Anda di halaman 1dari 25

STUDI KASUS PASIEN

PENYAKIT BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO DENGAN POLA


HIDUP TIDAK SEHAT MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI
PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR PERIODE AGUSTUS 2017

Disusun Oleh:

Kelompok I

Nabilah Fajriah Barsah 1102012187

Pembimbing:

dr. Citra Dewi, M.Kes, DipIDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 7 AGUSTUS 9 SEPTEMBER 2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus Penyakit Benign Paroxysmal Positional Vertigo Dengan


Pola Hidup Tidak Sehat Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga Di
Puskesmas Kecamatan Gambir Periode Agustus 2017 ini telah disetujui oleh
pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
bagian Kedokteran Keluarga.

Jakarta, Agustus 2017


Pembimbing

dr. Citra Dewi, M.Kes, DipIDK

2
BAB I
IDENTITAS PASIEN

I. Berkas Pasien

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. O
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir: Sumedang, 21 Desember 1949
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Setia Kawan III No.6, RT 07 RW 07,
Jakarta Pusat
Suku Bangsa : Betawi
Tempat berobat : Puskesmas Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat
Tanggal berobat : Selasa, 7 Agustus 2017

B. Anamnesis
Dilakukan secara Autoanamnesa pada Selasa tanggal 7 Agustus 2017 pukul
09.00 WIB di Poli Geriatri Puskesmas Kecamatan Gambir.

1. Keluhan Utama
Pusing berputar
2. Keluhan Tambahan
Mual dan telinga berdenging
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 12 jam sebelum
datang ke puskesmas. Pusing berputar dirasakan muncul beberapa saat ketika
hendak bangkit dari posisi berbaring setelah bangun tidur. Dirasakan sangat
berat hingga sulit untuk berdiri ataupun duduk. Pasien juga mengatakan
pusing berputar dirasakan saat terjadi perubahan posisi kepala. Keluhan
penyerta berupa rasa mual tanpa disertai adanya muntah, dan telinga
berdenging. Keluhan seperti telinga terasa penuh, ataupun nyeri pada telinga
disangkal oleh pasien.

3
Pasien mengatakan saat berbaring terlentang dengan menutup mata
merupakan posisi paling nyaman untuk beristirahat. Sebelumnya pasien telah
melakukan pengabotan 7 bulan lalu untuk mengatasi pusing berputar nya dan
setelah diberi pengobatan, pasien mengaku sering lupa minum obat atau
membiarkan rasa pusingnya dengan cara tidur.
Menurut pasien mengenai penyakit yang dideritanya adalah merupakan
ujian hidup dari Tuhan agar lebih sabar dan terus berusaha untuk mengobati
penyakitnya. Namun, pasien khawatir jika penyakit yang dialaminya sekarang
akan menjadi suatu penyakit yang serius.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah merasakan keluhan seperti ini sejak kurang lebih 7 bulan
lalu, kemudian didiagnosis vertigo oleh dokter di puskemas. Riwayat
hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama seperti yang dirasakan pasien. Riwayat hipertensi dalam keluarga dialami
oleh ayah pasien. Riwayat diabetes, dan penyakit jantung dalam keluarga
disangkal oleh pasien.
6. Riwayat Berobat :
Pasien telah berobat sejak 7 bulan yang lalu di Puskesmas
Kecamatan Gambir.
7. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berada di tingkatan sosial ekonomi menengah ke bawah.
Pasien sekarang tinggal di satu rumah bersama istri, dan anak laki-laki.
Pasien mencukupi kebutuhan sehari-hari dari penghasilannya. Penghasilan
yang didapatkan berkisar Rp. 300.000 Rp. 500.000,- perbulan dari hasil
usaha nya membuka toko. Anak laki-laki pasien merupakan pegawai swasta
di salah satu perusahaan di Jakarta, dengan penghasilan Rp. 3.200.000,- per
bulan.

4
8. Riwayat Kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak ia berumur 35 tahun,
biasanya perhari ia menghabiskan setengah bungkus rokok, namun
semenjak berusia 50 tahun pasien mengurangi konsumsi rokoknya menjadi
2 sampai 3 batang perhari. Pasien juga jarang berolahraga, dan memilki
kebiasaan makan sebanyak tiga kali sehari. Keluarga pasien biasanya
makan makanan dengan membeli di warung, istri pasien sudah jarang
memasak diakibatkan sudah berkurangnya tenaga. Pasien bekerja dirumah
dengan membuka sebuah toko, dan biasanya pasien hanya duduk bersantai
sambil menjaga toko nya.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 130/90 mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,9o C
4. Data antropometri
a. Tinggi badan : 164 cm
b. Berat badan : 59 kg
2 2
c. IMT : BBkg/(TBm) = 59/(1,64) = 21,85
d. BB ideal : (Tinggi Badan-100) - 10% (Tinggi Badan-100)
(164 100) - 10% (164-100) = 57,6 kg
5. Status generalis
a. Kepala/muka : Bentuk oval, simetris.
b. Rambut : Beruban dan tidak mudah rontok.
c. Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil bulat, isokor.
d. Hidung : Septum tidak deviasi, secret (-/-), rhinorae (-/-)
e. Telinga : Normotia, secret (-/-)
f. Mulut : Bibir berwarna kemerahan, Tonsil T1-T1
g. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
h. Thorax : Perbandingan anterior dan transversal 2:1
Paru
1. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan & kiri
2. Palpasi : Fremitus taktil dan vocal simetris kanan & kiri
3. Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, peranjakan paru (+)
4. Auskultasi : Vesikuler +/+, ronki (-/-), wheezing(-/-)
Jantung
1. Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : Iktus Kordis teraba di ICS V Linea Mid
Clavicula Sinistra
3. Perkusi : Batas jantung normal, tidak terdapat

5
pembesaran jantung.
4. Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur (-), fallop (-)
i. Abdomen
1. Inspeksi : Abdomen datar, sikatrik (-)
2. Auskultasi : Bising usus (+)
3. Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepar Lien tidak teraba
4. Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
j. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Ekstremitas : Akral hangat, tidak terdapat edema pada
keempat ekstremitas, tidak terdapat deformitas
6. Status neurologis

Pupil Kanan Kiri


Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
refleks cahaya langsung + +
refleks cahaya tak langsung + +

Tanda Rangsang Meningeal Kanan Kiri


Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque >70 >70
Kernig >135 >135
Brudzinski II - -
Saraf Kranial Kanan Kiri
N. I (olfactorius) Normal Normal
N. II(opticus)
Reflek cahaya langsung + +
N. III (oculomotorius) Normal Normal
N. IV (troklearis) Normal Normal
N. V (trigeminus) Normal
N. VI(abdusen) Normal Normal
N. VI(abdusen) Normal Normal
N. VII (facialis) Normal
N.VIII(vestibulococlearis)
Tes rhinne
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes weber
Tes swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N. IX (glossofaringeus)
Posisi uvula
Uvula berada ditengah
Reflek muntah
Tidak dilakukan
N. X (vagus) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. XI (asesorius)
Menengok Normal Normal

6
Mengangkat bahu Normal Normal
N. XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah Normal
Tremor Normal
Atrofi lidah Normal

Motorik Kanan Kiri


Kekuatan
ekstremitas atas 5555
5555
ekstremitas bawah 5555
5555
Refleks fisiologis
biceps + +
triceps + +
patella + +
Achilles + +
Refleks patologis
Hoffman - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schifer - -
Gorda - -

Keseimbangan dan Koordinasi Kanan Kiri


Romberg Jatuh ke kanan saat menutup mata
Disdiadokokinesis Normal Normal
Tes finger to nose Normal Normal
Tes tumit- lutut Normal Normal
Rebound phenomen Normal Normal

7
II. Berkas Keluarga
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. O
Usia : 68 tahun
b. Identitas Pasangan
Nama : Ny. S
Usia : 62 tahun
c. Struktur Komposisi Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah keluarga Nuclear family. Keluarga
inti (Nuclear Family) terdiri dari Tn. O (68) menikah dengan Ny. S
(62) dan memiliki 1 orang anak, yaitu: Tn. S (35). Anak tersebut
belum menikah dan tinggal dalam satu rumah yang sama.

Tabel 1. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah


Kedudukan
dalam Jenis
No Nama keluarga kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
Kepala
1. Tn. O keluarga Laki-laki 68 th SMA Pensiunan
Ibu rumah
2. Ny. S Isteri Perempuan 62 th SMA tangga
3. Tn. S Anak Laki-laki 35 th D2 Wiraswasta

Genogram
Bentuk Keluarga
Keluarga terdiri dari 2 generasi. Tn. O (68) menikah dengan Ny. S (62) dan
memiliki 1 orang anak, yaitu: Tn. S (35).
Tahapan Siklus Keluarga

8
Menurut tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dikutip dari Duvall dan
Miller (1998), keluarga Tn. T berada pada tahapan siklus keluarga yang ke
VIII, yaitu keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. O

: Pasien : Meninggal
: Perempuan : Keturunan
: Laki-laki : Pernikahan
: Tinggal serumah

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


a. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah: Milik sendiri
Daerah pemukiman: Padat

Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal


Karakteristik Rumah dan Kesimpulan
Lingkungan
Luas rumah : 8x10 m2 Tn. O tinggal di rumah milik
Jumlah penghuni dalam satu rumah :
sendiri bersama istri dan anak
3 orang
laki-lakinya. Rumah terdiri dari 2
Lantai rumah dari : Keramik
Dinding rumah dari : Tembok kamar tidur, 1 ruang tamu, 1
Jamban keluarga : Ada
ruang keluarga, 1 kamar mandi,
Tempat bermain : Tidak ada
Penerangan listrik : 1200 watt dan 1 dapur. Rumah berukuran
Ketersediaan air bersih : Ada
8x10 m2 dengan pencahayaan dan
Tempat Pembuangan sampah : Ada
ventilasi yang cukup.
Ketersediaan air bersih berasal

9
dari PAM dan tempat
pembuangan sampah terdapat di
depan rumah.

b. Kepemilikan Barang Berharga


- Satu unit televisi
- Satu unit DVD
- Tiga unit kipas angin
- Satu unit kompor gas
- Satu unit lemari es satu pintu
- Satu unit rice cooker
- Satu unit blender
- Satu unit dispenser
- Satu unit motor
- Satu unit sepeda

c. Denah Rumah

Gambar 2. Denah Rumah Tn. O

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit
Jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, biasanya
keluaraga Tn. O menunggu 2-3 hari terlebih dahulu dan membeli obat
di warung, jika tidak ada perubahan keluarga Tn. O akan berobat ke
Puskesmas Kecamatan Gambir.
b. Perilaku terhadapan Pelayanan Kesehatan

10
Keluarga Tn. O mengikuti program BPJS dan selalu membayar
iuran untuk mendapatkan jaminan kesehatan di puskesmas ataupun
rumah sakit. Walaupun mempunyai BPJS, keluarga Tn. O tidak
menjadikan berobat ke dokter sebagai prioritas utamanya, biasanya
keluarga Tn. O akan membeli obat warung terlebih dahulu, bila dirasa
tidak membaik, mereka baru berobat ke puskesmas. Pasien berobat ke
puskesmas dengan angkutan umum atau menggunakan motor. Karena
biaya pengobatan di puskesmas terjangkau oleh pasien dan tidak
terlalu jauh dari tempat tinggal pasien.
c. Perilaku Terhadap Makanan
Keluarga Tn. O mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang berlemak dan juga tinggi garam. Keluarga Tn. O
mempunyai kebiasaan makan sebanyak tiga kali sehari. Setiap
makan, biasanya keluarga Tn. O membeli lauk di warung sebab istri
Tn. O sudah jarang memasak diakibatkan tenaga yang sudah tidak
kuat lagi.
Keluarga Tn. O biasanya sebelum makan jarang mencuci
tangan, tetapi setelah makan keluarga Tn. O mencuci tangannya,
serta merapikan dan membersihkan peralatan makan mereka setelah
selesai makan.
d. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan
Keluarga Tn. O merupakan orang yang sadar akan
kebersihan. Keluarga Tn. O tinggal di rumah sendiri yang berada
pada lingkungan yang padat. Dirumah pasien terdapat tempat
pembuangan sampah. Dan rutin diangkut oleh petugas kebersihan
setempat. Rumah tersebut cukup nyaman dan ditempati oleh tiga
orang anggota keluarga.

4. Pola Konsumsi Makan Keluarga


a. Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga Tn. O mempunyai kebiasaan makan
sebanyak 3 kali sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan
malam. Untuk makan, keluarga Tn. O membeli makan di warung
karena istri Tn. O sudah tidak memasak akibat tenaga yang sudah

11
tidak kuat. Menu makanan yang biasa dibeli terdiri dari nasi, sayur,
dan lauk pauk. Lauk yang dimakan bervariasi seperti ayam, telur,
tahu, tempe, dan gorengan. Sedangkan buah-buahan dan susu jarang
dikonsumsi oleh keluarga Tn. O. Keluarga Tn. O kurang mengerti
dalam pengaturan pola makan dan menu makanan yang tepat.
b. Menerapkan Pola Gizi Seimbang
Menu makanan gizi seimbang adalah makanan yang
terdiri dari nasi, lauk dan pauk, sayur mayur, buah dan susu.
Namun menu makan sehari-hari keluarga Tn. O yang biasa
disajikan terdiri dari nasi, ayam, tahu, tempe, dan gorengan.
Sedangkan konsumsi sayuran dan buah-buahan jarang sekali
serta tidak mengkonsumsi susu.
Tabel 4. Food Recall
Pagi, 4 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 176 kal 40 gr 4 gr
Telur ayam rebus 155 kal 0,49 gr 4,6 gr 5,5 gr
Teh manis hangat 70 kkal 4,2 gr
Jumlah : 400 kalori
Siang, 4 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Ayam goring 100 kal 14 gr 4 gr
Sayur asem 75 kal 10,5 gr 3,5 gr 1,5 gr
Air mineral
Jumlah : 350 kalori
Malam, 4 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Ikan asin 4 ptg sdg 200 kal 21 gr
Tempe 118 kal 12 gr 2,2 gr
Air Mineral
Jumlah : 493 kal
Pagi, 5 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Ayam goring 100 kal 14 gr 4 gr
Tahu goreng 1 ptg 75 kal 7 gr 5 gr 3 gr
Air Mineral
Jumlah : 350 kal
Siang, 5 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Telor balado 71 kal 2 gr 4 gr 6 gr

12
Tempe 118 kal 12 gr 2,2 gr
Teh manis 70 kal 4,2 gr
Jumlah : 434 kal

Malam, 5 Agustus 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Sayur bayam 23 kal 3,6 gr 2,8 gr 0,3 gr
Air Mineral
Jumlah : 198 kal
Pagi, 6 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Ayam goreng 100 kal 14 gr 4 gr
Tempe goreng 1 ptg 75 kal 7 gr 5 gr 3 gr
Teh manis 70 kal 4,2 gr
Jumlah : 420 kal
Siang, 6 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Sayur lodeh 162 kal 14,7 gr 6,6 gr 9,4 gr
Tahu goreng 1 ptg 75 kal 7 gr 5 gr 3 gr
Air mineral
Jumlah : 412 kal
Malam, 6 Agustus 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kal 40 gr 4 gr
Telor balado 100 kal 14 gr 4 gr
Tempe 75 kal 7 gr 5 gr 3 gr
The manis 70 kal 4,2 gr
Jumlah : 350 kal

Perhitungan rata-rata total konsumsi kalori Tn. O sehari


(1243 kal + 982 kal + 1266 kal) : 3 = 1164 kalori

Penentuan Status Gizi


Berat badan : 59 kg
Tinggi badan : 164 cm
2 2
IMT : BBkg/(TBm) = 59/(1,64) = 21,85
Berdasarkan IMT, maka pasien termasuk kategori berat badan normal

BB ideal = (Tinggi Badan-100) 10% (Tinggi Badan-100)


(164100) 10% (164100) = 57,6 kg

13
Status Gizi = (BB aktual : BB ideal) x 100%
(52 : 57,6) x 100% = 90,3 % (berat badan normal)
Jumlah kebutuhan kalori per hari: (Rumus Harris Benedict)
Kebutuhan kalori basal = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)
= (655+(9,6 x 59)+(1,8 x 164)(4,7 x 68))
= (655 + 566,4 + 295,2 319,6)
= 1197 kalori
Total kebutuhan basal
Keb basal + (keb basal x 10%) + (Keb basal x 10%) + 500k
= 1197 + 119,7 + 119,7 + 500
= 1936,4 kal/hari

Kebutuhan zat gizi


a. Karbohidrat = 1936,4 x 60% = dibagi 5 = 232,4
b. Protein = 1936,4 x 10% = dibagi 4 = 48,41
c. Lemak = 1936,4 x 20%= dibagi 9 = 43,03

Interpretasi terhadap food recall pasien:


Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa Tn. O mendapat rata-rata kalori
per hari masih belum memenuhi energi/kalori total yang dibutuhkan.
Kesan: dari perbandingan rata-rata kalori food recall dan perhitungan
kebutuhan kalori pasien, dapat disimpulkan bahwa asupan makanan masih
belum memenuhi kebutuhan yang seharusnya

5. Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Kerukunan terjalin baik antar anggota keluarga. Keluarga
pasien dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan Tn. O
seperti mengantar berobat ke puskesmas dan ke RS bila pasien sakit
ataupun untuk kontrol rutin. Fasilitas BPJS yang telah tersedia cukup
memudahkan keluarga Tn. O dan keluarga untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan Tn. O Jarak rumah dengan
puskesmas tidak terlalu jauh, dapat ditempuh dengan kendaraan umum
ataupun dengan motor untuk berobat ke puskesmas. Menurut pasien,

14
pelayanan di puskesmas cukup memuaskan dan biaya pengobatan juga
terjangkau karena pasien memiliki BPJS.

b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah dalam Keluarga


Daya tahan tubuh pasien yang lemah hingga membuat pasien
selalu lemas menjadi salah satu faktor penghambat terselesaikannya
masalah, serta Anak Tn.O sibuk bekerja sehingga tidak terlalu
memerhatikan Tn.O untuk minum obat menjadi salah satu faktor
penghambat terselesaikannya masalah.

6. Dinamika Keluarga

7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki kecacatan dan tidak ada yang
memiliki penyakit menular, namun ayah Tn. O memiliki penyakit
hipertensi. Keluarga Tn. O dan Ny. S telah menikah dan mempunyai 1
orang anak laki-laki yang berumur 35 tahun. Keluarga Tn. O merasa
cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari namun tidak
sesuai dengan pola gizi seimbang yaitu tidak mengonsumsi makanan
yang beraneka ragam dan kurang melakukan aktivitas fisik.

15
b. Fungsi Psikologis
Setiap anggota keluarga saling dekat satu sama lain. Tidak ada masalah
yang tidak pernah dibicarakan antara keluarga dan setiap masalah
selalu dipecahkan bersama-sama. Intensitas bertemu Tn. O, istri, dan
anaknya tergolong sering dikarenakan beliau tinggal serumah.
Komunikasi di antara keluarga juga baik, dan keluarga Tn. O selalu
memberikan dukungan terhadap penyakit yang dialami oleh Tn. O.
Namun Tn. O kurang mendapat perhatian dari sosok Ibu, dikarenakan
Ibu Tn. O telah meninggal saat Tn.O berusia 17 tahun.
c. Fungsi Sosial
Lingkungan tempat tinggal keluarga pasien tergolong padat penduduk.
Hubungan keluarga pasien dekat dengan tetanggatetangganya. Serta
selalu ikut kegiatan yang diadakan dilingkungan rumah mereka.
d. Fungsi Ekonomi
Pasien berada ditingkatan social ekonomi menengah ke bawah. Pasien
mencukupi kebutuhan sehari-hari dari penghasilannya. Penghasilan
yang didapatkan berkisar Rp. 300.000 Rp. 500.000,- perbulan dari
hasil usaha nya membuka toko. Penghasilan Anak Tn. O sebesar
Rp. 3.200.000/bulan. Penghasilan tersebut dirasakan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehariharinya. Keluarga Tn. O mempunyai
BPJS sebagai asuransi kesehatan.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga Tn. O menyadari akan pentingnya mengejar pendidikan
setinggi mungkin. Namun dikarenakan dahulu biaya menjadi kendala
sehingga Tn. O tidak dapat melanjutkan pendidikan.

Identifikasi masalah yang terdapat dalam keluarga


Ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada keluarga ini, yaitu:
1. Kebiasaan Tn. O yang menyukai makanan tinggi garam, berlemak,
jarang berolahraga dan merokok.

16
2. Kebiasaan keluarga Tn. O dalam pencarian pengobatan, seperti tidak
langsung berobat ke dokter.
3. Anak dan isteri pasien merasa makanan yang diberikan kepada pasien
sudah mencukupi gizi pasien.
4. Kurangnya komunikasi dengan anak di karenakan anak Tn. O sibuk
bekerja.

BAB II
DIAGNOSIS HOLISTIK

A. Diagnosis Holistik

17
1. Aspek Personal
- Alasan Datang :
Pasien datang berobat ke puskesmas diantar istri dengan keluhan pusing
yang berputar dan atas keinginan dari diri sendiri serta keluarga yang
menginginkan pengobatan terhadap penyakit yang dialaminya.
- Harapan :
Pasien berharap jika berobat dan kontrol teratur dapat mengurangi
keluhan, mencegah hal yang tidak diinginkan, dan dapat memperpanjang
kehidupannya.
- Kekhawatiran :
Pasien khawatir bahwa pasien akan menderita stroke seperti yang dialami
tetangga pasien
- Persepsi Penyakit :
a. Pasien merasa sakit yang diderita pasien adalah berat dan jika tidak
segera diobati akan bertambah parah.
b. Penyakit yang diderita pasien dianggap sebagai akibat dari gaya hidup
pasien yang salah sewaktu muda.
- Pandangan agama :
Menurut pasien mengenai penyakit yang dideritanya adalah merupakan
ujian hidup dari Tuhan agar lebih sabar dan terus berusaha untuk
mengobati penyakitnya. Pasien percaya dengan berobat teratur serta terus
berharap kepada Tuhan, dapat mengurangi penyakitnya

2. Aspek Klinik
- Anamnesis:
Pasien merasakan pusing berputar. Pusing berputar dirasakan muncul
beberapa saat ketika hendak bangkit dari posisi berbaring setelah bangun
tidur. Dirasakan sangat berat hingga sulit untuk berdiri ataupun duduk.

18
Pasien juga mengatakan pusing berputar dirasakan saat terjadi perubahan
posisi kepala. Keluhan penyerta berupa rasa mual tanpa disertai adanya
muntah, dan telinga berdenging.
- Pemeriksaan Fisik:
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tes Romberg, dan didapatkan pasien
jatuh ke kanan saat menutup mata.
- Diagnosis kerja:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
- Terapi:
Farmakologi: Betahistine 6mg, 3x1
Non-farmakologi: Manuver Brandt-Daroff

3. Aspek Risiko Internal


Pola makan pasien tidak memenuhi pola gizi seimbang, tidak melakukan aktivitas
fisik yang bisa menunjang kesehatan pasien, serta sering lupa dan mengabaikan
minum obat. `

4. Aspek Psikososial Keluarga


Tn. O kurang mendapat perhatian dari anaknya dalam mengkonsumsi obat-obatan
untuk penyakitnya. Selain itu, istri dan anak pasien juga kurang peduli dengan
pola makan pasien karena dirasa sudah sesuai dan bergizi.

5. Aspek Fungsional
Menurut Internasional Classification Primary Care (ICPC) pasien mempunyai
aspek fungsional pasien mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit
dimasukkan ke nilai dalam klasifikasi derajat fungsional derajat 1. Dikarenakan
tidak ada keterbatasan fungsi apapun dan pasien dapat mandiri dalam perawatan
diri, bekerja diluar dan didalam rumah.

Identifikasi derajat fungsional pasien berdasarkan ICPC dan alasannya:


Level 1: tidak ada keterbatasan fungsi apapun
Level 2: mulai ada keterbatasan fungsi
Level 3: banyak keterbatasan fungsi
Level 4: sangat banyak keterbatasan fungsi (kegiatan harian di rumah)
Level 5: tidak bisa beraktivitas sama sekali (full bed, 100% pelaku rawat
Secara aspek fungsional, pasien dapat digolongkan pada tingkat ke 1 berdasarkan
ICPC, yaitu tidak ada keterbatasan fungsi apapun.

19
20
B. Rencana Penatalaksanaan
Tabel 5. Rencana Penatalaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan


- Menjelaskan kepada pasien - Pasien dapat memahami
mengenai Benign Paroxysmal lebih jauh dan mendetail
Positional Vertigo mengenai penyakit yang di
deritanya
- Menjelaskan mengenai pola hidup
sehat sehingga pasien dapat menjaga - Pasien tidak khawatir
kondisi tubuh dengan baik berlebihan sehingga
Pada saat di
menghindari stress yang
- Menjelaskan kepada pasien bahwa ia Puskesmas
dapat memperburuk kondisi
Aspek tidak perlu khawatir berlebihan dan saat
Pasien
personal karena stress dapat memicu berkunjung
- Pasien dapat memahami
perburukan keadaan ke rumah
dengan baik tentang pola
Pasien
hidup sehat sehingga dapat
- Menjelaskan kepada pasien bahwa mencegah berulangnya
berobat sangat dianjurkan secara penyakit yang dideritanya
agama, oleh karena itu pasien harus
menjalani pengobatan untuk - Pasien rutin menjalani
mengatasi beberapa keluhan yang pengobatan yang dianjurkan
dialami. dokter
- Farmakologis : Pemberian
betahistine 6mg, 3 kali 1 tablet - Keluhan pasien berkurang
Pada saat di
Aspek klinik Pasien dan menjaga kesehatan
puskesmas
- Non Farmakologis : Manuver jangka panjang bagi pasien
Brandt-Daroff

21
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan
- Mengedukasi pasien untuk - Pasien merubah pola
meminum obat dan mengikuti makannya menjadi pola
saran yang telah diberikan dokter makan gizi seimbang
Aspek Pada saat di
Pasien
Risiko Internal Puskesmas
- Menganjurkan pasien untuk makan - Pasien meminum obat dan
makanan yang memenuhi pola melakukan saran yang
gizi seimbang diberikan dokter
- Menyarankan kepada keluarga - Anak dan istri pasien lebih
untuk terus selalu memberikan Keluarga memperhatikan dan
Aspek Pada saat
dukungan terhadap kesehatan pasien (Istri dan memberikan dukungan
Psikososial kunjungan ke
serta terus memperhatikan anak kepada pasien terutama
Keluarga rumah
keteraturan minum obat dan juga pasien) dalam keteraturan minum
pola makan pasien. obat.
- Menyarankan pasien untuk selalu - Pasien dapat
menjalani pola hidup sehat dengan Pasien Pada saat mempertahankan score
Aspek
menghindari kebiasaan merokok, dan kunjungan ke fungsional
Fungsional
konsumsi makanan yang lebih keluarga rumah - Quality of life pasien dapat
bergizi dan berolahraga. meningkat

22
C. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai