Makalah
AKHLAK TASAWUF
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
mana telah mencurahkan Nikmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Tak lupa, Sholawat
serta salam juga kami haturkan kepada nabi muhammad SAW. Dengan kebaikan beliau kita
dituntun dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
presentasi mata kuliah AKHLAK TASAWUF dengan membuat makalah yang berjudul
“KONSEP SABAR DAN SYUKUR”.
Ucapan terima kasih tak lupa kami tujukan kepada Bapak Mokhamad Ali
Musyafa’ah. Lc., M.Pd. selaku dosen mata kuliah AKHLAK TASAWUF dan seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini dapat dikatakan jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan serta
kesalahan. Untuk itu, kami perlu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah yang akan datang.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep sabar dan syukur dalam ajaran Tasawuf adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang dua konsep penting ini dalam Islam. Sabar dan
syukur merupakan konsep yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim,
terutama dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian hidup.
Ajaran Tasawuf menawarkan perspektif yang unik dan mendalam tentang konsep
sabar dan syukur, yang tidak hanya berkaitan dengan aspek spiritual tetapi juga
dengan aspek sosial dan psikologis. Melalui makalah ini, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana sabar dan syukur dapat
membantu seseorang untuk mencapai kedamaian batin dan ketaqwaan yang lebih
tinggi.
Makalah ini juga bertujuan untuk menggali sumber-sumber ajaran Tasawuf
tentang sabar dan syukur, serta bagaimana konsep-konsep ini diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks modern, diharapkan bahwa makalah ini
dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca tentang bagaimana
konsep-konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai
kedamaian batin dan ketaqwaan yang lebih tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah konsep sabar menurut ilmu tasawuf ?
2. Apakah konsep syukur menurut ilmu taswuf ?
3. Dimana letak perbedaan antara sabar dan syukur ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui sabar dalam konsep tasawuf
2. Untuk mengetahui syukur dalam konsep tasawuf
3. Untuk mengetahui letak perbedaan antara keduanya
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dari definisi sabar diatas dapat disimpulkan, yang dimaksud sabar ialah:
Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang disenangi dengan ikhlas dan
ridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan tidaklah dinamakan sabar
orang yang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang sebenarnya ialah sabar
dalam arti menyerah kepada allah dengan lapang dada.
2. Pembagian Sabar
Sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Sabar terhadap maksiat
Yaitu menhan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari
perbuatan hawa nasu, dan menghindarkan diri dari, semua pebuatan yang
mempunyai kemungkinan untuk terjerumus kedalam jurang kehinaan.
1
Amru muhammad kholid, Sabar dan Santun, (jakarta: pustaka al-kautsar) hal 6
2
Supiiana dan karman, Materi Pendidikan Islam, (bandung : rosda 2003) hal 228
3
Thoyib sah saputra dan wahyudin, Aqidah Akhlak, (semarang: toha putra, 2004) hal 175-176
2
b. Sabar dalam menghadapi ibadah
Sabar dalam menghadapi ibadah, dasarnya ialah prinsip-prinsip islam
yang sudah lazim, pelaksanaanya perlu latihan yang tekun dan terus
menerus, seperti latihan shalat, ini merupakan kewajiban yang memerlukan
kesabaran.
c. Sabar dalam menahan diri dari kemunduran
Yaitu menahan diri dari surut kebelakang dan tetap berusaha untuk
mempertahankan sesuatu yang telah di yakininya, misalnya pada saat
membela kebenaran, melindungi kemaslahatan, mempertahankan harta dari
perampok, menjaga nama baik.
3. Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam
diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:
a. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya karena ia mempunyai
daya juang yang tinggi.
b. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan atas
dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia kalah.
c. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu
ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia
bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.
B. Konsep Syukur Dalam Ilmu Tasawuf
1. Pengertian Syukur
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur
mempunyai beberapa makna: 1. Rasa terima kasih kepada Allah 2. Untunglah.4
Sementara menurut Zamakhsyari dalam kitab al-Kasysy f: Syukur menurut
bahasa adalah memuji nikmat secara khusus, yaitu dengan hati, lisan dan
anggota tubuh.5
Kata syukur ( )شكورadalah bentuk masdar dari kata kerja syakara-
yasykuru–syukran- wa syukuran-wa syukranan ( وشكرانا-وشكورا-شكرا- يشكر-شكر
kata kerja ini berakar huruf syin ()شين, Kaf ( )كافdan ra’( )راءyang
4
Tim Redaksi KBBI Edisi ketiga, (Jakarta: Bali Pustaka,2002), hal.1115.
5
Imam Al-Hafidz Abi Bakr Muhammad bin Ja‟far bin Muhammad bin Sahl Al-Samiry, Fadlilati al-Syukri
Lillahi „Ala ni‟matihi wa m yajibu min al-Syukri lilmun‟ami „alaihi, (Damsyiq, DarulFikri, 1982), h.6
3
mengandung makna antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu.6
Sementara secara terminologi, syukur memiliki arti sebagai pengakuan
terhadap nikmat yang dikurniakan oleh Allah disertai dengan ketundukan
kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak
Allah.4 Menurut sebagian ulama, syukur berasal dari kata “syakara”, yang
artinya membuka atau menampakkan. Jadi, hakikat syukur adalah
menampakkan nikmat Allah swt yang dikaruniakan padanya, baik dengan cara
menyebut nikmat tersebut atau dengan cara mempergunakannya di jalan yang
dikehendaki oleh Alah SWT.7
Dalam Ilmu Tasawuf, syukur berarti ucapan, sikap dan perbuatan terima
kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia
yang diberikan-Nya.8 Menurut Imam Ghazali, syukur merupakan salah satu
maqam (stasion stage) yang lebih tinggi, khauf (takut) kepada Allah SWT.dan
lain-lain.
Berdasarkan pemaparan tentang syukur di atas, maka definisi syukur
menurut istilah adalah pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Hakikat
syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan kekufuran adalah
menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti
menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah.
Syukur menurut istilah syara’ adalah pengakuan terhadap nikmat yang
dikaruniakan oleh Allah yang disertakan dengan ketundukan kepada-Nya dan
mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah.9
2. Macam-macam Syukur
Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sangat banyak
dan bentuknya bermacam-macam. Setiap detik yang dilalui manusia di dalam
hidupnya tidak pernah lepas dari nikmat Allah SWT. Nikmat-Nya sangat besar
dan banyak, sehingga bagaimanapun juga manusia tidak akan dapat
menghitungnya (QS.16:18). Sejak manusia lahir ke dunia tidak tahu apa-apa,
kemudian diberi Allah SWT. pendengaran, penglihatan dan hati (QS.16:78)
6
Abdul Syukur, Dahsyatnya Sabar dan Syukur dan Ikhlas (Jogjakarta, Sabil 2013).hal.43
7
Ida Fitri Shobihah, “Dinamika Syukur pada Ulama Yogyakarta”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora UIN Sunan Kaliaga, 2013), h.23.
8
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve ,2001), jilid 6, hal 17.
9
https://www.suduthukum.com>featured>hikmah,imu diakses tgl.27-2-2018
4
sampai meninggal dunia menghadap Allah SWT di akhirat kelakia tidak akan
lepas dari nikmat Allah SWT.
Secara garis besar nikmat itu dibagi menjadi dua, yaitu nikmat yang
menjadi tujuan dan nikmat yang menjadi alat untuk mencapai tujuan. Nikmat
dan tujuan utama yang ingin dicapai oleh umat Islam ialah kebahagiaan di
akhirat. Adapun ciri-ciri nikmat ini adalah:
a. Kekal,
b. Diliputi oleh kebahagiaan dan kesenangan,
c. Sesuatu yang mungkin dapat dicapai,
d. Dapat memenuhi segala kebutuhan manusia.
10
Ensiklopedi Islam, hal.17.
5
Perilaku yang baik, santun, jujur, ramah tamah dalam bagian bagian dari rasa
syukur itu sendiri. Hal ke tiga inilah yang paling penting dalam kehidupan kita
sekarang ini. Sehingga Allah memerintahkan keluarga Dāwūd untuk beramal
sebagai wujud syukurnya . (QS.Saba/34:13).11
Syukur kepada Allah secara sempurna adalah pekerjaan yang sangat sulit.
Oleh karena itu Allah tidak memuji hamba-hamba-Nya dengan syukur dalam
al-Qur‟an kecuali dua saja yaitu Nabi Ibrahim as. (QS.An- Nahl/16:121)12 dan
Nabi Nuh as. (QS.al-Isr /17:3)13
3. Manfa’at Syukur
a. Allah SWT akan menambah nikmat-Nya
Allah SWT berjanji bahwa Dia akan menambah nikmat yang telah
diberikan jika kita mensyukurinya. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]:7)
b. Allah SWT tidak menyiksa hamba yang bersyukur dan beriman
Jika seorang hamba adalah orang beriman dan selalu bersyukur maka
Allah Swt tidak akan menyiksa hamba itu. Bahkan, Allah Swt memberi
pahala atas amal-amalnya, menambahkan nikmat-Nya, dan memaafkan
kesalahannya. “Mengapa Allah SWT akan menyiksamu, jika kamu
bersyukur dan beriman? Dan Allah Swt adalah Maha Mensyukuri lagi
Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa [4]:147)
11
Khalid Syamhudi, artikel,www.salamdakwah.com, diakses tanggal 14-3-2018.
12
M Quraish Shihab, Al-Qur‟an & Maknanya, (Tangerang: PT Lentera, Hati, 2013) h.281
13
Ibid.h.282
6
c. Manfaat bersyukur kembali pada diri sendiri
Sejatinya orang bersyukur akan merasakan manfaatnya bagi dirinya
sendiri, berupa ketenangan, kedamaian, kebahagiaan hidup. Jika kita tahu
bahwa balasannya adalah untuk kita sendiri tentu sepanjang hidup kita
akan selalu bersyukur. “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah
kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Luqman [31]: 12)
d. Bersyukur dapat melestarikan nikmat
Dengan bersyukur, Allah Swt akan melestarikan nikmat tersebut
kepada hamba-Nya dan tidak mencabut nikmat terebut darinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “bersyukur atas nikmat Allah Swt
akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. ad-Dailami)
e. Memiliki derajat yang sama dengan orang puasa
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang makan dan pandai
bersyukur derajatnya sama dengan orang puasa yang sabar.” (HR.
Tirmidzi).
f. Balasan bersyukur adalah mendapat nikmat
“Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah kami memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Qamar [54]: 35)
g. Allah SWT memperlihatkan tanda kebesaran-Nya bagi hamba yang
bersyukur
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran
(Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-A‟raaf [7]: 58)
h. Allah SWT pasti memberi balasan orang yang bersyukur
Orang yang bersyukur pasti akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman: “Sesuatu
yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki
pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
7
pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur (Qs. Ali Imran [3]: 145) 14
C. Perbedaan Antara Sabar dan Syukur
Sabar dan syukur adalah dua konsep yang sangat penting dalam agama Islam.
Meskipun keduanya sering dianggap sama, namun keduanya memiliki perbedaan
yang cukup signifikan. Sabar ( )صبرmerujuk pada kesabaran dan ketahanan dalam
menghadapi kesulitan, tantangan, atau cobaan. Sabar memerlukan ketekunan,
ketabahan, dan ketenangan dalam menghadapi setiap situasi sulit. Sabar juga dapat
diartikan sebagai menahan diri dari melakukan sesuatu yang tidak diinginkan atau
berbahaya.
Syukur ( )شكرmerujuk pada rasa syukur atau rasa terima kasih kepada Allah
SWT atas nikmat-nikmat yang diberikan. Syukur juga berarti mengakui bahwa
semua yang kita miliki berasal dari Allah SWT dan kita tidak dapat
memperolehnya tanpa izin-Nya. Syukur juga termasuk tindakan menghargai dan
memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Perbedaan utama antara sabar dan syukur adalah bahwa sabar berkaitan
dengan menghadapi kesulitan atau cobaan, sementara syukur berkaitan dengan
menghargai nikmat dan berterima kasih kepada Allah SWT. Sabar melibatkan
kesabaran dan ketahanan dalam menghadapi rintangan, sedangkan syukur
melibatkan pengakuan dan penghargaan atas nikmat yang diberikan. 15
14
Yusuf Mansur , Manfaat bersyukur dalam www.yusufmansur.net/2014/09/manfaat- bersyukur.html diakses
Pebruari 07-2018
15
Kemenag RI. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Al-Quran. Jakarta: Kementerian Agama RI.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam tasawuf, kedua konsep ini saling berkaitan dan membentuk sikap yang
seimbang dalam hidup, yaitu sikap sabar dalam menghadapi ujian dan sikap syukur
atas nikmat yang telah diberikan. Dengan memiliki sikap sabar dan syukur,
seseorang dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan dalam hidupnya.
Namun, tidaklah mudah untuk mencapai kedua konsep ini dalam kehidupan
sehari-hari. Diperlukan latihan dan pengendalian diri yang terus-menerus agar sikap
sabar dan syukur dapat menjadi bawaan alami dalam diri seseorang. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya yang terus-menerus dalam menjaga dan mengembangkan kedua
konsep ini dalam diri kita.
B. SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syukur, Dahsyatnya Sabar dan Syukur dan Ikhlas (Jogjakarta, Sabil
2013).hal.43.
Amru muhammad kholid, Sabar dan Santun, (jakarta: pustaka al-kautsar), hal 6.
Imam Al-Hafidz Abi Bakr Muhammad bin Ja‟far bin Muhammad bin Sahl Al-
Samiry, Fadlilati al-Syukri Lillahi „Ala ni‟matihi wa m yajibu min al-Syukri
lilmun‟ami „alaihi, (Damsyiq, DarulFikri, 1982), h.6
Kemenag RI. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Al-Quran. Jakarta:
Kementerian Agama RI.
Supiiana dan Karman, Materi Pendidikan Islam, (bandung : rosda 2003), hal 228.
Thoyib sah saputra dan wahyudin, Aqidah Akhlak, (semarang: toha putra, 2004),
hal 175-176.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve ,2001), jilid
6, hal 17.
10