemberian vaksin setiap tahunnya untuk memperoleh perlindungan terbaik.

3) MMR (Measles, Mumps, Rubella)

Vaksin MMR diberikan melalui 1 atau 2 kali suntikan. Anda tidak perlu
menerima vaksin ini bila anda lahir sebelum tahun 1957. Vaksin MMR
merupakan satu-satunya vaksin yang mengandung virus hidup yang boleh

10
diberikan pada penderita HIV positif, akan tetapi hanya bila jumlah CD4 anda
lebih dari 200.

4) Pneumonia

Vaksin pneumonia ini dapat diberikan melalui 1 atau 2 kali suntikan.


Lakukanlah vaksinasi ini segera setelah anda terdiagnosa HIV, kecuali bila anda
telah menerima vaksin ini dalam waktu 5 tahun terakhir. Vaksin ini akan efektif
dalam waktu 2-3 minggu setelah pemberian. Bila anda menerima vaksin saat
jumlah CD4 anda kurang dari 200, maka ulangi pemberiannya setelah jumlah
CD4 anda mencapai 200. Ulangi pemberian vaksin setiap 5 tahun.

5) Tetanus dan Difteri Toksoid

Pemberiannya diulang setiap 10 tahun, sama seperti rekomendasi pada


orang normal. Bagi wanita imunisasi ini sangat penting apalagi terkait kehamilan
dan proses persalinan. Para pengguna narkotika suntik juga sangat dianjurkan
mendapat imunisasi ini untuk mencegah infeksi tetanus.

6) Varicella

Bagi mereka yang lahir setelah tahun 1980, imunisasi ini tidak diperlukan.
Imunisasi ini termasuk disarankan, namun bagi orang dengan HIV positif yang
CD4-nya berada di level atau di bawah 200 sel/mm3, imunisasi ini tidak
diberikan. Selain itu juga tidak disarankan bagi ibu hamil untuk mendapat
imunisasi ini.

Selain imunisasi yang perlu dipertimbangkan pemberiannya, ada beberapa


imunisasi yang sama sekali tidak boleh diberikan untuk orang dengan HIV
positif. Sediaan imunisasi yang berasal dari virus hidup tidak disarankan
pemberiannya bagi orang HIV positif. Hal ini karena respon yang dihasilkan
tidak akan seperti respon pada orang sehat. Malah berisiko membuat orang
dengan HIV positif menderita penyakit akibat imunisasi yang diberikan. Kontak
dengan orang yang baru menerima imunisasi dari virus hidup juga perlu
dihindari selama paling tidak 2-3minggu setelah iminusasi. Contoh imunisasi

11
yang tidak disarankan pada orang HIV positif adalah:Anthrax, Smallpox
(cacar), Zoster

D Health Care Follow Up (Tindak Lanjut Perawatan HIV/AIDS)


Hingga saat ini telah banyak organisasi baik yang didirikan oleh sekelompok
masyarakat maupun pemerintah sebagai wujud kepedulian terhadap ODHA dan wabah
penyakit ini, terdapat beberapa cara penanggulangan penyakit AIDS bagi masyarakat
yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud cara melawan
HIV AIDS.

Rekomendasi untuk rencana aksi untuk kebutuhan orang muda harus dilihat
sebagai bagian dari Strategi dan Rencana Aksi Nasional 2010-2014. Berikut ini adalah
beberapa butir pelengkap SRAN dari perspektif orang muda. Pemilihan prioritas
geografis akan mengikuti apa yang ada dalam SRAN, dan fokus intervensi adalah
untuk mencegah sebanyak mungkin populasi kunci terinfeksi HIV dalam rangka
menekan epidemi HIV pada akhir tahun 2014. Pemilihan dilakukan berdasarkan
tingkat epidemi dengan mempertimbangkan perkiraan jumlah populasi kunci, beban
HIV dan AIDS, juga dukungan dari pemerintah lokal. Tindak lanjut
perawatan/penanggulangan HIV/AIDS, ialah :

1. Meningkatkan layanan di tingkat lokal


fokus dari rekomendasi adalah advokasi intensif kepada sektor-sektor yang
sudah bekerja dengan orang muda, terutama mereka yang rentan terinfeksi HIV
dan AIDS untuk memaksimalkan pelaksanaan programnya. Sementara itu
upaya mengadovasi perubahan hukum tetap berjalan

2. Mengintegrasikan program orang muda pada program yang sudah ada


Mengintegrasikan program orang muda ke dalam program yang sudah ada
artinya:

12
a. Secara sistematis, melatih pendidik sebaya muda dari populasi kunci
(pekerja seks, penasun, LSL);
b. Mendorong pelaksana program untuk mengembangkan program yang
spesifik orang muda, seperti memfasilitasi orang muda untuk mendapatkan
akses pendidikan dan berada di lingkungan yang lebih baik sebagai anak
yang haknya perlu dilindungi;
c. Memfasilitasi populasi kunci muda untuk secara aktif terlibat dalam forum
orang muda, baik di tingkat lokal, nasional maupun regional sebagai salah
satu cara untuk menarik lebih banyak orang memahami perspektif orang
muda, memobilisasi sumber-sumber daya, dan memberdayakan peran
mereka dalam memberikan kontribusi yang lebih berarti bagi penurunan
epidemi;
d. Mengembangkan jaringan sosial untuk orang muda dan berbagi informasi
yang jujur dan benar tentang seksualitas dan hak kesehatan reproduksi.
3. Meningkatkan Informasi Strategis

Ketersediaan informasi strategis adalah salah satu prasyarat dalam pelaksanaan


program yang efektif. Hal ini ditekankan dengan jelas dalam SRAN. Informasi
strategis secara spesifik dibutuhkan untuk memastikan program orang muda
terintegrasi dengan program yang sudah ada. Di tingkat lokal, sangat penting
memastikan tingkat propinsi memiliki kapasitas melaksanakan pemetaan dan
memperkirakan jumlah orang muda berisiko – idealnya juga dilakukan di
tingkat Kabupaten/Kota.

4. Meningkatkan Keberlanjutan Program


Mengacu pada situasi keuangan global untuk HIV dan AIDS yang cendrung
terus turun, serta upaya sistematis untuk meningkatkan anggaran domestik pada
tingkat nasional dan daerah harus berjalan, rekomendasi untuk bagian ini adalah
membuat daftar program HIV untuk orang muda di tingkat lokal, yang
dilengkapi dengan anggaran pada setiap program yang ditawarkan, kepada
pengambil kebijakan dalam siklus anggaran pemerintah. Hal ini sejalan dengan
exit strategy yang diajukan kepada tingkat daerah untuk secara bertahap
menurunkan dukungan Global Fund kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota.

13
5. Pemberian Penyuluhan Penyakit HIV/AIDS
Penanggulangan penyakit AIDS yang pertama yaitu dapat berupa memberikan
penyuluhan mengenai apa penyakit HIV itu sebenarnya dan bagaimana
sebenarnya cara yang dapat menularkan virus pada tubuh yang sehat. Kegiatan
Penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai sebuah edukasi yang diberikan baik
kepada masyarakat maupun diberikan kepada siswa di sekolah yang mana harus
menekankan kepada mereka bahwa sebenarnya penyakit menular ini dapat
dicegah dengan cara pencegahan AIDS walaupun mereka berteman dengan
dengan ODHA dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan yang dilakukan ini
juga dapat dijadikan sebagai salah satu pelajaran penting bagi generasi pemuda
agar mampu untuk menghindari dan mengurangi kegiatan yang dapat
memperbesar resiko dan dapat sebagai cara pencegahan HIV AIDS.
6. Fasilitas pengobatan Narkoba
Fasilitas pengobatan yang menunjang sebagai salah satu pengobatan pecandu
narkoba dapat juga sebagai salah satu bentuk dari penanggulangan AIDS.
Selain Seks bebas, penggunaan jarum suntik pada pemakaian narkoba marak
terjadi pada masyarakat sehingga virus HIV dapat dengan mudah dan cepat
menyebar dari satu tubuh yang telah terinfeksi ke tubuh pecandu lainnya. Para
pecandu narkoba akan berusaha memebuhi asupan obat untuk dikonsumsi
setiap hari bagaimanapun caranya, karena dorongan kuat inilah yang dapat
membuat pacandu tersebut tidak peduli lagi bagaimana cara ia mendapatkan
dan mengkonsumsi obat terlarang tersebut. Dengan ketersedianya fasilitas yang
dapat menunjang pengobatan narkoba maka diharapkan dapat mengurangi
penularan virus melalui alat suntik dan dapat lebih memerhatikan cara
menghindari virus HIV melalui narkoba.

7. Melakukan serangkaian tes HIV


Tes HIV merupakan bentuk penanggulangan penyakit AIDS lainnya,
serangkaian pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan kapan saja dan oleh
siapa saja. Pada ibu hamil ada baiknya pada saat memasuki tahap awal

14
kehamilan untuk melakukan pengecekan dan tes HIV sebagai standar
perawatan selama masa kehamilan sebagai cara pencegahan agar tidak tertular
HIV pada janin yang dikandungnya. Penularan virus HIV dapat juga ditularkan
melalui tubuh ibu yang sedang hamil kepada janin dalam kandungannya karena
terdapat beberapa cara penularan seperti melalui darah dan cairan ketuban yang
dapat menularkan HIV. Cara ini juga dapat membantu tubuh ibu yang positif
HIV agar sesegera mungkin melakukan terap zidovudine atau ZDV sebagai
salah satu cara pencegahan penularan HIV melalui uterus dan perinatal.

Penanggulangan penyakit AIDS di atas merupakan sebagian cara yang ada kini
telah dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna mengantisipasi
penularan virus HIV. Memiliki pola hidup yang sehat merupakan dasar keberhasilan
dari gagasan penanggulangan yang ada saat ini, menghindari sumber virus HIV baik
melalui kontak darah dan alat suntik bukan berarti menjauhi ODHA dalam kehidupan
bersosialisasi.

E Antriretroviral Therapy
1. Pengertian

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien


rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan
pada pasien untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan
menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV namun bisda
memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita
HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nukleosida reverse
tranciptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor
protease.

Untuk memulai anti retroviral therapy (ART), ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh penderita. Adapun syarat ini harus dipenuhi untuk mencegah putus obat
dan menjamin efektifitas pengibatan antara lain adalah infeksi HIV telah dikonfirmasi
dengan hasil tes (positif) yang tercatat, memiliki indikasi medis, dan tidak memulai

15
ART jika tidak memenuhi indikasi klinis, mengulangi pemeriksaan CD4 dalam 4 bulan
jika memungkinkan, pasien yang memenuhi kriteria dapat memulai dipelayanan
kesehatan, jika infeksi oportunistik telah diobati dan sudah stabil, maka pasien telah
siap untuk pengobatan ART, adanya tim medis AIDS yang mampu memberikan
perawatan kronis dan menjamin persediaan obat yang cukup.
ARV merupakan obat yg digunakan pasien dgn tes HIV positif . Terapi
antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV
adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak
membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu
pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

2. Tujuan Pengobatan ARV, ialah :

a. Mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV/AIDS.

b. Memperbaiki mutu hidup.

c. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan.

d. Mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

e. Menurunkan biaya perawatan dan Menurunkan kemiskinan.

f. Menghentikan replikasi HIV

g. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opoturnistik.

h. Memperbaiki kualitas hidup

i. Menurunkan morbiditas dan moralitas karena infeksi HIV

3. Manfaat dari pengobatan ARV ini, ialah :

a. Menekan replikasi virus sedini mungkin dalam waktu lama.

b. Perbaikan fungsi immun.

c. Hidup bebas dari penyakit untuk waktu lama.


16
d. Resiko resistensi obat rendah dgn penekan virus sempurna.

e. Menurunnya kemungkinan resiko transmisi virus.

4. Cara Kerja Obat

Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan
siklus replikasi HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis
obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu:

a. Entry (saat masuk). HIV harus masuk kedalam sel T untuk dapat memulai kerjanya
yang merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian menyatukan
memembran luarnya dengan membran luar sel. Enzim reverse transcriptase dapat
dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim intregrase mungkin dihalangi
oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan, enzim protease mungkin dapat
dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan Indinivir.
b. Early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T. Setelah
bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya kedalam
sel. Disini HIV mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam
bentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis dalam
DNA. Untuk mengatasi masalah ini HIV membuat enzim reverse transcriptase
(RT) yang menyalin RNA-nya kedalam DNA. Obat Nucleose RT inhibitors
(Nukes)menyebabkan terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat.
Golongan non-nucleoside RT inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat
enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim tersebut menjadi tidak
berfungsi.
c. Late replication. HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukkan
DNAnya sendiri kedalam guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian
DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim intregrase maka obat integrase
inhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini.
d. Assembly (perakitan atau penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan
genetik sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai bahan
untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yang benar

17
yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis Protease
inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini.

Pasien harus memahami tujuan pemberian ARV, antara lain:

a. ARV tidak menyembuhkan


b. Selama pengobatan ARV, virus masih dapat ditularkan atau didapat
sehingga perlu diterapkan safe sex dan safe injection.
c. Pengobatan seumur hidup

Jangan memulai ARV jika:

a. Pasien tidak memiliki motivasi


b. Tahap konseling intensif
c. Pengobatan tidak dapat dilanjutkan
d. Asimtomatik dan tidak ada informasi tentang hitung CD4
e. Tidak dapat memonitor secara biologis
f. Tidak ada akses terhadap diagnosis dan pengobatan IO (Infeksi
Oportunistik).
5. Jenis-Jenis Obat ARV

Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse
transcriptase inhibitors,non – nucleoside reverse transcriptase inhibitors,protease
inhibitor dan fussion inhibitor.
a. Nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan
RNA virus menjadi DNA ( proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa
bereplikasi).
Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini:
Nama Generik : Zidovudine
Nama Dagang : Retrovir
Nama lain: AZT ,ZCV

18
b. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NtRTI).Yang termasuk golongan ini
adalah Tenofovir (TDF)
c. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Golongan ini juga berkeja
dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat
reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Yang termasuk golongan NNRTI
adalah :
Nama generik : nevirapin
Nama dagang : viramune
Nama lain : NVP BI-RG-587
d. Protease inhibitor (PI,menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV),
ritonavir (RTV) dan amprenavir (APV).
e. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20)

Cara memilih obat


1) Pertimbangan dalam memilih obat adalah hasil pemeriksaan CD4, viral load
dan kemampuan pasien mengingat penggunaan obatnya. Pertimbangan
yang baik adalah memilih obat berdasarkan jadwal kerja dan pola hidup.
2) Kebanyakan orang lebih mudah mengingat obat yang diminum sewaktu
makan

Efek samping obat :


1) Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu
dan susah tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap orang, jarang
pasien mengalami semua efek samping tersebut. Efek samping jangka
pendek terjadi segera setelah minum obat dan berkurang setelah beberap
minggu. Selama beberapa minggu penggunaan ARV, diperbolehkan
minum obat lain untuk mengurangi efek samping.
2) Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
3) Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada

19
pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan
dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih
berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya,namun ada juga wanita
yang berhenti sama sekali menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui
secara jelas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu
syndrome atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah di serang penyakit-penyakit lain

20
yang berakibat fatal, yang di kenal dengan infeksi oportunistik. Salah satu alternatif
dalam upaya penaggulangan problematik jumlah penderita yang terus meningkat
adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan untuk
tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.
Disamping itu juga dilakukan pemberian Pendidikan, edukasi, imunisasi, pemberian
antriretroviral therapy, dan memberikan perawatan lanjutan kepada orang yang
terinfeksi HIV/AIDS.

B. Saran

Sebagai penyusun makalah ini, penulis menyarankan kepada para


pembaca agar lebih mendalami materi yang telah di paparkan dalam makalah ini
agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Gina anindyajati. 2016. Imunisasi dan HIV. tersedia pada angsamerah.com/imunisasi-dan-hiv/.
Diakses pada tanggal 24 september 2018 pukul 21.02 WITA.

NN. 2017. Pengertian Imunisasi, Tujuan, dan Jenis-jenis. Tersedia pada


artikelsiana.com/2017/08/pengertian-imunisasi-tujuan-jenis-jenis.html pada 24 September 2018

Nurul, Muklis. 2012. Makalah ARV. Tersedia pada scribd.com/doc/115451275/Makalah-ARV


Tersedia pada fokusmuda.weebly.com/uploads/5/8/5/2/58523097/ran_remaja_final.doc_rev.pdf
diakses pada 24 September 2018

21
Tersedia Pada dokteraids.com/penanggulangan-penyakit-aids diakses pada 24 September 2018
Tersedia pada /www.dokter.id/berita/vaksin-bagi-penderita-hivaids diakses pada 24 september
2018

22

Anda mungkin juga menyukai