Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AKHLAQ DAN TASAWUF

AL-AKHLAQ AL-KARIMAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akhlaq dan Tasawuf

Dosen Pengampu :

Anshor Bahary, MA.

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

Mushab Wafi Adalah

Muhammad Faiz Abdurrahman

Gahtan Zam Zami

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA

2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Karena atas


rahmat, karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai Akhlaqul Karimah ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi
sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Anshor Bahary, MA.
selaku dosen mata kuliah Akhlaq dan Tasawuf.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan. Walaupun demikian, inilah usaha
maksimal saya selaku penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini, saya
selaku penulis dan para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

LebakBulus, 13 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I ......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ............................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 4
BAB Ⅱ ....................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5
A. Tawakkal ...................................................................................................... 5
B. Syukur ......................................................................................................... 10
C. Tawadhu ..................................................................................................... 13
D. Sabar ........................................................................................................... 17
E. Ikhtiar ......................................................................................................... 21
PENUTUP............................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlaq adalah sifat yang terdapat di dalam jiwa yang kokoh di


dalamnya, dengan sifat itu tampaklah perbuatan-perbuatan yang mudah serta
ringan di kerjakan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan1. Dari
pengertian ini, dapat kita pahami bahwa sepertinya akhlaq sudah ada dan lahir
ketika kita lahir ke muka bumi ini. Kebaikan-kebaikan seperti menolong orang
yang lemah, membantu tetangga yang sedang kesulitan, memberikan makan
dan minum kepada hewan yang sedang kelaparan dan kehausan, nampaknya
sifat itu akan otomatis mendorong kita untuk melakukan hal itu. Karena
perbuatan itu muncul karena tanpa kita harus pertimbangkan dan kita fikirkan
terlebih dahulu. Rasa kemanusiaan kita akan otomatis mendorong akhlaq yang
ada dan sangat kokoh di dalam diri kita untuk melakukan hal-hal tersebut. Dari
pengertian ini pula dapat kita pahami bahwa semua manusia pada dasarnya
mempunyai akhlaq walau mereka tak sadar akan hal itu.

Jika kita tambahkan kata “ islami” pada akhlaq, menjadi “akhlaq


islami” maka definisi di atas pun akan bertambah mengikuti kata islami di
belakangnya. Sehingga dapat kita artikan bahwa akhlaq islami adalah akhlaq
yang didasari oleh ajaran islam atau akhlaq yang memiliki sifat islami. Dengan
demikian jika kita gabungkan makna akhlaq dan makna akhlaq islami dapat
memberikan pengertian bahwa semua perbuatan yang dikerjakan dengan

1
Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf dan Karakter Mulia, (Depok: Raja Grafindo,
2013). H. 1.

2
mudah, dilakukan dengan sengaja, mendarah daging, dan di landasi pada
ajaran islam2.

Menjadi seorang muslim yang memiliki akhlaq islami dianjurkan


untuk memiliki beberepa sifat yang sebenarnya sifat itu sudah tertanam di
dalam dirinya sesuai dengan definisi di atas. Akhlaq islami juga bisa kita sebut
akhlaqul karimah, atau akhlaq yang membuat orang nya menjadi mulia. Sifat
seperti sabar,tawadhu, syukur, tawakal dan ikhtiar sudah tertanam di dalam
pribadi seorang muslim. Hanya saja, mereka harus mengenal terlebih dahulu
dan memperlajari serta melatih sifat-sifat tersebut hingga mereka bisa
mengoptimalkan dalam kehidupan mereka.

Pada makalah ini, kami para penyusun berusaha untuk


memperkenalkan sifat-sifat tersebut dari definisi dan hal lainnya, sehingga
para muslimin yang membacanya dapat memahami serta mengoptimalkan
dalam kehidupannya sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya adalah


sebagai berikut:

1. Apa definisi tawakkal, macam-macam nya dan buah dari tawakkal?.


2. Apa definisi syukur, macam-macam nya dan buah dari syukur?.
3. Apa definisi tawadhu, dan hal-hal yang berkaitan dengannya?
4. Apa definisi sabar, hakikat nya dan buah serta keutamaan dari sabar?.
5. Apa definisi ikhtiar, dan hal-hal yang berkaitan dengannya?.

2
Abuddin Nata, Akhlaq Tasawuf dan Karakter Mulia, h. 125.

3
C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penyusunan berikut adalah untuk mengetahui :

1. Memahami definisi tawakkal, macam-macam nya dan buah dari


tawakkal.
2. Memahami definisi syukur, macam-macam nya dan buah dari syukur.
3. Mengetahui definisi tawadhu, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
4. Memahami definisi sabar, hakikat nya dan buah serta keutamaan dari
sabar.
5. Mengetahui definisi ikhtiar, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

4
BAB Ⅱ

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini terdapat lima cakupan yang akan di bahas.


Tawakkal, syukur, sabar, tawadhu dan ikhtiar. Adapun pembahasannya
sebagai berikut:
A. Tawakkal

1. Pengertian Tawakkal

Secara bahasa kata tawakkal berasal dari bahasa arab yakni wakala-
yakilu yang artinya “menyerahkan dan mewakilkan”. Terkait dengan arri
mewakilkan setidaknya dapat dimbil contoh wakaltuhu fawakkala li “saya
wakilkan urusan saya kepadanya sehingga dia dapat mewakili saya. Adapaun
arti dari kata wakiil itu sendiri yakni sang pemilik urusan telah mewakilkan
segala urusuannya kepada yang mewakili3
Adapaun arti tawakkal secara bahasa dalam kamus besar bahasa
Indonesia yakni “berserah diri menyerahkan segala urusannya kepada yang
maha esa dengan segenap hati setelah melalui upya dan usaha”, ada juga yang
memahami tawakkal sebagai tindakan berserah diri kepada allah SWT atas
apa yang telah diusahakan dan dicapainya.
Dilanjut dengan arti tawakkal secara istilah (ajaran Akhlak dan
Tasawwuf) yakni menjadikan allah dzat yang maha kuasa sebagi wakil dalam
segala usaha dan capaiannya. Setidaknya ada 3 pnadangan ulama mengenai
konsep tawakkal yang pemakalah kutip kali ini, antara lain;4

3
Shihab M.Q. Konsep Tawakal Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam: (Jurnal An-Nuha, 2016). H. 12
4
Shihab M.Q. Konsep Tawakal. Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam, h. 13.

5
a. Ibnu Qayyim mengemukakan bahwa tidak sah tawakal kecuali jika
disertai dengan melakukan sebab-sebab/usaha terlebih dahulu
b. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, tawakal adalah penyerahan diri kepada
Allah dan berpegang kuat kepada-Nya setelah berusaha terlebih
dahulu sejauh kemampuan manusiawi. Oleh karena itu, tawakal
diharuskan ketika keadaan diluar kemampuan manusia untuk
mengubahnya.
c. Hamka menjelaskan bahwa tawakal yaitu menyerahkan keputusan
segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada Tuhan.

2. Macam-Macam Tawakkal

Tawakkal merupakan suatu sikap terpuji yang dimiliki oleh orang


islam yang beriman. Dimana sifat ini dapat menuntunnya kepada jalan yang
bersih, benar dan suci. Dalam ajaran islam, tawakkal dibagi menjadi 3
kategori, antara lain;5
a. Tawakkal terhadap suatu pekerjaan yang memiliki sebab dan illat
b. Tawakkal terhadap suatu hal yang berada diluar kendali manusia
itu sendiri
c. Tawakkal dalam meraih cinta dan ridha allah
Pertama, tawakkal terhadap suatu pekerjaan yang memiliki sebab dan
illat dapat dipahami sebagai keharusan seorang manusia untuk berusaha dan
bekerja keras terhadap apa yang dicapainya, kemudian menyerahkan segala
hasilnya kepada allah SWT. Tuntutan dalam berusaha merupakan poin penting
dalam bahasan pertama macam” tawakkal. Agama slam dalam al-Qur’an dan

5
Shihab M.Q. Konsep Tawakal. Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam, h. 14.

6
hadits mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk berusaha dan diwaktu
yang sama dituntut untuk berserah diri kepada-Nya.
Dalil al-Qur’an mengenai usaha dalam meraih suatu pencapaian dapat
dilihat dari firman Allah dibawah ini. Surat Al-Jumu’ah ayat 106.

‫ض ِل اللّٰ ِه َوا ْذ ُك ُروا اللّٰهَ َكثِي ًْرا‬ ِ ‫ص ٰلوة ُ فَا ْنتَش ُِر ْوا فِى ْاْلَ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَ ِاذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫لَّعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬
Artinya: “Apabila salat telah ditunaikan, bertebarlah kamu dimuka bumi
dan carilah karunia (rizki) dari Allah dan ingatlah kepada Allah
sebanyakbanyaknya agar kamu beruntung”.

Kemudian perintah berusaha disampaikan juga dalam sabda Nabi


SAW yaitu sebagai berikut:

ُ‫لو ﺃَنَّكُمْ كُﻨْتُمْ تَوَكَّلُونَ ﻋَلَى اللَّهِ ﺣَﻖَّ تَوَكُّلِهِ لَرُﺯِقْتُمْ كَﻤَا ﻳُرْﺯَﻕُ الﻄَّيْرُ تَغْﺪُوﺧِﻤَاﺻًا وَتَرُوﺡ‬
‫بِﻄَانًا‬
Artinya: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-
benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti seekor
burung, pagi-pagi ia keluar dari sarangan dalam keadaan lapar dan pulang
di sore hari dalam keadaan kenyang.”(H.R. At-Tirmidzi).”
Sebuah kisah pada masa Rasullah SAW mengenai unta jama’ahnya
yang ditinggalkan begitu saja karena hendak masuk kedalam masjid, ia
berdalih menyerahkan segala keamanan untanya kepada allah SWT. Dari sana
Rasullah SAW menasihatinya untuk mengikat untanya kesebuah penangkal
(pohon kelapa) terlebih dahulu barulah kemudian menyerahkannya kepada

6
Al-Jumu'ah https://quran.kemenag.go.id/surah/62

7
allah SWT7. Sekali lagi tawakal bukan berarti penyerahan suatu urusan secara
mutlak kepada Allah SWT, akan tetapi penyerahan tersebut harus didahulu
dengan berusaha. Setelah itu menyakini bahwa Allah SWT yang mewujudkan
segala sesuatu yang terjadi di alam raya.
Kedua, tawakkal atas segala sesuatu yang berada diluar kehendak
manusia, contohnya suatu keluarga yang rumahnya terkena musibah, entah itu
bajir ataupun terbakar. Suatu desa yang hanyut dibasmi air tsunami atau
tertimbun longsoran tanah, kematian seorang anak secara tiba-tiba bahkan hal
kecil seperti ditipu klien bisnis yang hilang tiba-tiba tanpa memberi informasi
apapun, hilang begitu saja.
Kesusahan, kekurangan harta benda, kemelaratan, kecelekaan, ditipu,
dikucilkan, bahkan dibunuh adalah warna warni percobaan yang disajikan
oleh tuhan yang maha esa agar supaya kita tidak lemah, agar supaya kita kuat
dan sabar. Cobaan ini adalah penggemblengan jiwa dan latihan kehidupan.
Laksana batu batu antic yang berada diperut bumi, semakin dalam semakin
panas, semakin panas semakin kuat, dan semakin kuat semakin mahal. (batu-
batu pilihan yang berada diperut bumi)8.
Ketiga yakni tawakal dalam meraih cinta dan ridha Allah. Jika
sebelumnya (kedua poin tadi) berorientasi pada usaha yang dipasrahkan. Maka
yang satu ini lebih dituju pada hasil yang dipasrahkan. Hasil yang baik dan
hasil yang buruk diterima apa adanya. Seperti yang kita ketahui dini ini banyak
orang-orang yang merasa tidak puas bahkan stress dengan hasil yang
didapatinya setelah mengorbankan tenaga, material dan waktu. Namun hal ini
(stress) tidak akan terjadi bagi orang-orang beriman yang menerapkan konsep

7
Muhammad M. Reysyahri, Ensiklopedia Mizanul Hikmah (terj. Abdullah Beik
dan Tolib Anis), (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013). h. 527.
8
Shihab M.Q. Konsep Tawakal. Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam, h. 20.

8
tawakal kedalam dirinya, karena dirinya sadar segala usaha dan hasilnya
merupakan pemberian dan jawaban yang diberikan oleh Allah SWT.
3. Buah Tawakkal
Setelah dibahas arti tawakkal secara bahasa dan istilah kemudian
menjelaskan macam-macamnya. Sampailah kita kedalam bahasan manfaat
yang diperoleh dari taip-tiap insan yang memilliki pribadi tawakkal dalam
dirinya. Diantara buah tawakkal tersebut adalah;9
a. Terwujudnya keyakinan (iman) yang mantap
َ‫ﻋلَى اللّٰ ِه فَت ََو َّكلُ ْْٓوا ا ِْن ُك ْﻨت ُ ْم ُّمؤْ ِمﻨِيْن‬
َ ‫َو‬
Artinya: “Bertawakallah hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang
mukmin”
b. Lahirnya kekuatan dan keteguhan dalam jati diri.
c. Tahu dimana tempat bergantung dan tahu dimana tempat kembali.
d. Langgeng dan selalu merasa cukup atas segala yang diperolehnya QS
At-Thalaq ayat 310.
‫ﻋلَى اللّٰ ِه فَ ُه َو َﺣ ْسبُهٗ ُۗا َِّن اللّٰهَ َبا ِل ُغ ا َ ْم ِر ُۗه‬ ُ ُۗ ‫ْث َْل َﻳحْ تَس‬
َ ‫ِب َو َم ْن ﻳَّت ََو َّك ْل‬ ُ ‫َّو َﻳ ْر ُﺯ ْقهُ ِم ْن َﺣي‬

ْ ‫قَ ْﺪ َج َع َل اللّٰهُ ِل ُك ِّل ش‬


‫َيءٍ قَﺪ ًْر‬
Artinya: “ Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak
dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.”
e. Timbul sifat tawadhu dan menahan diri dari penguasaan setan.
f. Memiliki perhitungan, tau batasan, dan tidak berekspetasi secara
gamblang dan berlebihan.

9
Shihab M.Q. Konsep Tawakal. Dan Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan
Islam, h. 24
10
At-Talāq https://quran.kemenag.go.id/surah/65

9
B. Syukur

1. Pengertian Syukur
Kata syukur dalam bahasa arab merupakan masdar dari kata syakara-
yasykuru. Disebutkan bahwasanya kata syukur berasal dari masdar syakara
dan pada pendapat lain merupakan bentuk jamak dari syakara. kata syukur
disebutkan dalam firman-Nya Qur’an surat al-Furqan ayat 62 dan surat al-
Insan ayat 911.
Kata syukur biasa disandingkan dengan kata hamd (memuji) beberapa
ulama berpendapat bahwasanya keduanya merupakan sinonim, beberapa
berpendapat keduanya memiliki arti yang berbeda, dan beberapa berpendapat
keduanya merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Akan dipaparkan
3 pendapat mengenai kosakata syukur yang disandingkan ke hamd12.
a. Al-Tabari memahami bahwasanya syukur dan hamd merupakan
sinonim dengan alasan bahwasanya orang arab selalu
menggandengkan kedua kata ini dalam satu ungakapan;
alhamdulillahi syukran artinya “segala puji bagi allah sebagai
ungkapan rasa syukur
b. Al-Qurthubi memhami bahwasanya memuji hamd (dalam kontek
ketuhanan) ialah segala pujian yang disandarkan kepada-Nya atas
sifat-sifat terpujinya tanpa didahului oleh jasa baik dari Allah.
Sedangkan syukur merupakan betuk pujian terhadap Allah SWT
setelah Dia memberikan kebaikan terhadapnya
c. Ibnu Abbas memahami bahwasanya sudah pasti kedua kata ini meiliki
hubungan yang sangat erat, ucapan “Alhamdulillah merupakan
ungkapan rasa syukur” seorang hamba terhadap penciptanya (berbeda

11
Madany, M. Syukur dalam Perspektif al-Qur'an. Az-Zarqa': (Jurnal Hukum
Bisnis Islam, 2015). H. 3.
12
Madany, M. Syukur dalam Perspektif al-Qur'an. Az-Zarqa', h. 4.

10
dengan at-Tabari, ia memahami 2 kata ini sebagai sinonim sedengkan
Ibnu Abbas memahami 2 kata ini sebagai 2 kata berbeda yang
ikatannya sangat erat)
Dalam hal ini penulis lebih tertarik dengan pendapatnya Ibnu Abbas,
karena ucapan Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur, didasari dari
firman-Nya. QS Ibrahim ayat 39 dan an-Naml ayat 1513.
‫ﻋ ۤا ِء‬ َ َ‫ﻋلَى ْال ِكبَ ِر اِسْﻤٰ ِع ْي َل َواِ ْسحٰ ُۗﻖَ ا َِّن َر ِبّ ْي ل‬
َ ُّ‫س ِﻤ ْي ُع الﺪ‬ َ ‫َب ِل ْي‬ ْ ‫ا َ ْل َح ْﻤﺪُ ِللّٰ ِه الَّذ‬
َ ‫ِي َوه‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku
di hari tua(-ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha
Mendengar (memperkenankan) doa” QS an-Naml ayat 1514.

َ‫ﻋ ٰلى َكثِي ٍْر ِ ّم ْن ِﻋ َبا ِد ِه ْال ُﻤؤْ ِم ِﻨيْن‬


َ ‫ضلَﻨَا‬ ْ ‫سلَيْﻤٰ نَ ِﻋ ْل ًﻤ ُۗا َوقَ َاْل ْال َح ْﻤﺪُ ِللّٰ ِه الَّذ‬
َّ َ‫ِي ف‬ ُ ‫َولَقَ ْﺪ ٰات َ ْيﻨَا دَ ٗاودَ َو‬
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan ilmu
kepada Daud dan Sulaiman. Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang
melebihkan kami daripada kebanyakan hamba-hamba-Nya yang mukmin.”
2. Macam macam syukur
Mengutip dari pendapatnya al-Raghib (al-Raghib al-Ashfahani) beliau
membagi macam-macam syukur kedalam 3 poin utama, antara lain yakni15:
a. Syukr al-Qalbi
b. Syukr al-Lisan
c. Syukr Sairil Jawarihah
Syukr al-Qalbi yakni syukurnya hati. Mensyukuri nikmat allah dengan
mengakui segala kebaikan yang diberikan Allah SWT terhadap dirinya.
Pengakuan dalam hati inilah nilai utama dari sebuah syukur. Ungkapan syukur
ini tempatnya di dalam hati dan tidak berbentuk fisik (seperti syukr al-Lisan

13
An-Naml https://quran.kemenag.go.id/surah/27
14
An-Naml https://quran.kemenag.go.id/surah/27
15
Madany, M. Syukur dalam Perspektif al-Qur'an. Az-Zarqa', h.. 7.

11
dan al-Jawarih).hematnya syukr al-Qalbi yaitu membalas dan mengimbangi
nikmat dari allah dengan bentuk pengakuan.
Syukr al-Lisan yakni syukur lisan, mensyukuri nikmat allah dengan
senantiasa mendawamkan dzikir (terutama Tahmid). Menampakkan rasa
syukur dengan berbagai macam pujian yang semua itu ditunjukkan kepada
rasa terimakasih itu.
Sykur Sairil Jawarih yakni syukur seluruh anggota tubuh. Mensyukuri
nikmat allah dengan menggunakan nikmat-nikmat dan karunia-Nya dalam
rangka membangun ketaatan yang lebih terhadap tuhan-Nya, juga
menghindarkan diri dari kemungkinan mengunnakan karunia-Nya kepada
jalan-jalan yang dimurkai-Nya.
3. Hikmah dan Manfaat Syukur
Syukur memberikan dampak positif bagi siapa saja yang menghiasi
dirinya dengan aklah mahmudah ini. Berikut akan kami tuliskan beberapa
dampak positif bagi orang-orang yang senantiasa bersyukur.
a. Kesempurnaan, dengan syukur nikmat yang telah ada akan terus
terjaga, bahkan nikmat dapat bertambah, seperti dalam QS Ibrahim
ayat 716.
َ َ‫ﻋذَابِ ْي ل‬
‫ش ِﺪﻳْﺪ‬ َ ‫َواِ ْذ تَاَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَ ِٕى ْن‬
َ ‫ش َك ْرت ُ ْم َْلَ ِﺯ ْﻳﺪَنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َكفَ ْرت ُ ْم ا َِّن‬
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat
keras”
b. Ramah dan senantiasa berprasangka baik terhadap orang17.

16
Ibrahim https://quran.kemenag.go.id/surah/14
17
Madany, M. Syukur dalam Perspektif al-Qur'an. Az-Zarqa', h. 10.

12
c. Manfaat syukur kembali kepada pelakunya, bukan kepada Allah.
Karena Allah tanpa dipuji pun akan tetap terpuji, akan tetap
berkuasa. Seperti dalam QS an-Naml ayat 4018.
‫ي َك ِرﻳْم‬ َ ‫ش َك َر فَ ِانَّ َﻤا َﻳ ْش ُك ُر ِلﻨَ ْفس ِٖۚه َو َم ْن َكفَ َر فَا َِّن َربِّ ْي‬
ٌّ ِ‫غﻨ‬ َ ‫َو َم ْن‬
Artinya: “Maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri. Siapa yang berbuat kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya
lagi Maha Mulia.”
d. Salah satu bentuk aklhak mahmudah yang dapat menjadi jembatan
interaksi antar pencipta dan cipataan-Nya.

C. Tawadhu

1. Pengertian Tawadhu

Rendah hati dalam bahasa Arab lebih dikenal dengan istilah Tawadhu.
Secara etimologi, kata tawadhu berasal dari kata wadh’a yang berarti
merendahkan, serta juga berasal dari kata “ittadha‟a” dengan arti
merendahkan diri. Disamping itu, kata tawadhu juga diartikan dengan rendah
terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, tawadhu adalah menampakan
kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Bahkan, ada juga yang
mengartikan tawadhu sebagai tindakan berupa mengagungkan orang karena
keutamaannya, menerima kebenaran dan seterusnya.
Pengertian Tawadhu Secara Terminologi berarti rendah hati, lawan
dari sombong atau takabur. Menurut Ahmad Izzan, tawadhu yaitu mengakui
kebenaran dari orang lain dan rujuk dari kesalahan menuju kebenaran. Karena
itu setiap orang harus bersikap tawadhu terhadap yang mengajarkan ilmu
kepadanya. Dengan sikap tawadhu, sebuah ilmu ia bisa dapatkan19.

18
An-Naml https://quran.kemenag.go.id/surah/27
19
Fauziah H, Mahfudz S, Pembentukan Karakter Rendah Hati Peserta Didik,
(Jurnal Masagi, 2022) Vol 1, No 1. H. 5.

13
2. Timbulnya Sifat Ketawadhuan
Sikap rendah hati sesungguhnya adalah sikap yang timbul setelah
menyaksikan keagungan dan kebesaran Allah serta tajalli (penampakan) sifat-
Nya. Keagungan Allah yang tampak di mata seorang hamba itu yang
menuntutnya untuk selalu merendahkan diri karena bisa memadamkan gelora
nafsu dan menyingkirkannya serta menggugurkan harapannya. Allah tidak
menampakkan diri pada sesuatu, kecuali membuat sesuatu itu tunduk dan
merendah kepada-Nya sehingga pohon kesombongan dan watak suka
kekuasaannya akan patah dengannya20.
Sikap rendah hati adalah akhlak yang sangat terpuji, karena ia
menganggap tidak ada yang patut disombongkan pada dirinya, kecuali hanya
Allah yang patut sombong, orang yang rendah hati la tetap biasa dalam
bersikap, walaupun ia seorang yang kaya, pintar, memiliki jabatan, memiliki
rumah mewah, kendaraan mewah, tampan dan cantik, dll. Itu semua tidak
membuat ia sombong lagi membanggakan diri, ia faham betul yang ia miliki
adalah hanya titipan dari Allah subhanahu wa ta' alaa, yang suatu saat bisa
diambil lagi oleh yang punya yaitu Allah subhanahu wa ta'alaa. 21 Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫سلَّ َم إِ َّن‬ َ ُ‫ﺻلَّى اللَّه‬


َ ‫ﻋلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سو ُل اللَّ ِه‬
ُ ‫ار ﺃَنَّهُ قَا َل قَا َل َر‬ ٍ َ‫ﻋ ْن ِﻋي‬
ٍ ‫اض ب ِْن ِﺣ َﻤ‬ َ
‫ﻋلَى ﺃ َ َﺣ ٍﺪ‬
َ ‫ﻋلَى ﺃ َ َﺣ ٍﺪ َو َْل ﻳَ ْفخ ََر ﺃ َ َﺣﺪ‬
َ ‫ي ﺃ َ َﺣﺪ‬ َ ‫ي ﺃ َ ْن ت ََوا‬
َ ‫ضعُوا َﺣتَّى َْل ﻳَ ْب ِغ‬ َّ َ‫اللَّهَ ﺃ َ ْو َﺣى إِل‬
Artinya: Dari Iyadh bin Himar, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
bertawadhu (rendah hati) hingga tidak seorang pun menganiaya orang lain,

20
Ibnu Athaillah A, Al-Hikam.Terj, Imam Firdaus (Jakarta: Wali Pustaka. 2016).
H. 242.
21
Syarifah Azizah, Irse Desy, 30 Akhlaq Terpuji dan Terbaik, (2015). H. 205.

14
dan tidak seorang pun berlaku sombong kepada orang lain.” (HR. Ibnu
Majah, Muslim).

Sedangkan dalam Al-Qur’an dijelaskan salah satu dari bentuk


kelemahlembutan dan kerendahan hati seorang hamba disebutkan dengan ibad
ar-Rahman :

َ‫طبَ ُه ُم ْال َجﻨ ِهلُون‬ ِ ‫ﻋلَى ْاْل َ ْر‬


َ ‫ض ه َْونًا َوإِذَا ﺧَا‬ ُ ‫الرﺣْ َﻤ ِن الَّذِﻳنَ ﻳَ ْﻤ‬
َ َ‫شون‬ َّ ُ‫َو ِﻋبَاد‬
َ ‫قَالُوا‬
‫س ََل ًما‬

Arinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (lalah) orang-
orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqon: 63).

Dalam tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata


(‫ )ه َْونًا‬haunan berarti lemah lembut dan halus. Patron kata yang dipilih di sini,
adalah mashdar yang mengandung makna “kesempurnaan”. Dengan demikian
maknanya adalah penuh dengan kelemahlembutan. Sifat hamba Allah yang
ِ ‫ﻋلَى ْاْل َ ْر‬
dilukiskan dengan )‫ض‬ ُ ‫ )ﻳَ ْﻤ‬berjalan di atas bumi dengan lemah
َ َ‫شون‬
lembut dipahami oleh banyak ulama dalam arti cara jalan mereka tidak angkuh
atau kasar.

Salah satu dari bentuk kelemahlembutan dan kerendahan hati hamba


yang di sebutkan di atas dengan ibad ar-Rahman adalah sikap mereka terhadap
orang-orang jahil. kata (‫س ََل ًما‬
َ ( salaman terambil dari akar kata (‫) سلم‬salima
yang maknanya berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang
tercela. Menurut al-Biqa’i keselamatan adalah batas antara keharmonisan
/kedekatan dengan perpisahan, serta batas antara rahmat dan siksaan. Jika
dipahami dalam arti ini, maka ucapan tersebut mengandung makna tidak ada

15
hubungan baik antara kita yang dapat melahirkan pemberian positif dari saya
kepada Anda atau Anda kepada saya, namun tidak ada juga hubungan buruk
yang mengundang pertengkaran dan perkelahian antara kita.22
3. Ketawadhuan yang Haqiqi

َ ‫ﻋ‬
‫ظ َﻤتِ ِه َوت َ َج ِلي ﺻفته‬ َ ‫ش ُهو ِد‬ ُّ ‫ض ُع ْال َح ِقي ِق‬
َ ‫ي ُه َو َما َكانَ نَا ِشئًا‬
ُ ‫ﻋن‬ ُ ‫لت َّ َوا‬

Artinya: “Tawadhu' yang sebenarnya bersumber dari syuhud (menyaksikan


keagungan-Nya) dan penampakan sifat-Nya.”

Itulah buah dari syuhud yang diraihnya. Jika ia menetapkan dirinya


tawadhu' dan merasa lebih tinggi daripada yang telah diperbuatnya dalam
rangka bersikap tawadhu' itu, berarti ia sombong. Oleh sebab itu, asy-Syibli
berkata, "Siapa yang melihat dirinya mulia, ia bukan termasuk orang yang
tawadhu' "23.
Di antara tanda seseorang bersifat tawadhu' ialah, ia tidak marah jika
dicela atau diabaikan. Ia juga tidak benci jika dihina dan dituduh melakukan
dosa besar. Ia tidak mau jika di mata manusia dianggap memiliki kedudukan
dan kehormatan. Ia tidak ingin mendapat tempat di hati mereka. Seorang yang
tawadhu' adalah orang yang tidak menyatakan bahwa dirinya tawadhu' karena
merasa hina dan tidak memiliki kemampuan dan kedudukan. Orang yang
memiliki sifat tawadhu' sejati adalah orang yang jika melakukan perbuatan-
perbuatan tawadhu ia tidak menetapkan sikap tawadhu' bagi dirinya dan tidak
mengaku tawadhu' karena melihat dirinya lebih rendah daripada yang telah
dilakukannya dalam rangka bersikap tawadhu' itu.

22
Fauziah H, Mahfudz S, Pembentukan Karakter Rendah Hati Peserta Didik, Vol
1, No 1. H. 3.
23
Ibnu Athaillah A, Al-Hikam.Terj, Imam Firdaus, (Jakarta: Wali Pustaka. 2016).
H. 242.

16
ِ ‫ َولَ ِك َّن ْال ُﻤت ََو‬،‫ﺻﻨَ َع‬
‫اض َع الَّذِي‬ َ ‫ض َع َرﺃَى ﺃَنَّهُ فَ ْوﻕَ َما‬ ِ ‫ْس ْال ُﻤت ََو‬
َ ‫اض ُع الَّذِي إِذَا ت ََوا‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ض َع َرﺃَى ﺃَنَّهُ د ُْونَ َما‬
‫ﺻﻨَ َع‬ َ ‫إِذَا ت ََوا‬

Artinya: “Orang tawadhu' bukanlah orang yang ketik merendah ia melihat


dirinya lebih mulia daripada yang diperbuat. Namun, orang yang tawadhu'
ialah orang yang melihat dirinya lebih rendah daripada yang diperbuat”

Orang yang merendah hati bukanlah orang yang saat melakukan sikap
tawadhu', misalnya dengan duduk di barisan belakang suatu majelis, ia melihat
dirinya lebih mulia daripada diperbuatnya atau merasa bahwa sebenarnya ia
layak duduk barisan depan majelis. Orang yang tawadhu' ialah orang yang jika
melakukan perbuatan tawadhu', misalnya dengan duduk barisan belakang
majelis, ia melihat bahwa dirinya lebih rendah daripada yang diperbuatnya dan
merasa layak untuk duduk barisan paling belakang.24

D. Sabar

1. Pengertian Sabar

Sabar adalah kata serapan dari Bahasa Arab, yaitu sha/b/r, terdiri atas
huruf shâd, bâ’, râ’. Kata shabr merupakan bentuk mashdar (pembendaan)
dari kata sha/ba/ra. Dari segi leksikal, kata shabara memiliki beragam arti.
Jika diikuti partikel ‘alâ bermakna sabar atau tabah hati, diikuti partikel ‘an
berarti amsaka (menahan atau mencegah), diikuti partikel hu berarti akraha
wa alzama (memaksa dan mewajibkan), dan bila diikuti partikel bi berarti
kafala (menanggung). Sebagai contoh “ shabartu ‘alâ mâ akrah wa shabartu
‘an mâ uhibb” (saya besabar atau tabah terhadap apa yang saya benci dan
menahan atau mencegah diri dari apa yang saya sukai).

24
Ibnu Athaillah A, Al-Hikam.Terj, Imam Firdaus (Jakarta: Wali Pustaka. 2016) h
241

17
Secara terminologis, sabar didefinisikan secara beragam oleh para
ulama. Beragamnya definisi tentang sabar diakibatkan oleh perbedaan cara
pandang mereka dalam memahami sabar di dalam Al-Qur’an.

a. Menurut al-Muhâshibî (w. 243 H/857 M), sabar ialah “mengurung


diri di tempat penghambaan (ubûdiyyah) dan membuang rasa
gelisah. Orang yang telah mampu membuang rasa gelisah, berarti
telah berada di maqam penghambaan (ubûdiyyah)”.
b. Menurut Dzû al-Nûn (w. 246 H/861 M), sabar ialah
“menghindarkan diri dari pertentangan (mukhâlafah), tenang
ketika ditimpa musibah, dan menampakan diri berkecukupan
ketika mengalami kefakiran25.

Sabar dalam Al-Qur’an mengandung unsur perbuatan. Artinya, sabar


adalah suatu sikap yang mendorong kepada perbuatan dan pelaksanaan
perbuatan dengan baik..

2. Hakikat Sabar

Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari


tingkat- tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang-orang
yang berjalan menuju kepada Allah (orang-orang salikin).. Semua macam-
macam agama itu, hanya dapat tersusun baik dari tiga hal:

a. Ma'rifah.
b. Hal-Ihwal.
c. Amal Perbuatan.

Maka ma'rifah itu adalah pokok. Dialah yang mewariskan hal-ihwal.


Dan hal-ihwal itu yang membuahkan amal perbuatan. Ma'rifah itu adalah

25
Hadi, S, Konsep Sabar Dalam Al-Qur'an, (Jurnal Madani, 2018). Vol. 1. No. 2.
H. 275.

18
seperti pohon kayu. Hal-ihol itu adalah seperti ranting. Dan amal perbuatan
itu adalah seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan (tempat)
orang-orang yang berjalan kepada Allah Ta'ala26.
Maka sabar pada hakikatnya, adalah ibarat dari ma'rifah itu. Dan amal
perbuatan, adalah seperti buah yang keluar dari ma'rifah. Dan ini tidak dapat
diketahui, selain dengan mengetahui cara tertibnya, antara malaikat, insan dan
hewan. Maka sabar itu sesungguhnya, adalah ciri khas insan. Dan tidak
tergambar adanya sabar itu pada hewan dan malaikat. Adapun pada hewan,
maka karena kekurangannya. Dan pada malaikat, maka karena
kesempurnaannya.
Dan sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama
menghadapi penggerak nafsu-syahwat. Kalau penggerak agama itu tetap,
sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu-syahwat dan terus-menerus
menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan
berhubungan dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan
lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu-syahwat dan ia tidak sabar pada
menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti setan-setan. Jadi,
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu -syahwat itu,
adalah amal-perbuatan yang dihasilkan oleh suatu hal-keadaan, yang
dinamakan: sabar.
Berkata sebagian ulama itu: "Adalah Nabi ‫ﷺ‬. manusia paling
penyabar, manusia paling berani, manusia paling adil, manusia paling menjaga
diri. Tiada sekali-kali tangannya menyentuh tangan wanita, yang tiada
dimilikinya selaku budak atau ikatan perkawinan atau wanita itu mahramnya
(yang haram dikawini)"27.

26
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Terj. Ismail Jakub (Jakarta: CV.Faizan, 1982). H.
273.
27
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Terj. Ismail Jakub, h. 266.

19
3. Keutamaan dan Buah Kesabaran

Allah Ta’ala telah menyebutkan sabar dalam Al-Quran lebih dari


tujuhpuluh tempat. Di sini pemakalah akan menyebutkan sebagiannya:

a. Menjadi pemimpin kaum

َ‫ﺻ َب ُرو ْۖاْ َو َكانُواْ ِبا ٰﻳَ ِتﻨَا ﻳُو ِقﻨُون‬


َ ‫َو َج َع ۡلﻨَا ِم ۡﻨ ُه ۡم ﺃ َ ِئ َّﻤ ٗة َﻳهۡ ﺪُونَ بِأَمۡ ِرنَا لَ َّﻤا‬

Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang


memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka
meyakini ayat-aayat ayat Kami”. (QS. Al-Sajdah [32]: 24).

Dalam menafsirkan ayat ini, Hamka mengatakan bahwa untuk


mencapai derajat yang tinggi, menjadi imam-imam suatu kaum, haruslah
disertai dengan sabar. Nabi Musa dan Nabi Harun, seperti diceritakan dalam
sebuah ayat “tatkala mereka bersabar” mencapai derajat yang tinggi, mereka
menjadi imam bagi kaumnya, yaitu karena mereka bersabar28.

b. Mendapatkan sesuatu yang diinginkan

‫ض َو َم ٰغَ ِربَ َها ٱلَّتِي ٰبَ َر ۡكﻨَا فِي َه ْۖا َوت َ َّﻤ ۡت‬ َ ٰ ‫َض َعفُونَ َم‬
ِ ‫ش ِرﻕَ ۡٱْل َ ۡر‬ ۡ ‫َوﺃ َ ۡو َر ۡثﻨَا ۡٱلقَ ۡو َم ٱلَّذِﻳنَ َكانُواْ ﻳ ُۡست‬
ْۖ
ُ‫ﻋ ۡو ُن َو َق ۡو ُم ۥه‬ َ ‫ﺻبَ ُرواْ َودَ َّم ۡرنَا َما َكانَ ﻳَصۡ ﻨَ ُع فِ ۡر‬ َ ‫َك ِل َﻤتُ َر ِبّكَ ۡٱل ُح ۡسﻨ َٰى‬
َ ‫ﻋلَ ٰى بَﻨِ ْٓي ِإ ۡس ٰ َْٓر ِءﻳ َل ِب َﻤا‬
ُ ‫َو َما َكانُواْ ﻳَعۡ ِر‬
َ‫شون‬

Artinya: “Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji)
untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka”. (QS. al-A‘râf [7] : 137)

Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan bahwa


kerajaan-kerajaan yang telah dibangun oleh Fir'aun dan bala tentaranya berupa
gedung-gedung tinggi dan istana-istana yang megah serta rezim yang
dibangunnya yang menguasai dan menindas negeri-negeri bagian timur bumi,

28
Hadi, S, Konsep Sabar Dalam Al-Qur'an, Vol. 1. No. 2. H. 483.

20
yakni Syam, juga negeri-negeri barat, dihancurkan oleh Allah swt. Ketika
Fir'aun dan bala tentaranya tenggelam di laut, semua.

c. Mendapatkan Pertolongan Allah


ْٓ
‫س ِة َءا ٰلَف ِ ّمنَ ۡٱل َﻤ ٰلَئِ َك ِة‬
َ ۡ‫َب َل ٰٖۚ ْٓى ِإن ت َصۡ ِب ُرواْ َوتَتَّقُواْ َو َﻳ ۡأتُو ُكم ِ ّمن فَ ۡو ِره ِۡم ٰ َهذَا ﻳُﻤۡ ﺪ ِۡد ُك ۡم َربُّ ُكم ِبخَﻤ‬
َ‫س ّ ِو ِمين‬
َ ‫ُم‬

Artinya: “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang
menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima
ribu malaikat yang memakai tanda.” (QS. Âli ‘Imrân [3]: 125).

Dalam menafsirkan ayat di atas, Hamka menjelaskan bahwa modal


utama dalam memperoleh pertolongan Allah, yakni kemenangan yang dapat
mudah tercapai adalah dengan sabar. Seperti dijelaskan pada ayat sebelumnya,
Tuhan telah berpesan kepada kaum muslimin agar bersabar dalam
menghadapi sikap benci dan dendam kaum musyrik. Jika kaum muslimin
mampu bersabar dan bertakwa niscaya tipu daya kaum musyrik tidak akan
mencelakakan mereka29.

E. Ikhtiar

Ikhtara yakhtaru adalah asal dari kata ikhtiar dalam berbahasa Arab
yang jika di terjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi memilih. Sedangkan
menurut istilah ikhtiar merupakan usaha yang di lakukan dengan sungguh-
sungguh guna mendapatkan hasil yang di harapkan, di inginkan yang dengan
nya seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat30.

29
Hadi, S, Konsep Sabar Dalam Al-Qur'an, Vol. 1. No.2. h. 484.
30
Abdillah Firmansyah Hasan, Ensiklopedia Akhlaq Mulia, (Solo: Tinta Media,
2015). H. 171.

21
Cakupan arti ikhtiar ini bukan hanya urusan dunia saja, melainkan
suatu akhlaq yang harus di miliki seorang muslim. kalimat “ banyak jalan
menuju Roma”, adalah kalimat yang sering kali kita dengar. Kalimat ini
seolah-olah mengisyaratkan bahwa setiap muslim mempunyai banyak jalan
untuk mendapatkan apa yang Ia inginkan. Akan tetapi yang perlu di ingat
bahwa jalan yang di tempuh haruslah melalui jalan yang benar. Sesuatu yang
kita inginkan tidak bisa di dapat layaknya seperti trik sulap belaka, melainkan
kita perlu berkorban serta berjuang guna mendapatkan hal tersebut. Jalan yang
benar itu harus lah melalui jalan yang halal, jalan yang Allah Ridhoi.

Dalam melalui jalan ikhtiar tersebut, kita di anjurkan untuk:

A. Sabar dan tidak mudah putus asa.


B. Memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
C. Berdoa kepada Allah supaya di berikan kekuatan.
D. Menghindari ikhtiar yang dapat menjerumuskan kepada dosa31.

31
Abdillah Firmansyah Hasan, Ensiklopedia Akhlaq Mulia, h. 172-173.

22
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi yang diuraikan pada bab sebelumnya, kiranya dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut

Melalui rasul-Nya, Allah SWT memerintahkan kita sebagai umat-Nya


untuk menghiasi diri dengan akhlak yang baik. Tuntutan berperilaku baik
sejatinya adalah untuk kebaikan masing masing individu. Faktanya, value
seorang manusia dilihat dari seberapa baik perangainya dan seberapa baik
penerapan nilai-nilai akhlak dan tatakrama yang dimplementasikan didalam
kehidupannya. Bagi manusia yang hendak menuju-Nya tentu akan diberikan
berbagai macam rintangan dan cobaan, bagi dia yang sabar, ia akan diberikan
kekuatan oleh-Nya. Bagi ia yang terus bertawakkal, tentu tuhan akan
tunjukkan kemana jalannya. Bagi dia yang terus berikhtiar, diyakini ia dapat
sampai kepada tujuannya. Bagi dia yang bersyukur, tuhan tambahkan
hasilnya. Dan bagi dia yang tetap tawadhu, semakin mulialah dirinya. Baik,
buruk, sukses, gagal, tercapai, dan tidak tercapai dikembalikan kepada Dia
yang menghendaki.

Setelah mengembalikan segala urusannya kepada Allah SWT.


(maksudnya sabar saat terkena musibah, syukur saat dianugerahkan
keuntungan besar). Maka akan disadari bahwasanya menerapkan nilai-nilai
tersebut memberikan efek baik kedalam personaliti para penerapnya. Nilai-
lilai akhlakul mamdudah merupakan sumber kebijakan “wisdom”. Yang
menerapkannya adalah orang orang yang bijak, dan yang bijak adalah yang
siap, siap atas apa yang akan terjadi setelahnya, siap meunju tuhannya.

23
B. Saran

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh


karna itu diperlukan penelitian lanjutan, baik dengan pendekatan yang
sama maupun pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, diperoleh
hasil yang sesuai dengan harapan semua pihak.

24
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, Akhlaq Tasawuf dan Karakter Mulia, (Depok: Raja


Grafindo, 2013).
M,Q, Shihab, Konsep Tawakal Dan Relevansinya Dengan Tujuan
Pendidikan Islam: (Jurnal An-Nuha, 2016).
Reysyahri, M, Muhammad, Ensiklopedia Mizanul Hikmah (terj.
Abdullah Beik dan Tolib Anis), (Jakarta: Nur Al-Huda, 2013).
M, Madany, Syukur dalam Perspektif al-Qur'an. Az-Zarqa': (Jurnal
Hukum Bisnis Islam, 2015).
H, Faizah, S, Mahfudz, Pembentukan Karakter Rendah Hati Peserta
Didik, (Jurnal Masagi, 2022). Vol 1.
Athaillah, A, Ibnu, l-Hikam.Terj, Imam Firdaus (Jakarta: Wali
Pustaka. 2016).
S, Hadi, Konsep Sabar Dalam Al-Qur'an, (Jurnal Madani, 2018). Vol.
1.
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Terj. Ismail Jakub (Jakarta: CV.Faizan,
1982).
Firmansyah Hasan, Abdillah, Ensiklopedia Akhlaq Mulia, (Solo: Tinta
Media, 2015).

25

Anda mungkin juga menyukai