Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MAQAMAT Dan AHWAL

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu : Drs. H. M. Luthfi, M M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Rizki Maulana (211410122)
2. Hanifa Iman (211410123)
3. Dawiya Medina Mutiara (211410124)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH 1 D


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, marilah kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Karena
atas ridhonya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Pada kesempatan ini, izinkan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak, terutama kepada Bapak Drs. H. M. Luthfi, M M.Pd.. Selaku dosen pengampu di mata
kuliah Akhlak Tasawuf..

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Pak Drs. H. M. Luthfi, M M.Pd.. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang materi Maqamat dan Ahwal bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat di kalangan banyak orang,
terutama kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami sangat berharap dukungan serta sumbangsih sepatah dua patah kata kritik dan
saran yang membangun terhadap makalah yang kami buat.

Serang, 18 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
Tujuan................................................................................................................................................4
Manfaat.............................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
Pengertian Maqamat dan Ahwal.......................................................................................................6
Perbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwal, Zuhud wira'; tawakal sabar dan ridlo..................8
Perbedaan Maqamat dan Ahwal...................................................................................................8
Tingkatan Zuhud............................................................................................................................8
Wira’i.............................................................................................................................................9
Tawakal..........................................................................................................................................9
Macam-macam dan Contoh Tawakal............................................................................................9
Tawakal kepada selain Allah SWT dibagi menjadi dua macam......................................................9
Sabar............................................................................................................................................10
Ridha............................................................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................................................11
Kesimpulan......................................................................................................................................11
Saran................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maqamat dan ahwal adalah dua istilah penting dalam dunia tasawuf. Keduanya
merupakan sarana dan pengalaman spiritual seseorang pada berkomunikasi memakai Tuhan,
Dzat tempat berasal dan kembali segala sesuatu yang terdapat dalam jagad raya ini. Bahkan
menurut Khaja Khan, dua term tersebut berfungsi buat mematahkan ketergantungan dalam
sesuatu selain Dzat Allah dan untuk mencapai kebersatuan menggunakan sang Khalik.

Dengan itu maqam dan hal merupakan cara untuk mencapai tujuan ideal para sufi.
Melalui proses purifikasi jiwa terhadap kecenderungan materi supaya balik dalam cahaya
Tuhan. Dalam konterks ini, Abu Yazid al-Bustami (874-947M) dalam suatu kesempatan
pernah bertanya dalam Tuhan tentang jalan menuju kehadirat-Nya. Tuhan menjawab:
“Tinggalkan dirimu dan datanglah”. Tinggalkan diri sendiri berarti seseorang mesti terbebas
dari keinginan dan hawa nafsu pribadinya dan datang memiliki pengertian bahwa seseorang
sufi mengikuti keinginan dan iradah Tuhan. Maka dari itu, para sufi telah menciptakan
jalanspiritual buat merangkai hubungan memakai oleh Tuhan yang disebut maqamat.

Pada sisi lain ahwal merupakan keadaan yang diberikan oleh Tuhan di tengah
seseorang melakukan perjalanan kerohanian melalui maqam tertentu. Ketika Tuhan
memanifestasikan diri dalam jiwa dan hati higienis manusia baik dalam bentuk keagungan
juga keindahan-Nya. Selain itu, mereka juga pasti akan merasakan kegembiraan-kegembiraan
tertentu, hati merasa dekat (qurb), rasacinta (muhabbah), harap-harap cemas (raja’ ), tentram
(tuma’ninah) dan rasa yakin. Kondisi-kondisi kejiwaan tersebut dinamakan ahwa

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Maqamat dan Ahwal?
2. Apa persamaan dan perbedaan dari Maqamat dan Ahwal, Zuhud wira';
tawakal sabar dan ridlo?

C. Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian dari Maqamat dan Ahwal.
b. Mengetahui persamaan dan perbedaan Maqamat dan Ahwal, Zuhud Wira’;
Tawakal sabar dan ridlo.

4
D. Manfaat
Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari pembuatan
makalah ini, maka kami menemukan beberapa manfaat yang dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami tentang materi Maqamat dan Ahwal. Dengan demikian, kami sebagai
umat islam lebih mengetahui akan hal-hal apa sajakah yang terdapat pada materi Maqamat
dan Ahwal.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Maqamat dan Ahwal
Istilah maqam di kalangan para sufi kadang kala disebut dengan ungkapan jamaknya
yaitu maqamat. Menurut al-Qusyairi yang dimaksud dengan maqam adalah hasil usaha
manusia dengan kerja keras dan keluhuran budi pekerti yang dimiliki hamba Tuhan yang
dapat membawanya kepada usaha dan tuntunan dari segala kewajiban.

Sedangkan al-Thusi memberikan pengertian yang berbeda sebagai

berikut:

‫مقام العبد يدى هلال فيما يقام فيو من العبادات واجمالىدات والرايضات والنقطاع‬

‫إىل هلال‬.

“Kedudukan hamba di hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam ibadah,
kesungguhan melawan hawa nafsu, latihan-latihan kerohanian serta menyerahkan seluruh
jiwa dan raga semata-mata untuk berbakti kepada-Nya”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa maqam adalah kedudukan
seseorang yang menunjukkan kedekatannya kepada Allah Swt. Posisi tersebut tidak diperoleh
begitu saja, tetapi harus melalui proses yang sungguh-sungguh. Dengan kata lain, dapat juga
dipahami bahwa proses yang dilalui oleh para sufi untuk mencapai derajat tertinggi harus
melalui maqam-maqam yang banyak, dari maqam paling rendah sampai tertinggi.

Menurut Harun Nasution, maqam-maqam yang paling populer terdiri dari: Taubat,
Zuhud, Shabar, Tawakkal dan Ridha.

Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa maqam adalah sebuah posisi tertentu yang
memiliki karakteristik yang saling berbeda antara satu tingkatan dan tingkatan lainnya.
Karakter maqam taubat merupakan sikap penyesalan terhadap segala dosa. Maqam ini
menunjukkan betapa pentingnya taubat, karena dengan taubat tersebut, seseorang akan dapat
melangkah kepada maqam-maqam lainnya dala level yang lebih tinggi. Sedangkan ridha
adalah level tertinggi, yang dapat dimaknai tercapainya kondisi ideal bagi seorang Muslim.
Hal ini baru dapat tercapai apabila telah melewati maqam-maqam lainnya seperti zuhud,

shabar, dan tawakkal.

6
Al-Ahwal menurut bahasa adalah keadaan, sedangkan menurut istilah yaitu keadaan
jiwa dalam proses pendekatan diri kepada Allah Swt, di mana keadaan tersebut masih
temporer belum menetap dalam jiwa. Kondisi ini menuntut tindakan untuk menyikapinya.

Al-Thusi mengatakan bahwa ahwal meliputi antara lain:

‫ادلراقبة والقرب واحملبة واخلوف والرجاء والشوق واألنس والطمأنينة وادلشاىدة‬

‫واليقني‬.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antara maqamat dan ahwal memiliki
perbedaan. Jika maqamat merupakan tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam
hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya, artinya maqamat merupakan hasil
usaha manusia, Sedangkan ahwal adalah suatu kondisi atau keadaan jiwa yang diberikan oleh
Allah kepada seseorang hamba, tanpa harus dilakukan suatu latihan oleh orang tersebut.
Meskipun jika ditelusuri terus bahwa pemberian Tuhan tersebut ada hubungannya dengan
upaya-upaya yang telah dilakukan oleh seorang hamba sebelumnya.

Ahwal juga memiliki macam-macam bentuknya. Antara yang satu dengan yang lain,
memiliki karakteristik yang berbeda. Misalnya Muraqabah, memiliki makna yang sama
dengan istilah ihsan, yaitu keyakinan yang mendalam bahwa Allah terus menerus mengamati
seluruh aktivitas baik lahir maupun batin.

Muraqabah juga diartikan di kalangan para sufi sebagai mawas diri. Artinya meneliti
dan merenung apakah tindak tanduk setiap harinya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh Allah atau bahkan menyimpang dari yang dikehendaki-Nya.

Muraqabah terbagi kepada 3 tingkatan yaitu:

1. Muraqabah al-qalbi, yaitu kewaspadaan dan peringatan terhadap hati, agar tidak
keluar dari pada kehadirannya dengan Allah.
2. Muraqabah al-ruhi, yaitu kewaspadaan dan peringatan terhadap ruh, agar selalu
merasa dalam pengawasan dan pengintaian Allah.
3. (Rahasia) agar selalu meningkatkan amal ibadahnya dan memperbaiki adabnya.

Ungkapan sufi tentang muraqabah:

 ‫من رقب هلال ىف خواطره عصمو هلال تعاىل جوارحو‬.


“Barang siapa yang muraqabah dengan Allah dalam hatinya, maka Allah akan
memeliharanya dari berbuat dosa pada anggota tubuhnya”.

7
B. Perbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwal, Zuhud wira'; tawakal sabar
dan ridlo

1. Perbedaan Maqamat dan Ahwal


Jika maqamat merupakan tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal
ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya, artinya maqamat merupakan hasil usaha
manusia, sedangkan ahwal adalah suatu kondisi atau keadaan jiwa yang diberikan oleh Allah
kepada seseorang hamba.

2. Persamaan Maqamat dan Ahwal


Yaitu sebagai inti kajian dan ajaran tasawuf, dan dapat di alami oleh seorang sufi

3. Zuhud
Zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia. zuhud adalah
keputusan melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Melupakan angan-angan dan
hanya melihat dunia dari sudut pandang “tidak membutuhkannya”. Zuhud adalah
mengganggap kecil dunia.

 Tingkatan Zuhud
Menurut Imam Ahmad, terdapat 3 tingkatan zuhud yang dapat kita pahami:
1. Orang awam menganggap zuhud adalah meninggalkan keharaman.
2. Orang istimewa (khawash) menganggap zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang
halal sekalipun melebihi kebutuhannya.
3. Orang sangat istimewa (al-‘arifin) mengganggap zuhud adalah meninggalkan segala
sesuatu yang mengganggunya untuk mengingat Allah SWT.

Menurut Abdul Mun’im Al-Hasyimi di dalam buku “Akhlak Rasul” yang telah diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim, sedikitnya ada 5 faktor pemengaruh zuhud:

1. Memikirkan kehidupan akhirat dengan menganggap dunia sebagai ladang akhirat.


2. Menyadari bahwa kenikmatan di dunia bisa memalingkan hari dari mengingat Allah SWT.
3. Menumbuhkan keyakinan bahwa memburu kehidupan dunia saja sangat melelahkan.
4. Menyadari bahwa dunia sebagai bentuk laknat, kecuali zikir, belajar, mengajar, dan
pekerjaan yang hanya ditujukan pada Allah SWT.
5. Merasakan dunia dari sudut pandang hina dan godaan yang bisa membahayakan kehidupan
manusia di dunia dan akhirat.

8
4. Wira’i
wira'i adalah berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum
Islam. Menghindari hal-hal yang makruh dan menjauhi segala sesuatu yang syubhat. Berlaku
wira'i merupakan rahasia diri agar seseorang terhindar dari sesuatu yang haram. Rasulullah
saw. menjelaskan tentang pentingnya berlaku wira'i dalam kehidupan sehari-hari.
sebagaimana beliau bersabda:

 ‫ َو َم ْن‬,‫ت فَقَ ِد ا ْستَ ْب َرُأ َو ِد ْينِ ِه‬


ِ ‫اس فَ َم ْن التَّقَى ال ُّشبُهَا‬ِ َّ‫ات الَ يَ ْعلَ ُمهَا ِمنَ الن‬ ٌ َ‫ َوبَ ْينَهُ َما اُ ُموْ ٌر ُم ْشتَبِه‬.‫اَ ْل َحالَ ُل بَي ٌْن َو ْال َح َرا ُم بَي ٌْن‬
ُ ‫ َكالرَّا ِعى َحوْ َل ْال ِح َمى يُوْ ِش‬,‫ت َواقِ ٌع ْال َح َرا َم‬
‫ك اَ ْن يَقَ َع فِ ْي ِه‬ ِ ‫َوقِ َع فَى ال ُّشبُهَا‬

Artinya: "(Barang yang) haram dan yang halal sudah sangat jelas, tetapi di antara keduanya
ada barang-barang yang menyerupai (samar-samar), tidak diperhatikan oleh umumnya
manusia maka orang yang memelihara dirinya dari syubhat, berarti bersih agama dan
kehormatannya. Sedangkan yang terjerumus ke dalam syubhat, berarti terjerumus pula
dalam haram, seperti orang menggembala domba di sekeliling tempat larangan, mungkin
lama-lama ia akan melanggar larangan tersebut."

5. Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam,
tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

 Macam-macam dan Contoh Tawakal


1. Tawakal kepada Allah SWT Semata
Tawakal kepada Allah SWT semata adalah menyerahkan diri dan segala urusan hanya
kepada Allah SWT. Perintah tawakal dapat ditemui di beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Satu
di antaranya terdapat di dalam QS. At-Taubah:51. Menurut ayat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa iman akan menjadi sempurna apabila tawakal hanya dilakukan keapda Allah SWT.

2. Tawakal kepada Selain Allah SWT

 Tawakal kepada selain Allah SWT dibagi menjadi dua macam.


I. Tawakal kepada selain Allah dalam hal-hal yang menjadi urusan Allah. Contoh:
Menyerahkan urusan rezeki dan pertolongan kepada arwah para kiai yang sudah
wafat dan patung berhala. Hukum dari tawakal tersebut adalah haram.

9
II. Tawakal kepada selain Allah SWT dalam hal-hal yang termasuk urusan
manusia. Contoh: Menyerahkan masalah keamanan, perekonomian, dan kesehatan
kepada orang lain tanpa mengaitkannya kepada Allah SWT.

6. Sabar
Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi
sulit dengan tidak mengeluh.Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga
dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa
orang yang memilikinya.

7. Ridha
Ridha adalah mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa apa yang menimpa kita
baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah. Dan apapun yang telah di
gariskan oleh Allah kepada hamba-Nya adalah sesuatu yang akan berdampak baik pula bagi
hamba-Nya.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, Menurut istilah tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang
hamba dihadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadah, latihan
spiritual serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah. Jadi, maqamat adalah
hasil kesungguhan dan perjuangan terus-menerus, dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan
yang lebih baik.
Sedangkan Ahwal merupakan suatu kondisi atau keadaan jiwa yang diberikan oleh Allah
kepada seseorang hamba, tanpa harus dilakukan suatu latihan oleh orang tersebut. Meskipun
jika ditelusuri terus bahwa pemberian Tuhan tersebut ada hubungannya dengan upaya-upaya
yang telah dilakukan oleh seorang hamba sebelumnya. Yang masing-masing terdapat
perbedaan dan persamaan satu sama lain.

D. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari materi Maqamat dan Ahwal. Semoga
para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali. Ihya Ulum al-Din. Jilid IV Mathba‟ah al-Amirat al-Syarfiyyah, 1909.

M. Jamil. Cakrawala Tasawuf; Sejarah, Pemikiran dan Kontekstualitas.. Ciputat: Gaung


Persada Press, 2004.

Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

12

Anda mungkin juga menyukai