Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

PUSKESMAS SAWAN II

OLEH

Made Mayasha Kalbariana, S.Ked. 2248011005

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

i
LAPORAN KASUS

PUSKESMAS SAWAN II

OLEH

Made Mayasha Kalbariana, S.Ked. 2248011005

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya maka laporan kasus stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini, baik bantuan dari moral maupun material, untuk
itu, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. Made Hendra Setiawan, S.Ked., M.Kes. selaku Kepala Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan
Ganesha.
2. Dr. dr. Made Kurnia Widiastuti Giri, S.Ked., M.Kes. selaku Dosen
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Pendidikan Ganesha.
3. dr. Dewi Sri Wahyuni, S.Ked., M.Kes. selaku Dosen Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan
Ganesha.
4. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan laporan kasus ini.

Singaraja, 2023
Penulis

iv
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................i
Kata Pengantar .......................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
LAPORAN KASUS.................................................................................................1
LAPORAN KASUS...............................................................................................16
LAPORAN KASUS...............................................................................................31
LAPORAN KASUS...............................................................................................43
LAPORAN KASUS...............................................................................................62

v
LAPORAN KASUS INSOMNIA

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IKSA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Hindu
Usia : 41 tahun
Alamat : Desa Sekumpul, Kec. Sawan, Kab. Buleleng
Pekerjaan : Pekerja swasta
Status Pasien : KIS
Tanggal Pemeriksaan : 4 Februari 2023
A. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Kesulitan Tidur
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan kesulitan tidur yang
menurut pasien sudah dialaminya semenjak sekitar satu bulan secara hilang
timbul, namun dirasakan menetap oleh pasien semenjak sekitar 3 hari
sebelum pasien datang ke puskesmas. Pasien menyampaikan tidak
memahami hal apa yang menyebabkan pasien kesulitan tidur, menurut
pasien dalam satu bulan terakhir sebenarnya pasien masih bisa tidur
meskipun hanya beberapa jam apabila dibandingkan dari waktu pasien
mencoba untuk tidur, pada sekitar satu minggu awal dari keluhan tersebut
pasien masih mengabaikan keluhan tersebut dan melanjutkan aktivitasnya
seperti biasa, namun pada minggu-minggu berikutnya pasien mulai merasa
tidak nyaman karena merasa tidak puas dengan waktu tidurnya sehingga
mempengaruhi kualitas kerjanya, dan puncaknya pasien merasa sangat tidak
nyaman dengan keluhan tersebut hingga sama sekali tidak bisa tidur selama
3 hari dan merasa tidak bisa bekerja. Pasien menyangkal adanya keluhan-
keluhan lain seperti jantung berdebar lebih cepat ataupun adanya kesulitan
dan masalah yang dialaminya dalam menjalani pekerjaanya dalam satu
bulan terakhir.

1
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan kalau sebelum-sebelumnya, pernah beberapa kali
tidak bisa tidur sebelum sebulan terakhir ini, namun menurut pasien
menurut pasien durasi tidurnya sebelumnya masih cukup baik dan masih
bisa beraktivitas dengan baik setelahnya, dibandingkan dengan yang
pasien alami sampai saat ini. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
penyakit sistemik seperti Hipertensi, DM, maupun penyakit-penyakit
lainnya.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal adanya riwayat pengobatan tertentu untuk
keluhannya.
5. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi tertentu.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pasien istri pasien juga mengalami keluhan serupa dengan
pasien sejak sekitar 2 minggu sebelum pasien datang ke puskesmas,
namun istri pasien masih bisa tidur meskipun hanya beberapa jam dari
saat mereka mencoba tidur.
7. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pekerja yang sehari-hari aktif bekerja
sebagai pemandu wisata, dan bersama dengan keluarga besarnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Present
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : E4V5M6
- Tekanan Darah : 127/89 mmHg
- Nadi : 98 x/menit, reguler, kuat angkat (+)
- Laju Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu Aksila : 36,2℃ thermometer digital
- Skor Nyeri : 0 / 10 VAS
- Berat Badan : 68 kg

2
- Tinggi Badan : 168 cm
- SpO2 : 98% Room Air
2. Status Generalis
a. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala : Normocephali
- Wajah : Simetris
b. Pemeriksaan Mata
- Konjungtiva Anemis :-/-
- Sklera Ikterik : -/-
- Reflek pupil : +/+
- Edema palpebra : -/-
- Pupil : Bulat ukuran 3mm/3mm Isokor
c. Pemeriksaan THT
- Telinga : Sekret -/-. Serumen -/-
- Hidung : Sekret -/-
- Tenggorokan : T1/T1, edema -/-

d. Pemeriksaan Leher
- JVP : PR + cmH2O
- Perbesaran KGB : -/-
e. Pemeriksaan Toraks
1. Paru
- Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan kanan dan kiri
simetris, celah iga normal, retraksi dinding dada -/-
- Palpasi :
Fremitus raba Pergerakan
Normal Normal Simetris Simetris
Normal Normal Simetris Simetris
Normal Normal Simetris Simetris
Tidak ada deviasi trakea
- Perkusi :
Suara perkusi
Sonor Sonor

3
Sonor Sonor
Sonor Sonor
- Auskultasi :
Suara napas
Vesikular Vesikular
Vesikular Vesikular
Vesikular Vesikular
Suara tambahan
Ronkhi Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
2. Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis, pulsasi, arteri karotis tidak tampak
- Palpasi : Iktus teraba di ICS linea , thrill
- Perkusi : Kanan pada ICS linea, kiri pada ICS V linea, atas
pada ICS linea
- Auskultasi : SI/S2, Murmur ()
f. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Distensi (-), scar (-), Plakat eritem,
hiperpigmentasi, batas tegas, tepi aktif, central healing.
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : Hepar, lien, dan ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Batas paru – hepar di ICS VI linea midklavikula
dextra
g. Ekstremitas
- Kukur jari tangan belum dipotong dan tampak kotor
- CRT < 2 detik
- Akral hangat
+ +
+ +
- Edema
- -
- -
3. Status Lokalis

4
Pada abdomen ditemukan plakat eritem, hiperpigmentasi, batas tegas,
tepi aktif, central healing.

C. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Tidak dilakukan
D. DIAGNOSIS
1. Diagnosis banding
- F51.0 Insomnia Non-Organik
- F51.2 Gangguan Jadwal Tidur-Jaga Non-Organik
2. Diagnosis utama
- F51.0 Insomnia Non-Organik
E. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
- Chlorpheniramine Maleat 2 x 4 mg.
2. KIE
- Mengedukasi pasien tentang sleep hygiene, dimana pasien
diedukasi untuk tidur di tempat gelap, menghindari makan berat
tepat beberapa saat sebelum tidur, menghindari penggunaan alat
elektronik tepat beberapa saat sebelum tidur, menghindari
konsumsi kopi, menghindari konsumsi alkohol dan rokok maupun
NAPZA lainnya, menetapkan jadwal tidur dan bangun yang
konsisten, dan tidak memikirkan kondisi kesulitan tidur yang
pasien alami.
F. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Ad Bonam
- Quo ad Sanationam : Ad Bonam
- Quo ad Functionam : Ad Bonam

5
F51.0 Insomnia Non-Organik
A. Definisi
Insomnia merupakan salah satu dari kondisi gangguan tidur, yang menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV)
mendefinisikan insomnia sebagai suatu kesulitan dalam memulai tidur,
mempertahankan tidur (tidak terbangun), atau tidur yang tidak menyegarkan
selama 1 bulan atau lebih(1,2).
B. Epidemiologi
Dalam kasus insomnia, setidaknya diperkirakan sepertiga populasi pernah
mengalami insomnia., dengan hasil ditemukan bahwa pada perempuan (17,6%)
memiliki angka kejadian insomnia yang lebih tinggi dibandingkan pada penderita
laki-laki (10,1%)(3).
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Suatu kondisi insomnia dapat dipengaruhi oleh dua kelompok besar yang
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah faktor eksternal dan
internal.
Faktor eksternal disini seperti halnya adalah faktor sosial, lingkungan, dan
gaya hidup dari penderitanya, beberapa stressor pada penderita insomnia seperti
halnya hubungan intrapersonal dan tuntutan pada penderita (seperti halnya
ekonomi dan akademik) akan mempengaruhi gaya hidup dari penderita insomnia,
dimana dengan tekanan dari berbagai stressor tadi tidak jarang membuat
penderitanya mencari pelarian pada penggunaan zat-zat seperti alkohol, nikotin,
kafein maupun zat-zat tertentu lainnya yang dianggap bisa memberikan
ketenangan bagi penderitanya. Sedangkan kebanyakan dari kinerja zat-zat tersebut
dalam tubuh bersifat antagonis terhadap reseptor adenosin(4,5,6).
Kinerja dari adenosin disini adalah menyebabkan konstriksi arteriol afferen
glomerulus, sehingga inhibisi pada reseptor adenosin akan menyebabkan
vasodilatasi arteriol tersebut. Pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan
peningkatan Renal Blood Flow (RBF) dan Glomerulus Filtration Rate (GFR)
meningkat. Mekanisme kompetitif inhibitor ini juga menghambat jalur yang
mengatur konduksi nervus dengan menekan potensial post-synaptic sehingga
epinefrin dan norepinefrin atau noradrenalin dilepaskan melalui axis

6
hipotalamus-pituitari-adrenal, dan akhir dari hambatan pada reseptor adenosin ini
adalah peningkatan kadar hormon kortisol yang menyebabkan kesulitan dalam
memulai tidur(4,5,6).
D. Patofisiologi
Stressor pada penderita insomnia akan menghasilkan respon terhadap
mekanisme hipotalamus-pituitari-aksis (HPA). Dalam mekanisme ini,
hipotalamus akan menghasilkan corticotropin releasing hormone (CRH) yang
merangsang hipofisis menghasilkan adrenocorticotropic hormone (ACTH).
ACTH dilepas ke dalam aliran darah dan menyebabkan korteks kelenjar adrenal
melepas hormon kortisol. Kadar kortisol yang tinggi menyebabkan melatonin
darah menjadi rendah, kemudian merangsang sistem saraf simpatis sehingga
menyebabkan kondiri penderita insomnia terus terjaga(6,7).
E. Diagnosis
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan Pedoman
Penggoongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III (PPDGJ-III),
diantaranya adalah(8) :
 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
kualitas tidur yang buruk.
 Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1
bulan.
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
 Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
 Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient
insomnia”) tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi
stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2).
F. Diagnosis banding
1) Gangguan Jadwal Tidur-Jaga Non-Organik(8)
Dalam membedakan insomnia dengan gangguan tidur-jaga adalah pada kasus
gangguan tidur-jaga, selain mengalami insomnia, penderitanya juga bisa

7
mengalami insomnia diantara rentetan kesulitan tidur yang dikeluhkan oleh
penderitanya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejadian insomnia dapat dilakukan dengan dua jenis
penatalaksanaan yaitu farmakologis dan non-farmakologis.
Tatalaksana non-farmakologis yang bisa diupayakan seperti halnya adalah
edukasi sleep hygiene yang meliputi pergi ke tempat tidur hanya bila mengantuk,
hindari tidur sekejab di siang hari, bangun pada waktu yang sama setiap hari,
hentikan obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (kafein, nikotin, alkohol,
stimulan), mempertahankan kondisi tidur yang menyenangkan (tentang suhu,
ventilasi, kebisingan, cahaya), melakukan rutinitas relaksasi malam, seperti
relaksasi otot progresif atau meditasi, makan pada waktu yang teratur setiap hari;
hindari makan dalam jumlah besar sebelum tidur, hindari stimulasi malam hari,
gantikan televisi dengan radio atau bacaan santai, dan dapatkan kebugaran fisik
dengan program olahraga yang rajin dan bertahap di pagi hari(9,10).
Secara parmakologi obat-obat yang dapat digunakan untuk menangani
insomnia kronik yaitu benzodiasepin reseptor agonis, antihistamin, antidepresan.
Benzodiazepin reseptor agonis dibagi menjadi 2 kategori yaitu benzodiazepine
(estazolam, flurazepam, quazepam, temazepam, triazolam) dan baru-baru ini
diperkenalkan obat yang bekerja pada reseptor benzodiazepine tetapi strukturnya
bukan benzodiazepine (zaleplon, zolpidem, eszopiklon)(11).

8
Daftar Rujukan
1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Sleep Disorders. Kaplan & Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume II. 9th ed. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins. 2009. p. 2150 -2177
2. Buysse DJ. Chronic Insomnia. Am J Psychiatry. 2008; 165(6): 678-686
3. Karna B, Sankari A, Tatikonda G. Sleep Disorder. [Updated 2022 Nov 26].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-.
4. Etindele Sosso FA, Kreidlmayer M, Pearson D, Bendaoud I. Towards A
Socioeconomic Model of Sleep Health among the Canadian Population: A
Systematic Review of the Relationship between Age, Income,
Employment, Education, Social Class, Socioeconomic Status and Sleep
Disparities. EJIHPE 2022;12:1143–67.
5. Fietze I, Rosenblum L, Salanitro M, Ibatov AD, Eliseeva MV, Penzel T, et
al. The Interplay Between Poor Sleep and Work-Related Health. Front.
Public Health 2022;10:866750.
6. Lindsay JAB, McGowan NM, King N, Rivera D, Li M, Byun J, et al.
Psychological predictors of insomnia, anxiety and depression in university
students: potential prevention targets. BJPsych open 2022;8:e86.
7. K. Pavlova M, Latreille V. Sleep Disorders. The American Journal of
Medicine 2019;132:292–9.
8. Maslim, R. (2019). Buku Saku Diagnosis Gangguan Kejiwaan. Cetakan 3.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.
9. Edinger JD, Arnedt JT, Bertisch SM, Carney CE, Harrington JJ, Lichstein
KL, et al. Behavioral and psychological treatments for chronic insomnia
disorder in adults: an American Academy of Sleep Medicine systematic
review, meta-analysis, and GRADE assessment. J Clin Sleep Med
2021;17:263–98.
10. Gao Y, Ge L, Liu M, Niu M, Chen Y, Sun Y, et al. Comparative efficacy
and acceptability of cognitive behavioral therapy delivery formats for
insomnia in adults: A systematic review and network meta-analysis. Sleep
Med Rev 2022;64:101648. https://europepmc.org/article/med/35759820.

9
11. Holder S, Narula NS. Common Sleep Disorders in Adults: Diagnosis and
Management. American Family Physician 2022;105.

10
11

Anda mungkin juga menyukai