Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR TAKHRIJ HADIST

ULUMUL HADIST

DOSEN PENGAMPU :

SEFRI AULIYA, S.Th.I., M.Ud.

OLEH :

ARIF RAHMAN HAKIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin,

Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya kepada
kita semua. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada nabi Muhammad Saw.

Makalah kami berjudul “Syukur” bertujuan untuk memenuhi tugas yang di berikan
oleh bapak HARDIVISON,M.Ag dan ibuk FITRAH QALBINA,S.S.I,MIRKH yang
menjadi dosen pengampu mata kuliah Tafsir. Selain itu pemakalah juga berharap semoga
makalah yang kami susun ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Selanjutnya kami
berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan dan
kesempurnaan makalah kami ke depanya.

Batusangkar, 03 Juni 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................i
A. Latar Belakang............................................................................................................................i
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................i
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................i
A. Kewajiban Syukur......................................................................................................................i
B. Syukur membawa berkah...........................................................................................................ii
C. Balasan bagi yang tidak bersyukur............................................................................................iv
D. Kosa Kata Kunci dan Penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur.....................................................v
E. Tafsir Mufradat dari Ayat-Ayat tentang Syukur........................................................................vi
F. Asbab al-Nuzul dan munasabah dari Ayat-Ayat tentang Syukur...............................................ix
G. Kandungan Ayat-Ayat tentang Syukur......................................................................................xi
H. Kesimpulan dari penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur..........................................................xiii
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................i
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................i
B. SARAN.......................................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konteks agama, syukur (alhamdulillah) merupakan salah satu pilar penting dalam
Islam. Syukur adalah pengakuan dan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan berkah yang diberikan-Nya kepada individu dan umat manusia secara
umum. Konsep syukur dalam Islam bukan hanya berfokus pada pengakuan verbal, tetapi juga
melibatkan perilaku dan tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih yang tulus kepada
Allah. Syukur memiliki peran yang penting dalam memperkuat hubungan antara manusia dan
Allah. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia untuk mengingat-Nya dan
mengucapkan rasa syukur terhadap nikmat-Nya. Allah juga menjanjikan pahala bagi mereka
yang bersyukur dan mengancam sanksi bagi mereka yang ingkar atau tidak bersyukur.

Manfaat dari sikap syukur sangatlah luas, baik secara spiritual maupun psikologis. Secara
spiritual, syukur dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan sebagai ungkapan
pengakuan akan kekuasaan dan kemurahan-Nya. Dalam konteks psikologis, berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa sikap syukur yang kuat dapat meningkatkan
kebahagiaan, kepuasan hidup, dan kesejahteraan mental seseorang. Berfokus pada hal-hal
yang baik dalam hidup dan menghargai apa yang telah diberikan dapat membantu mengatasi
rasa tidak puas dan iri hati. Dalam ajaran Islam, syukur tidak hanya terbatas pada nikmat
materi, tetapi juga mencakup nikmat-nikmat lainnya, seperti kesehatan, keluarga, iman, ilmu
pengetahuan, dan banyak lagi. Sikap syukur juga mengajarkan seseorang untuk menghargai
dan menggunakan nikmat-nikmat tersebut dengan cara yang baik dan benar, serta berbagi
kebaikan dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Kewajiban Bersyukur ?
2. Syukur membawa berkah?
3. Jelaskan balasan bagi yang tidak bersyukur?
4. Jelaskan kosa kata penafsiran ayat-ayat tentang syukur?
5. Jelaskan tafsir mufradat dari ayat-ayat tentang syukur?
6. Jelaskan asbab al-nuzul dan munasabah dari ayat-ayat tentang syukur?
7. Jelaskan kandungan ayat-ayat tentang syukur?
8. Jelaskan kesimpulan penafsiran ayat-ayat tentang syukur?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kewajiban bersyukur
2. Mengetahui syukur membawa berkah
3. Mengetahui balasan bagi yang tidak bersyukur
4. Mengetahui kosa kata penafsiran ayat-ayat tentang syukur
5. Mengetahui tafsir mufradat dari ayat ayat tentang syukur
6. Mengetahui asbab al-nuzul dan munasabah dari ayat-ayat tentang syukur
7. Mengetahui kandungan ayat-ayat tentang syukur
8. Mengetahui kesimpulan penafsiran ayat-ayat tentang syukur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kewajiban Syukur
Ahmad Hadi Yasin menegaskan bahwa bersyukur adalah kewajiban setiap hamba
kepada Dzat Sang Pemberi nikmat, Allah Swt. Orang yang mengingkarinya berarti ia telah
mengufuri nikmat-Nya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat
Allah yang sangat banyak tersebut? Jawaban singkatnya adalah mulailah dari diri Anda
sendiri. Latihlah “otot syukur” Anda setiap waktu semaksimal dan semampunya. Bersyukur
di sini berarti memfokuskan pikiran dan perasaan pada hal-hal yang baik dalam hidup. Ketika
kita bersyukur, sebetulnya endorfin (hormon yang membuat rasa senang dan bahagia) akan
terus mengalir lebih lancar dalam tubuh.

M Quraish Shihab mengungkap tata cara syukur mencakup tiga sisi: pertama, syukur
dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah. Kedua, syukur dengan lidah, dengan
mengakui anugerah dan memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan, dengan
memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Dalam mensyukuri nikmat Allah, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah Saw
sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: ”Jika Rasulullah Saw
melaksanakan salat, ia berdiri (lama sekali) sampai kedua kaki (telapak) nya pecah-pecah.
Aisyah ra bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau berbuat seperti ini padahal dosamu
yang terdahulu dan yang akan datang telah diampuni? Lalu ia menjawab: Wahai Aisyah,
apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur” (HR. Muslim).

Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa rasa syukur bisa dilakukan dengan
cara salat yang khusuk dan berkualitas diiringi dengan kuantitas waktu sebagaimana
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw. Lantas masih adakah cara yang lain? Jelas ada yaitu
dengan sujud syukur. Sujud syukur merupakan perilaku sujud sebanyak satu kali yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat mendapat
nikmat/anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur kadangkala juga dilakukan
secara praktis dari posisi berdiri langsung bersimpuh mencium tanah sebagai simbol atau
tanda syukur kepada Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw pernah melakukan sujud syukur ketika mendapatkan kabar
gembira. Sebagaimana diriwayatkan bahwa: “Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi Muhammad
Saw bahwa apabila ia mendapatkan suatu perkara yang menyenangkan maka ia bersimpuh
sujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah”.

Dalam hadis yang lain, kondisi bahagia membuat Nabi Muhammad Saw kembali
melakukan sujud syukur kepada Allah. Dijelaskan bahwa “Dari Al-Barra bin ‘Azib r.a.
bahwa Nabi Saw mengutus ‘Ali ke Yaman, kemudian ia (perawi) menyebutkan hadis,
berkata: Kemudian Ali menulis surat tentang keislaman mereka maka ktika Rasulullah Saw
membaca surat itu, beliau tersungkur sujud sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta’ala atas
hal tersebut”.

Lebih dari itu, tata cara bersyukur kepada Allah tentu saja tidak hanya dengan sujud
syukur dan salat, lebih dari itu kita juga bisa melakukan ibadah apa saja yang diperintahkan
oleh Allah, baik berupa amal ibadah mahdhah (khusus) dalam rangka berhubungan baik
dengan Allah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam, maupun juga ibadah ghairu
mahdhah (umum) dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Di sini,
bersyukur tentu saja juga bisa diekspresikan dengan caraberupaya semaksimal kita untuk
menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah (amar makruf nahi munkar).

Secara praktis, ekspresi syukur dapat diwujudkan dengan memanfaatkan segala apa
yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan
orang di sekitar kita. Mata kita untuk melihat yang baik-baik sekaligus membaca dan
memahami ayatayat kekuasaan Allah. Kaki digunakan untuk berjalan menuju kebaikan.
Telinga untuk mendengar yang baik. Hati untuk merasakan, menghayati dan mensyukuri
nikmat-Nya. Tidak hanya itu, nikmat sehat yang kita rasakan, misalnya juga bisa kita
manfaatkan untuk bekerja dan beribadah dengan sungguh-sungguh. Nikmat harta yang kita
punya, bisa kita manfaatkan untuk saling berbagi, berinfak dan beramal jariyah untuk
tabungan dan investasi akhirat nanti. Nikmat iman yang kita hayati perlu terus kita syukuri
dengan cara berdoa dan berusaha terus menerus berupaya mengamalkan ajaran Islam dengan
ikhlas lillahi ta’ala.

B. Syukur membawa berkah


Apa manfaat syukur dalam hidup kita? Ternyata, syukur itu memiliki kedahsyatan,
kekuatan dan keutamaan yang luar biasa di mata manusia sekaligus di hadapan Allah yang
Maha Kuasa. Banyak data dan fakta menarik yang mengungkapkan, menyebutkan dan
menjelaskan tentang bukti nyata efek positif bila kita mau bersyukur kepada Allah. Karena
kedahsyatannya yang luar biasa, syukur itu membuat setaniblis tidak senang. Bahkan, setan-
iblis berjanji akan selalu menggoda setiap manusia yang mau bersyukur kepada Allah,
melalui berbagai cara dan arah mata angin. Seperti diungkap dalam al-Qur’an, setan-iblis
selalu berusaha menggoda setiap manusia untuk tidak boleh bersyukur kepada Allah dari sisi
kanan-kiri, depan dan belakang.

Hal yang menarik, setan-iblis tidak mau dan mungkin tidak mampu menggoda
manusia yang bersyukur kepada Allah dari sisi atas dan bawah. Alasannya sebab sisi atas
diartikan bahwa manusia biasanya selalu ingat Allah dengan penuh ketulusan dan
kemantaban. Demikian juga, sisi bawah dipahami bahwa manusia yang mau melihat ke
bawah biasanya ingat asalnya dan akan kembalinya, yaitu tanah. Di sini, artinya manusia
ingat kematian dan tentu saja ingat Allah yang Maha Pencipta. Saat seseorang betul-betul
ingat Allah, saat itulah setan-iblis sudah tidak bisa menggodanya. Maka, tidak heran bila
orang bersyukur selalu berusaha untuk sujud sebagai tanda syukur. Ada juga tanda orang
syukur selain dengan sujud, juga dengan cara melihat ke atas dengan memanjatkan doa-doa
kepada Allah. Dalam konteks inilah, diinformasikan bahwa Nabi Muhammad Saw selalu
memikirkan bagaimana nasib umatnya nanti yang diharapkan semua bisa masuk surga Allah
dengan cara mau terus menerus syukur di saat susah maupun senang. Nabi Muhammad Saw
juga memberikan warisan doa khusus sebagai anjuran untuk kita semua supaya kita selalu
diberkati Allah untuk menjadi orang yang suka bersyukur.

Keteladanan syukur para nabi yang patut direnungkan, misalnya dari kisah Nabi
Sulaiman. Kisah ini bisa ditemukan dalam al-Qur’an. Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman
pernah ditanya apa kunci kemuliaan dan kesuksesan hidupnya. Nabi Sulaiman menjawab,
“Hadza min fadzli Rabbi”. Artinya semua kesuksesan dan kemuliaan ini dari Tuhanku, yaitu
Allah Swt. Jawaban Nabi Sulaiman tersebut menunjukkan kepada kita bahwa di balik
kesuksesan setiap manusia ada campur tangan Allah yang tidak boleh dilupakan. Pengakuan
diri semacam ini sangat diperlukan. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman selalu mendapat
tambahan kenikmatan dan limpahan kesuksesan hingga akhir hayatnya.

Di sini, syukur bukanlah kata benda mati. Syukur juga bukan kata sifat saja. Tapi,
syukur merupakan kata kerja yang perlu bukti tindakan nyata hingga akhir hayat kita. Secara
lisan, praktik syukur bisa dibuktikan dengan mengucapkan kata-kata yang baik sekaligus
pujian hanya untuk Allah. Dalam tindakan, syukur ditandai dengan upaya sungguh-sungguh
untuk memanfaatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk kemanfaatan dan kemaslahatan
semua. Lebih lanjut, syukur secara bahasa dimaknai sebagai upaya membuka dan mengakui
diri. Mengakui apa yang kini diperoleh dan dirasakan semua dari Allah, oleh Allah dan pada
akhirnya untuk Allah. Ungkapan alhamdulillah yang berarti segala puji untuk Allah
merupakan ekspresi kejujuran. Semakin sering kita mengucap alhamdulillah, sebetulnya kita
melatih diri dalam bersikap jujur dalam hubungannya dengan Allah.

Beberapa hasil penelitian tentang pengaruh ekspresi syukur yang dipraktikkan


seseorang terhadap kesuksesan kehidupannya sehari-hari. Pertama

1. Syukur bisa membawa prestasi belajarnya anak sekolah.


2. Q.S Luqman ayat 12

ْ َ‫ش ُك ْر فَِإنَّ َما ي‬


ِ ‫ش ُك ُر لِنَ ْف‬
‫س ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر‬ ْ ‫َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق ٰ َمنَ ٱ ْل ِح ْك َمةَ َأ ِن ٱ‬
ْ َ‫ش ُك ْر هَّلِل ِ ۚ َو َمن ي‬
‫فَِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد‬
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,
”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur
(kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa syukur yang kita lakukan membawa


keberuntungan pada diri kita sendiri. Secara ilmiah, ada yang mengungkap salah satu
kedahsyatan kalimat syukur bisa dibuktikan dari rahasia air. Hasil penelitian Dr.
Masaru Emoto, seorang ilmuwan asal Jepang, melihat efek positif syukur melalui
media air. Dijelaskan, ketika sebuah air diberi ucapan kalimat syukur, terima kasih
maka molekul airnya membentuk sebuah kristal-kristal yang indah dan mempesona.
3. Q.S Ibrahim ayat 7

َ ‫َوِإ ْذ تََأ َّذ َن َربُّ ُك ْم لَِئن‬


َ َ‫ش َك ْرتُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَ ْرتُ ْم ِإنَّ َع َذابِى ل‬
‫ش ِدي ٌد‬
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa bila Anda semua ingin sukses, bahagia, kaya
dan banyak rezeki maka bersyukurlah. Sebaliknya, bila tidak mau bersyukur maka
Anda tentu harus siap gagal dan siap mendapat petaka dan bencana. Oleh karena itu,
jalan terbaik yang perlu ditempuh adalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Di sini,
dapat dipahami bahwa bersyukur merupakan jalan pertama dan utama yang perlu
dilakukan setiap anak manusia yang ingin sukses dan dilipatkan rezeki dan nikmatnya.

C. Balasan bagi yang tidak bersyukur


Lalu, bagaimana jika seseorang tidak mau bersyukur atas segala nikmat yang telah
diberikan Allah? Dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7 dijelaskan, balasan bagi orang yang
tidak mau bersyukur adalah azab yang sangat pedih dari Allah. Tidak bersyukur disebut
dengan kufur nikmat. Mereka yang kufur nikmat jarang berterimakasih kepada Allah. Sudah
dijelaskan bahwa Allah sangat tidak menyukai orang yang kufur nikmat, bahkan melarang
umat Muslim untuk menjadi bagian kelompok tersebut.

۟
ِ ‫فَ ْٱذ ُكرُونِ ٓى َأ ْذ ُكرْ ُك ْم َوٱ ْش ُكرُوا لِى َواَل تَ ْكفُر‬
‫ُون‬
Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. al-
Baqoroh ayat 152).

Segala hal yang tidak disukai Allah tentu memiliki dampak negatif atau akibat buruk
dari perbuatan tersebut. Begitu juga dengan orang yang tidak pandai bersyukur, pasti akan
menanggung akibatnya. Akibat orang tidak pandai bersyukur adalah kebalikan dari manfaat
yang didapatkan oleh orang yang senang bersyukur. Berikut beberapa kerugian bagi orang
yang tidak pandai bersyukur :

1. Mendapatkan azab dari Allah SWT.


2. Mendapatkan dosa besar.
Sebab kufur nikmat merupakan hal yang dilarang Allah. Siapapun yang
melakukan apa yang dilarang oleh Allah, pasti mendapatkan dosa.
3. Menjadi sombong
Orang yang tidak bersyukur cenderung meremehkan dan berprasangka buruk
kepada Allah. Jika ia mendapat rezeki berlebih, maka ia akan menganggap bahwa itu
adalah hasil kerja kerasnya, bukan dari Allah. Sifat ini sangat membahayakan
keimanan seseorang.
4. Hati tidak akan tenang dan bahagia.
Sebab, orang yang tidak pandai bersyukur akan selalu mengeluh. Hal seperti
itu tidak akan memberikan ketenangan pada hati seseorang.
5. Mudah marah.
Kufur nikmat artinya tidak menerima pemberian apapun dari Allah dengan
baik. Dia akan selalu merasa kurang. Karenanya, ia akan merasa mudah marah serta
kerap protes dan mengeluh kepada Allah.

D. Kosa Kata Kunci dan Penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur.

1. Q.S Ibrahim : 7

َ ‫َوِإ ْذ تََأ َّذ َن َر ُّب ُك ْم لَِئن‬


َ َ‫ش َك ْرتُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئن َكفَ ْرتُ ْم ِإنَّ َع َذابِى ل‬
‫ش ِدي ٌد‬
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

2. Q.S Al-Imran : 145


َ ‫س َأن تَ ُموتَ ِإاَّل بِِإ ْذ ِن ٱهَّلل ِ ِك ٰتَبًا ُّمَؤ َّجاًل ۗ َو َمن يُ ِر ْد ثَ َو‬
‫اب ٱل ُّد ْنيَا نُْؤ تِ ِهۦ ِم ْن َها‬ ٍ ‫َو َما َكانَ لِنَ ْف‬
َّ ٰ ‫سنَ ْج ِزى ٱل‬
َ‫ش ِك ِرين‬ َ ‫اخ َر ِة نُْؤ تِ ِهۦ ِم ْن َها ۚ َو‬ َ ‫َو َمن يُ ِر ْد ثَ َو‬
ِ ‫اب ٱ ْل َء‬
Artinya: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala
dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan
kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

3. Q.S An-Nahl : 114

َ‫وا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ِإن ُكنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُدُون‬ ْ ‫وا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاًل طَيِّبًا َوٱ‬
۟ ‫ش ُك ُر‬ ۟ ُ‫فَ ُكل‬

Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.

4. Q.S Luqman : 12 dan 14

َّ‫س ِهۦ ۖ َو َمن َكفَ َر فَِإن‬ ْ َ‫ش ُك ْر فَِإنَّ َما ي‬


ِ ‫ش ُك ُر لِنَ ْف‬ ْ ‫َولَقَ ْد َءاتَ ْينَا لُ ْق ٰ َمنَ ٱ ْل ِح ْك َمةَ َأ ِن ٱ‬
ْ َ‫ش ُك ْر هَّلِل ِ ۚ َو َمن ي‬
‫ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َح ِمي ٌد‬
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

‫ش ُك ْر لِى‬ َ ٰ ِ‫سنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّم ۥهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َوه ٍْن َوف‬
ْ ‫صلُهۥُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ‬ َ ٰ ‫ص ْينَا ٱِإْل ن‬
َّ ‫َو َو‬
‫صي ُر‬ ِ ‫َولِ ٰ َولِ َد ْيكَ ِإلَ َّى ٱ ْل َم‬
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu

5. QS. Az-Zumar : 7

‫ض˜˜هُ لَ ُك ْم ۗ َواَل‬ ۟ ‫ش ُك ُر‬


َ ‫وا يَ ْر‬ ْ َ‫ض ٰى لِ ِعبَا ِد ِه ٱ ْل ُك ْف َر ۖ وَِإن ت‬ َ ‫وا فَِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى عَن ُك ْم ۖ َواَل يَ ْر‬ ۟ ‫ِإن تَ ْكفُ ُر‬
‫تَ˜˜˜ ِز ُر َوا ِز َرةٌ ِو ْز َر ُأ ْخ˜˜˜ َر ٰى ۗ ثُ َّم ِإلَ ٰى َربِّ ُكم َّم ْر ِج ُع ُك ْم فَيُنَبُِّئ ُكم بِ َم˜˜˜ا ُكنتُ ْم تَ ْع َملُ˜˜˜ونَ ۚ ِإنَّهۥُ َعلِي ۢ ٌم‬
‫ٱلصدُو ِر‬
ُّ ‫ت‬ ِ ‫بِ َذا‬
Artinya: Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan
(iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu
bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa
tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu
Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.

E. Tafsir Mufradat dari Ayat-Ayat tentang Syukur.

1. Q.S Ibrahim : 7

‫م لَِئ ْن‬fُْ‫َشكَرْ ت‬ Sesungguhnya jika Dan (ingatlah) ‫َربُّ ُك ْم تََأ َّذنَ َوِإ ْذ‬
kamu bersyukur. ketika Tuhanmu
memaklumkan.
‫َكفَرْ تُ ْم َولَِئ ْن‬ Tetapi jika kamu Niscaya Aku akan ‫ْي َدنَّ ُك ْم َأَل ِز‬
mengingkari menambah (nikmat)
(nikmat-Ku). kepadamu.
‫لَ َش ِد ْي ٌد‬ Sangat berat. Maka pasti azab-ku ‫َع َذابِ ْي ِإ َّن‬

2. Q.S Al-Imran : 145

ٍ ‫لِنَ ْف‬
‫س‬ Setiap yang Dan tidaklah. ‫َكانَ َو َما‬
bernyawa
‫هّٰللا ِ بِِإ ْذ ِن ِإاَّل‬ Kecuali dengan izin Akan mati ‫تَ ُموْ تَ َأ ْن‬
Allah
ۗ ‫ُّمَؤ َّجاًل‬ Yang telah (sebagai) ketetapan ‫ِك ٰتبًا‬
ditentukan
waktunya.
‫ي ُِّر ْد‬ Menghendaki Dan barang siapa ‫َو َم ْن‬
‫نُْؤ تِ ٖه‬ Niscaya kami Pahala dunia َ ‫ال ُّد ْن َي ثَ َو‬
‫اب‬
berikan kepadanya.
‫َو َم ْن‬ Dan barang siapa Pahala (dunia) itu ‫ِم ْنهَ ۚا‬
َ ‫ااْل ٰ ِخ َر ثَ َو‬
‫اب‬ Pahala akhirat Menghendaki ‫ي ُِّر ْد‬
‫ِم ْنهَ ۗا‬ Pahala (akhirat) itu Kami berikan ‫نُْؤ تِ ٖه‬
(pula) kepadanya
َ‫ال ٰ ّش ِك ِر ْين‬ Kepada orang-orang Dan kami akan ‫ى َو َسنَجْ ِز‬
yang bersyukur memberi alasan

3. Q.S An-Nahl : 114

‫ِم َّم‬ Dari apa Maka makanlah ‫افَ ُكلُو‬


ُ ‫هَّللا‬ Allah Merezekikan ‫م‬fُ ‫َر َزقَ ُك‬
kepada kalian
ً‫طَيِّب‬ Baik Halal ‫َحاَل ًل‬
َ‫نِ ْع َمة‬ Terhadap nikmat Dan besyukurlah ‫َوا ْش ُكرُو‬
kalian
‫ِإ ْن‬ Jika Allah ِ ‫هَّللا‬
ُ‫ِإيَّاه‬ Kepada-nya Kalian adalah ‫ُك ْنتُ ْم‬
Kalian menyembah َ‫تَ ْعبُ ُدون‬

4. Q.S Luqman : 12 dan 14

a. Q.S Luqman : 12

َ‫لُ ْقمٰ ن‬ (kepada) Lukman Dan sungguh, telah ‫َولَقَ ْد ٰاتَ ْينَا‬
Kami berikan.
ْ‫اَ ِن ا ْش ُكر‬ (yaitu), Hikmah َ‫ْال ِح ْك َمة‬
bersyukurlah
‫َو َم ْن‬ Dan barang siapa Allah ‫هّٰلِل‬
ِ
‫فَاِنَّ َما‬ Maka Bersyukur kepada ْ‫يَّ ْش ُكر‬
sesungguhnya (Allah)
‫لِنَ ْف ِس ٖ ۚه‬ Untuk dirinya Dia bersyukur ‫يَ ْش ُك ُر‬
sendiri
‫َكفَ َر‬ Tidak bersyukur Dan barang siapa ‫َو َم ْن‬
(kufur)
‫هّٰللا‬
‫َغنِ ٌّي‬ Maha karya Maka sesungguhnya
Allah
َ ‫فَا ِ َّن‬
Maha terpuji ‫َح ِم ْي ٌد‬
b. Q.S Luqman : 14

َ‫ااْل ِ ْن َسان‬ (kepada) manusia Dan kami ‫ص ْينَا‬


َّ ‫َو َو‬
perintahkan
ٗ‫َح َملَ ْتهُ اُ ُّمه‬ Ibunya telah (agar berbuat ‫بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه‬
mengandung baik) kepada
kedua orang
tuanya
‫ع َٰلى َو ْه ٍن‬ Yang bertambah- (dalam keadaan) ‫َو ْهنًا‬
tambah lemah
‫فِ ْي عَا َم ْي ِن‬ Dalam usia dua Dan menyapihnya ٗ‫صالُه‬
َ ِ‫َّوف‬
tahun
‫لِ ْي‬ Kepada-ku Bersyukurlah ْ‫اَ ِن ا ْش ُكر‬
َّ َ‫اِل‬
‫ي‬ Hanya kepada-ku Dan kedua orang َ‫َولِ َوالِ َد ْي ۗك‬
tuamu
Kembalimu ‫ص ْي ُر‬ِ ‫ْال َم‬

5. Q.S Az-Zumar : 7
‫فَا َّن هّٰللا‬ maka (ketahuilah) Jika kamu fakir ‫اِ ْن تَ ْكفُرُوْ ا‬
َ ِ
sungguh, Allah
‫َع ْن ُك ْم‬ Kamu Tidak memerlukan ‫َغنِ ٌّي‬
‫لِ ِعبَا ِد ِه‬ Dari hamba-hamba Dan dia tidak ٰ ْ‫َواَل يَر‬
‫ضى‬
Nya meridhai
‫َواِ ْن تَ ْش ُكرُوْ ا‬ Jika kamu bersyukur Kekafiran ‫ْال ُك ْف ۚ َر‬
‫لَ ُك ۗ ْم‬ (kesyukuran) mu Maka dia meridhai ُ ‫ضه‬ َ ْ‫يَر‬
‫ِّو ْز َر‬ Dosa seseorang yang ٌ‫از َرة‬
ِ ‫َواَل ت َِز ُر َو‬
berdosa tidak
memikul
‫ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ُك ْم‬ Kemudian kepada Orang lain ‫اُ ْخ ٰر ۗى‬
Tuhanmu lah
‫م‬fْ ‫فَيُنَبُِّئ ُك‬ Lalu dia beritahukan Kembalimu ‫م‬fْ ‫َّمرْ ِج ُع ُك‬
kepadamu
َ‫ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ۗن‬ Telah kamu kerjakan Apa yang ‫بِ َما‬
 ‫َعلِ ْي ٌم‬ Maha mengetahui Sungguh, dia ٗ‫اِنَّه‬
Apa yang ‫ر‬fِ ْ‫ت الصُّ ُدو‬ ِ ‫بِ َذا‬
tersimpan
dalam
dada (mu)
F. Asbab al-Nuzul dan munasabah dari Ayat-Ayat tentang Syukur.

1. Q.S Ibrahim : 7
a. Asbab Al-Nuzul
Alasan atau wahyu di balik ayat ini (Asbab al-Nuzul) adalah ketika Nabi Ibrahim
mendakwahkan pesan tauhid kepada umatnya, mereka menolaknya dan mengancam
akan mencelakainya. Ibrahim merasakan kesedihan dan kesusahan karena penolakan
dan penentangan mereka terhadap pesannya. Allah menurunkan ayat ini untuk
menghiburnya dan mengingatkannya bahwa Dia bersamanya dan akan melindunginya
dari bahaya mereka. Ini juga menjadi pesan umum bagi semua orang beriman, bahwa
dalam menghadapi kesulitan dan penolakan, mereka harus tetap tabah dan tidak
kehilangan harapan, karena Allah selalu bersama mereka.

b. Munasabah
Makna dari ayat ini mengajarkan tentang betapa pentingnya bersyukur kepada
Allah dan menghindari kekufuran. Jika kita bersyukur atas nikmat yang diberikan
Allah, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Namun, jika kita
bersikap kufur atau tidak bersyukur, maka akan mendapatkan siksa yang sangat pedih
di akhirat nanti. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu bersyukur atas segala
nikmat yang Allah berikan dan selalu menghindari kekufuran.

2. Q.S Al-Imran : 145


a. Asbab Al-Nuzul
Ayat ini mengingatkan fakta bahwa tidak ada jiwa yang mati kecuali dengan izin
Allah dan pada waktu yang ditentukan. Ini menekankan konsep predestinasi dan
kepercayaan pada keputusan ilahi. Ayat tersebut juga menyoroti dua jenis pahala yang
tersedia bagi individu berdasarkan niat dan keinginan mereka: pahala kehidupan dunia
dan pahala akhirat. Ini berfungsi sebagai pengingat bahwa mereka yang mencari
pahala di akhirat akan menerimanya, dan mereka yang bersyukur kepada Allah atas
nikmat-Nya akan diberi pahala yang sesuai.

3. Q.S An-Nahl : 114


a. Asbab Al-Nuzul
Surah An-Nahl adalah bab yang mencakup berbagai topik, termasuk keesaan
Allah, tanda-tanda ciptaan-Nya, petunjuk dikirim ke berbagai bangsa, pentingnya rasa
syukur dan ketaatan kepada Allah, dan konsep takdir ilahi. Ayat 114 adalah bagian
dari konteks yang lebih luas ini, tetapi tidak ada peristiwa atau kejadian sejarah
khusus yang disebutkan untuk memberikan alasan langsung bagi wahyu tersebut.
Dengan tidak adanya keterangan yang tegas tentang asbab al-nuzul ayat ini, maka
secara umum dipahami bahwa prinsip dan ajaran yang disebutkan dalam ayat tersebut
berlaku bagi orang beriman di segala waktu dan situasi. Ayat tersebut dapat
diapresiasi karena hikmah dan petunjuknya yang abadi, menekankan pentingnya
mencari ilmu, pemahaman, dan refleksi atas tanda-tanda Allah di alam semesta.

b. Munasabah
Ayat ini secara khusus memerintahkan orang beriman untuk mengonsumsi apa
yang telah disediakan Allah bagi mereka, yang halal dan baik. Hal itu mendorong
mereka untuk mensyukuri nikmat dan rezeki yang Allah berikan kepada mereka. Ayat
tersebut berfungsi sebagai pengingat untuk menyembah Allah dengan mengakui
nikmat-Nya dan mengungkapkan rasa terima kasih untuk mereka.
Dalam konteks yang lebih luas dari Surat An-Nahl, ayat ini selaras dengan tema
keseluruhan tentang mengenali dan mensyukuri nikmat Allah dan menjadi pedoman
bagi orang beriman untuk mengonsumsi bekal yang halal dan mensyukurinya. Ini
menekankan hubungan antara syukur dan ibadah, mengingatkan orang percaya untuk
menyadari nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka.

4. Q.S Luqman : 12 dan 14


a. Asbab Al-Nuzul
Ayat-ayat ini memberikan petunjuk dan hikmat yang berharga bagi orang
beriman. Ayat 12 menyoroti pentingnya syukur kepada Allah dan bagaimana
bersyukur bermanfaat bagi diri sendiri. Ini menekankan bahwa mengingkari nikmat
Allah tidak berbahaya bagi Allah, karena dia bebas dari kebutuhan dan pantas
mendapatkan semua pujian.
Ayat 14 menekankan kewajiban menunjukkan perhatian dan rasa terima kasih
kepada orang tua. Itu mengakui pengorbanan yang dilakukan oleh orang tua, terutama
ibu, dan mendorong orang beriman untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada
Allah dan orang tua mereka. Ayat tersebut mengingatkan orang beriman bahwa tujuan
akhir mereka adalah bersama Allah, menggarisbawahi pentingnya memenuhi
tanggung jawab mereka terhadap orang tua mereka.
Meskipun konteks atau peristiwa sejarah tertentu di balik turunnya ayat-ayat ini
tidak disebutkan, ajaran mereka tetap relevan dan berlaku bagi orang beriman
sepanjang waktu. Pesan syukur kepada Allah dan pentingnya menghormati dan
merawat orang tua adalah prinsip universal Islam.

b. Munasabah
Ayat 12 menekankan pentingnya rasa syukur kepada Allah. Ini menyoroti
bahwa rasa terima kasih bermanfaat bagi individu, dan mereka yang menyangkal
nikmat Allah tidak akan merugikan Allah dengan cara apa pun. Ayat tersebut
membawa pesan yang lebih luas untuk mengenali dan mensyukuri nikmat dan hikmah
yang Allah limpahkan kepada umat manusia.
Ayat 14 secara khusus berfokus pada tugas merawat orang tua dan
mengucapkan terima kasih kepada Allah dan orang tua. Ini menggarisbawahi
pentingnya hubungan antara orang tua dan anak, terutama menekankan peran ibu
dalam menggendong dan mengasuh anaknya. Ayat tersebut menekankan pentingnya
menghormati dan menghargai orang tua serta mengakui pengorbanan yang mereka
lakukan untuk anak-anak mereka.
Dari segi munasabah, ayat-ayat ini terletak dalam konteks yang lebih luas dari
hikmah dan petunjuk yang ditawarkan dalam Surat Luqman. Mereka menonjolkan
tema syukur, kebijaksanaan, dan hubungan kekeluargaan. Surah secara keseluruhan
memberikan pedoman bagi orang beriman untuk menjalani kehidupan yang benar,
mensyukuri nikmat Allah, dan memelihara ikatan kekeluargaan yang kuat.

5. Q.S Az-Zumar : 7
a. Asbab Al-Nuzul
Ayat tersebut menekankan konsekuensi dari iman dan ketidakpercayaan. Ini
menegaskan bahwa Allah tidak membutuhkan kepercayaan atau ibadah manusia. Jika
orang memilih untuk kafir, itu tidak mengurangi keagungan atau kekuasaan Allah.
Namun, Allah tidak menyetujui kekafiran bagi hamba-hamba-Nya. Di sisi lain, jika
orang memilih untuk bersyukur dan menyembah Allah, dia menyetujui rasa terima
kasih mereka dan membalas mereka sesuai dengan itu.
Ayat tersebut juga menekankan pertanggung jawaban individu, yang menyatakan
bahwa tidak seorang pun akan menanggung beban tindakan orang lain. Setiap orang
bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan mereka sendiri, dan mereka akan
bertanggung jawab kepada Allah pada hari kiamat.
Meskipun konteks atau peristiwa sejarah tertentu di balik turunnya ayat ini
tidak disebutkan, ajarannya menyampaikan pesan penting tentang keyakinan, rasa
syukur, dan tanggung jawab individu. Ini mengingatkan orang-orang beriman akan
pentingnya pilihan dan tindakan mereka, dan kembali kepada Allah, yang memiliki
pengetahuan penuh tentang apa yang ada di dalam hati mereka.

b. Munasabah
Dalam konteks munasabah, ayat ini terletak dalam konteks iman, keyakinan, dan
tanggung jawab individu yang lebih luas. Ini menyoroti perbedaan antara percaya dan
tidak percaya, dan pentingnya syukur di hadapan Allah. Ayat tersebut berfungsi
sebagai pengingat akan pentingnya tanggung jawab pribadi dan pada akhirnya
kembali kepada Allah, yang memiliki pengetahuan penuh tentang tindakan manusia.

G. Kandungan Ayat-Ayat tentang Syukur

1. Q.S Ibrahim : 7
Surat Ibrahim ayat 7 ini merupakan pengingat akan keutamaan dan hikmah
dari perbuatan syukur yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Allah SWT.
Allah SWT menceritakan tentang kisah Nabi Musa ketika mengingatkan
kaumnya yaitu Bani Israil tentang nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah
SWT kepada mereka. Di antara nikmat-nikmat tersebut adalah diselamatkannya
Bani Isroil dari penjajahan yang dilakukan oleh Fir’aun. Namun karena Bani
Israil di zaman Nabi Musa tidak bisa bersyukur atas nikmat Allah, maka nikmat
tersebut berbalik menjadi ujian dan pelajaran bagi mereka dan manusia di
generasi selanjutnya. Kemudian Allah SWT memberitahukan hikmah dari
bersyukur. Jika Bani Israil bisa mensyukuri nikmat Allah dan tidak kufur
kepada-Nya, mereka akan dapatkan tambahan nikmat, bukan siksa-Nya.
Ayat ini memang mengisahkan Nabi Musa bersama umatnya yaitu Bani
Israil. Tetapi, umat Islam harus mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah
tersebut. Yakni sifat selalu bersyukur yang merupakan sesuatu yang
diperintahkan dan disukai oleh Allah SWT yang harus selalu ada dalam diri
setiap umat muslim.

2. Q.S Al-Imran : 145


Seseorang tidak akan meninggal dunia kecuali dengan izin Allah dan takdirNya
dan sampai dia menghabiskan masa hidup yang Allah tentukan baginya sebagai
bentuk ketetapan yang pasti. Dan barangsiapa mencari kesenangan dunia dengan amal
shalihnya,maka Kami akan memberikan kepadanya rizki yang telah Kami tentukan
bagiannya bagi dirinya,dan tidak ada bagian pahala baginya di akhirat kelak. Dan
barangsiapa mencari pahala dari Allah di akhirat dengan amal perbuatannya,maka
Kami akan menganugerahinya apa yang ia inginkan,dan Kami akan berikan balasan
kepadanya dengan sempurna,selain rizki yang menjadi bagiannya di dunia ini. Orang
ini telah bersyukur kepada Kami dengan ketaatan dan jihadnya. Dan kami akan
membalas orang-orang yang bersukur dengan kebaikan.

3. Q.S An-Nahl : 114


Dijelaskan bahwa, Allah memerintahkan umat Muslim untuk mengonsumsi
makanan yang halal dan baik untuk tubuh. Baik makanan yang dari rezeki yang
diberikan Allah, maupun dari tumbuhan dan hewan. Makanan tersebut juga harus
yang rasanya enak dan bergizi agar dapat menjaga kebugaran tubuh. Tinggalkan
makanan yang telah diharamkan oleh Allah karena akan berdampak buruk untuk
kesehatan. Umat muslim juga harus bersyukur karena telah diberkahi makanan
berlimpah oleh Allah yang sangat bagus untuk kesehatan. Hal tersebut menunjukkan
betapa sayangnya Allah SWT kepada manusia, dan Dia selalu ingin yang terbaik
untuk umat-Nya.

4. Q.S Luqman : 12 dan 14

a. Ayat 12
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menganugerahkan perasaan yang halus, akal
pikiran, dan pemahaman agama kepada Luqman. Oleh karena itu, Allah
memerintahkan Luqman bersyukur kepada-Nya yang telah memberinya kenikmatan.
Orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya sama seperti
berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Allah tidak akan memberinya, bahkan
menyiksanya dengan sangat pedih. Kaum yang kufur hanya membahayakan dirinya
sendiri karena sudah ditakdirkan untuk merasakan api neraka. Maka, Allah SWT tidak
membutuhkan rasa syukur dari mereka.
Rasa syukur seorang hamba tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun
kepada Allah dan tidak pula akan menambahkan kemuliaannya. Sebaliknya,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, balasan yang setimpal akan didapatkan.
Mereka yang bersyukur berada di jalan menuju kebahagiaan abadi, sama seperti
Luqman.

b. Ayat 14
Surat Luqman ayat 14 merupakan wasiat dan perintah Allah kepada manusia
untuk berbakti kepada orang tuanya. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua
orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan
mengasuhnya dengan penuh susah payah. Birrul walidain (berbakti kepada orangtua)
merupakan kewajiban utama setelah bertauhid. Sebaliknya durhaka
kepada orangtua merupakan dosa terbesar setelah syirik. Wajib bersyukur kepada
Allah dan berterima kasih kepada orangtua.

5. Q.S Az-Zumar : 7
Jika kalian -wahai manusia- kafir kepada Rabb kalian, maka sesungguhnya Allah
tidak memerlukan iman kalian, dan kekufuran kalian tidak merugikan-Nya,
sebaliknya dampak negatif dari kekufuran kalian berpulang kepada kalian sendiri, dan
Allah tidak meridai hamba-hamba-Nya bila mereka kafir dan tidak memerintahkan
mereka agar menjadi kafir, karena Allah tidak memerintahkan perbuatan keji dan
mungkar. Jika kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya dan beriman
kepada-Nya, maka akan meridai syukur kalian dan membalasnya. Jiwa yang berdosa
tidak memikul dosa jiwa yang lain, akan tetapi setiap jiwa bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya. Kemudian kepada Rabb kalian tempat kembali kalian pada hari
Kiamat, lalu Rabb kalian memberitahu kalian tentang apa yang kalian perbuat di
dunia dan membalas amal-amal kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang ada di dalam hati hamba-hamba-Nya, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-
Nya.

H. Kesimpulan dari penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur

1. Q.S Ibrahim : 7
Ayat tersebut menyoroti pentingnya rasa syukur dan dampaknya terhadap
kehidupan individu. Inilah implikasi atau pelajaran utama yang dapat kita ambil dari
ayat ini:

a. Syukur adalah kebajikan mendasar: Ayat ini menekankan pentingnya


mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah. Ini menyiratkan bahwa rasa
syukur adalah kualitas yang diharapkan Allah dari hamba-hamba-Nya.
b. Syukur mengarah pada peningkatan berkah: Allah berjanji untuk meningkatkan
nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. Peningkatan ini dapat terwujud
dalam berbagai bentuk, seperti berkah fisik, emosional, atau spiritual. Syukur
memupuk rasa puas dan membuka pintu untuk berkah selanjutnya dari Allah.

c. Penyangkalan atau ketidakbersyukuran memiliki konsekuensi: Sebaliknya,


menyangkal atau tidak berterima kasih atas nikmat Allah membawa konsekuensi
yang parah. Ayat tersebut menyiratkan bahwa mereka yang menolak atau tidak
berterima kasih atas nikmat Allah dapat menghadapi hukuman-Nya. Ini berfungsi
sebagai peringatan agar tidak mengambil berkah Allah begitu saja.

d. Keseimbangan antara syukur dan pengakuan konsekuensi: Ayat tersebut


menggarisbawahi pentingnya mengenali hubungan antara syukur dan tanggung
jawab. Ini menyoroti interaksi antara mengakui nikmat Allah dan menyadari
konsekuensi dari menyangkal atau tidak berterima kasih atas nikmat tersebut.

Ringkasnya, Surah Ibrahim, Ayat 7 menekankan pentingnya syukur dalam


kehidupan seorang mukmin. Hal ini menggambarkan bahwa mengucap syukur kepada
Allah akan menambah nikmat, sedangkan mengingkari atau kufur membawa akibat
yang berat. Ayat tersebut mendorong orang-orang beriman untuk menumbuhkan sikap
syukur dan pengakuan atas nikmat Allah, sambil memperhatikan pertanggungjawaban
mereka di hadapan-Nya.

2. Q.S Al-Imran : 145


Dari ayat ini, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Ketetapan dan kendali Allah atas hidup dan mati.


Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada jiwa yang mati kecuali dengan izin
Allah dan pada waktu yang ditentukan. Ini menekankan kedaulatan Allah dan
kontrol atas umur setiap individu. Kematian pada akhirnya ada di tangan Allah.

b. Keinginan dan pahala yang berbeda.


Ayat ini menyajikan kontras antara mereka yang menginginkan imbalan
kehidupan dunia ini dan mereka yang mencari imbalan akhirat. Ini menyiratkan
bahwa individu memiliki prioritas dan tujuan yang berbeda dalam hidup. Allah
berjanji untuk memberikan kepada setiap orang apa yang mereka inginkan,
apakah itu imbalan dunia atau imbalan akhirat.

c. Pahala syukur.
Ayat diakhiri dengan menyebutkan pahala bagi mereka yang bersyukur. Ini
menunjukkan bahwa rasa syukur adalah kualitas yang diakui dan dihargai oleh
Allah. Syukur dipandang sebagai suatu kebajikan yang mendatangkan berkah dan
nikmat dari Allah.
Ringkasnya, Surah Al-Imran, Ayat 145 menyoroti kendali Allah atas hidup dan
mati, mengakui keinginan dan prioritas individu yang berbeda, dan menekankan
pentingnya rasa syukur sebagai kebajikan yang dibalas oleh Allah. Ini mengingatkan
orang beriman bahwa keinginan dan pilihan mereka memiliki konsekuensi dan
mendorong mereka untuk mensyukuri nikmat Allah.

3. Q.S An-Nahl : 114

Kesimpulan berikut dapat ditarik dari ayat ini

a. Konsumsi Halal.
Ayat tersebut menyoroti pentingnya mengkonsumsi makanan yang telah
disembelih dengan penyebutan nama Allah. Itu menandakan pentingnya makan
makanan halal (halal) dan mengikuti pedoman diet yang ditentukan oleh Allah.

b. Keimanan dan Keyakinan.


Ayat tersebut ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman pada ayat-ayat
Allah, yang menunjukkan bahwa orang beriman harus memperhatikan sumber dan
legalitas makanan yang mereka konsumsi. Ini menyiratkan bahwa orang percaya
sejati harus berhati-hati dalam mengikuti hukum dan peraturan diet yang
ditentukan.

c. Bimbingan Ilahi.
Ayat ini mencerminkan bimbingan ilahi dan perhatian terhadap detail dalam
hal kehidupan sehari-hari, termasuk praktik diet. Ini mengingatkan orang percaya
akan pentingnya perhatian dan kepatuhan dalam semua aspek kehidupan mereka,
termasuk makanan yang mereka konsumsi.

d. Pengakuan Otoritas Allah.


Ayat ini menekankan pengakuan otoritas Allah dan hak-Nya untuk
menentukan apa yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Ini mendorong orang
beriman untuk memiliki rasa tanggung jawab dan kepatuhan yang kuat terhadap
perintah Allah.

Ringkasnya, Surah An-Nahl, Ayat 114 menekankan pentingnya mengkonsumsi


makanan halal dan mengingat nama Allah saat makan. Ini menyerukan kepada orang-
orang beriman untuk mematuhi pedoman diet yang ditentukan dan mengakui otoritas
Allah dalam urusan kehidupan sehari-hari. Ayat tersebut memperkuat gagasan bahwa
mukmin sejati harus menunjukkan perhatian dan kepatuhan dalam semua aspek
kehidupan mereka, termasuk praktik diet mereka.

4. Q.S Luqman : 12 dan 14


Surat Luqman Ayat 12 dan 14 dari Quran menyampaikan kesimpulan utama
berikut:
a. Ayat 12:
Pentingnya syukur: Ayat ini menyoroti pentingnya bersyukur kepada Allah. Ini
menekankan bahwa rasa syukur tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga
merupakan kebajikan yang diinginkan Allah dari hamba-hamba-Nya. Kaitan antara
syukur dan ibadah: Hal ini menunjukkan bahwa syukur adalah salah satu bentuk
ibadah dan sarana untuk memenuhi tujuan keberadaan seseorang. Syukur harus
diungkapkan kepada Allah atas nikmat dan nikmat-Nya.

b. Ayat 14:
a.) Menghormati dan merawat orang tua.
Ayat ini menekankan kewajiban untuk menghormati, menghormati, dan
merawat orang tua. Itu mengakui kesulitan dan pengorbanan yang dialami orang
tua dalam membesarkan anak-anak mereka, terutama peran ibu dalam
menggendong dan mengasuh anak.
b.) Syukur kepada Allah dan orang tua.
Ini menyoroti pentingnya bersyukur kepada Allah dan orang tua seseorang. Ini
mengingatkan orang beriman bahwa rasa syukur dan ketaatan kepada Allah
berjalan seiring dengan menghormati dan merawat orang tua.
c.) Memahami tahapan kehidupan.
Ayat tersebut menyebutkan tahapan kehamilan dan penyapihan, menekankan
proses alami yang telah Allah tetapkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak.
Ringkasnya, Surat Luqman, Ayat 12 menekankan pentingnya rasa syukur kepada
Allah sebagai bentuk ibadah dan kemaslahatan pribadi. Ayat 14 menyoroti kewajiban
menghormati dan merawat orang tua, mengucapkan terima kasih kepada Allah dan
orang tua, dan mengenali berbagai tahapan kehidupan. Ayat-ayat ini mendorong
orang-orang beriman untuk mengembangkan rasa syukur, menunaikan tanggung
jawab terhadap orang tua, dan menghargai proses alam yang ditetapkan Allah.

5. Q.s Az-Zumar : 7
Dari ayat ini, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Kemandirian Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah bebas dari segala kebutuhan makhluk-Nya,
termasuk orang-orang kafir. Ini menegaskan bahwa kekafiran tidak
mempengaruhi kebesaran Allah atau mengurangi kekuasaan-Nya dengan cara
apapun.

b. Penolakan Allah terhadap kekufuran.


Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah tidak merestui kekufuran bagi hamba-
hamba-Nya. Ini menggarisbawahi pentingnya iman dan menyoroti bahwa
pengabdian sejati kepada Allah melibatkan percaya kepada-Nya dan bimbingan-
Nya.
c. Syukur itu terpuji.
Ayat ini menyoroti pentingnya syukur. Ini menunjukkan bahwa ketika orang
beriman mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat-Nya, itu disetujui
dan diterima oleh-Nya. Syukur adalah kualitas terpuji dan bagian penting dari
hubungan orang beriman dengan Allah.

d. Akuntabilitas individu.
Ayat ini menekankan akuntabilitas individu atas tindakan seseorang. Ini
menyatakan bahwa tidak ada pembawa beban yang akan menanggung beban
orang lain. Setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya.

e. Pengembalian terakhir kepada Allah .


Ayat ini mengingatkan orang-orang beriman bahwa kembalinya mereka yang
terakhir adalah kepada Allah. Mereka akan dibawa kembali kepada-Nya, dan Dia
akan memberi tahu mereka tentang tindakan dan niat mereka. Pengetahuan Allah
bahkan mencakup rahasia yang tersembunyi di dalam hati.

Ringkasnya, Surat Az-Zumar, Ayat 7 menyoroti kemandirian Allah,


ketidaksetujuan-Nya terhadap kekufuran, terpujinya rasa syukur, tanggung jawab
individu, dan kembalinya kepada Allah. Ayat tersebut menekankan pentingnya iman,
rasa syukur, dan tanggung jawab pribadi di hadapan Allah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan syukur adalah sikap atau perasaan bersyukur atas segala nikmat dan berkah
yang diberikan kepada kita dalam kehidupan. Dengan bersyukur, kita mengakui dan
menghargai segala hal baik yang telah terjadi dalam hidup kita, termasuk pencapaian,
kesuksesan, kebahagiaan, kesehatan, dan hubungan yang bermakna. Bersyukur memiliki
manfaat yang besar bagi kesejahteraan kita secara keseluruhan. Dengan melihat dan
menghargai apa yang kita miliki, kita dapat merasa lebih puas dan bahagia dengan apa yang
sudah ada dalam hidup kita, daripada selalu terfokus pada apa yang kurang atau belum
tercapai. Sikap syukur juga dapat membantu kita mengatasi rasa frustrasi, kekecewaan, atau
kecemasan yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Bersyukur juga mengarahkan kita untuk melihat sisi positif dalam segala situasi, bahkan
dalam kesulitan atau kegagalan. Dengan melihat pelajaran dan peluang di balik setiap
pengalaman, kita dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi. Selain itu, bersyukur juga
dapat memperkuat hubungan sosial kita dengan orang lain, karena sikap syukur sering kali
dikaitkan dengan rasa empati, penghargaan, dan kedermawanan. Dalam agama dan
spiritualitas, bersyukur seringkali dianggap sebagai wujud penghormatan dan pengakuan kita
terhadap Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, yang dianggap sebagai sumber segala
nikmat dan berkah dalam hidup. Dalam beberapa keyakinan, praktik bersyukur juga dapat
dihubungkan dengan pengembangan diri, pertumbuhan spiritual, dan pencarian makna hidup
yang lebih dalam.

Dalam kesimpulannya, sikap syukur merupakan kualitas penting yang dapat membawa
kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup kita. Dengan melatih diri untuk
selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima, kita dapat menciptakan pola pikir yang lebih
positif dan menghargai kehidupan secara lebih menyeluruh.

B. SARAN
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini jika terdapat kesalahan, kami mohon
maaf. Jika ada saran atau kritikan dari pembaca, silahkan sampaikan kepada kami karena
saran dan kritikan dari pembaca dapat menjadi pembelajaran untuk pembuatan makalah
selanjutnya dan dapat menunjang kesempurnaan makalah ini. Semoga setelah membaca
makalah ini kita dapat mengetahui dan meningkatkan kreativitas kita selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dkk., Al-Qur’an dan Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta: elSAQ Press, 2011

Al-Bantanie, Syafii, Dahsyatnya Syukur, Jakarta: Qultum Media, 2009

Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta: PT. Pusataka
Litera Antar Nusa, 2006.

Amsari, Fuad, Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, Jakatra: Gema
Isani Press, 1995.

Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Anda mungkin juga menyukai