Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PESERTA DIDIK DAN SYARAT-SYARATNYA


PRESFEKTIF HADIST-HADIST NABI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadist Tarbawi 1

Dosen Pengampu :

Mahbub Junaidi, M.Th.I


Disusun Oleh :

Putri Ashfahani 20151015

Muharrom Dwiki Anom 21051011

Achmad Dani 21051059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISIAM DARUL ULUM
LAMONGAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Alhamdulillahi robbilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah
Yang Maha Esa, yang mana telah mencurahkan Nikmat dan Karunia-
Nya kepada kita semua. Tak lupa, sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Semoga kita semua mendapatkan syafa‟at di yaumul akhir. Kami
bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas presentasi
mata kuliah Hadist Tarbawi 1 dengan membuat makalah yang berjudul
“Peserta didik dan syarat-syaratnya prespektif hadist-hadist Nabi.”
Ucapan terima kasih tak lupa kami tujukan kepada Bapak
Mahbub Junaidi, M.Th.I selaku dosen mata kuliah Hadist Tarbawi 1
dan seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
dapat dikatakan jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan serta
kesalahan. Untuk itu, kami perlu kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Lamongan, 2 April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii


BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Peserta Didik Menurut Prespektif Hadist-Hadist Nabi ............................ 2
B. Syarat- Syarat Peserta Didik Dalam Prespektif Hadist-Hadist Nabi ........ 5
BAB III................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................... 7
A. Kesimpulan............................................................................................ 7
B. Saran ..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran dan merupakan catatan
tertulis dari kata-kata, tindakan, dan persetujuan Nabi Muhammad. Oleh karena itu,
hadis memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pemahaman tentang ajaran
Islam.
Peserta didik adalah individu yang mengambil bagian dalam proses pendidikan.
Dalam Islam, pendidikan dilihat sebagai suatu ibadah yang harus dilakukan dengan
penuh kesungguhan dan dedikasi. Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang
peserta didik sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan berjalan dengan baik.
Dalam perspektif hadis, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta
didik. Pertama, peserta didik harus memiliki niat yang baik dan tulus dalam belajar.
Kedua, mereka harus bersikap hormat dan patuh terhadap guru mereka. Ketiga, mereka
harus memiliki kedisiplinan yang baik dan mampu mengatur waktu mereka dengan
baik. Keempat, mereka harus berusaha untuk memahami pelajaran dengan baik dan
tidak hanya menghafal tanpa memahami.
Selain itu, dalam hadis juga terdapat pandangan tentang kualitas pendidikan yang
harus diberikan kepada peserta didik. Pendidikan harus mencakup pembelajaran tentang
ajaran agama, keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Selain itu, pendidikan juga
harus memperhatikan kebutuhan individu dan memberikan dukungan untuk
perkembangan pribadi mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peserta didik dalam prespektif hadist-hadist Nabi
2. Apa saja syarat-syarat Peserta didik dalam Prespektif Hadist-hadist Nabi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peserta didik menurut prespektif hadist-hadist Nabi
2. Untuk mengetahui syarat-syarat peserta didik menurut prespektif hadist-hadist Nabi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peserta Didik Menurut Prespektif Hadist-Hadist Nabi

Peserta didik adalah raw material dalam tranformasi pendidikan. Menurut


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.1
Membicarakan peserta didik, terdapat tiga hal yang penting untuk diperhatikan
yaitu potensi peserta didik, kebutuhan peserta didik, dan sifat peserta didik (Lubis
2016). Peserta didik dalam artian sempit berarti siswa yang belajar di bangku sekolah
saja, sedangkan peserta didik dalam arti yang lebih luas adalah proses pendidikan
sepanjang hayat. Peserta didik merupakan komponen dalam sistem pendidikan
Nasional, kemudian di proses dalam proses pendidikan. Yang berakibat menjadi
manusia yang berkualitas (Hidayah 2014)
Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam ialah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik itu secara fisik, psikis, sosial, dan religius dalam mengarungi
hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam
masa perkembangan menuju kedewasaannya. Maka perlu orang lain untuk
membimbing dirinya agar menjadi dewasa. 2 Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim no 2568 sebagai berikut:

‫ِي ع َْن ا ْل َع ََل ِء ع َْن أ َ ِبي ِه ع َْن أ َ ِبي‬ َّ ‫او ْرد‬َ ‫ع ْب ُد ا ْل َع ِز ِيز َي ْع ِني الد ََّر‬َ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْي َبةُ ْبن‬
ُ‫علَى ا ْل ِف ْط َر ِة َوأَبَ َواهُ بَ ْعد‬ َ ُ‫ان ت َ ِل ُدهُ أ ُ ُّمه‬
ٍ ‫س‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل كُ ُّل إِ ْن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ‫ه َُري َْرةَ أَنَّ َرسُو َل‬
َ ‫َّللا‬
َ ‫ش ْي‬
‫طانُ فِي‬ َّ ‫ان ت َ ِل ُدهُ أ ُ ُّمهُ يَ ْلكُ ُزهُ ال‬ َ ‫س ِل ٌم كُ ُّل إِ ْن‬
ٍ ‫س‬ ْ ‫س ِل َمي ِْن فَ ُم‬
ْ ‫سانِ ِه فَ ِإ ْن كَانَا ُم‬ َ ‫يُه َِودَانِ ِه َويُنَ ِص َرانِ ِه َويُ َم ِج‬1
‫ضنَ ْي ِه ِإ ََّّل َم ْريَ َم َوا ْبنَهَا‬
ْ ‫ِح‬
Artinya: elah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan
kepada kami 'Abdul 'Aziz Ad Darawadri dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah
1
Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah, “Hadis-Hadis Tentang Peserta Didik”, Jurnal Pendidikan
Islam, Volume. 8 No.1 (1 April 2014)
2
Muhammad Husnurridlo Az Zaini dan Nur Saidah, “Karakteristik Peserta Didik Dalam Hadist Nabi
Muhammad Saw”, Jurnal Pendidikan Islam, (Desember, 2021)

2
bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah
lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, dan
Majusi (penyembah api). Apabila kedua orang tuanya muslim, maka anaknya pun
akan menjadi muslim. Setiap bayi yang dilahirkan dipukul oleh setan pada kedua
pinggangnya, kecuali Maryam dan anaknya (Isa).(HR.Muslim)
Hadis tersebut sama dengan teori konvergensi, yaitu setiap anak lahir
dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungannya. Terdapat dua poin pokok dari hadis
tersebut, yaitu pertama, setiap manusia yang lahir memiliki potensi. Kedua, potensi
yang dimiliki oleh anak tersebut dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungannya.(Lubis
2016)
Status anak yang baru lahir tersebut ialah bersih serta fitrahnya Islam. Namun
kedua orang tualah yang mempengaruhinya. Yang menjadikan anaknya Nasrani,
Yahudi maupun Majusi. Fitrah yang dimaksud disini ialah potensi beragama, yaitu
agama yang lurus. Sedangkan dalam pengembangannya adalah tugas dari orang tua
dengan memberikan pendidikan agama kepada anak mereka. Pendidikan agama harus
diberikan semenjak lahir dan pranatal serta membiasakan perilaku anak dalam
keseharianya berperilaku agamis.

Apabila telah terpola dalam pikiran, bahwa agama ialah suatu yang benar, maka
semua hal yang menyangkut agama adalah benar. Konsistensi antara kepercayaan
beragama sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif serta
perilaku terhadap agama adalah sebagai komponen konatif sebagai landasan
pembentukan sikap beragama. (Ramayulis 2015)
Dalam pandangan Islam, potensi sebagai kemampuan yang bersifat umum atau
khusus yaitu, pertama, hidayah wujdaniyah artinya potensi manusia yang berwujud
insting yang melekat serta langsung berfungsi saat lahir; Kedua, hidayah hisysyiyah,
potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam kemampuan indrawi; ketiga,
hidayah aqliyah, potensi akal digunakan untuk berfikir kritis dan berinovasi
menemukan ilmu pengetahuan. Keempat, hidayah diniyah, petunjuk agama yang
diberikan kepada manusi berupa keterangan yang menyangkut keyakinan dan aturan
dalam berbuat. Kelima, hidayah taufiqiyah, hidayah yang bersifat khusus. Maksudnya,
sekalipun agama telah diturunkan kepada manusia, tetapi banyak manusia yang tidak
menggunakan akal dalam mengendalikan agama. Sehingga diharapkan agam selalu
membimbing lurus perilaku manusia serta dalam kendali agama agar hidupnya lurus
sesuai aturan agama. (Ramayulis 2015)

3
Kemudian untuk bisa mengembangkan potensi yang kita miliki Rasulullah
menyuruh kita untuk mempelajari ilmu pengetahuan, sesuai hadis berikut ini:

َ ُ‫ب قَا َل قَا َل ُح َم ْي ُد ْبن‬


‫ع ْب ِد‬ ٍ ‫شهَا‬ ِ ‫س ع َْن اب ِْن‬ َ ُ‫ب ع َْن يُون‬ ٍ ‫س ِعي ُد ْبنُ عُفَي ٍْر قَا َل َح َّدثَنَا ا ْبنُ َو ْه‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َّ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن يُ ِر ْد‬
‫َّللاُ بِ ِه َخي ًْرا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫س ِمعْتُ النَّبِ َّي‬ َ ‫س ِمعْتُ ُمعَا ِويَةَ َخ ِطيبًا يَقُو ُل‬ َ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ
ِ َّ ‫علَى أ َ ْم ِر‬
‫َّللا ََّل يَض ُُّرهُ ْم َم ْن‬ ً ُ
َ ‫َّللاُ يُ ْع ِطي َولَ ْن ت َ َزا َل َه ِذ ِه ْاْل ُ َّمة قَائِ َمة‬ ِ ‫ِين َو ِإنَّ َما أَنَا قَا‬
َّ ‫س ٌم َو‬ ِ ‫يُفَ ِق ْههُ فِي الد‬
ِ َّ ‫َخالَفَ ُه ْم َحتَّى يَأْتِ َي أ َ ْم ُر‬
‫َّللا‬
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman
berkata, aku mendengar Mu'awiyyah memberi khotbah untuk kami, dia berkata, Aku
mendengar Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka
Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang
Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah,
mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga
datang keputusan Allah".(HR.Bukhari)

4
B. Syarat- Syarat Peserta Didik Dalam Prespektif Hadist-Hadist Nabi

Implementasi dalam proses pembelajaran, karakteristik peserta didik dibagi


menjadi tiga, yaitu Ikhlas, Istiqamah, dan Jihad (Budiman 2021); Pertama, Ikhlas
adalah amalan hati. Ikhlas merupakan dasar dan syarat diterimanya amal perbuatan.
Ikhlas adalah menggantungkan segala hal mengenai pembelajaran hanya kepada Allah
Swt. Tanpa didasari oleh sifat ikhlas, peserta didik akan tersesat dan menjadi orang
yang merugi. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim “Amal perbuatan hati adalah
dasar, dan perbuatyan anggota badan merupakan pengikut dan penyempurna saja. Dan
sesungguhnya niat itu bagaikan ruh sedangkan amal perbuatan adalah jasad”
.Kedua, Istiqamah ialah usaha untuk menjaga perbuatan baiknya secara terus
menerus. Menurut al-Maraghi istiqamah memiliki arti yang luas, meliputi segala hal
seperti ilmu, amal dan akhlak mulia. Sebagai peserta didik, selalu bisa istiqamah
dalam belajar, ibadah dan berbuat baik tidaklah mudah. Akan tetapi peserta didik harus
melatih dirinya untuk selalu istiqamah yang dibimbing oleh gurunya.
Ketiga, Jihad bukan hanya diartikan dengan perang membela agama. Belajar
atau menuntut ilmu juga dikategorikan dalam jihad. Bahkan sebagian ulama
berpendapat bahwa jihad dengan ilmu lebih utama dibandingkan dengan jihad
menggunakan senjata. Karena setiap jihad pasti didahului menggunakan ilmu.
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata “menuntut ilmu ialah bagian dari jihad di
jalan Allah, karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal, yakni dengan ilmu dan
berperang dengan bersenjata”. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah. Sebagai berikut:

‫س َم ِعي َل ع َْن ُح َم ْي ِد ب ِْن ص َْخ ٍر ع َْن ا ْل َم ْقبُ ِري ِ ع َْن‬ْ ِ‫ش ْيبَةَ َح َّدثَنَا حَاتِمُ ْبنُ إ‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو بَك ِْر ْبنُ أَبِي‬
‫س ِجدِي َهذَا لَ ْم يَأ ْتِ ِه إِ ََّّل‬ ْ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن جَا َء َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫س ِمعْتُ َرسُو َل‬ َ ‫أ َ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل‬
‫الر ُج ِل‬ َّ ‫َّللا َو َم ْن جَا َء ِلغَي ِْر ذَ ِلكَ فَ ُه َو بِ َم ْن ِزلَ ِة‬ َ ‫ِل َخي ٍْر يَتَعَلَّ ُمهُ أ َ ْو يُعَ ِل ُمهُ فَ ُه َو بِ َم ْن ِزلَ ِة ا ْل ُمجَا ِه ِد فِي‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬
‫غي ِْر ِه‬َ ‫اع‬
ِ َ ‫َي ْنظُ ُر ِإلَى َمت‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Humaid bin Shakhr dari Al
Maqburi dari Abu Hurairah ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬bersabda,"Barang
siapa mendatangi masjidku ini, ia tidak datang kecuali karena sesuatu yang ia pelajari
atau ia ajarkan, maka ia seperti seorang mujahid fi sabillilah. Dan barang siapa
mendatanginya untuk selain itu, maka ia seperti seseorang yang melihat barang milik
orang lain."

5
Dalam belajar kemampuan dari setiap peserta didik berbeda-beda, maka dari itu
sangat dperlukan setiap peserta didik untuk menulis dan menghafal dari setiap ilmu
yang ia dapati. Sebagaimana relevan dengan hadis Nabi berikut ini:

‫ فجاء‬، ‫حناك رجول من أنشور جالسان بيجوار النبي محمد سميث الحديث من رسول هللا‬
‫ في َّلهو حذيفة‬، ‫ نعم رسول هللا‬:‫ لذلك أشتكاء إيَل رسول هللا وقيَلن‬، ‫ واَّلم ياحفوز‬، ‫الحديث‬
‫فقه رسول هللا عطالب المساعيد بياض اَّلمناء‬
. Artinya: “Ada seorang lelaki Anshor duduk di samping Rasulullah SAW
mendengar hadis dari Rasulullah maka hadis itu membuatnya kagum, dan ia tidak
menghafalnya, maka ia mengeluhkannya kepada Rasulullah dan ia berkata: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar hadis darimu, maka hadis itu membuatku
kagum, dan aku tidak menghafalnya. Maka Rasulullah bersabda mintalah bantuan
dengan tangan kananmu. Dan lelaki itu membuat tulisan dengan tangannya.” (HR.
Tirmidzi).
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur,

ُ ‫ص ْي ٌد َوا ْل ِكتَابَةُ قَ ْي ُدهُ * قَيِ ْد‬


ْ‫صيُ ْودَكَ بِا ْل ِحبَا ِل ا ْل َواثِقَه‬ َ ‫ا ْل ِع ْل ُم‬

ِ ِ‫غ َزالَةً َوتَتْ ُر َكهَا بَ ْينَ ا ْل َخَلَئ‬


َ ‫ق‬
ْ‫طا ِلقَه‬ َ ‫فَ ِمنَ ا ْل َح َماقَ ِة أ َ ْن ت َ ِص ْي َد‬

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat


Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafi’i)

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam ialah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik itu secara fisik, psikis, sosial, dan religius dalam mengarungi
hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam
masa perkembangan menuju kedewasaannya. Maka perlu orang lain untuk
membimbing dirinya agar menjadi dewasa

Syarat peserta didik ialah Pertama, Ikhlas adalah amalan hati. Ikhlas merupakan
dasar dan syarat diterimanya amal perbuatan. Ikhlas adalah menggantungkan segala
hal mengenai pembelajaran hanya kepada Allah Swt. Tanpa didasari oleh sifat ikhlas,
peserta didik akan tersesat dan menjadi orang yang merugi.

.Kedua, Istiqamah ialah usaha untuk menjaga perbuatan baiknya secara terus
menerus. Menurut al-Maraghi istiqamah memiliki arti yang luas, meliputi segala hal
seperti ilmu, amal dan akhlak mulia.
Ketiga, Jihad bukan hanya diartikan dengan perang membela agama. Belajar
atau menuntut ilmu juga dikategorikan dalam jihad. Bahkan sebagian ulama
berpendapat bahwa jihad dengan ilmu lebih utama dibandingkan dengan jihad
menggunakan senjata.

B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang
membangun. Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia yang selalu
menjaga atau memelihara Al-Qur’an dengan baik. Sebagai bahan kajian yang baik
maka perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Amiruddin Siahaan dan Nur. 2014. “Hadis-Hadis Tentang Peserta


Didik.” NAdwa : Jurnal Pendidikan Islam 8 (1): 1–17
Husnurridlo Az Zaini, Muhammad dan Saidah, Nur. 2021. Karakteristik Peserta
Didik Dalam Hadist Nabi Muhammad Saw, Jurnal Pendidikan Islam, (2): 99
Lubis, H M Fauzi. 2016. “Takhrij Hadis-Hadis Tentang Peserta Didik.” Al Mufida
I (20):141–58.
Ramayulis. 2015. FIlsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Siahaan, Amiruddin dan Hidayah, Nur. 2014. Hadis-Hadis Tentang Peserta Didik,
Jurnal Pendidikan Islam, (8): 2

Anda mungkin juga menyukai