ULUMUL HADIST
DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin,
Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya kepada
kita semua. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada nabi Muhammad Saw.
Makalah kami berjudul “Syukur” bertujuan untuk memenuhi tugas yang di berikan
oleh bapak HARDIVISON,M.Ag dan ibuk FITRAH QALBINA,S.S.I,MIRKH yang
menjadi dosen pengampu mata kuliah Tafsir. Selain itu pemakalah juga berharap semoga
makalah yang kami susun ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Selanjutnya kami
berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan dan
kesempurnaan makalah kami ke depanya.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................i
A. Latar Belakang............................................................................................................................i
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................i
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................i
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................i
A. Kewajiban Syukur......................................................................................................................i
B. Syukur membawa berkah...........................................................................................................ii
C. Balasan bagi yang tidak bersyukur............................................................................................iv
D. Kosa Kata Kunci dan Penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur.....................................................v
E. Tafsir Mufradat dari Ayat-Ayat tentang Syukur........................................................................vi
F. Asbab al-Nuzul dan munasabah dari Ayat-Ayat tentang Syukur...............................................ix
G. Kandungan Ayat-Ayat tentang Syukur......................................................................................xi
H. Kesimpulan dari penafsiran Ayat-Ayat tentang Syukur..........................................................xiii
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................i
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................i
B. SARAN.......................................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks agama, syukur (alhamdulillah) merupakan salah satu pilar penting dalam
Islam. Syukur adalah pengakuan dan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas
segala nikmat dan berkah yang diberikan-Nya kepada individu dan umat manusia secara
umum. Konsep syukur dalam Islam bukan hanya berfokus pada pengakuan verbal, tetapi juga
melibatkan perilaku dan tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih yang tulus kepada
Allah. Syukur memiliki peran yang penting dalam memperkuat hubungan antara manusia dan
Allah. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia untuk mengingat-Nya dan
mengucapkan rasa syukur terhadap nikmat-Nya. Allah juga menjanjikan pahala bagi mereka
yang bersyukur dan mengancam sanksi bagi mereka yang ingkar atau tidak bersyukur.
Manfaat dari sikap syukur sangatlah luas, baik secara spiritual maupun psikologis. Secara
spiritual, syukur dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan sebagai ungkapan
pengakuan akan kekuasaan dan kemurahan-Nya. Dalam konteks psikologis, berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa sikap syukur yang kuat dapat meningkatkan
kebahagiaan, kepuasan hidup, dan kesejahteraan mental seseorang. Berfokus pada hal-hal
yang baik dalam hidup dan menghargai apa yang telah diberikan dapat membantu mengatasi
rasa tidak puas dan iri hati. Dalam ajaran Islam, syukur tidak hanya terbatas pada nikmat
materi, tetapi juga mencakup nikmat-nikmat lainnya, seperti kesehatan, keluarga, iman, ilmu
pengetahuan, dan banyak lagi. Sikap syukur juga mengajarkan seseorang untuk menghargai
dan menggunakan nikmat-nikmat tersebut dengan cara yang baik dan benar, serta berbagi
kebaikan dengan orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Kewajiban Bersyukur ?
2. Syukur membawa berkah?
3. Jelaskan balasan bagi yang tidak bersyukur?
4. Jelaskan kosa kata penafsiran ayat-ayat tentang syukur?
5. Jelaskan tafsir mufradat dari ayat-ayat tentang syukur?
6. Jelaskan asbab al-nuzul dan munasabah dari ayat-ayat tentang syukur?
7. Jelaskan kandungan ayat-ayat tentang syukur?
8. Jelaskan kesimpulan penafsiran ayat-ayat tentang syukur?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kewajiban bersyukur
2. Mengetahui syukur membawa berkah
3. Mengetahui balasan bagi yang tidak bersyukur
4. Mengetahui kosa kata penafsiran ayat-ayat tentang syukur
5. Mengetahui tafsir mufradat dari ayat ayat tentang syukur
6. Mengetahui asbab al-nuzul dan munasabah dari ayat-ayat tentang syukur
7. Mengetahui kandungan ayat-ayat tentang syukur
8. Mengetahui kesimpulan penafsiran ayat-ayat tentang syukur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Syukur
Ahmad Hadi Yasin menegaskan bahwa bersyukur adalah kewajiban setiap hamba
kepada Dzat Sang Pemberi nikmat, Allah Swt. Orang yang mengingkarinya berarti ia telah
mengufuri nikmat-Nya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat
Allah yang sangat banyak tersebut? Jawaban singkatnya adalah mulailah dari diri Anda
sendiri. Latihlah “otot syukur” Anda setiap waktu semaksimal dan semampunya. Bersyukur
di sini berarti memfokuskan pikiran dan perasaan pada hal-hal yang baik dalam hidup. Ketika
kita bersyukur, sebetulnya endorfin (hormon yang membuat rasa senang dan bahagia) akan
terus mengalir lebih lancar dalam tubuh.
M Quraish Shihab mengungkap tata cara syukur mencakup tiga sisi: pertama, syukur
dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah. Kedua, syukur dengan lidah, dengan
mengakui anugerah dan memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan, dengan
memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Dalam mensyukuri nikmat Allah, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah Saw
sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: ”Jika Rasulullah Saw
melaksanakan salat, ia berdiri (lama sekali) sampai kedua kaki (telapak) nya pecah-pecah.
Aisyah ra bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau berbuat seperti ini padahal dosamu
yang terdahulu dan yang akan datang telah diampuni? Lalu ia menjawab: Wahai Aisyah,
apakah aku tidak ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur” (HR. Muslim).
Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa rasa syukur bisa dilakukan dengan
cara salat yang khusuk dan berkualitas diiringi dengan kuantitas waktu sebagaimana
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw. Lantas masih adakah cara yang lain? Jelas ada yaitu
dengan sujud syukur. Sujud syukur merupakan perilaku sujud sebanyak satu kali yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan saat mendapat
nikmat/anugerah baru atau terhindari dari musibah. Sujud syukur kadangkala juga dilakukan
secara praktis dari posisi berdiri langsung bersimpuh mencium tanah sebagai simbol atau
tanda syukur kepada Allah Swt.
Nabi Muhammad Saw pernah melakukan sujud syukur ketika mendapatkan kabar
gembira. Sebagaimana diriwayatkan bahwa: “Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi Muhammad
Saw bahwa apabila ia mendapatkan suatu perkara yang menyenangkan maka ia bersimpuh
sujud sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah”.
Dalam hadis yang lain, kondisi bahagia membuat Nabi Muhammad Saw kembali
melakukan sujud syukur kepada Allah. Dijelaskan bahwa “Dari Al-Barra bin ‘Azib r.a.
bahwa Nabi Saw mengutus ‘Ali ke Yaman, kemudian ia (perawi) menyebutkan hadis,
berkata: Kemudian Ali menulis surat tentang keislaman mereka maka ktika Rasulullah Saw
membaca surat itu, beliau tersungkur sujud sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta’ala atas
hal tersebut”.
Lebih dari itu, tata cara bersyukur kepada Allah tentu saja tidak hanya dengan sujud
syukur dan salat, lebih dari itu kita juga bisa melakukan ibadah apa saja yang diperintahkan
oleh Allah, baik berupa amal ibadah mahdhah (khusus) dalam rangka berhubungan baik
dengan Allah sebagaimana termaktub dalam rukun Islam, maupun juga ibadah ghairu
mahdhah (umum) dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Di sini,
bersyukur tentu saja juga bisa diekspresikan dengan caraberupaya semaksimal kita untuk
menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah (amar makruf nahi munkar).
Secara praktis, ekspresi syukur dapat diwujudkan dengan memanfaatkan segala apa
yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan
orang di sekitar kita. Mata kita untuk melihat yang baik-baik sekaligus membaca dan
memahami ayatayat kekuasaan Allah. Kaki digunakan untuk berjalan menuju kebaikan.
Telinga untuk mendengar yang baik. Hati untuk merasakan, menghayati dan mensyukuri
nikmat-Nya. Tidak hanya itu, nikmat sehat yang kita rasakan, misalnya juga bisa kita
manfaatkan untuk bekerja dan beribadah dengan sungguh-sungguh. Nikmat harta yang kita
punya, bisa kita manfaatkan untuk saling berbagi, berinfak dan beramal jariyah untuk
tabungan dan investasi akhirat nanti. Nikmat iman yang kita hayati perlu terus kita syukuri
dengan cara berdoa dan berusaha terus menerus berupaya mengamalkan ajaran Islam dengan
ikhlas lillahi ta’ala.
Hal yang menarik, setan-iblis tidak mau dan mungkin tidak mampu menggoda
manusia yang bersyukur kepada Allah dari sisi atas dan bawah. Alasannya sebab sisi atas
diartikan bahwa manusia biasanya selalu ingat Allah dengan penuh ketulusan dan
kemantaban. Demikian juga, sisi bawah dipahami bahwa manusia yang mau melihat ke
bawah biasanya ingat asalnya dan akan kembalinya, yaitu tanah. Di sini, artinya manusia
ingat kematian dan tentu saja ingat Allah yang Maha Pencipta. Saat seseorang betul-betul
ingat Allah, saat itulah setan-iblis sudah tidak bisa menggodanya. Maka, tidak heran bila
orang bersyukur selalu berusaha untuk sujud sebagai tanda syukur. Ada juga tanda orang
syukur selain dengan sujud, juga dengan cara melihat ke atas dengan memanjatkan doa-doa
kepada Allah. Dalam konteks inilah, diinformasikan bahwa Nabi Muhammad Saw selalu
memikirkan bagaimana nasib umatnya nanti yang diharapkan semua bisa masuk surga Allah
dengan cara mau terus menerus syukur di saat susah maupun senang. Nabi Muhammad Saw
juga memberikan warisan doa khusus sebagai anjuran untuk kita semua supaya kita selalu
diberkati Allah untuk menjadi orang yang suka bersyukur.
Keteladanan syukur para nabi yang patut direnungkan, misalnya dari kisah Nabi
Sulaiman. Kisah ini bisa ditemukan dalam al-Qur’an. Dikatakan bahwa Nabi Sulaiman
pernah ditanya apa kunci kemuliaan dan kesuksesan hidupnya. Nabi Sulaiman menjawab,
“Hadza min fadzli Rabbi”. Artinya semua kesuksesan dan kemuliaan ini dari Tuhanku, yaitu
Allah Swt. Jawaban Nabi Sulaiman tersebut menunjukkan kepada kita bahwa di balik
kesuksesan setiap manusia ada campur tangan Allah yang tidak boleh dilupakan. Pengakuan
diri semacam ini sangat diperlukan. Oleh karena itu, Nabi Sulaiman selalu mendapat
tambahan kenikmatan dan limpahan kesuksesan hingga akhir hayatnya.
Di sini, syukur bukanlah kata benda mati. Syukur juga bukan kata sifat saja. Tapi,
syukur merupakan kata kerja yang perlu bukti tindakan nyata hingga akhir hayat kita. Secara
lisan, praktik syukur bisa dibuktikan dengan mengucapkan kata-kata yang baik sekaligus
pujian hanya untuk Allah. Dalam tindakan, syukur ditandai dengan upaya sungguh-sungguh
untuk memanfaatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk kemanfaatan dan kemaslahatan
semua. Lebih lanjut, syukur secara bahasa dimaknai sebagai upaya membuka dan mengakui
diri. Mengakui apa yang kini diperoleh dan dirasakan semua dari Allah, oleh Allah dan pada
akhirnya untuk Allah. Ungkapan alhamdulillah yang berarti segala puji untuk Allah
merupakan ekspresi kejujuran. Semakin sering kita mengucap alhamdulillah, sebetulnya kita
melatih diri dalam bersikap jujur dalam hubungannya dengan Allah.
Ayat tersebut menegaskan bahwa bila Anda semua ingin sukses, bahagia, kaya
dan banyak rezeki maka bersyukurlah. Sebaliknya, bila tidak mau bersyukur maka
Anda tentu harus siap gagal dan siap mendapat petaka dan bencana. Oleh karena itu,
jalan terbaik yang perlu ditempuh adalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Di sini,
dapat dipahami bahwa bersyukur merupakan jalan pertama dan utama yang perlu
dilakukan setiap anak manusia yang ingin sukses dan dilipatkan rezeki dan nikmatnya.
۟
ِ فَ ْٱذ ُكرُونِ ٓى َأ ْذ ُكرْ ُك ْم َوٱ ْش ُكرُوا لِى َواَل تَ ْكفُر
ُون
Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. al-
Baqoroh ayat 152).
Segala hal yang tidak disukai Allah tentu memiliki dampak negatif atau akibat buruk
dari perbuatan tersebut. Begitu juga dengan orang yang tidak pandai bersyukur, pasti akan
menanggung akibatnya. Akibat orang tidak pandai bersyukur adalah kebalikan dari manfaat
yang didapatkan oleh orang yang senang bersyukur. Berikut beberapa kerugian bagi orang
yang tidak pandai bersyukur :
1. Q.S Ibrahim : 7
َوا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ِإن ُكنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُدُون ْ وا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاًل طَيِّبًا َوٱ
۟ ش ُك ُر ۟ ُفَ ُكل
Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.
ش ُك ْر لِى َ ٰ ِسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّم ۥهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َوه ٍْن َوف
ْ صلُهۥُ فِى عَا َم ْي ِن َأ ِن ٱ َ ٰ ص ْينَا ٱِإْل ن
َّ َو َو
صي ُر ِ َولِ ٰ َولِ َد ْيكَ ِإلَ َّى ٱ ْل َم
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
5. QS. Az-Zumar : 7
1. Q.S Ibrahim : 7
م لَِئ ْنfَُْشكَرْ ت Sesungguhnya jika Dan (ingatlah) َربُّ ُك ْم تََأ َّذنَ َوِإ ْذ
kamu bersyukur. ketika Tuhanmu
memaklumkan.
َكفَرْ تُ ْم َولَِئ ْن Tetapi jika kamu Niscaya Aku akan ْي َدنَّ ُك ْم َأَل ِز
mengingkari menambah (nikmat)
(nikmat-Ku). kepadamu.
لَ َش ِد ْي ٌد Sangat berat. Maka pasti azab-ku َع َذابِ ْي ِإ َّن
ٍ لِنَ ْف
س Setiap yang Dan tidaklah. َكانَ َو َما
bernyawa
هّٰللا ِ بِِإ ْذ ِن ِإاَّل Kecuali dengan izin Akan mati تَ ُموْ تَ َأ ْن
Allah
ۗ ُّمَؤ َّجاًل Yang telah (sebagai) ketetapan ِك ٰتبًا
ditentukan
waktunya.
ي ُِّر ْد Menghendaki Dan barang siapa َو َم ْن
نُْؤ تِ ٖه Niscaya kami Pahala dunia َ ال ُّد ْن َي ثَ َو
اب
berikan kepadanya.
َو َم ْن Dan barang siapa Pahala (dunia) itu ِم ْنهَ ۚا
َ ااْل ٰ ِخ َر ثَ َو
اب Pahala akhirat Menghendaki ي ُِّر ْد
ِم ْنهَ ۗا Pahala (akhirat) itu Kami berikan نُْؤ تِ ٖه
(pula) kepadanya
َال ٰ ّش ِك ِر ْين Kepada orang-orang Dan kami akan ى َو َسنَجْ ِز
yang bersyukur memberi alasan
a. Q.S Luqman : 12
َلُ ْقمٰ ن (kepada) Lukman Dan sungguh, telah َولَقَ ْد ٰاتَ ْينَا
Kami berikan.
ْاَ ِن ا ْش ُكر (yaitu), Hikmah َْال ِح ْك َمة
bersyukurlah
َو َم ْن Dan barang siapa Allah هّٰلِل
ِ
فَاِنَّ َما Maka Bersyukur kepada ْيَّ ْش ُكر
sesungguhnya (Allah)
لِنَ ْف ِس ٖ ۚه Untuk dirinya Dia bersyukur يَ ْش ُك ُر
sendiri
َكفَ َر Tidak bersyukur Dan barang siapa َو َم ْن
(kufur)
هّٰللا
َغنِ ٌّي Maha karya Maka sesungguhnya
Allah
َ فَا ِ َّن
Maha terpuji َح ِم ْي ٌد
b. Q.S Luqman : 14
5. Q.S Az-Zumar : 7
فَا َّن هّٰللا maka (ketahuilah) Jika kamu fakir اِ ْن تَ ْكفُرُوْ ا
َ ِ
sungguh, Allah
َع ْن ُك ْم Kamu Tidak memerlukan َغنِ ٌّي
لِ ِعبَا ِد ِه Dari hamba-hamba Dan dia tidak ٰ َْواَل يَر
ضى
Nya meridhai
َواِ ْن تَ ْش ُكرُوْ ا Jika kamu bersyukur Kekafiran ْال ُك ْف ۚ َر
لَ ُك ۗ ْم (kesyukuran) mu Maka dia meridhai ُ ضه َ ْيَر
ِّو ْز َر Dosa seseorang yang ٌاز َرة
ِ َواَل ت َِز ُر َو
berdosa tidak
memikul
ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ُك ْم Kemudian kepada Orang lain اُ ْخ ٰر ۗى
Tuhanmu lah
مfْ فَيُنَبُِّئ ُك Lalu dia beritahukan Kembalimu مfْ َّمرْ ِج ُع ُك
kepadamu
َُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ۗن Telah kamu kerjakan Apa yang بِ َما
َعلِ ْي ٌم Maha mengetahui Sungguh, dia ٗاِنَّه
Apa yang رfِ ْت الصُّ ُدو ِ بِ َذا
tersimpan
dalam
dada (mu)
F. Asbab al-Nuzul dan munasabah dari Ayat-Ayat tentang Syukur.
1. Q.S Ibrahim : 7
a. Asbab Al-Nuzul
Alasan atau wahyu di balik ayat ini (Asbab al-Nuzul) adalah ketika Nabi Ibrahim
mendakwahkan pesan tauhid kepada umatnya, mereka menolaknya dan mengancam
akan mencelakainya. Ibrahim merasakan kesedihan dan kesusahan karena penolakan
dan penentangan mereka terhadap pesannya. Allah menurunkan ayat ini untuk
menghiburnya dan mengingatkannya bahwa Dia bersamanya dan akan melindunginya
dari bahaya mereka. Ini juga menjadi pesan umum bagi semua orang beriman, bahwa
dalam menghadapi kesulitan dan penolakan, mereka harus tetap tabah dan tidak
kehilangan harapan, karena Allah selalu bersama mereka.
b. Munasabah
Makna dari ayat ini mengajarkan tentang betapa pentingnya bersyukur kepada
Allah dan menghindari kekufuran. Jika kita bersyukur atas nikmat yang diberikan
Allah, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Namun, jika kita
bersikap kufur atau tidak bersyukur, maka akan mendapatkan siksa yang sangat pedih
di akhirat nanti. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu bersyukur atas segala
nikmat yang Allah berikan dan selalu menghindari kekufuran.
b. Munasabah
Ayat ini secara khusus memerintahkan orang beriman untuk mengonsumsi apa
yang telah disediakan Allah bagi mereka, yang halal dan baik. Hal itu mendorong
mereka untuk mensyukuri nikmat dan rezeki yang Allah berikan kepada mereka. Ayat
tersebut berfungsi sebagai pengingat untuk menyembah Allah dengan mengakui
nikmat-Nya dan mengungkapkan rasa terima kasih untuk mereka.
Dalam konteks yang lebih luas dari Surat An-Nahl, ayat ini selaras dengan tema
keseluruhan tentang mengenali dan mensyukuri nikmat Allah dan menjadi pedoman
bagi orang beriman untuk mengonsumsi bekal yang halal dan mensyukurinya. Ini
menekankan hubungan antara syukur dan ibadah, mengingatkan orang percaya untuk
menyadari nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari mereka.
b. Munasabah
Ayat 12 menekankan pentingnya rasa syukur kepada Allah. Ini menyoroti
bahwa rasa terima kasih bermanfaat bagi individu, dan mereka yang menyangkal
nikmat Allah tidak akan merugikan Allah dengan cara apa pun. Ayat tersebut
membawa pesan yang lebih luas untuk mengenali dan mensyukuri nikmat dan hikmah
yang Allah limpahkan kepada umat manusia.
Ayat 14 secara khusus berfokus pada tugas merawat orang tua dan
mengucapkan terima kasih kepada Allah dan orang tua. Ini menggarisbawahi
pentingnya hubungan antara orang tua dan anak, terutama menekankan peran ibu
dalam menggendong dan mengasuh anaknya. Ayat tersebut menekankan pentingnya
menghormati dan menghargai orang tua serta mengakui pengorbanan yang mereka
lakukan untuk anak-anak mereka.
Dari segi munasabah, ayat-ayat ini terletak dalam konteks yang lebih luas dari
hikmah dan petunjuk yang ditawarkan dalam Surat Luqman. Mereka menonjolkan
tema syukur, kebijaksanaan, dan hubungan kekeluargaan. Surah secara keseluruhan
memberikan pedoman bagi orang beriman untuk menjalani kehidupan yang benar,
mensyukuri nikmat Allah, dan memelihara ikatan kekeluargaan yang kuat.
5. Q.S Az-Zumar : 7
a. Asbab Al-Nuzul
Ayat tersebut menekankan konsekuensi dari iman dan ketidakpercayaan. Ini
menegaskan bahwa Allah tidak membutuhkan kepercayaan atau ibadah manusia. Jika
orang memilih untuk kafir, itu tidak mengurangi keagungan atau kekuasaan Allah.
Namun, Allah tidak menyetujui kekafiran bagi hamba-hamba-Nya. Di sisi lain, jika
orang memilih untuk bersyukur dan menyembah Allah, dia menyetujui rasa terima
kasih mereka dan membalas mereka sesuai dengan itu.
Ayat tersebut juga menekankan pertanggung jawaban individu, yang menyatakan
bahwa tidak seorang pun akan menanggung beban tindakan orang lain. Setiap orang
bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan mereka sendiri, dan mereka akan
bertanggung jawab kepada Allah pada hari kiamat.
Meskipun konteks atau peristiwa sejarah tertentu di balik turunnya ayat ini
tidak disebutkan, ajarannya menyampaikan pesan penting tentang keyakinan, rasa
syukur, dan tanggung jawab individu. Ini mengingatkan orang-orang beriman akan
pentingnya pilihan dan tindakan mereka, dan kembali kepada Allah, yang memiliki
pengetahuan penuh tentang apa yang ada di dalam hati mereka.
b. Munasabah
Dalam konteks munasabah, ayat ini terletak dalam konteks iman, keyakinan, dan
tanggung jawab individu yang lebih luas. Ini menyoroti perbedaan antara percaya dan
tidak percaya, dan pentingnya syukur di hadapan Allah. Ayat tersebut berfungsi
sebagai pengingat akan pentingnya tanggung jawab pribadi dan pada akhirnya
kembali kepada Allah, yang memiliki pengetahuan penuh tentang tindakan manusia.
1. Q.S Ibrahim : 7
Surat Ibrahim ayat 7 ini merupakan pengingat akan keutamaan dan hikmah
dari perbuatan syukur yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Allah SWT.
Allah SWT menceritakan tentang kisah Nabi Musa ketika mengingatkan
kaumnya yaitu Bani Israil tentang nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah
SWT kepada mereka. Di antara nikmat-nikmat tersebut adalah diselamatkannya
Bani Isroil dari penjajahan yang dilakukan oleh Fir’aun. Namun karena Bani
Israil di zaman Nabi Musa tidak bisa bersyukur atas nikmat Allah, maka nikmat
tersebut berbalik menjadi ujian dan pelajaran bagi mereka dan manusia di
generasi selanjutnya. Kemudian Allah SWT memberitahukan hikmah dari
bersyukur. Jika Bani Israil bisa mensyukuri nikmat Allah dan tidak kufur
kepada-Nya, mereka akan dapatkan tambahan nikmat, bukan siksa-Nya.
Ayat ini memang mengisahkan Nabi Musa bersama umatnya yaitu Bani
Israil. Tetapi, umat Islam harus mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah
tersebut. Yakni sifat selalu bersyukur yang merupakan sesuatu yang
diperintahkan dan disukai oleh Allah SWT yang harus selalu ada dalam diri
setiap umat muslim.
a. Ayat 12
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menganugerahkan perasaan yang halus, akal
pikiran, dan pemahaman agama kepada Luqman. Oleh karena itu, Allah
memerintahkan Luqman bersyukur kepada-Nya yang telah memberinya kenikmatan.
Orang yang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya sama seperti
berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Allah tidak akan memberinya, bahkan
menyiksanya dengan sangat pedih. Kaum yang kufur hanya membahayakan dirinya
sendiri karena sudah ditakdirkan untuk merasakan api neraka. Maka, Allah SWT tidak
membutuhkan rasa syukur dari mereka.
Rasa syukur seorang hamba tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun
kepada Allah dan tidak pula akan menambahkan kemuliaannya. Sebaliknya,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, balasan yang setimpal akan didapatkan.
Mereka yang bersyukur berada di jalan menuju kebahagiaan abadi, sama seperti
Luqman.
b. Ayat 14
Surat Luqman ayat 14 merupakan wasiat dan perintah Allah kepada manusia
untuk berbakti kepada orang tuanya. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua
orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan
mengasuhnya dengan penuh susah payah. Birrul walidain (berbakti kepada orangtua)
merupakan kewajiban utama setelah bertauhid. Sebaliknya durhaka
kepada orangtua merupakan dosa terbesar setelah syirik. Wajib bersyukur kepada
Allah dan berterima kasih kepada orangtua.
5. Q.S Az-Zumar : 7
Jika kalian -wahai manusia- kafir kepada Rabb kalian, maka sesungguhnya Allah
tidak memerlukan iman kalian, dan kekufuran kalian tidak merugikan-Nya,
sebaliknya dampak negatif dari kekufuran kalian berpulang kepada kalian sendiri, dan
Allah tidak meridai hamba-hamba-Nya bila mereka kafir dan tidak memerintahkan
mereka agar menjadi kafir, karena Allah tidak memerintahkan perbuatan keji dan
mungkar. Jika kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya dan beriman
kepada-Nya, maka akan meridai syukur kalian dan membalasnya. Jiwa yang berdosa
tidak memikul dosa jiwa yang lain, akan tetapi setiap jiwa bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya. Kemudian kepada Rabb kalian tempat kembali kalian pada hari
Kiamat, lalu Rabb kalian memberitahu kalian tentang apa yang kalian perbuat di
dunia dan membalas amal-amal kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang ada di dalam hati hamba-hamba-Nya, tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-
Nya.
1. Q.S Ibrahim : 7
Ayat tersebut menyoroti pentingnya rasa syukur dan dampaknya terhadap
kehidupan individu. Inilah implikasi atau pelajaran utama yang dapat kita ambil dari
ayat ini:
c. Pahala syukur.
Ayat diakhiri dengan menyebutkan pahala bagi mereka yang bersyukur. Ini
menunjukkan bahwa rasa syukur adalah kualitas yang diakui dan dihargai oleh
Allah. Syukur dipandang sebagai suatu kebajikan yang mendatangkan berkah dan
nikmat dari Allah.
Ringkasnya, Surah Al-Imran, Ayat 145 menyoroti kendali Allah atas hidup dan
mati, mengakui keinginan dan prioritas individu yang berbeda, dan menekankan
pentingnya rasa syukur sebagai kebajikan yang dibalas oleh Allah. Ini mengingatkan
orang beriman bahwa keinginan dan pilihan mereka memiliki konsekuensi dan
mendorong mereka untuk mensyukuri nikmat Allah.
a. Konsumsi Halal.
Ayat tersebut menyoroti pentingnya mengkonsumsi makanan yang telah
disembelih dengan penyebutan nama Allah. Itu menandakan pentingnya makan
makanan halal (halal) dan mengikuti pedoman diet yang ditentukan oleh Allah.
c. Bimbingan Ilahi.
Ayat ini mencerminkan bimbingan ilahi dan perhatian terhadap detail dalam
hal kehidupan sehari-hari, termasuk praktik diet. Ini mengingatkan orang percaya
akan pentingnya perhatian dan kepatuhan dalam semua aspek kehidupan mereka,
termasuk makanan yang mereka konsumsi.
b. Ayat 14:
a.) Menghormati dan merawat orang tua.
Ayat ini menekankan kewajiban untuk menghormati, menghormati, dan
merawat orang tua. Itu mengakui kesulitan dan pengorbanan yang dialami orang
tua dalam membesarkan anak-anak mereka, terutama peran ibu dalam
menggendong dan mengasuh anak.
b.) Syukur kepada Allah dan orang tua.
Ini menyoroti pentingnya bersyukur kepada Allah dan orang tua seseorang. Ini
mengingatkan orang beriman bahwa rasa syukur dan ketaatan kepada Allah
berjalan seiring dengan menghormati dan merawat orang tua.
c.) Memahami tahapan kehidupan.
Ayat tersebut menyebutkan tahapan kehamilan dan penyapihan, menekankan
proses alami yang telah Allah tetapkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
seorang anak.
Ringkasnya, Surat Luqman, Ayat 12 menekankan pentingnya rasa syukur kepada
Allah sebagai bentuk ibadah dan kemaslahatan pribadi. Ayat 14 menyoroti kewajiban
menghormati dan merawat orang tua, mengucapkan terima kasih kepada Allah dan
orang tua, dan mengenali berbagai tahapan kehidupan. Ayat-ayat ini mendorong
orang-orang beriman untuk mengembangkan rasa syukur, menunaikan tanggung
jawab terhadap orang tua, dan menghargai proses alam yang ditetapkan Allah.
5. Q.s Az-Zumar : 7
Dari ayat ini, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Kemandirian Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah bebas dari segala kebutuhan makhluk-Nya,
termasuk orang-orang kafir. Ini menegaskan bahwa kekafiran tidak
mempengaruhi kebesaran Allah atau mengurangi kekuasaan-Nya dengan cara
apapun.
d. Akuntabilitas individu.
Ayat ini menekankan akuntabilitas individu atas tindakan seseorang. Ini
menyatakan bahwa tidak ada pembawa beban yang akan menanggung beban
orang lain. Setiap orang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan syukur adalah sikap atau perasaan bersyukur atas segala nikmat dan berkah
yang diberikan kepada kita dalam kehidupan. Dengan bersyukur, kita mengakui dan
menghargai segala hal baik yang telah terjadi dalam hidup kita, termasuk pencapaian,
kesuksesan, kebahagiaan, kesehatan, dan hubungan yang bermakna. Bersyukur memiliki
manfaat yang besar bagi kesejahteraan kita secara keseluruhan. Dengan melihat dan
menghargai apa yang kita miliki, kita dapat merasa lebih puas dan bahagia dengan apa yang
sudah ada dalam hidup kita, daripada selalu terfokus pada apa yang kurang atau belum
tercapai. Sikap syukur juga dapat membantu kita mengatasi rasa frustrasi, kekecewaan, atau
kecemasan yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Bersyukur juga mengarahkan kita untuk melihat sisi positif dalam segala situasi, bahkan
dalam kesulitan atau kegagalan. Dengan melihat pelajaran dan peluang di balik setiap
pengalaman, kita dapat tumbuh dan berkembang sebagai pribadi. Selain itu, bersyukur juga
dapat memperkuat hubungan sosial kita dengan orang lain, karena sikap syukur sering kali
dikaitkan dengan rasa empati, penghargaan, dan kedermawanan. Dalam agama dan
spiritualitas, bersyukur seringkali dianggap sebagai wujud penghormatan dan pengakuan kita
terhadap Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, yang dianggap sebagai sumber segala
nikmat dan berkah dalam hidup. Dalam beberapa keyakinan, praktik bersyukur juga dapat
dihubungkan dengan pengembangan diri, pertumbuhan spiritual, dan pencarian makna hidup
yang lebih dalam.
Dalam kesimpulannya, sikap syukur merupakan kualitas penting yang dapat membawa
kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup kita. Dengan melatih diri untuk
selalu bersyukur atas apa yang telah kita terima, kita dapat menciptakan pola pikir yang lebih
positif dan menghargai kehidupan secara lebih menyeluruh.
B. SARAN
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini jika terdapat kesalahan, kami mohon
maaf. Jika ada saran atau kritikan dari pembaca, silahkan sampaikan kepada kami karena
saran dan kritikan dari pembaca dapat menjadi pembelajaran untuk pembuatan makalah
selanjutnya dan dapat menunjang kesempurnaan makalah ini. Semoga setelah membaca
makalah ini kita dapat mengetahui dan meningkatkan kreativitas kita selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dkk., Al-Qur’an dan Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta: elSAQ Press, 2011
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta: PT. Pusataka
Litera Antar Nusa, 2006.
Amsari, Fuad, Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, Jakatra: Gema
Isani Press, 1995.
Baidan, Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.