Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Kritis Atrial Septal Defect


Di Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta

DISUSUN OLEH :
Fina Anik Zuhrifa
P. 17420108016

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2011
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS ATRIAL SEPTAL DEFECT

A. PENGERTIAN
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium
kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup. ASD adalah defek pada
sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. Atrial Septal Defect adalah
adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan
dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung
terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung
antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan
pembentukan sekat.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
C. PATOFISIOLOGI
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain
ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan
ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta
ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel
kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan
bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat
penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah
menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung
darahyang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

D. TANDA dan GEJALA


Kebanyakan bayi tidak memilihi keluhan klinis atau disebut dengan
asimptomatik pada ASD. Kelainan ASD umumnya diketahui melalui
pemeriksaan rutin dimana didapatkan adanya murmur (kelainan bunyi jantung).
Apabila didapatkan adanya gejala atau keluhan, umunya didapatkan adanya
sesak saat beraktivitas, mudah lelah, dan infeksi saluran pernapasan yang
berulang. Keluhan yang paling sering terjadi pada orang dewasa adalah
penurunan stamina dan palpitasi (dada berdebar-debar) akibat dari pembesaran
atrium kanan.
1. Adanya Dispnea
2. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas
3. Palpitasi
4. Kardiomegali
5. atrium dan ventrikel kanan membesar
6. Diastolik meningkat dan sistolik rendah
E. KLASIFIKASI
Kelainan ini dibedakan dalam 3 bentuk anatomis, yaitu
1. Defek Sinus Venosus Defek ini terletak di bagian superior dan posterior
sekat, sangat dekat dengan vena kava superior. Juga dekat dengan salah satu
muara vena pulmonalis.
2. Defek Sekat Sekundum  Defek ini terletak di tengah sekat atrium. Defek ini
juga terletak pada foramen ovale.
3. Defek Sekat Primum  Defek ini terletak dibagian bawah sekat primum,
dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi karena gagal
pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I,
Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Ronsen Dada  Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas
normal. Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat
pembesaran jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada
foto lateral.
2. Elektrokardiografi  Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan
patognomis, yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD
II jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
3. Katerisasi Jantung  Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf
tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi
jantung terdapat peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan
ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru
tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes
dengan pemberian O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada
Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium kiri menurun.
4. Eko kardiogram  Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan
dan septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua
dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial
pandangan subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup netral dan
regurgitasi sering tampak pada defect septum atrium yang besar.
5. Radiologi  Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
 Corak pembuluh darah bertambah
 Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
 Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan
( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.

G. TINDAKAN MEDIS
Operasi harus segera dilakukan bila:
1. Jantung sangat membesar
2. Dyspnoe d’effort yang berat atau sering ada serangan bronchitis.
3. Kenaikan tekanan pada arteri pulmonalis.
Bila pada anak masih dapat dikelola dengan digitalis, biasanya operasi
ditunggu sampai anak mencapai umur sekitar 3 tahun.
1. Opersi pada ASD I tanpa masalah katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya
rendah, operasi dilakukan pada masa bayi.
2. ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal operasi paling baik
dilakukan umur antara 3-4 tahun.
3. Apabila ditemukan tanda – tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat dilakukan
pada masa bayi untuk mencgah terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.
4. Terapi dengan digoksin, furosemid dengan atau tanpa sipironolakton dengan
pemantauan elektrolit berkala masih merupakan terapi standar gagal jantung
pada bayi dan anak.

H. PATHWAY
(Terlampir)
I. PROSES KEPERAWATAN
Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah :
1. Riwayat perkawinan
Pengkajian apakah anak ini diinginkan atau tidak, karena apabila anak
tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah menggunakan
obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya
2. Riwayat kehamilan
Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus melitus
atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang pada kehamilan
trisemester pertama.
3. Riwayat keperawatan
Respon fisiologis terhadap defek ( sianosisi, aktivitas terbatas )
4. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan ( mur-mur ), edema tungkai dan hepatomegali )
5. Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger
6. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
7. Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
8. Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil)
9. Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti sipilis)
10. Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah
digunakan
11. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil
12. Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam reumatik
13. Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya pada
bayi
14. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan anak
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
Tujuan : meningkatkan curah jantung
Kriteria Hasil : klien akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah
jantung
Intervensi :
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna
dan kehangatan kulit.
b. Tegakkan derajad sinosis ( sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
c. Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi, tacipnea, sesak,
kelelahan, periorbotal edema, oliguri dan hepatomegali )
d. Berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order dengan
menggunakan teknik pencegahan bahaya toxisitas.
e. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
f. Berikan diuretik sesuai indikasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
Tujuan : meningkatkan resistensi pembuluh paru
Kriteria Hasil : klien akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
Intervensi :
a. Monitor kualitas dan irama pernafasan
b. Atur posisi klien dengan posisi fowler
c. Hindari klien dari orang yang terinfeksi
d. Berikan istirahat yang cukup
e. Berikan nutrisi yang optimal
f. Berikan oksigen 3 liter/menit melalui kanul oksigen
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplay oksigen ke sel.
Tujuan : mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Kriteria Hasil : klien dapat mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk sering beristirahat dan hindari gangguan pada
saat tidur
b. Anjurkan untuk melakukan aktivitas ringan
c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang sesuai kondisi dan
kemampuan klien
d. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktivitas
e. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin
f. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan dan kecemasan pada
klien
4. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya fungsi pertahanan tubuh
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Kriteria Hasil : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Berikan istirahat yang adekuat
c. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999). Rencana asuhan keperawatan : Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Carpenito Linda Juall, (1997). Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 6. Jakarta:
EGC.

Hidayat. (2009). Askep anak dengan atrium septal defek (ASD). Online,
http://hidayat2.wordpress.com. Di akses pada tanggal 3 Januari 2011.

Anda mungkin juga menyukai