Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu
sisi atau
sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding
lateral
cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang
lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi
adalah : (1) conchae superior (2) Media, dan (3) inferior. Tulang-tulang ini dilapisi
oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da os palatinus sedangkan atap cavum
nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana
mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan,
mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf
melewati
lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I
olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang
kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi : (1) Lubang hidung
(2)
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior (3) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa
lubang
diantara concha superior dan media dan diantara concha media dan inferior (4)
sinus
frontalis, diantara concha media dan superior (5) ductus nasolacrimalis, dibawah
concha
inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura
nasalis posterior.
Farinx (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan
sistem
respirasi dan pencernaan.
Laringx (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago
arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis
Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai
jakun. Ujung
batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya
ligamen
thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi
dengan
bagian luar cartilago cricoidea.
Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os
hyoideum.
Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago
cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.
Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju
cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak
dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane
cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi.
Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin
trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago
cricoidea. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol
kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel
silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea
di
bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica
vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan
thyroidea, yang
dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis.
Otot-
otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara
dapat
keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi
tertentu
oleh sinus udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada
reaksi
alergi,
(c) infeksi, misalnya difteri,
(d) tumor, misalnya kanker pita suara.
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan
dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan
corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di
tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20
lingkaran tak-
lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat
beberapa
jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh.jenis sel
yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah
tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama
lewat
di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di
belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris
dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis,
yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
Bronkhiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat
oleh
cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke
tempat
pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis
merupakan
akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-
kira 0,5
s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai
Sakus
Login
Sign Up
|
Log In
/ 6
Search coming
4gen
http://w w w .sc
(auto)
300
1
Scroll
<a title=
CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah.
Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi
pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan- perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau penapasan
jaringan.
Besarnya daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau
4,5 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya
atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan
dihembuskan ke luar pada pernapasan biasa dengan tenang.
Kapasitas tidal. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru
pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital
paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5
liter dan pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada
penyakit paru-paru , pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-
paru) dan pada kelemahan otot pernapasan.
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama. (a)
kimiawi, dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang
pusat pernapasan yang terletak di dalam medula oblongata. Dan kalau dirangsang
maka pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot
pernapasan- yaitu otot diafragma dan otot interkostalis.
Pengendalian oleh saraf. Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam
medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui
beberapa radix saraf servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf
frenikus: dan di bagian yang lebih rendah pada sumsum belakang, impulsnya
berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot
interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit.
Impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh
saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula.
Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan
frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di
dalam sumsum sangat peka pada reaksi : kadar alkali darah harus dipertahankan.
Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam
ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang
bekerja atas otot pernapasan.
Kedua, pengendalian, melalui saraf dan secara kimiawi adalah penting. Tanpa
salah satunya orang tak dapat bernafas terus. Dalam hal paralisa otot
pernapasan (interkostal, dan diafragma), digunakan ventilasi paru-paru atau
suatu alat pernapasan buatan lainnya untuk melanjutkan pernapasan, sebab dada
harus bergerak supaya udara dapat dikeluarmasukkan paru-paru.
Emosi, rasa takut dan sakit misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang
pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat. Hal yang kita
ketahui semua.
Impuls aferen dari kulit menghasilkan efek serupa- bila badan dicelup dalam air
dingin atau menerima guyuran air dingin, maka penarikan napas kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat
dijalankan lama. Oleh sebab gerakannya adalah otomatik. Suatu usaha untuk
menahan napas untuk waktu lama akan gagal karena pertambahan karbondioksida
yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.
Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas
secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada
istirahat sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini
ada kalanya terbalik dan
Gerakan pernapasan. Dua saat terjadi sewaktu pernapasan: (a) inspirasi dan (b)
ekspirasi.
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja
otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu
vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan oleh kontraksi otot
interkostalis, meluaskan rongga dada ke dua sisi dan dari belakang ke depan.
Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar
itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna
diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru
kempes kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah
proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu
membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan
abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat
kembang kempis.
Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut, oksigen dapat diatur
menurut keperluan. Orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak
mendapatkannya selama lebih dari empat menit akan menyebabkan kerusakan
pada otak yang tak dapt diperbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan
genting timbul bila misalnya seorang anak menudungi kepala dan mukanya dengan
kantong plastik dan menjadi mati lemas. Tetapi bila penyediaan oksigen hanya
berkurang, maka pasien menjadi kacau pikiran (menderita anoxia serebralis) Hal
ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam
ruang kapal, di dalam tank atau ruang ketel uap: oksigen yang ada mereka
habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk bernapas atau tidak
dipindahkan ke udara yang normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia
atau disingkat anoxia. Istilah lain adalah hipoxemia atau hipoxia.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang dan
berubah menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga, lengan dan kaki pasien menjadi
kebiru- biruan dan ia disebut menderita sianosis.
6 Votes
FISIOLOGI PERNAFASAN
FISIOLOGI PERNAFASAN
3 proses yang berpengaruh pada proses respirasi, yaitu ;
1. Ventilasi Pulmoner
2. Difusi Gas antara alveoli dan Kapiler Paru
3. Transport O2 dan CO2 melalui darah ke sel – sel jaringan
1. Ventilasi Pulmoner
→ Merupakan proses pertukaran udara antara alveoli dan atmosfir / udara luar.
→ Ventilasi pulmoner akan meningkat slama aktifitas dan dalam keadaan sakit. Hal ini
diikuti pengembangan dada dan usaha bernafas maksimal.
→ Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi otot leher anterior dan kontraksi otot
intercostal external.
→ Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi otot perut anterior.
→ Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah pada klien dengan penyakit obstruksi
saluran pernafasan.
Regulasi Respirasi
Sistem saraf mengatur rata – rata dari ventilasi paru agar sesuai dengan kebutuhan tubuh
( PO2 dan PCO2 ) tetap konstan.
Pusat pengendali pernafasan terletak di medulla oblongata dan pons.
- Volume Pulmoner
Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus respirasi. 500 ml
pada laki – laki dan 400 ml pada wanita.
Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume ( IRV ) : jumlah udara yang
didapat pada inhalasi maksimal, 3100 ml
Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume ( ERV ) : jumlah udara yang
dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml.
Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi, normalnya 1200
ml
- Kapasitas Pulmoner
Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara maksimal dalma paru setelah inspirasi
maksimal : TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml
Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat diekspirasi setelah inspirasi kuat :
VC = TV + IRV + ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml
Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal yang didapat setelah ekspirasi
normal, IC = TV + IRV , 3600 ml
Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara yang tertinggal dalam paru
setelah ekspirasi normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
- Tekanan Pulmoner
Bernafas mengubah tekanan intrapulmonal dan tekanan intraplueral. Perubahan tekanan
tersebut berhubungan dengan perubahan volume paru. Pada saat inspirasi, volume paru
bertambah, dan tekanan intrapulmoner menurun. Sebaliknya, pada saat ekspirasi volume paru
menurun, dan tekanan intrapulmonal meningkat.
2. Difusi Gas
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah.
4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :
1. Ketebalan membran
→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau penyakit
pulmoner yang lain.
→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas.
2. Area permukaan membran
perubahan permukaan membran akan berpengaruh pula terhadap rata – rata difusi.
3. Koefisien difusi gas
Koefisien difusi tergantung dari berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat
berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2.
4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran
perbedaan tekann udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada proses difusi.
Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2 berdifusi ke darah.
Perbedaan normal dari PO2 antara alveoli dan darah adalah 40 mm Hg.
1. Lingkungan / Enviroment
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh pada oksigenasi.
Tempat yang tinggi → tekanan O2 menurun → peningkatan respirasi curah jantung, dan
kedalaman pernafasan.
Panas → dilatasi pembuluh darah perifer → aliran darah ke kulit meningkat sejumlah
hilangnya panas pada permukaan tubuh. Vasodilatasi → memperbesar lumen pembuluh
darah, menurunkan resistensi aliran darah → peningkatan tekanan darah → bertambahnya
cardiac output → bertambanya rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Lingkungan dingin → konstriksi pembuluh darah perifer, menurunkan aktifitas jantung →
berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen.
Polusi Udara contohnya rokok → merangsang timbuknya sakit kepala, pusing, batuk, dan
perasaan tercekik.
2. Latihan / Exercise
Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan heart rate , dan suplai O2 di
dalam tubuh.
3. Emosi / Emotions
Percepatan heart rate mugkin juga merupakan respon dari emosi seperti pada rasa takut,
cemas dan marah → merangsang saraf simpatic untuk merespon kiondisi tersebut.
6. Narcotics
Morphine dan mepedrin hydrocholoride ( demerol ), menurunkan rata – rata dan kedalaman
pernafasan oleh karena depresi pusat respirasi pada medulla. Perawat harus memonitor rata –
rata dan kedalaman pernafasan pada pasien yang mendapatkan analgetik narkotik.
HYPOXIA
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan. Hal ini berhubungan dengan 3 bagian / proses respirasi, yaitu : ventilasi, difusi gas,
atau transport gas oleh darah, dan dapat disebabkan oleh satu atau lebih perubahan kondisi
pada proses tersebut.
Pada tempat yang tinggi, tekanan partial oksigen turun, karena itu tekanan partial alveoli dan
arteri menurun → disebut hypoxic hypoxia.
Penyebab lain hipoxia adalah hipoventilasi yaitu ketidakcukupan ventilasi alveoli oleh karena
penurunan volume tidal. Penurunan volume tidal ( sebagai contoh , pada penyakit otot
respirasi, obat – obatan, atau analgesik ), carbondioksida sering terakumulasi dalam darah.
Hipoxia dapat berkembang ketika kemampuan paru untuk mendifusikan oksigen ke dalam
darah arteri menurun, seperti pada edema pulmonaer, atau akibat dari masalah pembebasan
oksigen ke jaringan.
Obstruksi partial atau seluruh jalan nafas bisa terjadi pada saluran nafas atas maupun bawah.
Obstruksi saluran nafas atas bisa disebabkan oleh benda asing, sperti makanan, lidah jatuh ke
belakang ( pada pasien tidak sadar ), penumpukan sekret pada jalan nafas. Obstruksi jaan
nafas bawah bisa terjadi pada bronkhial dan paru – paru.
PENGKAJIAN
Meliputi :
riwayat keperawatan
pengkajian fisik
pemeriksaan diagnostic
~ Riwayat keperawatan
Meliputi :
a. Masalah Respirasi :
- apakah baru – baru ini pernah mengalami perubhan pola nafas (kesulitan, nafas cepat /
lambat, nafas pendek, perlu posisi tegak untuk bernafas)
- aktifitas yang menyebabkan masalah itu terjadi ?
- zat penyebab polusi
b. Riwayat penyakit pernafasan
- demam, alergi, asma, tuberculosis, bronkhitis, dll
- frekuensi ? berapa lama ? tindakan yang dilakukan ?
c. Masalah cardiovaskuler
- riwayat masalah sirkulasi jantung, atau darah (anemia, hipertensi, penyakit jantung)
d. Gaya hidup
- kebiasaan merokok, jumlahnya
- family → adakah yang merokok ?
- adakah perokok, zat penyebab polusi ( asbes, batu bara, asap, dll )
e. Prosentase batuk
- berapa lama, dan bagaimana terjadinya ?
- produktif atau non produktif ?
- apakah terjadi selama aktifitas atau setiap waktu ?
f. Sputum
- kapan diproduksi ?
- jumlah, warna, kekentalan, bau
- adakah darah ?
g. Nyeri dada
- apakah nyeri terjadi saat beraktifitas atau saat bernafas ?
- lokasi nyeri
- bagaimana perasaan nyeri
- terjadi saat inspirasi atau ekspirasi
- berapa lama, apakah cenderung terjadi saat bernafas
- aktifitas yang menyebabkan nyeri
- usaha untuk mengurangi nyeri
h. Faktor resiko
- keluarga dengan masalah : Ca Paru, penyakit kardiovaskuler. TB, dll
- BB klien, pola aktifitas, diet
i. Riwayat pengobatan
- penggunaan obat → overdosis, obat diindikasikan untuk jantung, tekanan darah, atau
pernafasan ( contohnya : bronkodilator, inhalant, narcotik )
- dosisnya, berapa kali sehari, hasilnya, efek sampingnya ?
~ Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : rata – rata, kedalaman, ritme, usaha, kualitas respirasi, catat posisi klien pada
saat bernafas.
Palpasi : temperatur kulit, fremitus, pengembangan dada, krepitasi, massa, edema, dll.
Percusi : intensitas, tinggi rendahnya suara serta kualitas dan lokasinya
Auskultasi : vesikuler, bronchial, bronchovesikuler, rales, ronchi, lokasi dan perubahan
suara nafas serta saat terjadinya.
~ Pemeriksaan Diagnostik
→ Specimen.
untuk kultur dan sensitifitas → untuk mengidentifikasi mikroorganisme spesific dan
sensitifitas terhadap obat.
Untuk cytology → untuk mengidentifikasi sebab, struktur, fungsi dan patologi sel.
Specimen untuk sitologi didapatkan dari pengumpulan sputum pada pagi hari ( selama 3
hari ) dan dites untuk mengetahui kanker pada paru.
BTA ( Bacil Tahan Asam ) → dengan mengumpulkan sputum tiga hari berturut – turut,
untuk mengindentifikasi presentase TB.
→ Spirometri → tes fungsi paru – paru.
→ BGA ( Blood Gas Analysa ) → PCO2 : 35 – 45 mm Hg
PO2 : 80 – 100 mm Hg
pH : 7,35 – 7,45
→ Pemeriksaan darah : eritrosit, Hb, leukosit, dll
→ Pemeriksaan Visual : Rontgen, Bronchoscopy, Scaning, Flouroskopy.