Dosen Pengampu :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran dan merupakan catatan
tertulis dari kata-kata, tindakan, dan persetujuan Nabi Muhammad. Oleh karena itu,
hadis memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pemahaman tentang ajaran
Islam.
Peserta didik adalah individu yang mengambil bagian dalam proses pendidikan.
Dalam Islam, pendidikan dilihat sebagai suatu ibadah yang harus dilakukan dengan
penuh kesungguhan dan dedikasi. Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang
peserta didik sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan berjalan dengan baik.
Dalam perspektif hadis, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh peserta
didik. Pertama, peserta didik harus memiliki niat yang baik dan tulus dalam belajar.
Kedua, mereka harus bersikap hormat dan patuh terhadap guru mereka. Ketiga, mereka
harus memiliki kedisiplinan yang baik dan mampu mengatur waktu mereka dengan
baik. Keempat, mereka harus berusaha untuk memahami pelajaran dengan baik dan
tidak hanya menghafal tanpa memahami.
Selain itu, dalam hadis juga terdapat pandangan tentang kualitas pendidikan yang
harus diberikan kepada peserta didik. Pendidikan harus mencakup pembelajaran tentang
ajaran agama, keterampilan praktis, dan pengetahuan umum. Selain itu, pendidikan juga
harus memperhatikan kebutuhan individu dan memberikan dukungan untuk
perkembangan pribadi mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu peserta didik dalam prespektif hadist-hadist Nabi
2. Apa saja syarat-syarat Peserta didik dalam Prespektif Hadist-hadist Nabi
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peserta didik menurut prespektif hadist-hadist Nabi
2. Untuk mengetahui syarat-syarat peserta didik menurut prespektif hadist-hadist Nabi
1
BAB II
PEMBAHASAN
ِي ع َْن ا ْل َع ََل ِء ع َْن أ َ ِبي ِه ع َْن أ َ ِبي َّ او ْردَ ع ْب ُد ا ْل َع ِز ِيز َي ْع ِني الد ََّرَ س ِعي ٍد َح َّدثَنَا َ َُح َّدثَنَا قُت َ ْي َبةُ ْبن
ُعلَى ا ْل ِف ْط َر ِة َوأَبَ َواهُ بَ ْعد َ ُان ت َ ِل ُدهُ أ ُ ُّمه
ٍ س َ سلَّ َم قَا َل كُ ُّل إِ ْن
َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى ِ َّ ه َُري َْرةَ أَنَّ َرسُو َل
َ َّللا
َ ش ْي
طانُ فِي َّ ان ت َ ِل ُدهُ أ ُ ُّمهُ يَ ْلكُ ُزهُ ال َ س ِل ٌم كُ ُّل إِ ْن
ٍ س ْ س ِل َمي ِْن فَ ُم
ْ سانِ ِه فَ ِإ ْن كَانَا ُم َ يُه َِودَانِ ِه َويُنَ ِص َرانِ ِه َويُ َم ِج1
ضنَ ْي ِه ِإ ََّّل َم ْريَ َم َوا ْبنَهَا
ْ ِح
Artinya: elah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan
kepada kami 'Abdul 'Aziz Ad Darawadri dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah
1
Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah, “Hadis-Hadis Tentang Peserta Didik”, Jurnal Pendidikan
Islam, Volume. 8 No.1 (1 April 2014)
2
Muhammad Husnurridlo Az Zaini dan Nur Saidah, “Karakteristik Peserta Didik Dalam Hadist Nabi
Muhammad Saw”, Jurnal Pendidikan Islam, (Desember, 2021)
2
bahwasanya Rasulullah ﷺbersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah
lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, dan
Majusi (penyembah api). Apabila kedua orang tuanya muslim, maka anaknya pun
akan menjadi muslim. Setiap bayi yang dilahirkan dipukul oleh setan pada kedua
pinggangnya, kecuali Maryam dan anaknya (Isa).(HR.Muslim)
Hadis tersebut sama dengan teori konvergensi, yaitu setiap anak lahir
dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungannya. Terdapat dua poin pokok dari hadis
tersebut, yaitu pertama, setiap manusia yang lahir memiliki potensi. Kedua, potensi
yang dimiliki oleh anak tersebut dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungannya.(Lubis
2016)
Status anak yang baru lahir tersebut ialah bersih serta fitrahnya Islam. Namun
kedua orang tualah yang mempengaruhinya. Yang menjadikan anaknya Nasrani,
Yahudi maupun Majusi. Fitrah yang dimaksud disini ialah potensi beragama, yaitu
agama yang lurus. Sedangkan dalam pengembangannya adalah tugas dari orang tua
dengan memberikan pendidikan agama kepada anak mereka. Pendidikan agama harus
diberikan semenjak lahir dan pranatal serta membiasakan perilaku anak dalam
keseharianya berperilaku agamis.
Apabila telah terpola dalam pikiran, bahwa agama ialah suatu yang benar, maka
semua hal yang menyangkut agama adalah benar. Konsistensi antara kepercayaan
beragama sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif serta
perilaku terhadap agama adalah sebagai komponen konatif sebagai landasan
pembentukan sikap beragama. (Ramayulis 2015)
Dalam pandangan Islam, potensi sebagai kemampuan yang bersifat umum atau
khusus yaitu, pertama, hidayah wujdaniyah artinya potensi manusia yang berwujud
insting yang melekat serta langsung berfungsi saat lahir; Kedua, hidayah hisysyiyah,
potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam kemampuan indrawi; ketiga,
hidayah aqliyah, potensi akal digunakan untuk berfikir kritis dan berinovasi
menemukan ilmu pengetahuan. Keempat, hidayah diniyah, petunjuk agama yang
diberikan kepada manusi berupa keterangan yang menyangkut keyakinan dan aturan
dalam berbuat. Kelima, hidayah taufiqiyah, hidayah yang bersifat khusus. Maksudnya,
sekalipun agama telah diturunkan kepada manusia, tetapi banyak manusia yang tidak
menggunakan akal dalam mengendalikan agama. Sehingga diharapkan agam selalu
membimbing lurus perilaku manusia serta dalam kendali agama agar hidupnya lurus
sesuai aturan agama. (Ramayulis 2015)
3
Kemudian untuk bisa mengembangkan potensi yang kita miliki Rasulullah
menyuruh kita untuk mempelajari ilmu pengetahuan, sesuai hadis berikut ini:
4
B. Syarat- Syarat Peserta Didik Dalam Prespektif Hadist-Hadist Nabi
س َم ِعي َل ع َْن ُح َم ْي ِد ب ِْن ص َْخ ٍر ع َْن ا ْل َم ْقبُ ِري ِ ع َْنْ ِش ْيبَةَ َح َّدثَنَا حَاتِمُ ْبنُ إ َ َح َّدثَنَا أَبُو بَك ِْر ْبنُ أَبِي
س ِجدِي َهذَا لَ ْم يَأ ْتِ ِه إِ ََّّل ْ سلَّ َم يَقُو ُل َم ْن جَا َء َمَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َّللا
ِ َّ س ِمعْتُ َرسُو َل َ أ َ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل
الر ُج ِل َّ َّللا َو َم ْن جَا َء ِلغَي ِْر ذَ ِلكَ فَ ُه َو بِ َم ْن ِزلَ ِة َ ِل َخي ٍْر يَتَعَلَّ ُمهُ أ َ ْو يُعَ ِل ُمهُ فَ ُه َو بِ َم ْن ِزلَ ِة ا ْل ُمجَا ِه ِد فِي
ِ َّ سبِي ِل
غي ِْر ِهَ اع
ِ َ َي ْنظُ ُر ِإلَى َمت
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Humaid bin Shakhr dari Al
Maqburi dari Abu Hurairah ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺbersabda,"Barang
siapa mendatangi masjidku ini, ia tidak datang kecuali karena sesuatu yang ia pelajari
atau ia ajarkan, maka ia seperti seorang mujahid fi sabillilah. Dan barang siapa
mendatanginya untuk selain itu, maka ia seperti seseorang yang melihat barang milik
orang lain."
5
Dalam belajar kemampuan dari setiap peserta didik berbeda-beda, maka dari itu
sangat dperlukan setiap peserta didik untuk menulis dan menghafal dari setiap ilmu
yang ia dapati. Sebagaimana relevan dengan hadis Nabi berikut ini:
فجاء، حناك رجول من أنشور جالسان بيجوار النبي محمد سميث الحديث من رسول هللا
في َّلهو حذيفة، نعم رسول هللا: لذلك أشتكاء إيَل رسول هللا وقيَلن، واَّلم ياحفوز، الحديث
فقه رسول هللا عطالب المساعيد بياض اَّلمناء
. Artinya: “Ada seorang lelaki Anshor duduk di samping Rasulullah SAW
mendengar hadis dari Rasulullah maka hadis itu membuatnya kagum, dan ia tidak
menghafalnya, maka ia mengeluhkannya kepada Rasulullah dan ia berkata: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku mendengar hadis darimu, maka hadis itu membuatku
kagum, dan aku tidak menghafalnya. Maka Rasulullah bersabda mintalah bantuan
dengan tangan kananmu. Dan lelaki itu membuat tulisan dengan tangannya.” (HR.
Tirmidzi).
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur,
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam ialah anak yang sedang tumbuh
dan berkembang, baik itu secara fisik, psikis, sosial, dan religius dalam mengarungi
hidup di dunia dan akhirat. Ia adalah orang yang belum dewasa dan sedang dalam
masa perkembangan menuju kedewasaannya. Maka perlu orang lain untuk
membimbing dirinya agar menjadi dewasa
Syarat peserta didik ialah Pertama, Ikhlas adalah amalan hati. Ikhlas merupakan
dasar dan syarat diterimanya amal perbuatan. Ikhlas adalah menggantungkan segala
hal mengenai pembelajaran hanya kepada Allah Swt. Tanpa didasari oleh sifat ikhlas,
peserta didik akan tersesat dan menjadi orang yang merugi.
.Kedua, Istiqamah ialah usaha untuk menjaga perbuatan baiknya secara terus
menerus. Menurut al-Maraghi istiqamah memiliki arti yang luas, meliputi segala hal
seperti ilmu, amal dan akhlak mulia.
Ketiga, Jihad bukan hanya diartikan dengan perang membela agama. Belajar
atau menuntut ilmu juga dikategorikan dalam jihad. Bahkan sebagian ulama
berpendapat bahwa jihad dengan ilmu lebih utama dibandingkan dengan jihad
menggunakan senjata.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang
membangun. Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia yang selalu
menjaga atau memelihara Al-Qur’an dengan baik. Sebagai bahan kajian yang baik
maka perlu untuk mengkaji setiap apa yang disajikan di dalamnya.
7
DAFTAR PUSTAKA