Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR MANAJEMEN

DALAM PARADIGMA
KEPERAWATAN

OLEH :
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI
203221095
B 13 – A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021

1
KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM
PARADIGMA KEPERAWATAN

A. Pengertian Manajemen

Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika


Widya Sukmana (1986). Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional.

Manajemen dari kata yang berarti "tangan". Manajer memegang kendali


seharihari " untuk mencapai hasil yang diinginkan". Organisasi yang sukses
mmbutuhkan kepemimpinan dan manajemen. Mamajemen dapat mendorong
ketepatan dan menaiki tangga kesuksesan, kepemimpinan, menentukan apakah tangga
yang dinaiki bersandar pada dinding yang kokoh (Covey, 1989).

Manajemen berfokus pada carauntuk meningkatkan produktivitas tenaga


kerja melalui berbagai pendekatan manajemen.(Frederick Taylor,1800).

B. Prinsip Umum Manajemen

Menurut Henry Fayol. seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip


dalam manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan
sesuai dgn kondisi-kondisi khusus & situasi-situasi yg berubah.

Prinsip- prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :

1. Pembagian kerja (Division of work)

Pembagian kerja hams disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga


pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan
harus menggunakan prinsip ‘the right man in the right place’. Pembagian
kerja hams rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas
dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip ‘the right man in the right place’
akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)

Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) hams


seimbang. Setiap pekerjaan hams dapat memberikan pertanggungjawaban
yangMsesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin
kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan
dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang
melekat atau diikuti pertanggungjawaban.

3. Disiplin (Discipline)

Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patch terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila
wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang
wewenang hams dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga
mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan weweanng
yang ada padanya.

4. Kesatuan perintah (Unity of command)

Karyawan hams tahu kepada siapa ia hams bertanggung jawab sesui dengan
wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan hams
memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat
dijalankan dengan baik.

5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari


Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab
(Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah
(Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan
mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus
mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi
kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
perlu diarahkan menuju sasarannya.

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi dapat


terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga
memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan
pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa
kepentingan pribadi s ebenarnya tergantung kepada berhasi 1 - ti daknya
kepentingan organisasi.

7. Penggajian pegawai

Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan
prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada
perbedaan akan menimbulkan hetidak disiplinan dan kemalasan dalam bekerja.
Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan
tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam prinsip
penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang,
menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja.

8. Pe m u s a t a n ( Ce n t ra l iz at i o n)

Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang,


melainkan untuk menghindari kesimpangsiurang wewenang dan tanggung jawab.
Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang
(delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan
tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada
orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak.

9. Hirarki (tingkatan)

Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan
seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap
karyawan akan mengetahui kepada siapa ia hams bertanggung jawab dan dari
siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan
bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan
menimbulkan hirarki.

10. Ketertiban (Order)

Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan baik
atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu,
ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban
dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya
tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang.

11. Keadilan dan kejujuran

Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat
dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena
atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran
merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

12. Stabilitas kondisi karyawan

Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan,


perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan
dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam
setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala
pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya
disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.

13. Prakarsa (Inisiative)

Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu


hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri
seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk
mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-
beiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan
pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan
salah satu langkah untuk menolak gairah keija. Manajer yang bijak akan
menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya.
14. Semangat kesatuan dan semangat korps

Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai


kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan karyawan lain
sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan
mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang
suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp
(perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan hams memiliki
rasa
kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat
kerja sama yang baik.

C. Peran Manajemen dalam Keperawatan


1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)

Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara
langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan
interpersonal dasar, yaitu:

a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)

Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus


melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting,
menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan
atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal sering
bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting.
Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi
organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.

b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)

Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam


unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu
berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung.
Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain
menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan
secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi
dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat
pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi seorang
pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang
menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.

c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)

Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama


aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan
mengenai peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di
luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan,
mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan
bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan
orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan
dengan anak buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin
menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka
mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara
khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi ekstemalnya
sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.

2. Peran Informasional (Informational Role)

Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak bush maupun


dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat
syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi
setidaknya tahu lebih banyak dan pada stafnya. Pemrosesan informasi
merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin.

Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.

a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)

Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus


memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali
hams 'menginterogasi' kontak serta anak buahnya, dan kadangkala
menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak
personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar
informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang
dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih
membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.

b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)

Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin hams dimanfaatkan


bersama (sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang
membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak
dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang hams meneruskan
informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)

Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk


menyampaikan inf ormasi yang dimilikinya ke orang di luar unit
orgamsasmya.

3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)

Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan


masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya
pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang
barn; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi
yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi
organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan
terdapat empat peran pemimpin, yaitu:

a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)

Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu


memperbaiki kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha,
seorang pemimpin hams selalu mencari ide-ide baru dan berupaya
menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi
yang dipimpinnya.

b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)

Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk


merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini
perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia hams bertindak
karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan.
Pemimpin seringkali hams menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang
berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah
memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan yang penuh
ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh
mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi
juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua
konsekuensi dari setiap tindakannya.

c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator


Role)

Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan


menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting
yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat
bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia
bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil
keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola
hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang
dipimpinnya.

d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)

Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin


menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi.
Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of
life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban
seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi
merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang
memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya
organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

D. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang


melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada.
Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran
pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini
dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.

Kegiatan perawat pelaksana meliputi :


1 Menetapkan penggunaan proses keperawatan
2 Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3 Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
4 Menerima akuntabilitas untuk hasil — hasil keperawatan
5 Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer


keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Manajemen operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang


terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:

a. Manajemen puncak

Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari


keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal:
Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer
tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan
mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer
dibawahnya.

b. Manajemen menengah

Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi,


artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang
lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan
tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur
produk.
c. Manajemen bawah

Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah


ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tingkatan ini jugs
memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup
prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal:
supervisor/pengawas produksi, mandor.

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam


kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar
penatalaksanaannya berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan
b. Ketrampilan kepemimpinan
c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
d. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen

2. Manajemen Asuhan Keperawatan

Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan


adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya tenaga
keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab
dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat
pelaksana.Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah
komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian (Loveridge &
Cumming, 1996).

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang


menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.
Proses keperawatan adalah proses pemecahan masalah yang menekankan
pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang dibutuhkan
pasien.
1. Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat menentukan setepat mungkin pengalaman masalalu pasien,
pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan dimasa mendatang.
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalidasi,
menginterpretasikan informasi tentang pasien sebagai individu yang unik.
2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana
berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk
memberikan tindakan keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk
merumuskan diagnosa keperawatan
3. Perencanaan intervensi keperawatan dibuat setelah perawat mampu
memformulasikan diagnosa keperawatan
4. Pelaksanaan merupakan penerapan rencana intervensi keperawatan
merupakan langkah berikut dalam proses keperawatan
5. Evaluasi merupakan pertimbangan sistematis dari standart dan tujuan yang
dipilih sebelumnya dibandingkan dengan penerapan praktek yang aktual dan
tingkat asuhan yang diberikan.

Kelima langkah dalam proses keperawatan ini berlangsung terus menerus


dilakukan oleh perawat melalui metode penugasan yang telah ditetapkan oleh para
manajer keperawatan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai