Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Congenital heart diseases (chd) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Penyakit jantung bawaan digolongkan menjadi : Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP), PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta, PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF), PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar (TAB). Defek septum ventrikel merupakan keadaan dimana terjadi defek pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung antara atrium kiri dan kanan. Menurut lokasi DSA dikelompokkan menjadi Ostium primum (DSA 1) letak lubang di bagian bawah septum mungkin disertai kelainan katup mitral, ostium sekundum (DSA 2) lubang berada di tengah septum, sinus venous defek lubang berada di antara vena kava superior dan atrium kanan.

B. Etiologi Penyebab terjadinya DSA belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor resiko atau presdiposisi yang diduga mempunyai pengaruh pada pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan. Ada 2 faktor predisposisi penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan

yaitu faktor prenatal dan faktor genetic. Faktor prenatal diantaranya ibu menderita penyakit infeksi rubella, ibu mengkonsumsi alcohol, umur ibu lebih dari 40 tahun, ibu menderita penyakit DM, ibu meminum obat obatan penenang. Faktor genetic antara lain anak lahir sebellumnya menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom, misalnya sindrom down. C. Pathway Terlampir D. Proses Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat keperawatan: 1) Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox. 2) Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin. 3) Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok. 4) Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC. 5) Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung bawaan ini adalah: 1) Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.

2) Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. 3) Diameter dada bertambah, sering terlihat penonjolan dada kiri. 4) Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selain trakostal dan region epigastrium. 5) Pada anak yang kurus terlihat hiperdinarnik. 6) Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas 7) Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. 8) Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, 9) Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. 2. Diagnosa keperawatan dan intervensi a. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan jantung. Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang kontraktilftas jantung, perubahan tekanan impuls jantung yang

ditimbulkan akibat penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal. Intervensi: 1) Monitor tanda-tanda vital Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untuk penangan lebijh lanjut.

2) Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada. 3) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi. Rasional:meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk melawan efek hipoksia/iskemia 4) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung,

vasokonstriksi dan anemi. 5) Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, disorientasi cemas Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung. 6) Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantungcdengan menurunkan bingung

konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung. b. Intoleran aktivitas b.d kelelahan Tujuan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan. Intervensi: 1) Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.

2) Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya Rasional: teknik penghematan energi 3) Support dalam nutrisi Rasional: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan meningkatan produksi energi

Anda mungkin juga menyukai