Anda di halaman 1dari 6

Evi Kurniawaty

Diabetes Mellitus

Evi Kurniawaty

Faculty of Medicine Lampung University

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by body inability to produce or properly use
insulin hormone effectively. DM is marked with polyuria, polydipsia, polyphagia, followed with
blood glucose increase. DM patients in Indonesia in 2000 were 8.4 million people, and it was the
fourth ranks in the world.Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by high
blood sugar (glucose) levels that result from defects in insulin secretion, or its action, or both.
Diabetes mellitus, commonly referred to as diabetes was first identified as a disease associated
with "sweet urine,"There are three main types of diabetes mellitus (DM), type 1, type 2, and
gestasional diabetes. Untreated diabetes can cause many complications. Acute complications
include diabetic ketoacidosis and nonketotic hyperosmolar coma. Serious long-term
complications include cardiovascular disease, chronic renal failure, and diabetic retinopathy
(retinal damage). [JuKeUnila 2014;4(7):114-119]

Keywords: blood glucose, diabetes mellitus.

Pendahuluan menjadi 300 juta orang2. Laporan dari


Perubahan gaya hidup dan sosial WHO mengenai studi populasi DM di
ekonomi akibat urbanisasi dan berbagai negara, memberikan informasi
modernisasi terutama di masyarakat bahwa jumlah penderita DM di
kota-kota besar di Indonesia menjadi Indonesia pada tahun 2000 adalah 8,4
penyebab terjadinya peningkatan juta orang, jumlah tersebut menempati
prevalensi penyakit degeneratif. urutan ke-4 setelah India (31,7 juta),
Beberapa jenis penyakit yang masuk Cina (20,8 juta) dan Amerika Serikat
dalam kelompok penyakit degeneratif (17,7 juta). Diperkirakan prevalensi
seperti Diabetes Mellitus (DM), jantung tersebut akan terus meningkat pada
koroner, hipertensi, hiperlipidemiadan tahun 2030, India (79,4 juta), Cina (42,3
sebagainya1. Diabetes Mellitus adalah juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan
salah satu diantara penyakit tidak Indonesia (21,3 juta)3.
menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa yang akan datang. II. DefinisidanKlasifikasi
Hal ini diduga karena perubahan pola Diabetes Mellitus adalah
makan masyarakat yang lebih banyak penyakit kronik yang terjadi diakibatkan
mengonsumsi makanan yang kegagalan pankreas memproduksi
mengandung protein, lemak, gula, insulin yang mencukupi atau tubuh tidak
garam, dan mengandung sedikit serat 2. dapat menggunakan secara efektif
insulin yang diproduksi. Hiperglikemia,
I. Epidemiologi atau peningkatan gula darah adalah efek
Berdasarkan penelitian utama pada DM tidak terkontrol dan
epidemiologi, prevalensi DM terus pada jangka waktu lama bisa
bertambah secara global. Diperkirakan mengakibatkan kerusakan serius pada
pada tahun 2000, sebanyak 150 juta syaraf dan pembuluh darah4. Diabetes
orang terkena DM dan dalam kurun Mellitus mempunyai sindroma klinik
waktu 25 tahun kemudian, pada tahun yang ditandai adanya poliuria, polidipsia
2025, jumlah itu akan membengkak dan polifagia, disertai peningkatan kadar

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 114


Evi Kurniawaty

glukosa darah atau hiperglikemia (kadar menjadi glikogendan kira-kira 30-40%


glukosa puasa 126 mg/dl atau diubah menjadi lemak. Semua proses
postprandial 200 mg/dl atau glukosa tersebut terganggu pada DM, glukosa
sewaktu 200 mg/dl)5. tidak dapat masuk ke sel hingga energi
Diabetes mellitus terutama diperoleh dari metabolisme
diklasifikasikan menjadi sebagai protein dan lemak. Sebenarnya
6
berikut : hiperglikemia sendiri relatif tidak
a. Diabetes mellitus tipe 1 berbahaya, kecuali bila kadarnya tinggi
Terjadi destruksi sel pankreas, sekali sehingga darah menjadi
umumnya menjurus ke defisiensi hiperosmotik terhadap cairan intrasel.
insulin absolute akibat proses Yang berbahaya adalah glikosuria yang
imunologik maupun idiopatik. timbul, karena glukosa bersifat diuretik
b. Diabetes mellitus tipe 2 osmotik, sehingga diuresis meningkat
Penyebab spesifik dari tipe disertai hilangnya berbagai elektrolit
diabetes ini masih belum (poliuria). Hal inilah yang menyebabkan
diketahui, terjadi gangguan kerja terjadinya dehidrasi dan hilangnya
insulin dan sekresi insulin, bisa elektrolit pada pasien DM sehingga
predominan gangguan sekresi terjadi koma hiperglikemik hiperosmolar
insulin ataupun predominan nonketosis. Karena adanya dehidrasi,
resistensi insulin. maka tubuh berusaha mengatasinya
c. Diabetes mellitus tipe lain dengan banyak minum (polidipsia).
Diabetes mellitus tipe lainnya Selain itu, polifagia juga timbul karena
disebabkan oleh berbagai macam adanya perangsangan pusat nafsu makan
penyebab lainnya seperti defek di hipotalamus akibat kurangnya
genetik fungsi sel beta, defek pemakaian glukosa di sel, jaringan, dan
genetik pada kerja insulin, hati7. Normalnya lemak yang berada
penyakit eksokrin pankreas, dalam aliran darah, melewati hati dan
endokrinopati, karena obat atau dipecah menjadi gliserol dan asam
zat kimia, infeksi, sebab lemak. Asam lemak kemudian diubah
imunologi yang jarang, dan menjadi senyawa keton (asam
sindrom genetik lain yang asetoaseat, aseton, asam
berkaitan dengan DM. betahidroksibutirat) dan dilepaskan ke
d. Diabetes mellitus gestational aliran darah kembali untuk
Diabetes mellitus gestational disirkulasikan ke sel tubuh agar
yaitu diabetes yang terjadi pada dimetabolisme menjadi energi, CO2 dan
kehamilan, diduga disebabkan air. Pada saat terjadi gangguan metabolit,
oleh karena resistensi insulin lipolisis bertambah dan lipogenesis
akibat hormon-hormon seperti terhambat, akibatnya dalam jaringan
prolaktin, progesteron, estradiol, terbentuk senyawa keton lebih cepat
dan hormon plasenta. daripada sel tubuh dapat
memetabolismenya. Maka, terjadi
III. GambaranKlinis akumulasi senyawa keton dan asidemia
Sindroma klinik yang sering (penurunan pH darah dan meningkatnya
dijumpai pada diabetes mellitus yakni ion hidrogen dalam darah). Sistem buffer
poliuria, polidipsia dan polifagia, disertai tubuh berusaha untuk menetralkan
peningkatan kadar glukosa darah atau perubahan pH yang ditimbulkannya,
hiperglikemia. Dalam keadaan normal, tetapi bila ketosis yang timbul lebih
kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi hebat maka pH darah tidak dapat
mengalami metabolisme sempurna dinetralisir dan terjadi diabetik
menjadi CO2 dan air, 5% diubah ketoasidosis. Keadaan klinis ini ditandai

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 115


Evi Kurniawaty

dengan nafas yang cepat dan dalam, komplikasivaskuler, yang dibagi menjadi
disebut pernafasan kussmaul, disertai makrovaskular yaitu penyakit pembuluh
adanya bau aseton7. darah koroner, pembuluh darah tungkai
bawah dan mikrovaskular yaitu
IV. Komplikasi retinopati, nefropati, dan lainnya9.
Komplikasi akut pada kasus Penyakit diabetes melitus yang tidak
diabetes adalah ketoasidosis diabetes terkontrol dalam waktu lama akan
(diabetic ketoacidosis/DKA) dan menyebabkan kerusakan pada pembuluh
hiperosmolaritas hiperglikemi darah dan saraf. Pembuluh darah yang
(hyperglycaemic hyperosmolarity/HHS). dapat mengalami kerusakan dibagi
DKA terjadi akibat defisiensi absolut menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah
atau relatif insulin yang dikombinasi besar dan kecil.
dengan regulatori kelebihan hormon Yangtermasukdalampembuluhda
glukagon, katekolamin, kortisol. Ketosis rahbesarantara lain:
terjadi akibat peningkatan perlepasan a. Pembuluh darah jantung, yang
asam lemak bebas dari adiposit, yang jika rusak akan menyebabkan
akhirnya mengakibatkan sintesa badan penyakit jantung koroner dan
keton di hepar. Turunnya kadar insulin serangan jantung mendadak.
disertai peningkatan katekolamin dan b. Pembuluh darah tepi, terutama
growth factor, meningkatkan lipolisis pada tungkai, yang jika rusak
dan perlepasan asam lemak bebas. akan menyebabkan luka iskemik
Secara normal, asam lemak bebas ini pada kaki.
akan diubah menjadi trigliserida atau c. Pembuluh darah otak, yang jika
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) rusak akan dapat menyebabkan
di hepar. Pada DKA, hiperglukagonemi stroke.
merubah metabolism hepar untuk Kerusakan pembuluh darah kecil
meningkatkan formasi badan keton (mikroangiopati) misalnya mengenai
dengan mengaktivasi enzim karnitin pembuluh darah retina dan dapat
palmitotranferase I. Enzim ini penting menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapa
dalam regulasi transportasi asam lemak tterjadi kerusakan pada pembuluh darah
ke dalam mitokondria, di mana terjadi ginjal yang akan menyebabkan
oksidasi beta dan konversi badan keton nefropatidiabetikum.
terjadi. Pada PH yang fisiologis, badan
keton wujud sebagai ketoasid yang V. Diagnosis
dineutralisasi oleh bikarbonat. Diagnosis DM harus didasarkan
Peningkatan asam laktat juga atas pemeriksaan kadar glukosa darah.
menyumbang kepada terjadinya asidosis Pemeriksaan glukosa darah dengan cara
metabolik. Tanda-tanda terjadinya DKA enzimatik dengan bahan darah plasma
termasuk mual, muntah, dahaga, poliuri, vena. Langkah-langkah untuk
respirasi kussmaul, takikardi, takipnea, menegakkan diagnosis DM dan
dehidrasi, hipotensi, nyeri abdomen dan gangguan toleransi glukosa dapat juga
sebagainya. HHS sering terjadi pada dilihat dari keluhan khas DM berupa
lansia dengan DM tipe 2 dengan riwayat poliuria, polidipsia, polifagia, dan
beberapa minggu sebelumnya, poliuri, penurunan berat badan. Keluhan lain
penurunan berat badan yang akhirnya yang mungkin dikemukakan pasien
mengakibatkan perobahan status mental. berupa lemah, kesemutan, gatal, mata
Beda HHS dan DKA adalah tiadanya kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
simptom mual, muntah dan nyeri serta pruritus vulvae pada pasien
abdomen pada DKA8. Komplikasi wanita1. Menurut Triplitt et al., (2008),
kronik dari diabetes dapat berupa berikut kategori status glukosa darah

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 116


Evi Kurniawaty

puasa (GDP) dan tes toleransi glukosa penyimpangan kadar glukosa


oral (OGTT) pada tabel di bawah ini: darah yang dapat menyebabkan
timbulnya komplikasi jangka
Tabel 1. Kategori Status Glukosa (Triplitt panjang12. Insulin eksogen yang
et al., 2008)10 dipakai untuk pengobatan DM
memiliki beberapa jenis yaitu
Kategori Status Glukosa insulin kerja cepat, insulin kerja
Glukosa Normal <100 mg/dl
sedang, dan insulin kerja lama.
darah GDP 100-125 mg/dl
puasa Terganggu
Efek samping dari pemberian
(GDP) DM 126 mg/dl insulin tersebut berupa reaksi
alergi, hipoglikemia akibat dosis
2 jam Normal <140 mg/dl yang berlebihan, dan lipodistrofi
setelah GD2PP 140-199 mg/dl di tempat penyuntikan12.
beban Terganggu b. Pengobatan DM tipe 2
glukosa DM 200 mg/dl Langkah pertama dalam
(test mengelola DM selalu dimulai
toleran dengan pendekatan non
siglukosa farmakologi, yaitu berupa
oral)
perencanaan makan/terapi nutrisi
medik, olahraga, dan penurunan
GDS 200 mg/dl,sudah cukup berat badan. Bila dengan langkah
untuk menegakkan diagnosis diabetes tersebut sasaran terapi
mellitus. Hasil pemeriksaanglukosa pengendalian DM belum
darah puasa 126 mg/dl juga digunakan tercapai, maka dilanjutkan
untuk patokan diagnosis DM. Untuk dengan penggunaan obat atau
kelompok tanpa gejala khas DM, hasil intervensi farmakologis. Dalam
pemeriksaan glukosa darah yang baru melakukan pemilihan intervensi
satu kali saja abnormal, belum cukup farmakologis perlu diperhatikan
untuk menegakkan diagnosis DM. titik kerja obat sesuai dengan
Diperlukan pemastian lebih macam penyebab terjadinya
lanjut dengan mendapatkan sekali lagi hiperglikemia1.
angka abnormal, baik kadar glukosa Obat antidibetika oral dibagi
darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa dalam 6 kelompok, sebagai berikut:
darah sewaktu 200 mg/dl pada hari a. Sulfonilurea (misalnya:
yang lain, atau dari hasil TTGO tolbutamid, klorpropamida,
didapatkan kadar glukosa darah pasca glibenklamida, gliklazida,
pembebanan 200 mg/dl11. glipizida, glikidon dan
glimepirida). Mekanisme kerja
VI. Penatalaksanaan sulfonilurea dengan menstimulasi
Pengobatan Diabetes Mellitus insulin dari sel beta-pankreas.
berbeda untuk DM tipe 1 dan DM tipe 2. Sulfonilurea berikatan dengan
a. Pengobatan DM tipe 1 reseptor sulfonilurea yang
Diabetes Mellitus tipe 1 harus memiliki afinitas tinggi yang
bergantung pada insulin eksogen berkaitan dengan saluran K-ATP
untuk mengontrol hiperglikemia. pada sel -pankreas, akan
Tujuan pemberian insulin pada menghambat effluks kalium
DM tipe 1 adalah untuk sehingga terjadi depolarisasi
memelihara konsentrasi gula kemudian membuka saluran Ca
darah mendekati kadar normal dan menyebabkan influks Ca
dan mencegah besarnya sehingga meningkatkan

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 117


Evi Kurniawaty

pelepasan insulin. Di samping sensitivitas jaringan perifer untuk


itu, sulfonilurea juga dapat insulin (insulin sensitizers).
meningkatkan kepekaan reseptor f. Penghambat DPP-4
terhadap insulin di hati dan di (dipeptidylpeptidase-4 blockers) .
perifer. Obat golongan baru ini bekerja
b. Penyekatkanalkalium(misalnya:r dengan menghambat enzim DPP-
epaglinidadan nateglinida). 4 sehingga produksi hormon
Golongan ini mempunyai incretin tidak menurun. Adanya
mekanisme kerja yang sama hormon inkretin berperan utama
dengan sulfonilurea, hanya dalam produksi insulin di
pengikatan reseptornya terjadi di pankreas dan pembentukan
tempat lain dan kerjanya lebih hormon GLP-1 (glukagon-like
singkat. peptide-1) dan GIP (glucose-
c. Biguanida (misalnya: dependent insulinotropic
metformin). Berbeda dengan polypeptide) di saluran cerna
sulfonilurea, obat ini tidak yang juga berperan dalam
menstimulasi pelepasan insulin produksi insulin. Dengan
dan tidak menurunkan gula-darah penghambatan enzim DPP-4
pada orang sehat. Zat ini juga akan mengurangi penguraian dan
menekan nafsu makan sehingga inaktivasi inkretin, GLP-1 dan
berat badan tidak meningkat, GIP, sehingga kadar insulin akan
maka dapat diberikan pada meningkat13.
penderita yang kegemukan.
Penderita ini biasanya mengalami DaftarPustaka
resitensi insulin, sehingga
sulfonilurea kurang efektif. 1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Mekanisme kerjanya yaitu Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar
ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi ke-
dengan meningkatkan
5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
kemampuan insulin untuk Kedokteran Universitas Indonesia;
memindahkan glukosa ke dalam 2010.
sel (insulin sensitizers). 2. Suyono S. Buku ajar ilmu penyakit
d. Glukosidase-inhibitors dalamjilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
(misalnya: akarbose dan miglitol) Penerbit Fakultas Kedokteran
Obat golongan ini bekerja Universitas Indonesia; 2010.
dengan merintangi enzim alfa- 3. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R,
glukosidase di mukosa King H. Global prevalance of diabetes.
duodenum, sehingga reaksi Diabetes Care. 2004;27 (5)
penguraian polisakarida menjadi 4. Busatta F. 2011. Obesity, diabetes an
the thrifty gene. Antrocom Online
monosakarida terhambat. Dengan
Journal of Anthropology.2011; 7(1)
demikian glukosa dilepaskan 5. American Diabetes Association.
lebih lambat dan absorpsinya ke Diagnosis and classification of diabetes
dalam darah juga kurang cepat, mellitus. Diabetes Care. 2010; 33(1)
lebih rendah dan merata, 6. Perkeni.
sehingga puncak kadar gula Konsensuspengelolaandanpencegahan
darah dapat dihindarkan. diabetes melitustipe 2 di Indonesia.
e. Thiazolidindion (misalnya: 2011
rosiglitazon dan pioglitazon). 7. Suherman SK. Farmakologi dan terapi.
Obat golongan ini bekerja Edisi ke-5. Jakarta: Gaya Baru; 2007.
dengan mengurangi resistensi 8. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et
al. Harrisons principle of internal
insulin dan meningkatkan

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 118


Evi Kurniawaty

medicine. 18th ed. United States of Penerbit Fakultas Kedokteran


America; 2012. Universitas Indonesia; 2006.
9. Waspadji S. Buku ajarilmu penyakit 12. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC.
dalam. Edisi ke-5. Jilid ketiga. Jakarta: Farmakologi ulasan bergambar. Edisi
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran ke-2. Jakarta: Widya Medika; 2001.
Universitas Indonesia; 2010. 13. Tan HJ, Rahardja K. Obat-obat penting.
10. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media
11. Gustaviani R. Buku ajar ilmu penyakit Komputindo; 2007.
dalamjilid III. Edisi ke-4. Jakarta: Balai

JUKE, Volume 4, Nomor 7, Maret Tahun 2014 119

Anda mungkin juga menyukai