Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

Ajaran AI-Mahabbah dan Ma‟rifat

Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen pengampu : Hilman Taqiyudin S. Ag. M.Pd
Kelompok 7 :
1.Siti Rouhatul Kamila : (231110144)
2.Sofa Mutmainah : (231110137)
3.Siti Nafisa : (231110134)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA


HASANUDDIN BANTEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadiran ALLAH Swt. Yang telah


melimpahkan Rahmat dan hidayah Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah Akhlak Tasawuf. Atas dukungan moral dan materi yang di berikan dalam
menyusun makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak :
Hilman Taqiyudin S.Ag M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Akhlak
Tasawuf, yang telah memberikan arahan dan kesempat untuk kami menyelesaikan
makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa di praktikan dalam kehidupan sehari – hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini karena pengalaman kami mebuat makalah masih kurang. Tidak lupa
Kami ucapkan terima kasih terhadap bantuan kerjasama dari kelompok tujuh yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun Dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II


DAFTAR ISI ..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................1
C. TUJUAN MAKALAH .................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. AJARAN AL-MAHABBAH .............................................................................. 3
a. PENGERTIAN MAHABBAH ...............................................................3
b. TOKOH PENGEMBANG MAHABBAH ..............................................3
c. ALAT UNTUK MENCAPAI MAHABBAH .........................................4
d. MAHABBAH DALAM AL-QUR‟AN DAN HADIST..........................4
B. MA‟RIFAH ..................................................................................................6
a. PENGERTIAN MA‟RIFAH ..................................................................6
BAB III PENUTUP .................................................................................................8
A. KESIMPULAN ............................................................................................8
B. SARAN ........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahabbah adalah cinta , atau cinta yang luhur kepada Tuhan yang suci dan
tanpa syarat, tahapan menumbuhkan cinta kepada Allah , yaitu :
keikhlasan,perenungan , pelatihan spiritual, interaksi diri terhadap kematian,
sehingga tahap cinta adalah tahap tertinggi oleh seorang ahli (ridho), kerinduan
(syaud) dan keintiman (uns).

Sedangkan Ma‟rifah ialah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh melalui akal,
Dalam kajian ilmu tasawuf”Ma‟rifat “ adalah mengetahui Tuhan dari dekat,
sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan “. Menurut shufi jalan untuk
memperoleh ma‟rifah ialah dengan membersihkan jiwanya serta menempuh
pendidikan shufi yang mereka namakan maqamat, seperti hidup zuhud, ibadah
dan barulah tercapai ma‟rifat.

Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Mahabbah dan Ma‟rifah
beserta tujuan, kedudukan, paham ,serta mahabbah dan ma‟rifah dalam pandangan
Al-qur‟an dan al hadits, Maka jika ada kesalahan yang sekiranyadi luar kesadaran,
kami siap menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Mahabbah
2. Siapa Tokoh Pengembang Mahabbah
3. Bagaimana Alat Untuk Mencapai Mahabbah
4. Bagaimana Mahabbah Dalam Al-Qur‟an Dan Hadist
5. Apakah Pengertian Ma‟rifah
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mahabbah merupakan rumput qalbu yang menyiratkan makna – makna yang
hanya dipahami para salikin. Mahabbah adalah penghalang cinta yang lain

1
memasuki selung hati seseorang salik, di manaq albu-nya menutupi dan
mengunci hati tawaran cinta selain dia yaitu Allah SWT.
2. Tujuan mencintai Allah SWT yaitu penyerahan diri total kepada kekasih (
Allah ).
3. Mengunakan pendekatan psikologi untuk melihat adanya potensi rohnya yang
ada dalam diri manusia.
4. Supaya terwujud berupa sikap dalam karakteristik mulia dalam bentuk sikap
diri , sikap social dan karakter yang mengundang cinta Allah.
5. Tujuan Marifat ialah pengetahui tentang Tuhan dengan dekat sehingga hati
sanubari dapat melihat Tuhan karena penghayatan terhadap Dzat Allah itu
bukan dengan pemikiran . Atau pada indera melainkan dengan hati atau qalbu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. AJARAN AL-MAHABBAH

a. PENGERTIAN AL-MAHABBAH
Mahabbah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari kata kerja Ahabba-
Yuhibbu Mahabbatan, maknanya mencintai secara mendalam,kecintaan, atau
cinta yang mendalam. Mahabbah didefinisikan sebagaikecenderungan hati secara
total pada sesuatu, perhatian terhadapnyamelebihi perhatian pada diri sendiri, jiwa
dan harta.
Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Beliau merupakan pelopor tasawuf
mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah) dan ia pun
dikenang sebagai ibu para sufi besar (The Mother of The Grand Master). Rabi‟ah
al-Adawiyah dilahirkan di Basrah (Irak) sekitar tahun 95-99 H/ 717 M. al-
Qaisiyah dan wafat di kota yang sama pada tahun 185 H/801 M. Rabi‟ah al-
Adawiyah merupakan seorang sufi wanita dan penggagas ajaran mahabbah
pertama. Dengan term-term yang menunjuk makna mahabbah dalam al-Qur'an,
dipahami bahwa mahabbah bukanlah sekedar ungkpan pujian kepada yang
dicintai, tetapi terwujud berupa sikap dan karakteristik mulia dalam bentuk sikap
diri, sikap sosial, dan karater yang mengundang cinta Allah

b. TOKOH YANG MENGEMBANGKAN MA'RIFAH


Sejarah mencatatkan dua orang tokoh yang memperkenalkan konsep ma'rifah
ini, iaitu Al-Ghazali dan Zun al-Nun al-Misri, Al-Ghazali; ataupun nama
lengkapnya Abu Hamid Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun 1059M di
Ghazaleh; satu kota kecil terletak di berhampiran dengan Tus di Khurasan. Beliau
pernah berguru bersama Imam al-Haramain al-Juwaini, Guru Besar di Madrasah
al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu agama, Al-Ghazali turut
mempelajari bidang ilmu yang lain seperti teologi, sains, falsafah dan sebagainya,
namun akhirnya beliau memilih tasawuf sebagai jalan hidup. Setelah mengembara
sebagai sufi selama beberapa tahun, beliau kembali ke Tus sekitar tahun 1105 M

3
dan meninggal dunia di sana pada tahun 1111 M (Harun Nasution, 1983). Adapun
Zun al-Misri berasal dari Naubah, suatu negeri yang terletak di antara Sudan dan
Mesir. Tidak ada tercatat tarikh kelahiran beliau, yang diketahui hanya tahun
wafatnya sahaja laitu pada tahun 860 M. Zun al- Misri puncaknya kaum Sufi pada
abad ketiga hijrah. Beliau yang paling banyak menambahkan jalan buat menuju
Tuhan iaitu dengan mencintai Tuhan dengan menuruti garis perintah yang
diturunkan dan takut terpaling dari jalan yang benar (Hamka, 1983)

c. ALAT UNTUK MENCAPAI MAHABBAH


Para ahli tasawuf mengungkapkan bahwa alat untuk mencapai mahabbah
yaitu, menggunakan pendekatan psikologi untuk melihat adanya potensi rohaniah
yang ada dalam diri manusia. Dzunun Al-Mishiriy yang mengatakan, alat untuk
mencapai ma'rifat ada 3 macam, yaitu: Qalby (hati), Sirr (perasaan) dan ruh istilah
Mahabbah termaktub di dalam Alquran yang bermaksud: Katakanlah: jika kamu
benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali
Imran 3: 31), Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan yang
mencintai-Nya.

d. MAḤABBAH DALAM AL-QUR’AN DAN HADIST


1) Maḥabbah dalam al-Qur‟an. mencintai secara mendalam, kecintaan, atau
cinta yang mendalam. Maḥabbah adalah cinta yang luhur, suci, dan tanpa syarat
kepada Allah swt. cinta kepada Allah adalah suatu sikap yang mulia, yang
dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Allah
memberitahukan bahwa Dia mencintai hamba-Nya dan hamba-Nya pun harus
mencintai-Nya. Penelitian ini dilatar belakangi sebab kebanyakan dari manusia,
hanya mengatakan bahwa mereka cinta kepada Allah swt. dan Rasulullah saw.
tanpa adanya bukti cinta yang dilakukan, untuk menjadikan mereka benar-benar
mencintai Allah dan Rasulullah. kebanyakan manusia memandang, menilai dan
mengartikan cinta dengan ucapan atau ungkapan semata, tanpa adanya amalan-
amalan serta ibadah- ibadah yang dilaksanakan. Ingin mendapatkan cinta Allah
serta manusia, namun hanya sedikit yang melakukan, mereka mengira bahwa

4
cinta hanya sebatas ucapan. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian pustaka
(library research) yang pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca,
memahami, dan mengkritisi berbagai macam literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian yang bersifat kualitatif (qualitative research) yaitu dengan pengumpulan
datanya secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,metode
teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif dan
analisis isi (conten analysis) yaitu diawali dengan mengungkapkan fenomena yang
bersifat umum, yakni Term maḥabbah dalam al-Qur‟an, kemudian ditarik
kesimpulan dengan menggunakan baik ayat-ayat al-Qur‟an maupun hadiṣ yang
bersifat khusus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep maḥabbah dalam
al-Qur‟an ialah manusia mampu membuktikan cinta dengan hati yang benar-benar
rela untuk menggapai cinta atau riḍo Ilahi dengan sungguh-sungguh
melaksanakan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya
serta iman di dalam hatinya. Karena iman dalam arti yang terdalam yaitu tak lain
adalah cinta. Kecintaan manusia kepada Allah swt. benar-benar kekal, serta
menjadikan manusia meninggalkan nafsu syahwat, yang membuatnya lebih dekat
dengan Allah swt. menjadikan Allah swt. pertama dihatinya dan Rasulullah saw.
sebagai teladan untuk kehidupan dunia. Implikasi hasil penelitian ini adalah untuk
mengubah mindset orang-orang yang hanya sekedar mengucapkan cinta kepada
Allah namun tidak melaksanakan yang menjadi amanah-amanah dan melakukan
hal-hal yang dapat meraih cinta Allah swt.

2) Mahabah Dalam Hadist.


Perpecahan dan permusuhan tidak lagi menjadi fakta baru di lapangan. Dewasa
ini, masyarakat tampak lebih mudah tersulut emosi yang kemudian berujung pada
cacian dan hinaan hanya karena masalah-masalah furu„. Perbedaan golongan,
instansi, suku, atau bahkan mazhab yang dianut menjadi ranah sensitif yang rentan
terjadi gesekan karena perbedaan pendapat. Ini adalah satu masalah besar yang
harus mendapat atensi dari kaum muslimin.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad menjanjikan kenikmatan
besar berupa naungan pada Hari Kiamat bagi orang yang mencintai sesama
saudaranya.

5
– ‫هللا ص ل‬ ‫ل يه‬ ‫– و س لم‬ « ‫لمس‬ ‫له‬
‫له‬ ، ‫و‬ ‫ ه‬، ‫لهو‬ ‫ل‬ ، ‫و‬
‫ليه‬ ‫… ليه و‬
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda: Ada tujuh (golongan orang beriman)
yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya (yaitu) pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan
dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu
kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (HR Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bagaimana Allah dan Rasul-Nya sangat memperhatikan
dan menghargai kecintaan seorang hamba kepada hamba-Nya yang lain. Pada
Hari Kiamat manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menunggu
hisab amal perbuatannya. Disini manusia akan merasa sangat kepayahan dan
kondisi mereka tergantung pada amal yang mereka kumpulkan ketika berada di
dunia. Maka akan sangat beruntunglah orang-orang yang mendapat naungan Allah
pada hari itu.

2. MA’RIFAH
a. Pengertian Ma’rifah
Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting
dalamkehidupan setiap insan. Dengan mengenal Allah, seseorang akan lebihdapat
mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah, seseorang jugaakan dapat
memahami menegenai hakikat kewujudannya di dunia ini;untuk apa ia diciptakan,
kemana arah dan tujuan hidupnya, sertatanggung jawab yang dipikulnya sebagai
seorang insan di muka bumi.Dengan lebih mengenal Allah, seseorang itu juga
akan memilikikeyakinan, hanya Allah lah yang Maha Pencipta, Maha Penguasa,
MahaPemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya.Sehinggakan seseorang
yang mengenal Allah, seakan akan iasedang berjalan pada sebuah jalan yang
terang, jelas dan lurus.Sebaliknya, tanpa pengenalan terhadap Allah, manusia akan
dilandakegelisahan dalam setiap langkah yang dilaluinya. !a tidak akan
dapatmemahami hakikat kehidupannya, dari mana asal usulnya, kemana arah

6
tujuannya dan lain sebagainya. Seakan akan ia sedang berjalan di sebuah jalan
yang gelap dan tidak berkesudahan. inilah yang dinamakan sebagai Ma"rifah.

Secara etimologi, perkataan ma"riah berasal dari kalimaharafa, ya‟rifu,irfan,


ma‟rifah yang bermaksud pengetahuan atau pengalaman Sumatera &tara, . Dan
dapat pula berarti pengetahuan tentangrahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang
lebih tinggi daripada ilmu yangbiasa didapati oleh orang orang pada umumnya
Menurut ! mam Al-usyairy pula, Ma"ri#ah memberikan ketenangan
jiwasebagaimana ilmu pengetahuan memberikam ketenangan di dalampemikira.
barangsiapa yang meningkatkan ma"ri#atnya, maka meningkatpula ketenangan
hatinya.

Ma"rifah merupakan pengetahuan mendalam terhadap spiritual. Teoriin


bersandarkan kepada hakikat bahawa akal manusia mampu mengenalhakikat
ketuhanan, dan hakikat itu satu, dan segala yang maujud berasal dari yang satu
$ibid*. Ma"rifah juga dapat ditafsirkan sebagai pengetahuan mengenai Tuhan
melalui hati sanubari. Pengertian itu demikian lengkapdan jelas sehingga jiwanya
bersatu dengan Tuhan.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mahabbah merupakan kat-kata yang seringkali dihubungkan dengan para


sufi‟i, salikin dan para mutaqarib yang selalu ingin dekat dengan Tuhan , yaitu
Allah SWT. Para sufi‟i yang dekat dengan Tuhan adalah orang yang cintanya
kepada Allah SWT melebihi kecintaanya kepada selain-nya.

Tokoh yang mengembangkan mahabbah adalah Rabiah seorang Zahidah sejati


, Beliau merupakan pelopor Tasawuf Mahabbah , yaitu penyerahan diri total
kepada kekasih ( Allah ) dan ia pun dikenang sebagai Ibu para Sufi‟i besar
Hakikat Tasawafnya adalah Al-Mabb Al-Ilah ( Mencintai Allah SWT ).

Alat untuk mencapai Mahabbah mengunakan pendekatan Psikolog, untuk


melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia.

Dipahami bahwa Mahabbah bukan sekedar ungkapan Pujian kepada yang


dicintai , tetapi terwuhud berupa sikap dan kerak teristik mulia dalam bentuk sikap
diri, sikap social , dan karakter yang mengundang Cinta Allah.

Mak‟rifat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal, sedangkan dalam


Tasawuf Mak‟rifat bearti mengetahui Allah Subhanahu Wata‟ala dari dekat.
Dengan ma‟rifat seorang sufi lewat hati merasa sangat dekat dengan Tuhan

B. SARAN

Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik
dan saranya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

As‟ad al-Sahmarani. al-Tasawwuf Mansyauh wa Mustalahatuh. Beirut: Dar al-


Nafais li al-Taba‟at wa al-Nasyr wa al-Tawziy, 1987.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Al-Gazali, Abi Hamid Muhammad bin Muhamad. Ihya „Ulum al-Din. Juz IV.
Beirut: Dar al-Fikr, 1991.
Hilal, Ibrahim. al-Tasawwuf al-Islami Bain al-Din wa al-Falsafah. Kairo: Dar al-
Nahdal al-„Arabiyyah, 1979..
Ibn Qayyim al-Jauziyah. Raudah al-Muhibbin wa Nuzhat al-Musytaqin. Beirut:
Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1995.
_______. Madarij Salikin Bayn Manazil Iyyaka Na‟budu wa Iyyaka Nasta‟in.
Jilid II. Beirut: Dar al-Fikr, 1408 H.
Ibn Zakariyah, Abi al-Husain Ahmad ibn Faris. Mu‟jam al-Maqayis al-Lugah.
Beirut: Dar al-Fikr,1991.
Ibrahim Anis et.al. al-Mu‟jam al-Wasit. Jilid I Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1972.
Ibrahim Basyuni. Nasy„at al-Tasawuf al-Islam. Kairo: Maktabat al-Nahdal al-
Misriyah, 1319 H.
Al-Kalabazi, Abu Bakar Muhammad. al-Ta‟aruf li Mazhab Ahl al-Tazawwuf.
Kairo: Maktabat al-Kulliyyah, 1969.
Mahmud, „Abd al-Halim, Qadiyat al-Tasawwuf. Kairo: Dar al-Ma‟arif, t.th.
Mahmud, Abd al-Qadir. Falsafat al-Sufiyyat al-Islam. Kairo: Matba‟at al-Ma‟arif
al-Imarah, 19670.
Nasuion, Harun. Falsafat dan Mistisismr Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
_______. Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jilid II. Jakarta: UI Press, 1986.
Noah Webster. Webster’s Twentieth Century Dictionary of English Langue. USA:
William Calling Publisher‟s Inc., 1980.
Nurbakhsh, Navad. Sufi Women. London: Khanigahi Ni‟matullah Publications,
1983.
Al-Qardawi,Yūsuf. al-Īmān wa al-Ḥayāt, terj. Jazirotul Islamiyah, Merasakan
Kehadiran Tuhan. Yoqyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Rahman, Fazlur. Islam. Chicago: Univercity of Chicago Press, 1965.
Al-Ramli, Abi „Abdillah Muhammad Syauman ibn Ahmad ibn Mustafa. al-Khauf
Min Allah Ta’ala. t.tp: Dar ibn Qayyim, 1993.
Al-Razi, Fakhr al-Din Muhammad bin „Umar bin al-Husain bin al-Hasan ibn „Ali
al-Tamimi al-Bakri. Tafsir al-Kabir. Jilid XVI. Beirut: Dar al-Fikr, 1990.
Salim, Abd. Muin. Fiqh Siyasah Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam al-Qur’an.
Jakarta: Rajawali Press, 1994.
Sharif, M. M. History of Philosophy. vol. I. Wiesbaden: Otto Harrassuwitz, 1963.

9
Smith, Margaret. Rabi’ah The Mystic and Her Fellow Saints In Islam. London;
Cambirge Univecity Press, 1928.
Al-Suhrawardi, „Abd al-Qahir bin „Abdullah. Kitab Awarif al-Ma’arif. Beirut:
Dar al- Kitab al-„Arabi, 1983.
Syarif, Muhammad Yasir. Harakat al-Islami. t.tp: al-Hay‟at al-Misriyyat al-
Ammah,1986.
Al-Tusi, Abu Nasr al-Sarraj. Kitab al-Luma „. Mesir: Dar al-Kutub al-Hadisah,
1960.
Uwaidah, Kamil Muuhammad, Zu al-Nun al-Misri al-Hakim al-Zahid. Beirut: Dar
al- „Ilmiyah, 1996.
Al-Zamakhsyari, Abi al-Qasim Jarallah Mahmud bin „Umar. al-Kasysyaf ‘an
Haqaiq
al-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil Wujuh al-Ta’wil. Juz I. Beirut: Dar al-Fikr, t. th.

10

Anda mungkin juga menyukai