Anda di halaman 1dari 5

Berita Acara Hasil Morning Report Profesi Fisioterapi Universitas Muhamadiyah Malang

Nama : Nor Adha Luthfia Afifa


NIM : 2022106411022
Stase : Ft. Kardiovaskuler

Tanggal Hasil Diskusi


Jumat, 11 Definisi
Agustus 2023 Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia
dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna. Proses
pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu
jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan
mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada
usia tiga bulan pertama kehamilan, karena jantung terbentuk sempurna pada saat
janin berusia empat bulan. kelainan pada struktur jantung dan pembuluh darah
besar yang muncul sejak lahir yang sering ditemukan dan merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua jenis kelainan bawaan (Ain et al., 2019).

Prevalensi
Kejadian PJB mencapai 0,8% kelahiran hidup dan ditemukan 1,5 juta kasus baru
tiap tahunnya di dunia. Penyakit jantung bawaan menyebabkan cacat lahir serta
kematian. Pada tahun pertama kehidupan. Angka kejadian PJB di Indonesia
menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI)
diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9:1000
kelahiran hidup) setiap tahunnya (Abdul et al., 2023)

Etiologi
Sebagian besar PJB terjadi akibat kesalahan embriogenesis antara minggu ke-3
sampai minggu ke 8 gestasi, ketika struktur utama jantung sudah terbentuk dan
mulai untuk berfungsi. Etiologinya masih belum diketahui secara pasti. Data
menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama
kehamilan awal mempunyai risioko bayi dengan PJB. Faktor faktor yang
berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau
rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan
genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak
diketahui (Ain et al., 2019)

Klasifikasi
PJB diklasifikasikn dalam dua kelompok, yaitu PJB sianotik dan PJB asianotik.
Salah satu komplikasi dari PJB adalah gangguan pertumbuhan.
Pada PJB sianotik terjadi gangguan pertumbuhan yang disebabkan adanya keadaan
hipoksia kronis dan hipoksemia, dimana tipe ini akan menimbulkan warna
kebiruan pada kulit dan selaput lendir terutama di daerah lidah, bibir, dan ujung-
ujung anggota gerak karena kurangnya kadar oksigen yang beredar di dalam
sirkulasi darah. PJB sianotik terbagi menjadi 2 golongan yaitu (Rahmawati,
2019) :
(1) Penyakit jantung bawaan sianotik dengan penurunan aliran darah paru
seperti tetralogy of fallot, atresia pulmonal dengan defek septum ventrikel,
atresia pulmonal tanpa defek septum ventrikel, atresia trikuspid, dan
eibstein anomaly
(2) Penyakit jantung bawaan sianotik dengan peningkatan aliran darah ke paru
seperti transposisi arteri besar, Double Outlet Right Ventricle (DORV),
trunkus arteriosus, ventrikel tunggal, anomaly total drainase vena
pulmonalis.
sedangkan pada penyakit jantung bawaan asianotik, gangguan pertumbuhan terjadi
akibat berkurangnya curah jantung ke sistemik. Dimana tipe ini tidak
menimbulkan warna kebiruan pada anak. PJB asianotik berdasarkan shunt (pirau)
dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Rahmawati, 2019) :
(1) Penyakit jantung bawaan dengan shunt (pirau) ke kiri dan kanan seperti
defek septum ventrikel, defek septum atrium, defek septum
atrioventrikularis, duktus arteriosus persisten.
(2) Penyakit jantung bawaan tanpa shunt (pirau) seperti stenosis aorta, stenosis
pulmonal dan koasktasio aorta.

Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah jantung kiri
sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi
paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi sistemik memiliki
tahanan yang tinggi (Pereira, 2019).
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi
dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah
dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke jantung yang bertekanan rendah.
Sebagai contoh adanya Defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah
dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut Pirau (Shunt) kiri ke
kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel
tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri
sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan okigen mengalir dari defek
tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan
Pirau (Shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada
sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan Sianosis
(Pereira, 2019).

Pemeriksaan
Inspeksi dada terutama untuk mencari adanya asimetri bentuk dada. Kelainan
dada akibat penyakit kardiovaskuler dapat berbentuk (Widarti, 2020).
(1) Kifosis : tulang belakang berdeviasi pada kurvatura lateral. Sering terjadi
pada kelainan jantung, misalnya ASD (Atrial Septal Defect) atau PDA
(Patent Ductus Arteriosus). Sering disertai dengan perubahan membusur ke
belakang (kifoskoliosis), yang mempersempit rongga paru dan merubah
anatomi jantung.
(2) Voussure cardiaque : penonjolan bagian depan hemitoraks kiri. Hampir
selalu terdapat pada kelainan jantung bawaan atau karena demam rematik,
terutama berkaitan dengan aktifitas jantung yang berlebihan pada masa
pertumbuhan.
Palpasi dapat ditemukan adanya gerakan jantung yang menyentuh dinding dada,
terutama jika terdapat peningkatan aktifitas ventrikel, pembesaran ventrikel atau
ketidakteraturan kontraksi ventrikel. Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tak
teraba, kecuali pada hipertrofi ventrikel kanan, dimana ventrikel kanan akan
menyentuh dinding dada (ventrikel kanan mengangkat). Kadang-kadang gerakan
jantung teraba sebagai gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan
mengangkat jari pemeriksa pada palpasi. Gerakan jantung kadang teraba di bagian
basis, yang biasanya disebabkan oleh gerakan aorta (pada aneurisma aorta atau
regurgitasi aorta), gerakan arteri pulmonalis (pada hipertensi pulmonal) atau
karena aliran tinggi dengan dilatasi (pada ASD) yang disebut tapping (Widarti,
2020).
Thrill (getaran karena adanya bising jantung) sering dapat diraba. Bising jantung
dengan gradasi 3-4 biasanya dapat teraba sebagai thrill. Sensasi yang terasa adalah
seperti meraba leher kucing. Bila pada palpasi pertama belum ditemukan adanya
thrill sedangkan pada auskultasi terdengar bising jantung derajat 3-4, kembali
lakukan palpasi pada lokasi ditemukannya bising untuk mencari adanya thrill.
Thrill sering menyertai bising jantung yang keras dan kasar seperti yang terjadi
pada stenosis aorta, Patent Ductus Arteriosus, Ventricular Septal Defect, dan
kadang stenosis mitral (Widarti, 2020).
Auskultasi untuk menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan oleh adanya kelainan
struktur jantung dan perubahan-perubahan aliran darah yang ditimbulkan selama
siklus jantung. auskultasi untuk menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan oleh
adanya kelainan struktur jantung dan perubahan-perubahan aliran darah yang
ditimbulkan selama siklus jantung (Widarti, 2020).
(1) BJ1 : disebabkan karena getaran menutupnya katup atrioventrikuler
terutama katup mitral, getaran karena kontraksi otot miokard serta aliran
cepat saat katup semiluner mulai terbuka. Pada keadaan normal terdengar
tunggal.
(2) BJ2 : disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris aorta
maupun pul-monalis. Pada keadaan normal terdengar pemisahan (splitting)
dari kedua komponen yang bervariasi dengan pernafasan pada anak-anak
atau orang muda.
(3) BJ3 : disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian
cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak
atau orang dewasa muda (fisiologis) atau keadaan dimana komplians otot
ventrikel menurun (hipertrofi/ dilatasi).
(4) BJ4 : disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke ventrikel
yang kompliansnya menurun. Jika atrium tak berkontraksi dengan efisien
misalnya fibrilasi atrium maka bunyi jantung 4 tak terdengar.
Intervensi Fisioterapi
- Breathing exercise, bertujuan untuk dapat menormalkan kembali fungsi
otot-otot pernapasan guna mengontrol kerja pipa pernapasan (bronkus).
Latihan ini akan berdampak pada perbaikan pola dan kecepatan bernapas
sehingga volume dan kapasitas paru menjadi meningkat. Perbaikan fungsi
ini dikarenakan latihan ini akan mengontrol kerja sistem saraf otonom
(simpatis dan parasimpatis) yang memberikan respon “flight or fight” dan
“rest” pada tubuh (Sari, 2021).
- Terapi Latihan, adalah pemberian modalitas fisioterapi dengan sarana gerk
tubuh aktif dari pasien sendiri maupun pasif dari bantuan fisioterapis yang
bertujuan untuk pemeliharaan dan memperbaiki kekuatan, stabilitas,
merileksasikan, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Pemberian terapi latihan baik aktif maupun pasif, baik menggunakan alat
maupun manual dapat memberikan efek diantaranya pemulihan kekuatan
tendon, dan ligamen serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat
mempertahankan stabilitas sendi dan menambah lingkup gerak sendi
(Djauhar, 2023).
Source :

Abdul, C., Bekasi, M., Putri, S. P., & Ariwibowo, D. D. (2023). Pengaruh
penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik terhadap pertumbuhan
pasien balita periode 2018-2020. 5(1), 153–158.

Ain, N., Hariyanto, D., & Rusdan, S. (2019). Karakteristik Penderita Penyakit
Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari
2010 – Mei 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 928–935.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i3.388

Djauhar, S. A. (2023). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus post VSD


Closure Dengan Pemberian Deep Breathing exercise, Incentive Spirometri
dan Terapi Latihan.

Pereira, C. F. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Nn. T. T. Dengan


Penyakit Jantung Bawaan (Pjb) Di Ruangan Iccu Rsud Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.

Rahmawati, A. N. (2019). Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan


Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun Di Unit Perawatan Jantung Rs Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal KesMaDaSKa, 2(1), 28–29.
Sari, I. P. A. P. A. I. (2021). Program Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Atrial
Septal Defect Closure Tipe Ii Di Rsup Dr . Sardjito Yogyakarta : Case
Report. Indonesian Journal of Physiotherapy, 2(2), 142–152.

Widarti, R. (2020). Gangguan Kardiovaskuler Penyusun : Program Studi D Iv


Fisioterapi Stikes ‘ Aisyiyah Surakarta Program Studi D Iv Fisioterapi Stikes
‘ Aisyiyah Surakarta. 1–59.

Pembimbing

Anik Murwani Darajatun SST. FT. Fis

Anda mungkin juga menyukai