Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :

Desi Andria Ningsih

17112055

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai, dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi kami para mahasiswa .Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik bagi para membaca.

Padang,30 Juni 2020

Penulis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dengan PJB

1. Definisi

Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung

Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi

jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan

perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006).

Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan

pada struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada

perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu (Roebiono, 2008)

Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang

dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan

struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

2. Etiologi

Berikut ini beberapa penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan karena faktor prenatal,

genetic dan lingkungan.

1) Faktor Prenatal :

a) Ibu menderita penyakit infeksi.

b) Ibu alkoholisme.

c) Umur ibu lebih dari 40 tahun.

d) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.


2) Faktor Genetic Hal yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga yang

menderita penyakit jantung, seperti :

a) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

b) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

c) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. Hal lain yang juga berhubungan adalah

adanya kenyataan bahwa sekitar 10% penderita PJB mempunyai penyimpangan

pada kromosom, misalnya pada Sindroma Down (Mulyadi, 2006).

3) Faktor Lingkungan Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok.

b) Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan menyebabkan

penyakit jantung bawaan.

c) Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes tidak

terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung

bawaan d. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30%

untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan e. Ekstasi dan obat-obat

lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin, dan kokain akan meningkatkan

insiden penyakit jantung bawaan (Dyah Primasari, 2012).


3. Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan

maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan

asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi

ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi

atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah

dari arteri (Padila, 2013).

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri kiri

lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke

kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menim- bulkan volume atrium kanan

meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan

teka- nan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga

meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli

mem- besar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun

disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan

kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan

curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya

suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu

makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan

menyebabkan gangguan pertumbuhan per- kembangan (Irnizarifka, 2011)


4. WOC

5. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala Penyakit Jantung Bawaan sangat bervariasi tergantung dari jenis dan berat

kelainan. Penyakit Jantung B yang berat bisa dikenali saat kehamilan atau segera setelah

kelahiran. Sedangkan PJB yang ringan sering tidak menampakkan gejala, dan diagnosisnya

didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes khusus untuk alasan yang lain. Gejala dan tanda PJB

yang mungkin terlihat pada bayi atau anakanak antara lain:

1) Bernafas cepat

2) Sianosis (suatu warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari tangan)

3) Cepat lelah

4) Peredaran darah yang buruk dan

5) Nafsu makan berkurang.

Pertumbuhan dan perkembangan yang normal tergantung dari beban kerja jantung dan

aliran darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Bayi dengan PJB sejak lahir mungkin punya

sianosis atau mudah lelah saat pemberian makan. Sebagai hasilnya, pertumbuhan mereka tidak

sesuai dengan seharusnya. Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalahmasalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat

nafas).Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4-6 jam sesudah lahir. Bayi

dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan

tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)

1) Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung

2) Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di

tepi sternum kiri atas)

3) Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,

Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)

4) Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik

5) Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

6) Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.

(Dyah Primasari, 2012).

6. Pemeriksan penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan enzim jantung dapat dilakukan untuk menilai kondisi klinis pasien yang

mengalami kongesti jantung ataupun gagal jantung.

2) Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan rontgen toraks dapat terlihat bentuk dan ukuran jantung yang normal

pada penyakit jantung bawaan yang minor dengan lesi yang kecil. Pada kelainan yang

lebih mayor gambaran rontgen toraks dapat bervariasi.

3) Gambaran rontgen toraks yang dapat ditemukan salah satunya adalah kardiomegali dan

peningkatan corakan arteri pulmonal yang menggambarkan peningkatan aliran darah


pulmonal yang lebih tinggi dari aliran darah sistemik. Bisa juga ditemukan gambaran

ventrikel kanan yang membesar dan arteri pulmonal sentral yang besar namun sempit di

perifer (tree in winter apperance), keadaan ini biasa terlihat pada resistensi pembuluh

darah pulmonal yang tinggi ataupun pada VSD. Pada koarktasio aorta dapat ditemukan

gambaran dilatasi pada aorta asendens dan konstriksi pada area yang mengalami

koarktasio (hour glass). Sedangkan pada TOF bisa ditemukan gambaran boot-shape.

4) Elektrokardiografi

Gambaran sadapan elektrokardiografi (EKG) pada penyakit jantung bawaan dapat

normal, namun bisa juga ditemukan deviasi aksis QRS karena kelainan arah listrik

jantung akibat struktur jantung yang sendiri mengalami kelainan.

5) Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi pada penyakit jantung bawaan berfungsi untuk menilai

ruang jantung dan mengukur ukuran defek yang terjadi. Ekokardiografi dengan Doppler

dapat menilai arah aliran darah maupun adanya refluks. Selain itu ekokardiografi dapat

menilai ukuran pangkal aorta dan pembuluh darah besar lainnya. Pemeriksaan

ekokardiografi transesofageal biasanya dilakukan selama prosedur operasi untuk

menilai hasil tindakan operasi.

7. Komplikasi

Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan oleh penyakit Jantung Bawaan , antara Lain :

1) Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non sianotik yang

meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat. Akibatnya lamakelaman pembuluh


kapiler diparu akan bereksi dengan meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di

arteri pulmonal dan diventrikel kanan meningkat.

2) Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru dari kondisi

sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan kejang.

3) Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak terjadi pada anak

yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya hipoksia da melambtkanya aliran

darah diotak.

4) Endokarditis

5) Obstruksi pembuluh darah pulmonal

6) CHF

7) Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)

8) Enterokolitis nekrosis

9) Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia

bronkkopulmoner)

10) Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit

11) Hiperkalemia (penurunan keluaran urin

12) Aritmia

13) Gagal tumbuh

(Dyah Primasari, 2012).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan (PJB)


1) Farmakologis Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita Penyakit

Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara pembedahan dan

Kateterisasi Jantung .

a) Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan membuat

sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai jantung dapat terlihat.

Kemudian fungsi jantung digantikan oleh sebuah alat yang berfungsi untuk

memompa darah keseluruh tubuh yang dinamakan Heart lungbypass yang juga

menggantikan fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat

dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang ada, seperti

apabila ada lubang pada septum jantung yang normalnya tertutup, maka lubang

akan ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada septum jantung.

b) Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan

memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya dilengkapi seperti

payung yang dapat dikembangkan untuk menutup defek jantung, ketetr dimasukkan

melalui pembuluh darah balik atau vena dipanggal paha atau lengan. Untuk

membimbing jalannya kateter, dokter menggunakan monitor melalui fluoroskopi

angiografi atau dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi

(TEE)/Ekokardiografi biasa sehinggan kateter dapat masuk dengan tepat menyusuri

pembuluh darah, masuk kedalam defek atau lubang, mengembangkan alat diujung

kateter dan menutup lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam

pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak melakukan sakit. Keberhasilan

prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB dilaporkan lebih dari 90% namun

tetap diingan bahwa tidak semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan metode ini.
Pada kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur jantung

tertentu seperti jantung yang berada diluar rongga dada (jantung ektopik) dan

tetralogi fallot yang parah tetap membutuhkan operatif terbuka

2) Non- Farmakologis

a) Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat diberikan Tambahan Susu Formula

dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu dibutuhkan pada bayi

yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang lahir premature dan bayi-bayi yang

cepat lelah saat menyusui.

b) Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB dapat dilakukan

tindakan , Seperti : Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan

yang hangat dapat dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada

inkhubator

c) Memberikan Oksigen

d) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta asam basa.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis Dengan Masalah PJB

1. Identitas Data

Biasanya pada identitas data terdepat nama, tanggal lahir , no MR, nama orang tua, identitas

saudara kandung , alamat , pekerjaan orang tua dan lain-lain.

2. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit.

Keluhan yang biasanya timbul pada pasien dengan penyakit jantung bawaan yaitu seperti

merasa lemah , letih , pucat dan sianosis.

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kehamilan dan kelahiran (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

1) Prenatal

Biasanya saat pemeriksaan kehamilan sebanyak 3-4 kali selama hamil , keluhan saat

hamil yaitu pada pasien PJB adanya infeksi selama kehamilan, dan adanya perawatan

selama hamil seperti penyakit DM dan lainnya.

2) Natal

Biasanya ibu melhirkan di RS, klinik dan Rumah bidan , biasanya penolong persalinan

dibantu dokter , bidan dan tidak adanya komplikasi waktu lahir.

3) Post natal

Biasanya kondisi tidak cukup umur (prematur) dengan bb lahir kurang dari normal

(2500-4000g) dan adanya tanda kebiruan pada anak.


b) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien PJB pada dasarnya melemah sejak baru lahir

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pada pasien PJB yaitu kelemahan , kelelahan , nyeri di sertai dengan rasa sesak

, kurangnya nafsu makan .

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya adanya riwayar keluarga yang mengalami penyakit jantung atau penyakit

jantung bawaan (PJB)

4. Riwayat Imunisasi

Pada imunisasi dengan anak PJB biasanya dilakukan langung oleh dokter untuk

menentukan keadaan dan kondisi anak.

5. Riwayat Tumbuh Kembang

Biasanya pada anak dengan PJB akan mengalami keterlambatan untuk tumbuh kembang

sesuai usia.

Normalnya usia anak saat ini :

a) Berguling : usia 3-4 bulan

b) Duduk : usia 5-7 bulan

c) Merangkak : usia 7-10 bulan

d) Berjalan : setelah 10 bulan

6. Riwayat Nutrisi

Biasanya saat bayi anak sering diberikan ASI dan diberikan asi tambahan.

7. Riwayat Psikologi

Biasanya anak tinggal bersama dirumah orang tuanya.


8. Reaksi hospitalisasi

Pada pasien anak PJB biasaya ke rumah sakit dengan keluhan kelelahan, lesu dan pucat ,

biasanya dokter akan menjelaskan prognosis penyakit anak kepada orang tua , biasanya

orang tua akan takut , cemas dan khawatir terhadap kondisi anaknya.

9. Aktivitas sehari-hari

a) Nutrisi

Pada pasien anak PJB biasaya akan kehilangan selera untuk makan.

b) BAK

Pada pasien anak PJB biasaya pengukuran volume output urine berhubungan dengan

intake xcairan pasien. Oleh karena itu perawat perlu memonitor.

c) Istirahat tdur

Pada pasien anak PJB biasaya akan mengalami gangguan untuk istirahat dan tidur.

Normalnya tidur 6-8 jam.

d) Olahraga

Pada pasien anak PJB biasaya tidak dibenarkan untuk berolahraga yang berat karna

mudah merasa kelelahan dan memicu untuk timbulnya penyakit anak.

e) Personal Hygiene

Biasanya untuk membersihkan diri anak masalah dengan PJB akan dibantu oleh orangtua

ataupun perawat yang berdinas , seperti mandi , cuci rambut, gunting kuku dan gosok gigi.

f) Aktivitas / Mobilitas fisik

Pada pasien anak PJB biasaya mengatur jadwal harian untuk tidak melakukan banyak

aktivitas.
g) Rekreasi

Biasanya saat sekolah anak merasa sedih ketika tidak dapat mengikuti mata pelajaran

seperti sedih , dan keinginan untuk mengikuti mata pelajaran tersebut.

10. Pemeriksaan Fisik

1) Kondisi umum

Pada pasien anak PJB biasaya meliputi composmetis, apatis, delerium, somnolen,

stupor bahkan koma.

2) Tanda- tanda vital

Pada pasien anak PJB biasanya tekanan darah anak dari nomal sampai mengalami

penurunan tensi.

Pada pasien anak PJB biasanya mengalami peningkatan nadi

Pada pasien anak PJB biasanya pernafasan yang cepat

Pada pasien anak PJB biasanya suhu tubuh badan 36-38 derajat celcius

3) Kulit

Pada pasien anak PJB biasanya kulit tampak pucat , adanya sianosis pada kuku, dan

tidak adanya edema

4) Kepala

Pada pasien anak PJB biasanya bentuk kepala tidak ada mengalami microcepal

ataupun macrocepal

5) Mata

Pada pasien anak PJB biasanya posisi mata kiri dan kanan sama , konjungtiva

anemis karna kekurangan nutrisi , dan sklera putih.


6) Telinga

Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya gangguan pada telinga

7) Hidung

Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya masa ada hidung , bernafas

menggunakan cuping hidung , dan tidak adanya sekret pada hidung.

8) Leher

Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya pembesaran kelenjar getah bening dan

tidak adanya pembengkakan kelenjar limfe

9) Mulut

Pada pasien anak PJB biasanya mukosa bibir bewarna biru.

10) Kardiovaskuler

Inspeksi : Pada pasien anak PJB biasanya pergerakan dinding dada tidak sama.

Palpasi : Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya benjolan , dan adanya nyeri

tekan

Perkusi : suara ketukan terdengar sonor

Auskultasi : Pada pasien anak PJB biasanya terdengar suara jantung tambahan

seperti mur-mur

11) Paru paru

Inspeksi : Pada pasien anak PJB biasanya dinding dada tidak sama dan mengalami

peningkatan pernafasan ( normalnya 16-24) biasanya menggunakan cuping hidung

saat bernafas, dan terpasang alat bantu nafas seperti nasal kanul.

Palpasi : Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya benjolan


Perkusi : irama nafas redup

Auskultasi : Pada pasien anak PJB biasanya adanya nafas tambahan seperti

weezing, rochi.

12) Abdomen

Inspeksi : Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya benjolan pada abdomen.

Palpasi : adanya rasa nyeri tekan abdomen sebelah kiri

Perkusi : Pada pasien anak PJB biasanya timpani

Auskultasi : Pada pasien anak PJB biasanya adanya bising usus

13) Genetalia

Pada pasien anak PJB biasanya meliputi jenis kelamin dan tida adanya kelainan

14) Musukulus

Pada pasien anak PJB biasanya tidak adanya kelainan pada muskulus

15) Nyeri

Pada pasien anak PJB biasanya terasa nyeri menjalar dan hilang timbul.

16) Eleminasi

Pada pasien anak PJB biasanya selalu di kontol intake dan output , biasanay

bewarna kuning pekat.

17) Istirahat tidur

Pada pasien anak PJB biasanya mengalami gangguan saat tidur.

18) Terapi medis

Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan (PJB)


1) Farmakologis Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita

Penyakit Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara

pembedahan dan Kateterisasi Jantung .

2) Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan membuat

sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai jantung dapat

terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan oleh sebuah alat yang berfungsi

untuk memompa darah keseluruh tubuh yang dinamakan Heart lungbypass

yang juga menggantikan fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu

jantung dapat dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan

yang ada, seperti apabila ada lubang pada septum jantung yang normalnya

tertutup, maka lubang akan ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada

septum jantung.

3) Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan

memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya dilengkapi

seperti payung yang dapat dikembangkan untuk menutup defek jantung, ketetr

dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau vena dipanggal paha atau

lengan. Untuk membimbing jalannya kateter, dokter menggunakan monitor

melalui fluoroskopi angiografi atau dengan tuntunan transesofageal

ekokardiografi (TEE)/Ekokardiografi biasa sehinggan kateter dapat masuk

dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk kedalam defek atau lubang,

mengembangkan alat diujung kateter dan menutup lubang dengan sempurna.

Prosedur ini dilakukan dalam pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak

melakukan sakit. Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB


dilaporkan lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa tidak semuan jenis PJB

dapat diintervensi dengan metode ini. Pada kasus defek septum jantung yang

terlalu besar dan kelainan struktur jantung tertentu seperti jantung yang berada

diluar rongga dada (jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap

membutuhkan operatif terbuka

4) Non- Farmakologis

a) Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat diberikan Tambahan Susu

Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu

dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang lahir

premature dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui.

b) Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB dapat

dilakukan tindakan , Seperti : Menempatkan pasien khususnya neonatus

pada lingkungan yang hangat dapat dilakukan dengan membedong atau

menempatkannya pada inkhubator

c) Memberikan Oksigen

d) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta

asam basa

19) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan enzim jantung dapat dilakukan untuk menilai kondisi klinis pasien

yang mengalami kongesti jantung ataupun gagal jantung.

b) Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan rontgen toraks dapat terlihat bentuk dan ukuran jantung yang

normal pada penyakit jantung bawaan yang minor dengan lesi yang kecil. Pada

kelainan yang lebih mayor gambaran rontgen toraks dapat bervariasi.

c) Gambaran rontgen toraks yang dapat ditemukan salah satunya adalah

kardiomegali dan peningkatan corakan arteri pulmonal yang menggambarkan

peningkatan aliran darah pulmonal yang lebih tinggi dari aliran darah sistemik.

Bisa juga ditemukan gambaran ventrikel kanan yang membesar dan arteri

pulmonal sentral yang besar namun sempit di perifer (tree in winter apperance),

keadaan ini biasa terlihat pada resistensi pembuluh darah pulmonal yang tinggi

ataupun pada VSD. Pada koarktasio aorta dapat ditemukan gambaran dilatasi

pada aorta asendens dan konstriksi pada area yang mengalami koarktasio (hour

glass). Sedangkan pada TOF bisa ditemukan gambaran boot-shape.

d) Elektrokardiografi

Gambaran sadapan elektrokardiografi (EKG) pada penyakit jantung bawaan

dapat normal, namun bisa juga ditemukan deviasi aksis QRS karena kelainan

arah listrik jantung akibat struktur jantung yang sendiri mengalami kelainan.

e) Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi pada penyakit jantung bawaan berfungsi untuk

menilai ruang jantung dan mengukur ukuran defek yang terjadi. Ekokardiografi

dengan Doppler dapat menilai arah aliran darah maupun adanya refluks. Selain

itu ekokardiografi dapat menilai ukuran pangkal aorta dan pembuluh darah

besar lainnya. Pemeriksaan ekokardiografi transesofageal biasanya dilakukan

selama prosedur operasi untuk menilai hasil tindakan operasi.


12. Diagnosa yang mungkin muncul

1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung

2) Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunanO2

3) Nyeri akut berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

4) Ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan

pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori

5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan pemakakain oksigen oleh

tubuh dan suplai oksigen ke sel

13. Intervensi

N Nanda NOC NIC


o
1 Penurunan curah Keefektifan pompa jantung (0400) Perawatan jantung: Akut (4044)

jantung Indikator: Aktivitas – aktivitas:

berhubungan dengan  Tekanan darah normal  Evaluasi nyeri dada (intensitas,

perubahan kecepatan  Denyut jantung apical lokasi, radiasi, durasi, faktor

jantung/irama(00029  Denyut nadi perifer pemicu dan yang mengurangi)

)  Intruksikan pada pasien


 Urin output
pentingnya melaporkan segera
 Keseimbangan intake
merasakan ketidaknyamanan di
dan output dalam 24 jam
bagian dada
 Irama jantung
 Sediakan alat yang segera dan
(Distrimia)
secara kontinu dapat memanggil
 Suara jantung abnormal
perawat dan bisa memberitahu
 Edema perifer
keluarga bahwa panggila akan
 Dyspenea pada saat
dijawab dengan segera
istirahat
 Monitor EKG sebagaimana
 Dyspnea dengan
mestinya, apakah terdapat
aktivitas ringan
perubahan segmen ST
 Peningkatan berat badan
 Lakukan penilaian secara
 Intoleransi aktivitas
komprehensif terhadap status
 Pucat
jantung termasuk di dalamnya

adalah sirkulasi perifer


Status sirkulasi (0401)
 Monitor irama jantung dan
Indikator:
kecepatan denyut jantung
 Tekanan darah normal  Auskultasi suara jantung

 Kekuatan nadi normal  Kenali adanya frustasi dan

 Tekanan parsial oksigen ketakutan karena

dalam darah arteri ketidakmampuan berkomunikasi

 Tekanan parsial dan adanya paparan mesin/alat

karbondioksida dalam dan lingkungan yang asing

darah arteri  Auskultasi paru – paru, adakah

 Saturasi oksigen ronkhi atau suara tambahan

 Perbedaan oksigen lainnya

arteri-vena  Monitor efektivitas terapi

 Urin output oksigen sebagaimana mestinya

 Suara nafas tambahan  Monitor penentu pengantar

oksigen dan kadar Hb dan curah


 Edema perifer
jantung sebagaimana mestinya
 Kelelahan
 Monitor cairan masuk dan keluar,
 Wajah pucat
urin output, timbang berat badan

harian, sebagaimana mestinya

 Pilih lead EKG yang terbaik

dalam rangka untuk memonitor

secara terus – menerus

 Rekam EKG 12 lead

sebagaimana mestinya

 Tuliskan nilai SK, LDH, dan


AST serum, sebagaimana

mestinya

 Monitor nilai laboratorium

elektrolit yang dapat

meningkatkan resiko disritmia

 Dapatkan foto thoraks

2 Ketidakefektifan Status pernafasan : kepatenan Manajemen jalan nafas (3140)

kebersihan jalan jalan nafas (0410) Aktivitas – aktivitas:

nafas berhubungan
Indikator:  Buka jalan nafas dengan teknik

dengan penurunan chin lift atau jaw thrust bila perlu


 Frekuensi pernafasan
O2  Posisikan pasien untuk
 Irama pernafasan
memaksimalkan ventilasi
 Kedalaman inspirasi
 Identifikasi kebutuhan
 Kemampuan dalam
actual/potensial pasien untuk
mengeluarkan sekret
memasukkan alat membuka jalan
 Suara nafas tambahan
nafas
 Pernafasan cuping
 Masukkan alat nasopharyngeal
hidung
airway (NPA) atau
 Mendesah
oropharyngeal airway (OPA),
 Dispnea saat istirahat
sebagaimana mestinya
 Dispnea dengan aktivitas
 Lakukan fisioterapi dada bila
ringan
perlu
 Penggunaan otot bantu
 Buang secret dengan memotifasi
nafas pasien untuk melakukan batuk

 Batuk atau menyedot lender

 Akumulasi sputum  Motivasi pasien untuk bernafas

pelan dalam, berputar dan batuk

 Instruksikan bagaimana agar bisa

batuk efektif

 Bantu dengan dorongan

spirometer, sebagaimana

mestinya

 Auskultasi suara nafas, catat area

yang ventilasinya menurun atau

tidak ada dan adanya suara

tambahan

 Lakukan penyedotan melalui

endotrakea atau nasotrakea,

sebagaimana mestinya

 Kelola pemberian bronkodilator,

sebagaimana mestinya

 Ajarkan pasien bagaimana

menggunakan inhaler sesuai

resep, sebagaimana mestinya

 Kelola pengobatan aerosol,

sebagaimana mestinya
 Kelola nebulizer ultrasonik,

sebagaimana mestinya

 Kelola udara atau oksigen yang

dilembabkan, sebagaimana

mestinya

 Ambil benda asing dengan

forcep McGill, sebagaimana

mestinya

 Regulasi asupan cairan untuk

mengoptimalkan keseimbangan

cairan

 Posisikan pasien untuk

meringankan sesak nafas

 Monitor status pernafasan dan

oksigenasi bila perlu

 Monitor pernafasan (3350)

o Aktivitas – aktivitas:

 Monitor kecepatan, kedalaman

dan kesulitan bernafas

 Catat pergerakan dada, catat

ketidak simetrisan

 Monitor suara nafas tambahan

 Monitor pola nafas


 Auskultasi suara nafas

 Monitor kemampuan batuk

efektifan pasien

Terapi oksigen (3320)

 Aktivitas – aktivitas:

 Bersihkan mulut, hidung dan

sekresi trakea dengan tepat

 Batasi aktivitas merokok

 Pertahankan kepatenan jalan

nafas

 Siapkan peralatan oksigen dan

berikan melalui sistem humidifier

 Berikan oksigen tambahan

seperti yang diperintahkan

 Monitor aliran oksigen

 Monitor posisi perangkat alat

pemberian oksigen

 Anjurkan pasien mengenai

pentingnya meninggalkan

perangkat alat dalam keadaan

setiap pakai

 Periksa peragkat alat pemberian

oksigen secara berkala untuk


memastikan bahwa konsentrasi

telah ditentukan sedang diberikan

 Monitor efektifitas terapi oksigen

 Pastikan pemberian masker

oksigen/ kanul nasal setiap kali

perangkat diganti

 Monitor kemampuan pasien

untuk mentolerir pengangkatan

oksigen ketika makan

 Rubah perangkat pemberian

oksigen dari masker ke kanul

nasal saat makan

 Amati adanya tanda – tanda

hipoventilasi induksi oksigen

 Pantau adanya tanda – tanda

keracunan oksigen dan kejadian

atelektasis

 Monitor peralatan oksigen untuk

memastikan bahwa alat tersebut

tidak menggangu pasien upaya

pasien untuk bernafas

 Monitor kecemasan pasien yang

berkaitan dengan kebutuhan


mendapatkan terapi oksigen

 Monitor kerusakan kulit terhadap

adanya gesekan perangkat

oksigen

 Sediakan oksigen ketika pasien

dibawa/dipindahkan

 Anjurkan pasien untuk

mendapatkan oksigen tambahan

sebelum perjalan udara atau

perjalana ke daratan tinggi

dengan cara yang tepat

 Konsultasi tenaga kesehatan lain

mengenai penggunaan oksigen

tambahan selama kegiatan

dan/atau tidur

 Ajurkan pasien dan keluarga

mengenai penggunaan oksigen

dirumah

 Atur dan ajarkan pasien

mengenai penggunaan perangkat

oksigen yang memudahkan

mobilitas

Rubah kepada pilihan peralatan


pemberian oksigen lainnya untuk

meningkatkan
3 Nyeri akut (00132) Control Nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400)

berhubungan dengan Indikator: Aktivitas – aktivitas:

perubahan frekuensi a. Mengenali kapan nyeri  Lakukan pengkajian nyeri secara

jantung terjadi komprehensif termasuk lokasi,

b. Mengambarkan factor karakteristik, durasi, frekuensi,

penyebab kualitas dan factor presipitasi

c. Menggunakan tindakan  Observasi reaksi non verbal dari


pengurangan nyeri tanpa ketidak nyamanan
analgesik  Pastikan perawatan analgesik
d. Menggunakan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
yang direkomendasikan pemantauan yang ketat
e. Melaporkan perubahan
 Gunakan teknik komunikasi
perubahan terhadap
terapeutik untuk mengetahui
gejala nyeri pada
pengalaman nyeri pasien
professional kesehatan
 Gali pengetahuan dan
f. mengenali apa yang
kepercayaan pasien mengenai
terkait dengan gejala
nyeri
nyeri
 Pertimbangkan pengaruh budaya
g. Melaporkan nyeri yang
terhadap respon nyeri
terkontrol
 Tentukan akibat dari

pengalaman nyeri terhadap

kualitas hidup pasien (misalnya.,


tidur, nafsu makan, pengertian,

perasaan, hubungan, peforma

kerja, tanggung jawab peran)

 Gali bersama pasien faktor –

faktor yang dapat menurunkan

atau memperberat nyeri

 Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau

 Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan yang lainnya,

mengenai efektititas tindakan

pengontrolan nyeri yang pernah

digunakan sebelumnya

 Bantu keluarga dalam mencari

dan menyediakan dukungan

 Gunakan metode penilaian yang

sesuai dengan tahapan

perkembangan yang

memungkinkan untuk

memonitor perubahan nyeri dan

akan dapat membantu

mengidentifikasi faktor pencetus

aktual dan potensil (misalnya.,


catatan perkembangan, catatan

harian)

 Berikan informasi mengenai

nyeri, seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan

dirasakan, dan antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat

prosedur

 Kendalikan factor lingkungan

yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti: suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

 Kurangi atau eleminasi faktor –

faktor yang dapat mencetuskan

atau meningkatkan nyeri (misal.,

ketakutan, kelelahan, keadaan

monoton dan kurang

pengetahuan)

 Pilih dan lakukan penanganan

nyeri (farmakologi, non

farmakologi, dan interpersonal)

 Ajarkan prinsip – prinsip

manajemen nyeri
 Pertimbangkan tipe dan sumber

nyeri ketika memilih strategi

penurunan nyeri

 Ajarkan tentang teknik non

farmakologi (seperti.,

biofeedback, TENS, hypnosis,

relaksasi, bimbingan antisipatif,

terapi musik, terapi bermain,

terapi aktivitas, akupessur,

aplikasi panas/dingin dan

pijatan, sebelum, sesudah dan

jika memungkinkan, ketika

melakukan aktivitas yang

menimbulksn nyeri sebelum

nyeri terjadi atau meningkat; dan

bersaam dengan tindakan

penurun rasa nyeri lainnya)

 Gali penggunaan metode

farmakologi ysng dipakai pasien

untuk menurunkan nyeri

 Ajarkan metode farmakologi

untuk menurunkan nyeri

 Dorong pasien untuk


menggunakan obat – obatna

penurun nyeri yang adekuat

 Kolaborasi pasien, orang

terdekat dan tim kesehatan

lainnya untuk memilih dan

mengimplementasian tindakan

penurunan nyeri

nonfarmakologi, sesuai

kebutuhan

 Berikan individu penurun nyeri

yang optimal dengan peresepan

analgesik

 Implementasikan penggunaan

pasien – terkontrol nalgesik

(PCA), jika sesuai

 Gunakan tindakan pengontrolan

nyeri sebelum nyeri bertambah

berat

 Berikan obat sebelum

melakukan aktivitas untuk

meningkatkan partisipasi, namun

[lakukan] evaluasi [mengenai]

bahaya dari sedasi


 Pastikan pemberian analgesik

dan atau strategi nonfarmakologi

sebelum dilakukan prosedur

yang menimbulkan nyeri

 Periksa tingkat

ketidaknyamanan bersama

pasien, informasikan petugas

kesehatan lainnya yang merawat

pasien

 Evaluasi keefektifan dari

tindakan pengontrol nyeri yang

dipakai selama pengkajian nyeri

dilakukan

 Mulai dan modifikasi tindakan

pengontrol nyeri berdasarkan

respon pasien

 Tingkatkan istirahat/ tidur yang

adekuat untuk membantu

penurunan nyeri

 Dorong pasien untuk

mendiskusikan pengalaman

nyerinya, sesuai kebutuhan

 Kolaborasi dengan dokter jika


ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil

 Informasikan tim kesehatan lain/

anggota keluarga mengenai

strategi nonfarmakologi yang

sedang digunakan untuk

mendorong prndekatan preventif

terkait dengan manajemen nyeri

 Gunakan pendekatan multi

disiplin untuk manajemen nyeri,

jika sesuai

 Pertimbangkan untuk merujuk

pasien, keluarga dan orang

terdekat pada kelompok

pendukung dan sumber –

sumber lainnya, sesuia

kebutuhan

 Berikan informasi yang akurat

untuk meningkatkan

pengetahuan dan respon

keluarga terhadap pengalaman

nyeri

 Libatkan keluarga dalam


modalitas penurun nyeri, jika

memungkinkan

 Monitor kepuasan pasien

terhadap manajemen nyeri

dalam interval yang spesifik

4 Ketidakseimbanagn Status Nutrisi 1004 Managemen elektrolit/cairan 2080

nutrisi kurang dari Indikator : 1. Monitor perubahan status paru

kebutuhan tubuh 100401 asupan gizi atau jantung yang menunjukkan

berhubungan dengan 10040 asupan makanan kelebihan cairan atau dehidrasi

kelelahan pada saat 100408 Energi 2. Pantau adanya tanda dan gejala

makan dan 100405 rasio berat badan//tinggi overhidrasi yang memburuk atau

meningkatnya badan dehidrasi (misalnya, ronki basah

kebutuhan kalori 100411 hidrasi di lapangan paru terdengar,

poliuria atau oliguria, perubahan

perilaku, kejang, saliva berbusa

dan kental, mata cekung atau

edema, napas dangkal dan cepat)

3. Berikan cairan, yang sesuai

4. Tingkatkan intake/asupan cairan

per oral (misalnya, memberikan

cairan oral sesuai preferensi

pasien, tempatkan [cairan] di

tempat yang mudah dijangkau,


memberikan sedotan, dan

menyediakan air segar), yang

sesuai

5. Jaga pencatatan intake/asupan

dan output yang akurat

6. Pantau adanya tanda dan gejala

restansi cairan

7. Monitor tanda-tanda vital


5 Gangguan pola Tidur (0004) Peningkatan tidur (1850)

tidur berhubungan Indikator : Aktivitas – aktivitas:

dengan sesak nafas 1. 000403 pola tidur (4) 1. Tentukan pola tidur/ aktivitas

2. 000404 kualitas tidur (3) pasien

3. 000410 mudah bangun disaat 2. Jelaskan pentingnya tidur yang

yang tepat (4) cukup selama penyakit dan

4. 000420 suhu ruangan yang tekanan psikososial, sesak, dll

nyaman (4) 3. Tentukan efek dari obat yang

5. 000416 apnea saat tidur (3) dikonsumsi pasien terhadap pola

6. 000417 ketergantungan pada tidur

bantuan tidur (4) 4. Monitor/catat pola tidur pasien

dan jumlah jam tidur

5. Monitor pola tidur pasien dan

kondisi fisik (misalnya apne

tidur, sumbatan jalan nafas,

nyeri/ketidaknyamanan dan
frekuensi buang air kecil dan atau

psikologis

(ketakutan/kecemasan) keadaan

yang mengganggu tidur

6. Sesuai lingkungan (misalnya,

cahaya, kebisingan, suhu tempat

tidur) untuk meningkatkan tidur

7. Dorong pasien untuk menetapkan

rutinitas tidur untuk memfasilitas

perpindahan dari terjaga menuju

tidur

8. Bantu untuk menghilangkan

situasi stress sebelum tidur

9. Ajarkan pasien melakukan

relaksasi otot autogenetik atau

bentuk non farmakologi lainnya

yang memancing tidur


6 Intoleransi aktivitas Toleransi terhadap aktivitas (0005) Terapi Aktifitas (4310)

berhubungan dengan Indikator : Aktifitas – aktifitas :

ketidak seimbangan 1. 000501 saturasi oksigen saat 1. Pertimbangkan dan kemampuan

pemakakain oksigen beraktifitas klien dalam berpatisipasi melalui

oleh tubuh 2. 000502 frekuensi nadi ketika aktivitas spesifik

beraktivitas 2. Bantu klien untuk memilih

3. 000503 frekuensi pernafasan aktivitas dan pencapaian tujuan


ketika beraktivitas melalui aktivitas yang konsisten

4. 000508 kemudahan bernafas dengan kemampuan fisik,

ketika beraktivitas fisiologis dan sosial

5. 000504 tekanan sistolik 3. Bantu klien untuk tetap fokus

ketika beraktivitas pada kekuatan yang dimilikinya

6. 000505 tekanan darah dibandingkan dengan kelemahan

diastolik ketika beraktifitas 4. Bantu klien untuk

7. 000507 warna kulit mengidentifikasi aktifitas yang

8. 000518 kemudahan dalam diinginkan

melakukan aktivitas hidup 5. Instruksikan klien dan keluarga

harian untuk mempertahankan fungsi

9. 000514 kemampuan untuk dan kesehatan terkait peran

berbicara ketika melakukan dalam beraktifitas secara fisik

aktivitas fisik ,sosial ,spritual dan kognisi

6. Bantu klien untuk meningkatkan

motivasi diri dan peningkatan

7. Monitor respon emosi,fisik

,sosial dan spritual terhadap

aktivitas

Anda mungkin juga menyukai