Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HIDUP BAHAGIA DENGAN SABAR DAN SYUKUR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Oleh :

NUR AZIZAH

131232160026190178

Pembimbing :

DESI KUSUMAWARDANI, S.E.

Tarbiyatul Mu’allimin Wal


Mu’allimat Al – Islami Annajah
Pesantren Islam Hidayatunnajah

i
Bekasi

LEMBAR PENGESAHAN

“ HIDUP BAHAGIA DENGAN SABAR DAN SYUKUR “

Disusun Oleh :

Nur Azizah

Disetujui Oleh :

Wakil Direktur TMI Annajah

Mahdi Zulkifli, Lc,

Kepala Madrasah Aliyah

Syaifurrahman, M. Pd. I

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Apa Itu Sabar................................................................................................3
B. Keutamaan Sabar..........................................................................................4
C. Hal-hal yang membutuhkan kesabaran, dan betapa seorang hamba
membutuhkan kesabaran......................................................................................7
D. Apa Itu Rasa Syukur...................................................................................13
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah semesta alam yang selalu mencurahkan kelimpahan rahmat
dan karunia-Nya serta pertolongan kepada para hambanya yang merupakan sebaik-baik
pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Hidup
Bahagia dengan Sabar dan Syukur".

Seiring dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini, saya selaku penulis tak
lupa menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua Penulis, Ayahanda Hindarman dan Ibunda Ika Sastriani, yang
selalu sabar mendidik dan selalu mendoakan kesuksesan dan keberhasilan untuk Penulis.
2. Mudir Pesantren Islam Hidayatunnajah Ustadz Sholahuddin Nasution, Lc.,
Penasehat Pendidikan Ustadz Fatullah, M.Pd., Direktur TMI An-najah Ustadz Mahdi
Zulkifli, Lc., kepada sekolah MA An-najah Ustadz Syaifurrahman, M.Pd.I., yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menulis karya tulis ini.
3. Ustadzah Desi Kusumawardani, S.E., selaku pembimbing karya tulis, yang telah
sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan benar.
4. Para ustadz dan ustadzah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat tanpa
pamrih kepada penulis.
5. Teman-teman penulis yang selalu mewarnai hari-hari penulis dengan cerita dan
canda tawa serta atas saran dan kritik yang bermanfaat untuk penulis.
6. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebut satu persatu yang telah memberi
dukungan dan motivasi kepada penulis.

Meskipun masih banyak terdapat kesalahan dalam merangkai kata-kata dan penulisan.
Penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pembaca.

Bekasi, 3 Januari 2022


Penulis,

iv
Nur Azizah

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya Allah Subhanallahu Wa Ta'ala menciptakan manusia dengan


berbagai ujian yang berbeda setiap tingkatannya bukan untuk membuat hambanya
lelah, namun Allah memberi ganjaran pada setiap ujian yang diberikan-Nya sesuai
dengan bagaimana seorang hamba menjalaninya.
Allah berfirman:

(٩٦) B‫ َن‬B‫ و‬Bُ‫ ل‬B‫ َم‬B‫ ْع‬Bَ‫ ي‬B‫ا‬B‫ و‬Bُ‫ن‬B‫ ا‬B‫ َك‬B‫ ا‬B‫ َم‬B‫ ِن‬B‫ َس‬B‫ح‬Bْ Bَ‫ أ‬Bِ‫ ب‬B‫ ْم‬Bُ‫ ه‬B‫ر‬Bَ B‫ج‬Bْ Bَ‫ أ‬B‫ا‬B‫ و‬B‫ ُر‬Bَ‫ ب‬B‫ص‬
َ B‫ن‬Bَ B‫ ي‬B‫ ِذ‬Bَّ‫ل‬B‫ ا‬B‫ َّن‬Bَ‫ ي‬B‫ ِز‬B‫ج‬Bْ Bَ‫ ن‬Bَ‫ ل‬B‫… َو‬

"Sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar


dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (Q.S.
An-nahl: 96)

Tapi tidak semudah itu, banyak di antara manusia di dunia ini yang tidak
mengetahui apa itu hakikat sabar dan syukur dalam menjalani masalah-masalah
yang sedang mereka hadapi. Dua sifat inilah yang seharusnya ada pada diri setiap
muslim tapi nyatanya paling berat dilakukan. Padahal Rasulullah ‫ﷺ‬
sendiri menyebutkan bahwa "Iman terdiri dari dua bagian: Sebagian berupa sabar
dan sebagian lagi dari rasa syukur", Ali bin Abi Tholib menyatakan "Kedudukan
sabar terhadap iman itu laksana kedudukan kepala terhadap tubuh. Tidak ada
tubuh bagi seseorang yang tidak berkepala dan tidak ada iman bagi seseorang
yang tidak memiliki kesabaran". Dan memang setinggi dan sepenting itu posisi
sabar dalam agama Islam. Rasa syukur yang juga sangat bermakna dan indah saat
seseorang benar-benar merasakan nikmat Iman dari sabar dan syukur. Sabar itu
sendiri mengandung dua makna, yaitu menahan diri dari berbuat maksiat atau
yang akan mendatangkan mudharat di kemudian hari, maupun tabah dalam
menghadapi musibah. Sedangkan rasa syukur sendiri diperlukan terhadap hal-hal
yang bermanfaat di kedua kehidupan itu, dalam pandangan syukur adalah separuh
iman. Ibnu Mas'ud mengatakan iman itu dibagi dua: sabar dan syukur.

1
Pada makalah ini saya akan membahas secara singkat dua persoalan penting
yang sengaja saya angkat menjadi materi karya tulis ilmiah ini. Saya banyak
berharap kepada para pembaca melalui buku ini semoga dengan bersama kita bisa
menjadi pribadi yang sabar dan mudah bersyukur hingga memenuhi janji Allah
kelak. Aamiin.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini:


1. Apa itu sabar?
2. Apa sajakah keutamaan sabar?
3. Apa sajakah hal yang membutuhkan kesabaran dan apakah kita butuh?
4. Apa itu rasa syukur?
5. Apa sajakah keutamaan rasa syukur?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari karya ilmiah ini:


1. Untuk mengetahui apa arti dari sifat sabar
2. Untuk mengetahui keutamaan-keutamaan sabar
3. Untuk mengetahui apa saja hal yang memerlukan sabar.
4. Untuk mengetahui apa arti dari rasa syukur
5. Untuk mengetahui keutamaan-keutamaan rasa syukur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari karya ilmiah ini:


1. Agar dapat mengetahui apa arti dari sifat sabar
2. Agar orang-orang dapat mengetahui keutamaan-keutamaan sabar yang
dilakukan dalam kegiatan sehari-hari
3. Mengetahui hal-hal yang membutuhkan sabar dan bagaimana kita seorang
hamba sangat membutuhkan sabar dalam menghadapinya
4. Agar dapat mengetahui arti atau makna dari syukur
5. Agar orang dapat mengetahui banyaknya keutamaan-keutamaan yang besar
dalam rasa syukur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa Itu Sabar

Allah Ta’ala telah menjelaskan orang-orang yang sabar dengan beberapa


sifat. Di dalam Al-Quran Allah menyebut-nyebut tentang sabar lebih dari 70 kali
pada beberapa tempat. Bahkan Allah juga mengaitkan berbagai derajat dan
kebajikan dengan kesabaran sebagai hasilnya.
Sabar adalah tahapan penting bagi mereka bahkan kita yang meniti jalan
agama dan tempat pemberhentian bagi para peniti jalan ini. Sabar itu sendiri adalah
suatu sikap menahan emosi, hawa nafsu, dan keinginan, serta bertahan dalam
situasi sulit dengan tidak mengeluh dan berserah diri kepada Allah Ta’ala. Sabar
merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap
terpuji yang bernilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang
memilikinya. Semakin tinggi kesabaran seseorang maka semakin kokoh juga ia
dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sabar
juga berkaitan dengan tingkah laku pribadi positif yang ditonjolkan oleh individu
atau seseorang.
Sesungguhnya sabar adalah salah satu maqam atau kedudukan para orang-
orang yang menempuh jalan Allah seluruh maqam itu pada dasarnya terdiri dari
tiga hal, yakni makrifat, hal ihwal, dan amal perbuatan. Makrifat adalah pokok yang
menimbulkan hal-ihwal dan hal-ihwal lah yang membuahkan amal perbuatan.
Mahrifat itu laksana batang pohon, hal ihwal seperti dahannya, sedangkan amal
perbuatan laksana buahnya. Inilah yang berlaku pada semua maqam parasalikin.
Sifat yang membedakan manusia dari binatang dalam menundukkan dan
memaksa ini, disebut sebagai dorongan agama. Dan sifat yang menuntut
terpenuhinya kesenangan-kesenangan nafsu kita yang disebut sebagai nafsu
syahwat.
Sementara itu, sabar disebutkan sebagai separuh dari iman. Ini berdasarkan
dua pandangan dan dua pemakaian kata:
Pertama, iman dikatakan secara mutlak sebagai semua pembenaran dan amal
saleh karena itu, iman memiliki dua rukun, yaitu: yakin dan sabar.

3
Yang dimaksud dengan yakin adalah berbagai pengetahuan pasti yang
dihasilkan lewat petunjuk Allah terhadap hambanya pokok-pokok agama. Dan yang
dimaksud dengan sabar adalah amal perbuatan yang timbul karena tuntutan
keyakinan. Ini karena keyakinan memberi pengertian kepadanya bahwa perbuatan
maksiat itu menimbulkan mudharat, dan ketaatan itu mendatangkan manfaat. Tidak
mungkin bisa meninggalkan perbuatan maksiat dan rajin melakukan ketaatan tanpa
ada kesabaran.
Kedua, iman diartikan secara mutlak sebagai hal-ihwal yang membuahkan
amal-amal perbuatan, bukan membuahkan pengetahuan. Pada saat itu, segala
sesuatu yang dihadapi oleh seseorang terbagi menjadi dua. Ada yang mendatangkan
manfaat baginya di dunia dan akhirat, dan yang menimbulkan mudharat kepadanya
dunia dan akhirat.
Berdasarkan hal inilah Ibnu Mas'ud mengatakan, "Iman itu terdiri dari dua
bagian, sebagian adalah sabar dan sebagian yang lain adalah syukur". Kedudukan
sabar yang tinggi juga pentingnya sabar dalam agama Allah sekaligus dalam
kehidupan seseorang mukmin, terasa berat dalam jiwa, dan namanya sesuai dengan
rasanya oleh karena itulah perlu diwasiatkan. Juga diingatkan bagi orang-orang
yang beriman, sehingga ia mampu membangkitkan hati yang telah mati karena
itulah sabar banyak diungkapkan secara beriringan dengan keduanya yaitu nilai
islam dan akhlak yang mulia.

B. Keutamaan Sabar

Allah Ta'ala merangkai kebahagiaan dunia dan akhirat di atas kesabaran


dengan berbagai macam keutamaan yang luar biasa seperti firman Allah Ta'ala:

1. Allah bersama orang-orang yang sabar

ّ ٰ ‫اِ َّن هّٰللا َ َم َع ال‬


(١٥٣) َ‫صبِ ِر ْين‬

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS Al-Baqarah: 153)

4
2. Allah ta'ala menjamin pertolongan bagi orang-orang yang bersabar. Allah
ta'ala berfirman:

ٍ ‫َصبِر ُۡوا َوتَتَّقُ ۡوا َويَ ۡاتُ ۡو ُكمۡ ِّم ۡن فَ ۡو ِر ِهمۡ ٰه َذا يُمۡ ِد ۡد ُكمۡ َربُّ ُكمۡ بِ َخمۡ َس ِة ٰااَل‬
‫ف ِّمنَ َو َما‬ ۡ ‫بَ ٰلٓى ۙ اِ ۡن ت‬
َ‫ َك ِة ُم َس ِّو ِم ۡين‬Bِ‫) ۡال َم ٰلٓ ِٕٕٮ‬١٢٥( ‫ َّن قُلُ ۡوبُ ُكمۡ بِ ٖه َو َما‬Bِ‫َج َعلَهُ هّٰللا ُ اِاَّل ب ُۡش ٰرى لَـ ُكمۡ َولِت َۡط َم ِٕٕٮ‬
(١٢٦) ‫ص ُر اِاَّل ِم ۡن ِع ۡن ِد هّٰللا ِ ۡل َع ِز ۡي ِز ۡال َح ِك ۡي ۙ ِم‬
ۡ َّ‫الن‬

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang
menyerahkan kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan
pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi
(kemenangan) mu dan agar tentram hatimu karenanya dan kemenanganmu itu
hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Ali Imran:
125-126).
3. Rahmat Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Allah juga akan
menjamin petunjuk untuknya dan juga memberikan kabar gembira dengan
derajat tinggi di akhirat kelak, dan pertolongan senantiasa bersama kesabaran,
kesabaran memanglah suatu hal yang tidak mudah. Tapi yang terbaik di
antara manusia adalah orang yang sabar atas semua takdir yang Allah berikan
kepadanya, dengan balasan lebih dari apa yang ia lakukan. Sungguh
menakjubkan jika seseorang mukmin ketika mendapat kebahagiaan, maka dia
bersyukur dan jika dia mendapatkan keburukan maka dia bersabar.
4. Orang yang bersabar berhak masuk ke dalam surga dan itulah titik akhir
kesuksesan yang gemilang dari Allah dalam Firman-Nya:

ٓ
(٧٥) ‫ُوا َويُلَقَّوْ نَ فِيهَا تَ ِحيَّةً َو َس ٰلَ ًما‬
۟ ‫صبَر‬ َ ِ‫أُ ۟و ٰلَئ‬
َ ‫ك يُجْ َزوْ نَ ْٱل ُغرْ فَةَ بِ َما‬

"Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam
surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan
dan ucapan selamat di dalamnya" (Q.S. Al-Furqan: 75)

Allah Ta’ala berfirman

ٓ
ٍ ‫ َكةُ يَ ۡد ُخلُ ۡونَ َعلَ ۡي ِهمۡ ِّم ۡن ُك ِّل بَا‬Bِ‫) َو ۡال َم ٰل ِٕٕٮ‬٢٣( ؕ‫ار‬
(٢٤)‫ب‬ ۡ َ ‫َس ٰل ٌم َعلَ ۡي ُكمۡ بِ َما‬
ِ ‫صبَ ۡرتُمۡ‌ فَنِ ۡع َم ُعقبَى ال َّد‬

5
“Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu
(sambil mengucapkan), salamun' alaikum bima shabartum (keselamatan atas
kalian karena kesabaran kalian) maka alangkah baiknya tempat kesudahan
itu” (QS. Ar-Ra'du: 23-24)

Setiap ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala itu pahalanya sudah
ditentukan dan dihitung, kecuali sabar karena puasa termasuk bagian dari sabar
maka Allah berfirman "Puasa itu untuk-ku dan akulah yang akan membalasnya".
Allah menisbatkan puasa kepada diri-Nya di antara ibadah-ibadah lainnya dan
Allah berjanji kepada orang-orang yang bersabar bahwa dia akan bersama mereka.
Firman-Nya:

َّ ٰ ‫ا ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬B۟‫َوٱصْ بِر ُٓو‬


(٤٦) َ‫صبِ ِرين‬

"Dan bersabarlah: Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar". (Al-Anfal: 46).

Sungguh itu adalah perkataan Allah dan itu adalah hal yang benar dan pasti
balasan untuk orang-orang sabar.

Sementara mengenai atsar yang terkaik dengan sabar yang sesungguhnya


didapati dalam Sepucuk Surat yang dikirim oleh Umar Ibnul Khattab kepada Abu
Musa Al - Asy'ari. "Hendaklah kamu selalu bersabar dan ketahuilah, sungguh itu
ada dua. Salah satunya lebih utama daripada yang lain. Sabar menghadapi musibah
memang sangat baik tetapi yang lebih utama lagi ialah sabar menghadapi hal-hal
yang diharamkan oleh Allah ta'ala. Ketahuilah sesungguhnya sabar adalah tiang
iman, taqwa adalah kebajikan yang paling utama dan taqwa yang paling utama, dan
takwa itu harus dengan kesabaran”.

Ali Bin Abi Thalib mengatakan, ”Iman ditegakkan atas empat pilar yaitu
keyakinan, kesabaran, dan keadilan". Ali juga berkata "Kedudukan sabar terhadap
iman itu laksana kedudukan kepala terhadap tubuh. Tidak ada tubuh bagi seseorang
yang tidak berkepala dan tidak ada Iman bagi orang yang tidak memiliki
kesabaran".

6
Umar juga mengatakan, "Betapa baiknya dua pikulan yang sama beratnya,
dan betapa baiknya tambahan bagi orang-orang yang bersabar". Yang dimaksud
dengan dua pikulan yang sama adalah ampunan dan rahmat, dan yang dimaksud
dengan tambahan adalah petunjuk, dan tambahan itu adalah apa yang dibawa di
atas dua pikulan yang sama beratnya dan di atasnya.

Abu Darda mengatakan, "Puncak iman adalah sabar terhadap hukum Allah
dan ridha terhadap ketentuan-Nya".

Itulah penjelasan tentang sabar dari segi dalil Naql (ayat, hadits, dan atsar).
Sementara dari pandangan akal, sabar itu adalah hal yang sering dikatakan namun
melakukannya adalah hal yang sangat besar. Bersabar dengan segala musibah,
ketetapan, menahan dalam maksiat, dan berusaha taat dengan segala perintah Allah
dan menghindari segala hal yang dimurkai-Nya dan setelah ini kita akan membahas
apa saja hal yang membutuhkan kesabaran dan betapa seorang hamba
membutuhkan kesabaran.

C. Hal-hal yang membutuhkan kesabaran, dan betapa seorang hamba


membutuhkan kesabaran

Sesungguhnya segala sesuatu yang dialami oleh seseorang dalam kehidupan


ini tidak terlepas dari dua hal:
1. Hal-hal yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya.
2. Hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan nafsu bahkan tidak menyukainya
Dan dari kedua hal tersebut sangat dibutuhkan kesabaran dan dalam segala
keadaan seseorang tidak lepas dari salah satu di antara dua hal tersebut atau bahkan
dari keduanya.

Untuk yang pertama, yaitu yang sesuai dengan keinginan nafsu, yakni berupa
kesehatan, keselamatan, harta benda, kedudukan, banyak keluarga, banyaknya
pengikut, banyaknya pendukung dan kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya.
Seseorang sangat membutuhkan kesabaran dalam menghadapi hal-hal tersebut.
Karena itu berada pada seseorang dan dia tidak bisa menahan diri dan lepas kontrol
karena sifat asli dari manusia adalah sangat cenderung dan serakah. Pada hal itu
maka dia akan terseret pada sikap sombong dan tindakan berlebihan.

7
Seseorang benar-benar akan bertindak dan melakukan hal melampaui batas
manakala melihat dirinya merasa serba cukup. Ada seorang arifin mengatakan,
"Setiap orang mukmin mungkin bisa bersabar menghadapi cobaan, tetapi hanya
mukmin sejati yang bisa bersabar menghadapi kondisi sehat wal'afiat".

Sahal mengatakan, "Sabar menghadapi keadaan sehat walafiat itu lebih berat
daripada sabar menghadapi cobaan".

Ketika pintu-pintu kemudahan duniawi dibuka kepada para sahabat, dengan


sadar mereka berkata, "Kita pernah diuji dengan cobaan kemiskinan dan ternyata
kita mampu bersabar. Sekarang giliran kita diuji dengan cobaan harta dan ternyata
kita tidak mampu bersabar". Itulah Mengapa Allah memerintahkan hamba-
hambaNya dari fitnah, harta benda, istri, dan anak. Allah Ta'ala berfirman,

ٓ
َ ِ‫ك فَأ ُ ۟و ٰلَئ‬
‫ك‬ َ ِ‫وا اَل تُ ْل ِه ُك ْم أَ ْم ٰ َولُ ُك ْم َوٓاَل أَوْ ٰلَ ُد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ۚ َو َمن يَ ْف َعلْ ٰ َذل‬
۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ

 (٩) َ‫هُ ُم ْٱل ٰخَ ِسرُون‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta-bendamu dan anak-anakmu


melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (Al-munafiqun: 9)

Dan Rasulullah SAW bersabda "Anak itu dapat membuat (seseorang menjadi)
kikir, menjadi pengecut, dan menjadi sedih”. (H.R. Abu Ya'lu)

Ketika Rasulullah melihat cucunya, Hasan terjatuh karena kainnya, beliau


segera turun dari mimbar lalu memeluknya seraya bersabda, "Maha benar Allah
atas firman-Nya. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu). Sungguh ketika melihat cucuku terjatuh, aku tidak tahan untuk tidak
memeluknya". Dalam kisah tersebut terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
berakal.

Sesungguhnya seorang muslim yang sejati adalah yang sabar dalam


menghadapi kondisi sehat. Maksudnya ia tidak boleh terjebak olehnya dan harus
sabar bahwa hal itu adalah titipan yang ada padanya, yang sewaktu-waktu bisa
diminta kembali dan tidak boleh memanfaatkan hal itu untuk bersenang-senang

8
sepuasnya dan bermain-main seenaknya. Harus tetap memperhatikan hak-hak Allah
terhadap hartanya dengan cara membelanjakan dalam kebenaran dan kebaikan.
Demikian pula dengan semua yang telah Allah karuniakan sabar seperti ini
berkaitan dengan syukur. Sabar tidak bisa dilakukan dengan sempurna tanpa
bersyukur.

Sabar di waktu suka lebih berat, karena hal ini dibarengi dengan kemampuan
dan kemudahan, berbeda keadaan jika tidak ada kemampuan. Contoh saat orang
lapar dalam keadaan tidak ada makanan itu lebih bisa bersabar daripada orang lapar
yang sedang dihadapkan dengan berbagai makanan lezat dan ia leluasa
menyantapnya. Oleh karena itu ujian dalam keadaan suka atau gembira itu lebih
besar.

Kedua, hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan nafsu dan fitrah ini bisa
saja berkait dengan pilihan sadar seseorang, seperti dalam masalah yang
menyangkut ketaatan dan kemaksiatan tetapi bisa pula tidak berkait dengan pilihan,
misalnya dalam soal musibah dan cobaan atau mungkin tidak berkaitan dengan
pilihan sadarnya namun kita dapat menghindarinya, misalnya melepaskan sakit hati
pada orang lain yang menyakitinya dengan cara membalas dendam. Soal ini terbagi
dalam tiga bagian:

Bagian pertama; sesuatu yang berkaitan dengan pilihan sadarnya, yakni


semua amal perbuatan seseorang, baik berupa taat atau maksiat. Dan ini ada dua
jenis.

1. Sabar dalam ketaatan. Seseorang membutuhkan kesabaran dalam berperilaku


taat. Sabar dalam ketaatan itu sangat berat. Karena secara naluri jiwa itu
menolak perbudakan. Orang yang taat itu memerlukan kesabaran dalam
menjalankan ketaatannya dalam tiga keadaan sebelum, ketika, dan setelah
melakukan amal.
Sebelum mengerjakan suatu amal, kita harus menata niat, ikhlas, bersabar
atas noda-noda riya ataupun pamrih.

Rasulullah bersabda:

9
‫ت وإِنَّما لِ ُكلِّ امري ٍء ما ن ََوى‬
ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬

"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap


orang (akan dinilai) berdasarkan sesuatu yang diniatkannya".

Ketika sedang beramal, agar ia tidak lalai dari Allah disaat


mengerjakan amal, tidak malas melaksanakan adabnya, sunatnya dan tetap
menjaga syarat dan adanya sampai amal itu selesai dikerjakan, dalam firman
Allah:

َ‫ نِ ْع َم أَجْ ُر ْال َعا ِملِين‬, َ‫صبَرُوا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬
َ َ‫الَّ ِذين‬

"Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang beramal (yaitu), yang bersabar
dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya” (Al -Ankabut: 58-59).

Setelah selesai mengerjakan amal Ia tetap harus bersabar untuk tidak


menyia-nyiakan amalnya agar didengar atau dilihat oleh orang lain sehingga
mereka mengaguminya. Sebagaimana firman Allah,

‫ُول َواَل تُ ْب ِطلُ ٓو ۟ا أَ ْع ٰ َملَ ُك ْم‬ ۟ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع‬
۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬
َ ‫ُوا ٱل َّرس‬ َ
"Wahai orang-orang yang beriman, Sangatlah kamu merusak (pahala) amal-
amalmu, dan janganlah kalian merusak segala amalmu " (Muhammad-33).

Barangsiapa yang telah bersedekah tidak bersabar dan mengungkit –


ungkit sedekahnya dan menyakiti perasaan orang menerima, berarti ia telah
merusak amalnya sendiri.

2. Sabar dari perbuatan-perbuatan maksiat. Seseorang itu sangat memerlukan


kesabaran/ menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan maksiat. Allah
telah menghimpun berbagai jenis maksiat itu dalam FirmanNya:

ِ B‫ ْغ‬Bَ‫ ب‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ ِر‬B‫ َك‬B‫ ْن‬B‫ ُم‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ ِء‬B‫ ا‬B‫ َش‬B‫ح‬Bْ Bَ‫ ف‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ع ِن‬
B‫ي‬ Bٰ Bَ‫ ه‬B‫ ْن‬Bَ‫ ي‬B‫ۚ َو‬
Bَ ‫ى‬B

"Dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan


permusuhan" (An-nahl: 90).

10
Rasulullah bersabda "Orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah
(meninggalkan) kejahatan. Dan orang yang berjihad (berjuang) adalah orang
yang berjuang melawan hawa nafsunya". (HR Ibnu Majah dan Nasa'i).

Sabar dalam melakukan perbuatan maksiat adalah hal tidak mudah


dilakukan apalagi di zaman sekarang yang banyak sekali orang-orang melakukan
maksiat, bahkan sampai tidak menyadari dirinya sedang berbuat maksiat karena
saking banyaknya, perbuatan maksiat pun sudah dianggap sebelah mata sampai
membuat seseorang merasa apapun yang ia lakukan tidak mengandung unsur
maksiat.

Beratkan kesabaran pada masing-masing perbuatan maksiat itu relatif,


tergantung pada kuat dan lemahnya faktor yang mendorong kemaksiatan tersebut.
Dalam kesendirian pun pasti ada bisikan di hati yang sama sekali tidak mungkin
dapat dihindari, kecuali hati dikuasai oleh keinginan lain yang lebih besar dalam
urusan agama yang mengharuskan melakukan kesibukan. Sama seperti seseorang
ketika memasuki waktu pagi hanya punya satu keinginan kalau pikiran tidak
digunakan untuk suatu aktivitas tertentu, Ia akan dikuasai oleh bisikan-bisikan
setan.

Sedangkan sesuatu yang tidak berkaitan dengan pilihan sadar seseorang


namun ia memiliki pilihan untuk menolaknya. Contohnya Jika ia disakiti dengan
suatu perbuatan atau ucapan yang dapat mengancam keselamatan, kesehatan, dan
hartanya. Hukum sabar menghadapi hal ini dengan cara tidak membalas dengan
setimpal, bisa jadi wajib dan juga bisa menjadi keutamaan akhlak, beberapa orang
sahabat mengatakan, "kami tidak menganggap keimanan seseorang sebagai Iman
yang sejati jika dia tidak mampu bertahan atas penderitaannya".

Allah berfirman,

"Dan kami sungguh-sungguh akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu
lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal
itu berbenah diri”. (Ibrahim-12)

11
Maksudnya adalah hendaklah kalian bersabar dari melakukan pembalasan
yang setimpal, bersabar atas ujian-ujian yang Allah berikan karena Allah lah yang
akan membalas perbuatan zalim karena itulah Allah memuji orang-orang yang
memaafkan hak-hak mereka dalam masalah Aishash dan lainnya.

FirmanNya

"Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Namun jika kamu bersabar
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (An-nahl-
126).

Itu semua adalah perintah untuk bersabar menghadapi penderitaan. Sabar


terhadap kejahatan yang dilakukan orang lain terhadapmu adalah tingkatan
kesabaran yang paling tinggi.

Bagian ketiga, sesuatu yang sejak awal sampai akhir terjadi diluar
kemampuan seseorang seperti musibah-musibah kematian orang-orang yang mulia
dan orang-orang yang dicintai, hilangnya harta benda, tertanggung kesehatan,
kebutaan, rusaknya anggota badan dan berbagai bencana lainnya. Sabar atas semua
itu termasuk tingkatan sabar yang cukup tinggi karena itu adalah sebagai ketetapan
yang Allah berikan yang biasa kita sebut takdir.

Adapun Ibnu Abbas ra mengatakan “Sabar yang disinggung dalam Al-


Qur’an ada tiga macam yakni (1) Sabar dalam menunaikkan kewajiban-kewajiban
Allah, dimana bagi orang itu ada tiga ratus derajat, (2) Sabar terhadap hal-hal yang
diharamkan Allah, dimana baginya ada enam ratus derajat. Tingkatan sabar yang
terakhir ini berada di atas tingkatan-tingkatan sabar yang sebelumnya karena pada
dasarnya setiap Mukmin sanggup bersabar terhadap hal-hal yang dilarang oleh
Allah.

Ada yang berkata, sabar yang indah adalah kesabaran seseorang yang
ditimpa musibah, tapi ia tidak merasa dirinya seperti tidak ditimpa musibah.
Bersedih hati dan menangis tidaklah mengeluarkan seseorang dari batal orang-
orang yang bersabar karena hal itu lazim dialami oleh orang yang sedang

12
menunggui seseorang yang hendak meninggal dunia, dan juga karena menangis
adalah ungkapan rasa sedih atas si mayat. Itu sifat manusiawi yang tidak mungkin
hilang dari seorang manusia sampai mati.

Tidak seorangpun terlepas dari rasa nyeri dalam jiwa, penyakit badan,
hilangnya kekasih dan lenyapnya harta, orang baik maupun orang jahat tidak akan
terlepas darinya, demikian pula mukmin kafir. Bedanya orang yang beriman
senantiasa menghadapi musibah dengan keridhaan dan ketenangan yang memenuhi
hatinya, lantas membawanya kepada Allah, yang mengatur hati juga pandangan,
karena dia tahu bahwa apa yang menimpanya tidak akan meleset, dan yang Allah
jauhkan tidak akan menimpanya.

Allah SWT berfirman:

ِ Bُ‫ ف‬B‫ ْن‬Bَ ‫أْل‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ B‫ ِل‬B‫ ا‬B‫ َو‬B‫ ْم‬Bَ ‫أْل‬B‫ ا‬B‫ن‬Bَ B‫ ِم‬B‫ص‬
( B‫س‬ ِ B‫ و‬B‫ ُج‬B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ B‫ف‬
ٍ B‫ ْق‬Bَ‫ ن‬B‫و‬Bَ B‫ع‬ Bِ B‫و‬Bْ B‫خ‬Bَ B‫ ْل‬B‫ ا‬B‫ن‬Bَ B‫ ِم‬B‫ ٍء‬B‫ي‬
Bْ B‫ َش‬Bِ‫ ب‬B‫ ْم‬B‫ ُك‬Bَّ‫ ن‬B‫و‬Bَ Bُ‫ ل‬B‫ ْب‬Bَ‫ ن‬Bَ‫ ل‬B‫و‬Bَ
َّ B‫ل‬B‫ ا‬B‫ ِر‬B‫ ِّش‬Bَ‫ ب‬B‫ َو‬Bۗ B‫ت‬
B‫ َن‬B‫ ي‬B‫ ِر‬Bِ‫ب‬B‫ ا‬B‫ص‬ ِ B‫ ا‬B‫ َر‬B‫ َم‬Bَّ‫ث‬B‫ل‬B‫ ا‬B‫و‬Bَ )١٥٥

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan, harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah :155).

D. Apa Itu Rasa Syukur

Kita diperintahkan oleh Allah untuk bersyukur. Apa itu rasa syukur?
Bagaimana cara bersyukur? Kita diperintahkan oleh Allah untuk bersyukur
sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

Allah berfirman,

)١٢( ‫َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق ٰ َمنَ ْٱل ِح ْك َمةَ أَ ِن ٱ ْش ُكرْ هَّلِل ِ ۚ َو َمن يَ ْش ُكرْ فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر‬
‫فَإ ِ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد‬

“Dan sesungguhnya telah kami berikan nikmat kepada Lukman, yaitu


‘Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa yang bersyukur, maka Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji’” (Q.S. Lukman: 12).

13
A. Pengertian syukur menurut bahasa dan istilah

Kata syukur diambil dari kata syakara, syukura, dan wa syukuran yang berarti
berterima kasih, syukran laka artinya berterima kasih bagimu, asy-syukru artinya
berterima kasih, asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih. Menurut kamus
bahasa arab-indonesia kata syukur diambil dari kata syakara, yaskuru, yang artinya
mensyukuri-Nya memujinya.

B. Syukur dalam Al-Qur’an

Ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur ini, yaitu sebagai
berikut disertai penafsirannya masing-masing.

1. Surah Al-Furqan

“Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi
orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur" (QS.
Al-Furqan: 62).

Ayat ini ditafsirkan oleh al-Maragi sebagai berikut bahwa Allah telah
menjadikan malam dan siang silih berganti, agar hal itu dijadikan pelajaran
bagi orang yang hendak mengambil pelajaran dari pergantian keduanya, dan
berpikir tentang ciptaan-Nya, serta mensyukuri nikmat tuhannya untuk
memperoleh buah dari keduanya. Sebab, jika dia hanya memusatkan kehidupan
akhirat maka dia akan kehilangan waktu untuk melakukan-Nya. Jadi arti
syukur menurut al-Maragi adalah mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan berpikir
tentang ciptaan-Nya dengan mengingat limpahan karunia-Nya.

Hal senada dikemukakan Ibn Katsir bahwa syukur adalah bersyukur


dengan mengingat-Nya.

Penafsiran senada dikemukakan Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-


Mahalliy dan Jalal al-Din Abd Rahman Abi Bakr al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmat Rabb yang
telah dilimpahkan-Nya pada waktu itu.

14
Departemen Agama RI juga memaparkan demikian, bahwa syukur
adalah bersyukur atas segala nikmat Allah dengan jalan mengingat-Nya dan
memikirkan tentang ciptaan-Nya.

2. Surah Saba, ayat :13 yang artinya:

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit
sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih". (QS. Saba: 3).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut apa yang pernah


Dia anugrahkan kepada Sulaiman a.s, yaitu mereka melaksanakan perintah
Sulaiman as untuk membuat istana-istana yang megah dan patung-patung yang
beragam tembaga, kaca dan pualam. Juga piring-piring besar yang cukup untuk
sepuluh orang dan tetap pada tempatnya, tidak berpindah tempat. Allah berkata
kepada mereka “agar mensyukuri-Nya atas segala nikmat yang telah Dia
limpahkan kepada kalian”.

Kemudian Dia menyebutkan tentang sebab mereka diperintahkan


bersyukur yaitu dikarenakan sedikit dari hamba-hamba-Nya yang patuh
sebagai rasa syukur atas nikmat Allah swt dengan menggunakan nikmat
tersebut sesuai kehendak-Nya.

Menurut al-Maragi arti kata asy-Syukur di atas adalah orang yang


berusaha untuk bersyukur. Hati dan lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya
sibuk dengan rasa syukur dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
Dan ada pula yang menyatakan asy-syukur adalah orang yang melihat
kelemahan dirinya sendiri untuk bersyukur.

Sementara itu Ibnu Katsir memberikan arti dari kata asy-syukur adalah
berterima kasih atas segala pemberian dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.

15
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh jalal al-Din Muhammad Ibn
Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al-Rahman Ibn Abi Bakar al-Suyutiy
dengan menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat
menjalankan perintah-Nya.

3. Surah al-Insan, ayat 9 yang artinya:

"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk


mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu
dan tidak pula (ucapan) terima kasih”. (QS. Al-Insaan: 9)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta dan mengharapkan dari
kalian balasan dan lain-lainnya yang mengurangi pahala, kemudian Allah
memperkuat dan menjelaskan lagi bahwa Dia tidak mengharapkan balasan dari
Hamba-Nya, dan tidak pula meminta agar kalian berterimakasih kepada-Nya.

Cara Bersyukur

Rasulullah SAW dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang


banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan
rasa syukurnya kepada Allah. Suatu ketika Nabi memegang tangan Muadz bin
Jabal dengan mesra seraya berkata:
“Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu". Beliau
melanjutkan sabdanya, “Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu
tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdoa:

“Allahumma a'innii alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika”

Yang artinya: Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu,


mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadah kepada-Mu.

Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan


bersyukur? Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan
sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup membalas kebaikan Allah kendati
banyak menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan mengaungkan-Nya.

16
Lagi pula, hakikat syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersebut,
kendati ucapan tersebut wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.

Al Junaid (seorang sufi), pernah ditanya tentang makna (hakikat) syukur.


Dia berkata, “Jangan sampai engkau menggunakan nikmat karunia Allah untuk
bermaksiat kepada-Nya”.

Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini sama
sekali belum mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja
belum cukup, dia baru dikatakan bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk
amal saleh yang diridhai Allah.

Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, “Perumpamaan orang yang


bersyukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan
ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu
menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya.
Syukur sejatinya terungkap dalam seluruh sikap dan perbuatan, dalam amal
perbuatan dan kerja nyata.

Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah, yaitu


sebagai berikut:

1. Bersyukur dengan hati nurani

Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang
bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah
mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling
dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita
rasakan.

2. Bersyukur dengan perkataan

Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling


baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengucapkan
subhanAllah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca La ilaha

17
illallah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca
Alhamdulillah, maka baginya 30 kebaikan.

3. Bersyukur dengan perbuatan (oleh anggota tubuh)

Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya


dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada
tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara
lain mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh
anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah,
misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan
mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, “Dan terhadap
nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan
bersyukur)" (QS Adl-dluha [93]: 11).

Jika kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah oleh Allah. Mungkin, kita
sudah hafal ayat Al Quran yang menjelaskan hal ini:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu" (Q.S. Ibrahim: 7).

Lalu mengapa ada orang yang merasa sudah bersyukur tetapi merasa tidak
mendapatkan nikmat tambahan? Karena janji Allah tidak mungkin salah, artinya
ada yang salah dengan diri kita. Ada tiga kemungkinan:

1. Cara kita bersyukur yang salah.


2. Kita kurang peka terhadap nikmat yang sebenarnya sudah Allah berikan kepada
kita.
3. Allah memberikan nikmat lain yang terbaik bagi kita, tapi kita tidak
menyadarinya.

Jadi, Bagaimana cara meningkatkan rasa syukur?

Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat-nikmat yang sudah Allah


berikan kepada kita. Nikmat itu sangat banyak, bahkan tidak akan terhitung.

a. Keutamaan Syukur

18
Ketahuilah, sesungguhnya Allah Ta'ala mengaitkan syukur dengan zikir dalam
kitab-Nya. Dia berfirman,

‫َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْكبَ ُر‬


"Dan (ketahuilah) mengingat Allah itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah
yang lain)." (Al-Ankabuut: 45)

Allah Ta'ala berfirman,

ِ ‫فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكفُر‬


‫ُون‬

"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah


kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (Al-Baqarah: 152)

Allah SWT berfirman,

‫َما يَ ْف َع ُل هَّللا ُ بِ َع َذابِ ُك ْم إِ ْن َش َكرْ تُ ْم َوآ َم ْنتُ ْم‬

"Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman." (An-
Nisaa:147)

Dan Allah pun berfirman,

َ‫َو َسنَجْ ِزي ال َّشا ِك ِرين‬


"Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali
Imran: 145)

Allah Azza wa Jalla berfirman yanuk menceritakan jawaban Iblis sesudah Allah
menangguhkan hukumannya sampai hari kiamat,

"(Iblis) menjawab, 'Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan
selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.'" (Al-A'raaf: 16)

Ada yang mengatakan, yang dimaksud dengan 'jalan' dalam ayat di atas adalah
'jalan syukur'. Karena derajat tinggi yang dimiliki oleh syukur, maka Iblis
menyerang manusia dari sisi ini. Ia berkata, “Engkau tidak mendapati kebanyakan
mereka sebagai orang-orang yang bersyukur." (Al-A'raaf: 17)

Allah Ta'ala berfirman, “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang


bersyukur." (Saba': 13)

19
Allah swt. telah memutuskan untuk menambahkan nikmat beserta syukur, tanpa
membuat pengecualian. Dia berfirman,

‫لَئِ ْن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم‬


"Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Ibrahim: 7)

Allah Ta'ala membuat pengecualian dalam lima perkara, yaitu: memberi


kekayaan, pengabulan doa, rezeki, ampunan, dan tobat, sesuai apa yang Dia
kehendaki.

Firman-Nya,

‫فَ َسوْ فَ يُ ْغنِي ُك ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه إِ ْن َشا َء‬


"Maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya."
(At-Taubah: 28)

Firman-Nya pula,
ُ ‫فَيَ ْك ِش‬
‫ف َما تَ ْد ُعونَ إِلَ ْي ِه‬
"Maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya."
(Al-An'aam: 41)

Firman-Nya, "Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki
tanpa perhitungan." (Al-Baqarah: 212)

Firman-Nya pula, “Dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirk) itu bagi
siapa yang Dia kehendaki.” (An-Nisaa': 48)

Allah swt. berfirman, "Dan Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki.”
(At-Taubah:15)

Syukur adalah salah satu akhlak ketuhanan (akhlaq ar-rububiyah), karena Allah
telah berfirman,“Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun." (At-Taghabun:
17)

Allah Ta'ala menjadikan rasa syukur sebagai kunci ucapan penghuni surga.

"Dan mereka berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya
kepada Kami.'" (Az-Zumar: 74)

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba, sabarA merupakan kemampuan


mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi.
Segala ujian dan cobaan kehidupan pasti memiliki ujung jika masih menuntut batas abar
tertentu, maka belum bisa dikatakan sabar. Sebenarnya sabar tidak ada batasnya,
manusialah yang membuat batasan itu sendiri hilang kesabaran merupakan satu dari dua
musibah terbesar. Jadi, sebagian. akhlak iman itu tercakup dalam kesebaran, maka
pantaslah jika Allah le menjanjikan ganjaran tanpa batas bagi mereka yang mampu
bersabar.

dengan bersyukur kita bisa menjadi lebih tenang karena kita bisa menghargai dan
menerima apa yang tuhan berikan kepada kita, dan dengan bersyukur kita tidak akan iri
dan dengki kepada orang yang lebih tinggi dari kita, dan kita pun bisa melihat bahwa
masih banyak orang-orang yang berada di bawah kita.

B. Saran

1. Hendaklah kita sebagai seorang muslim harus senantiasa bersikap sabar dan bersyukur
atas segala ketetapan/takdir yang telah Allah tetapkan
2. Hendaklah sebagai manusia menyadari bahwa sabar dan syukur merupakan perkara
yang sangat agung yang dengannya manusia menempuh jalan sukses dan kebahagiaan
3. Manusia yang paling mulia dari kalangan para nabi dan rasul mereka pun diberi cobaan
maka jadikanlah itu sebagai motivasi untuk sabar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bin Utsman Al-Mazyad. Sabar Dan Syukur. 2016. Hal: 154

Al-Ghazali. Terapi Sabar dan Syukur. Khatulistiwa Press. 2013. Hal: 299

Al-Qarni, Aidh. 2003. La Tahzan, Jangan bersedih! Jakarta: Qisthi Press

Ghazali, Imam. 2000. Menuju mukmin sejati. Bogor: Yayasan Islamic Center al-
Ghazaly

https://id.wikipedia.org/wiki/sabar

https://www.erfan.ir/Indonesia/81530.html

htpps://www.ideapres.com/2019/08/ketika-sabar-ada-batasnya.html

https://islami.co/sabar-separuh-dari-iman-bagaimana-maksudnya/

22

Anda mungkin juga menyukai