Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

LANSIA DENGAN HIPERTENSI


“Disusun Guna Memenuhi Tugas Askep Angkatan Semester 6”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SEPTA ADELIA PUTRI


NIM : 1020183130
KELAS : 3C-S1 KEPERAWATAN
SEMESTER : 6

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Jl.Ganesha l Purwosari Kudus Jawa Tengah (59316) | Email : sekretariat@umkudus.ac.id


BAB I
LANDASAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang dilihat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih dua indvidu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010).
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa
fungsi keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005)
yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan
respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami
tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan-batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan
kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber dana keluarga.Mencari sumber2
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan
penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari
tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membebaskan anak
untuk kelanjutan generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga, memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya
3. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima
tugas keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusa
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Tingkat Kemandirian Keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai
dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-
Kes (2006) sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif
a. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
 Saling memuaskan antar pasangan
 Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-
masing pihak
 Merencanakan dengan matang jumlah anak
 Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
 Mempersiapkan biaya persalinan
 Mempersiapkan mental calon orang tua
 Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
 Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi
(ASI ekslusif 6 bln)
 Memberikan kasih sayang
 Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan
keluarga besar masing-masing pasangan
 Pasangan kembali melakukan adaptasi karena
kehadiran anggota keluarga baru termasuk siklus
hubungan sex
 Mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
 Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
 Mulai menanamkan keyakinan beragama
 Mengenalkan kultur keluarga
 Memenuhi kebutuhan bermain anak
 Membantu anak dalam sosialisasi dengan
lingkungan sekitar
 Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
 Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
 Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat
sekolah maupun biaya sekolah
 Membiasakan belajar teratur
 Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolahnya
 Memberikan pengertian pada anak bahwa
pendidikan sangat penting untuk masa depan anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas
dengan lingkungan sekitarnya
6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja
Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana
sekolah/kegiatan di luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang
bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah
ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
 Menjaga keintiman pasangan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
 Saling memberikan perhatian yang menyenangkan
antar pasangan
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
 Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh
cucu
 Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan
adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini
b. Level Pencegahan Perawatan keluarga
Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level
prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)

B. LANSIA
1. Definisi Lansia
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus-menerus
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
(Wulansari, 2011).
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun/lebih,
karena factor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
jasmani, rohani maupun social (Nugroho, 2012).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan, proses menjadi
tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir dimana pada masa ini seseorang akan mengalami
kemunduran fisik, mental, dan social secara bertahap sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari (tahap penurunan). Penurunan merupakan
perubahan kmulatif pada makhluk hidup terasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degenerative. Pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf, dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regenerative yang terbatas, mereka lebih rentan terkena
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain (Kholifah, 2016).
2. Proses Penuaan
Proses penuaan, yaitu :
a. Teori-teori biologi
1) Teori genetic dan mutasi (somatic mutacic theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesies / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel.
2) Reaksi dan kekebalan sendiri (auto immune theory)
Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
oleh suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
3) Teori stress “immunology slow virus” (immunology slow
virus theory)
System imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
4) Teori stress
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang bias
digunakan tubuh, regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stess menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
5) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
6) Teori rantai silang
Sel-sel tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini
menyebabkan berkurangnya elastis, kekacauan-kekacauan
hilangnya fungsi.
7) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan social
1) Aktivitas atau gerakan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social, ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan
pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungannya antara system social dan individu agar tetap
stabil.
2) Kebribadia berlanjut (contuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
3) Teori kebebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa degan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi social lansia menurun baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (miple
loss) yakni kehilangan peran, hambatan, interaksi social,
dan berkurangnya kontak komitmen.
(Depkes RI, 2016)
3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia terdiri dari :
1) Pria lansia yaitu seseorang yang berusia antara 43-59 tahun
2) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun/lebih
3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun
lebih dengan masalah kesehatan
4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga kehidupannya bergantung pada orang lain.
(Depkes RI,2 015)
4. Perubahan pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan social
dan seksual.
5. Tujuan Pelayanan Kesehatan Lansia
Individu dalam tahapan ini memiliki tugas dan perkembangan yang
berbeda, begitu juga dengan lansia. Lansia memiliki tugas perkembangan
untuk mencapai integritas diri yang utuh. Ada 6 jenis tugas perkembangan
yang harus dilakukan oleh lansia, yaitu :
a. Menyesuaikan diri dengan kekuatan fisik dan kesehatan tubuh
yang menurun
b. Menyesuaikan diri dengan mata pension dan pendapatan yang
menurun
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
d. Membentuk hubungan bak dengan orang yang seusianya
e. Mempersiapkan kehidupan baru
f. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social/masyarakat
scara santai

g. Mempersiapkan diri untuk kematiannya

6. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia


Tugas perkembangan keluarga dengan lansia merupakan bagian dari teori
perkembangan keluarga. Menurut Kaakinet, Duff dan Hanson
mendeskripsikan teori perkembangan keluarga dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan tatapan keluarga, kemudian menekankan pada tugas
perkembangan anggota keluarga secara keseluruhan.
Dalam teori perkembangan keluarga, Ouval membaginya menjadi 8 tahap
perkembangan anggota keluarga memiliki tugas perkembangan yang
berbeda-beda. Pada perkembangan keluarga dengan orang lanjut usia
memiliki tugas utama yaitu menjaga hubungan perkembangan keluarga
dengan orang lanjut usia ialah :
a. Menjaga kondisi kesehatan
b. Menjaga keutuhan tempat tinggal
c. Menerima hilangnya orang-orang yang dicintainya
(Kaakinet, et all, 2010)
7. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (midelle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60-71 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
BAB II
TINJAUAN KASUS
(HIPERTENSI)
A. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin,
hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic
90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90
mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih
pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama
pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat
arteriol.

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI
a. Hipertensi esensial / hipertensi primer
Sebanyak 90-95% kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti dengan apa penyebabnya faktor-faktor lain yang
menjadi penyebab hipertensi jenis primer adalah lingkungan,
kelalaian metabolism, intraseluler, dan faktor-faktor yang
meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi
alcohol dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal / hipertensi skunder
Pada 5-10% kasus sisanya, penyebab kasusnya sudah diketahui
yaitu gangguan hormonal penyakit diabetes, jantung, ginjal
penyakit darah atau berhubungan dengan kehamilan.

C. ETIOLOGI
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada
organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi,
hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan
gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat
atau maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok
dan stress Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses
penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vakuler renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada
orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi
antara lain :
a. Keturunan
b. Usia
c. Berat badan
d. Perokok Pola makan
e. dan gaya hidup Aktivitaas olah raga

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang sering muncul pada hipertensi sebagai berikut :
1. Tekanan datah >140/90 mmHg
2. Mudah lelah dan marah
3. Rasa berat di tengkuk
4. Sakit kepala
5. Mata berkunang-kunang
6. Pusing atau migraine
7. Sukar tidur
Gejala-gejala lain akibat komplikasi :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan neurologis
3. Gangguan kesadaran sampai koma

E. PATHOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya moreepineprin mengakibatkan konstruksi
pembuluh darah. Berbagai factor kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah
menjadi angiotensin 2, suatu vasokonstrikto kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
F. PATHWAY

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

Hipertensi

kerusakan vaskuler pembuluh darah

perubahan struktur

penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

gangguan sirkulasi

otak Pembuluh darah

resistensi pembuluh darah sistemik


otak naik
vasokonstriksi
Nyeri akut
Afterload meningkat

Penurunan curah jantung fatique

Intoleransi aktivitas
G. NURSING CARE PLANE
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-
hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c) Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d) Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga
dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu
dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.
Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a. Stressor jaangka pendek dan panjang
1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 5 bulan.
2. Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Penilaian resiko kardiovaskuler : gula darah puasa, profil lipid,
asam urat
b. Penilaian penyebab hipertensi : TSH (Thynid-Stimulating
hormone)
c. Penilaian komplikasi hipertensi : Serum kreatinin untuk
perhitungan Egfr, serum sodium potassium dan kalsium
2. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Elektrokardiografi : digunakan untuk menilai apakah terjadi
komplikasi seperti infark iokard akut atau gagal jantung
b. Foto polos thorak : digunakan untuk menilai apakah terjadi
pembesaran ventrikel atau edema paru
c. Ekokardiografi : digunakan untuk melihat fungsi katup dan bilik
jantung
d. Doppler perifer : digunakan untuk melihat struktur pembuluh
darah, misalnya pada thrombosis vena dalam dan penyakit arteri
perifer
e. USG ginjal : digunakan untuk melihat adanya kelainan pada
ginjal, misalnya batu ginjal atau kista ginjal
f. Skrining hipertensi endokrin
g. CT scan kepala
c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan retensi pembuluh darah di otak
naik
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan akibat afterload
meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique
d. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan secara komprehensif
retensi pembuluh selama masa perawatan termasuk lokasi,
darah di otak naik nyeri berkurang dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
 Skala 1-2 factor presifasi
 Ekpresi wajah 2. Mempertahankan tirah
tenang baring selama fase akut
 Nadi 60- 3. Berikan tindakan non
100×/menit farmakologi untuk
 Klien tidak menghilangkan sakit
gelisah kmepala, misalnya
kompres dingin pada dahi,
pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu
kamar, tekhnik relaksasi.
4. Hilangkan atau
minimalkan aktivitas fase
kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit
kepala, misalnya
mengejam saat bab, batuk
panjang, membungkuk

2. Penurunan curah Setelah dilakukan 1. monitor tanda tanda vital


jantung berhubungan tindakan keperawatan 2. catat adanya disritmia
dengan akibat selama 2×24 jam jantung
afterload meningkat diharapkan dengan 3. catat adanya tanda dan
kriteria hasil : gejala penurunan cardiac
 Tanda vital output
dalam rentang 4. monitor status
normal kardiovaskuler
 Dapat 5. monitor status pernafasan
mentoleransi yang menandakan gagal
aktivitas tidak jantung
ada kelelahan 6. monitor bunyi, jumlah dan
 Tidak ada edema irama jantung
paru, perifer dan
tidak ada asites
 Tidak ada
penurunan
kesadaran
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Kolaborasi dengan tenaga
berhubungan dengan tindakan keperawatan rehabilitasi medic dalam
fatique selama 2×24 jam merencanakan program
diharapkan dengan terapi yang tepat
kriteria hasil : 2. Bantu klien
 berpartisipasi mengidentifikasi aktivitas
dalam aktivitas yang mampu dilakukan
fisik tanpa 3. Bantu untuk memilih
disertai aktivitas konsisten yang
peningkatan sesuai dengan kemampuan
tekanan darah, fisik, psikologis dan social
nadi, RR 4. Bantu untuk
 mampu mengidentifikasi kegiatan
melakukan yang disukai
ADL secara 5. Bantu klien untuk
mandiri membuat jadwal latihan di
 TTV normal waktu luang
 Energy
psikomotor
 Level
kelemahan
H. DAFTAR PUSTAKA
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016).
Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 5 (1) : 20-25.
Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan 2 : Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC
Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Pudiastusi,R.D.2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai