Kelompok 1 :
Ade Firmansyah
Hanna Alexandra
Kustanto Rismawan
Nining Lestari
Nur Apriyana
Wenny Rosaline
*Pengertian
*Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan
jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya
satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan
fusi septum interventrikuler semasa janin dalam
kandungan. Kebocoran ini terjadi karena
kelambatan dalam pertumbuhannya.
* Etiologi
Penyebab multifaktorial :
* a. Kelainan perkembangan embrionik pada usia lima sampai
delapan minggu
* b. Infeksi ibu selama trimester pertama
* c. Ibu menderita DM dengan ketergantungan pada insulin
* d. Gizi ibu jelek
* e. Radiasi
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III
dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering
menimbulkan dispneu.Gagal jantung biasanya timbul setelah
minggu VI, sering didahului infeksi saluran napas bawah. Bayi
sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan
pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal,
dapat didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran
bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik
yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di
daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase
pengisian cepat.
* KLASIFIKASI
1. Perimembranous, bila lubang terletak didaerah septum
membranous dan sekitarnya.
2. Subarterial Doubly commited, bila lubang terletak
didaerah septum infundibular.
3. Muskuler, bila lubang terletak didaerah septum
muskuler inlet, outlet ataupun trabekuler.
* Gambar kondisi jantung normal dan
Jantung dengan VSD.
* Komplikasi
*a. Endokarditis infektif
*b. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis
pulmonar
*c. Penyakit vaskular paru progresif
*d. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
*e. Infeksi paru gagal jantung kongestif
*f. Eisenmenger’s syndrome
* Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thorax
2. Elektrokardiografi
3. Ekokardiografi
4. Kateterisasi jantung
5. Auskultasi jantung
6. Pemantauan tekanan darah
7. MRI
* Penatalaksanaan
Terapi :
1. Pada VSD kecil :
a. Pantau di poliklinik kardiologi anak, berikan antibiotik.
b. Vasopresor atau vasodilator
c. Pembedahan (tidak ditunda sampai melewati usia pra sekolah)
2. Pada VSD Sedang :
Jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai
umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil.
Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis.
Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6
tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum
permanen.
Biasanya pada keadaan gagal jantung pengobatannya
menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi
transfusieritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi
besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan
spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah
berumur 6 bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen
Operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin
karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila
defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat
sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek
tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat
disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
5. Antibiotic profilaksis → mencegah endokarditis pada
tindakan tertentu.
* Pencegahan VSD
1. Anakdiberikan asupan kalori yang memadai agar mencapai
pertumbuhan yang optimal.
2. Sebelum dan selama hamil ibu menghindari pemakaian alkohol,
merokok dan mengontrol diabetesnya secara teratur.
3. Menurut Artikel Ventricular Septum Defect pasien Small
Ventricular Septum Defect dengan tekanan arteri paru normal,
fungsi ventrikel normal, dan tidak ditemukan lesi memiliki
toleransi aktifitas yang normal dan tidak ada batasan
berolahraga. Sedangkan yang memiliki pulmonary arterial
hypertension biasanya memiliki batasan dalam berolahraga.
Dan juga pada wanita hamil dengan Small Ventricular Septum
Defect tanpa hipertensi paru tidak menimbulkan resiko pada
kehamilan. Sedangkan moderate defects dapat meningkatkan
aliran darah pada paru-paru selama kehamilan
*ASUHAN KEPERAWATAN
* Contoh Kasus
* Anak W (16 th) masuk rumah sakit pada tanggal 19 Mei 2017
dengan keluhan sesak nafas, sesak napas bertambah setelah
berjalan ±10 m, perut terasa penuh, seluruh tubuh nampak
kebiruan, dan pasien sulit tidur. Keluarga menyebutkan bahwa
anak W sering sesak nafas sejak usia 8 tahun, ketika
berolahraga senam dan lari. 2 minggu SMRS dengan gejala yang
muncul seperti di atas anak W diminta untuk melakukan
rontgen thorax dan hasilnya menunjukkan scoliasis thoracalis,
cardiomegali, dan tidak ada efusi pleura. Hasil pengkajian
tanggal 21 Mei 2017 menunjukkan data sesak nafasnya sudah
berkurang, pasien merasa sesak nafas ketika berjalan ke kamar
mandi, nafsu makan pasien pun berkurang, sehingga pasien
hanya mampu menghabiskan ½ porsi makan saja.
* Datayang lain antara lain TB:157 cm; BB:34 kg; IMT:13,79;
LK:52,5; LLA:17 cm; LB:64; LP:60cm; RBC:6,38; MCV:72,8fL;
MCH:24,1g/dl.
* Identitas Pasien
Nama : An. W Suara Jantung : Gallop (S3)
Usia : 16 tahun IMT : 13,79
Tanggal MRS : 19 Mei 2017 LK : 52,5 cm
TB : 157 cm LLA : 17 cm
BB : 34 kg LB : 64
TD : 100/60 mmHG LP : 60cm
Nadi : 110x/mnt RBC : 6,38
RR : 28x/mnt MCV : 72,8fL
MCH : 24,1g/dl
Data Objektif Data Subjektif
- tubuh kebiruan - sesak nafas
- cardiomegali
* Diagnosa Keperawatan dan
Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi
jantung
Intervensi :
a. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
b. Selalu monitor TTV
c. Monitor status cardivaskuler
d. Sediakan terapi anti aritmia berdasarkan kebijakan unit
e. Monitor respon pasien untuk pengobatan anti aritnia
f. Jadwalkan pelatihan dan waktu istirahat untuk mencegah
kelelahan
g. Monitor toleransi aktivitas pasien
h. Instruksikan pasien untuk segera melaporkan pada petugas
jika merasakan ketidaknyamanan di dada
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi :
ketidakseimbangan perfusi
Intervensi :
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Atur Oksigenisasi
c. Cek peralatan dan aliran O2 secara berkala untuk
memastikan aliran sesuai dengan yang dibutuhkan
d. Monitor keefektifan terapi oksigen
e. Monitor kemampuan paisen untuk mentoleransi ketika
oksigen dilepaskan saat makan
f. Monitor kecepatan, pola nafas, ritme, kedalaman, dan
usaha dalam bernafas
g. Auskultasi pola nafas, catat area penurunan /
ketidakseimbangan ventilasi dan adanya suar tambahan
h. Monitor adanya dyspnea
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay
O2
Intervensi :
a. Memantau toleransi aktifitas pasien
b. Instruksikan pasien untuk memberitahukan ketika mengalami nyeri
dada
c. Instruksikan pasien dalam merawat diri saat nyeri dada