Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah sehingga penyusunan makalh ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “Memahami Kosep-Konsep Kunci
Tasawuf “ Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. H Suadi Sa’ad,M. Ag.
selaku dosen mata kuliah Fiqih yang telah membingbing dan memberikan kuliah
demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini. Demikianlah tugas ini kami susun
semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Fiqih dan kami
kelompok 19 berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan
khususnya teman – teman semuanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1...............................................................................................................
1.2...............................................................................................................
2.1...............................................................................................................
2.2...............................................................................................................
3.1...............................................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf juga merupakan kumpulan pengalaman mental dalam menempuh
jalan penyucian dan penempaan rohani yang dituntun oleh kerinduan kepada
Allah SWT. Ini adalah cara atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menggunakan pemahaman yang ada di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
iv
1. Apa itu konsep dasar tasawwuf?
BAB II
PEMBAHASAN
"Maqamat" adalah bentuk jamak dari kata "maqam." Berdiri, stasiun, tempat,
lokasi, posisi, atau tingkatan adalah artinya. Namun, dalam istilah bahasa Arab,
"maqamat" berarti tempat atau martabat di mana seorang hamba berdiri di hadapan
Allah saat ia berdiri menghadap kepada-Nya. Ia merupakan proses pelatihan, melatih
diri dalam hidup keruhanian (riyadhah), melatih diri dalam memerangi nafsu
(mujahadah), dan meninggalkan aktivitas duniawi untuk berkhidmat kepada Allah.
Menurut al-Hujwiri (w. 465 H /1072 M), maqamat berarti berada di jalan Allah.
1. Taubat
v
Qamar Kailani mengatakan bahwa taubat juga berarti kembali dari sesuatu yang
dicela oleh Allah menuju sesuatu yang dipuji oleh-Nya. Menurut buku Ilmu
Tasawuf oleh M. Solihin dan Rosihon Anwar, taubat adalah rasa penyesalan yang
tulus dalam hati, meminta ampun, dan meninggalkan semua perbuatan yang
membawa dosa. Menurut Fethullah Gulen, taubat adalah bertawajuh kepada Allah
dengan penuh penyesalan dan rasa sakit di dalam hati, mengakui semua kesalahan
yang telah Anda lakukan, meratap dalam penyesalan, dan bertekad untuk
meninggalkan kesalahan yang telah Anda lakukan sebelumnya.
2. Zuhud
Meskipun etimologi kata "zuhud" berarti tidak ingin kepada sesuatu yang
keduniawi, Ibnu Qayyim alJauziyah menyatakan bahwa definisinya adalah
perjalanan hati keluar dari kampung dunia dan menempatkannya di akhirat. Jika
Anda ingin perjalanan Anda berkesan, Anda harus membawa bekal yang akan
membuat Anda tetap bertenaga. Ini adalah modal manusia yang diperlukan untuk
bertahan hidup di dunia ini dan hidup dengan damai dan bahagia di akhirat.Ibnu
Taimiyyah menyatakan bahwa istilah "zuhud" mengacu pada penghapusan semua
hal yang tidak berguna bagi kepentingan akhirat. Menurut HAMKA, seorang
tokoh Tasawuf kontemporer, Zuhud akan dunia itu adalah orang yang miskin dan
kaya, tidak memiliki sepeser pun uang, tetapi kekayaan tidak membuatnya
melupakan Tuhan atau mengabaikan tanggung jawabnya.Oleh karena itu, zuhud
berarti menghindari hubungan dengan dunia sehingga tidak mengganggu
hubungan dengan Allah.
3. Sabar
Sabih secara bahasa berarti menahan diri dari rasa gelisah, cemas, dan
amarah, menahan lidah dari keluh kesah, dan menahan anggota tubuh dari
bingung. Sabar, menurut Fethullah Gulen, adalah sabar dalam menghadapi
berbagai peristiwa yang sulit untuk dihadapi dan sulit untuk dihindari. Sabar,
menurut Abu Muhammad Ahmad alJurairy, adalah keadaan di mana tidak ada
perbedaan antara bahagia atau menderita, dan pikiran tetap tenang dalam
keduanya. Bersikap sabar adalah mengalami kedamaian saat menghadapi cobaan
dengan kesadaran akan beratnya penderitaan.
vi
4. Tawakal
5. Ridha
Risalah berarti siap menerima apa pun yang Tuhan takdirkan untuknya.
kecenderungan mereka untuk menerima hanya karena kehendak Tuhan. Mereka
yang memiliki sifat "ridha" tidak akan bimbang atau kecewa atas pengorbanan
yang mereka lakukan; mereka tidak akan merasa menyesal atas apa yang mereka
kurangi dalam hidup mereka; dan mereka tidak akan iri hati atas manfaat yang
dinikmati oleh orang lain, karena mereka teguh berpegang pada aqidah yang
berkaitan dengan qadha dan qadhar yang semuanya berasal dari Tuhan. Dalam
literatur lain, ridha didefinisikan sebagai ketenangan hati dan ketentraman jiwa
terhadap keputusan dan takdir Allah SWT, serta kemampuan untuk menanganinya
dengan tabah, termasuk dalam hal sakit, kesedihan, dan kesulitan yang dirasakan
oleh jiwa. Ibnu Ujaibah mengatakan bahwa ridha adalah ketenangan hati dan
ketentraman jiwa.
B. Ahwal tasawuf
vii
Haal adalah bentuk jamak dari kata "ahwal", yang berarti "sesuatu dari
kejernihan dzikir yang berada dalam hati, atau "hati berada dalam kejernihan".
ritual tersebut.Banyak orang percaya bahwa Al-Haal (kondisi rohani) adalah arti
yang hadir dalam hati seseorang secara alami tanpa tindakan, usaha menarik dan
usaha lainnya, dan rasa senang atau sedih, leluasa atau tergenggam, rindu atau
berontak, takut atau senang. Setiap al-haal adalah karunia, sedangkan almaqam
diperoleh melalui perjuangan.Ahwal, atau keadaan spiritual, muncul setelah
mencapai tahap maqam-maqam, atau kemampuan spiritual. Di sisi lain, baiknya
amal adalah hasil dari baiknya ahwal.
viii
sangat mendalam untuk berdzikir (mengingat) kepada-Nya dan menemukan
kenikmatan bermunajat kepada-Nya. Kondisi spiritual seorang hamba terdiri dari
meliha nikmat yang diberikan Allah kepadanya dengan hati nuraninya dan
melihatnya dengan kedua matanya. perhatian, penjagaan, dan pengabdian-Nya
kepadanya.Rabiah al Adawiyyah alBasriyyah meninggal 185 H atau 801 M. Dia
dianggap sebagai Sufi pertama yang mengungkapkan cintanya kepada Allah dan
membangun teori cinta Ilahi yang lengkap.
Cinta Rabi'ah sukar untuk didefinisikan karena berisi kerinduan kepada orang
yang dicintai. Meskipun demikian, Rabi'ah menganalisis beberapa kata-katanya
yang terkenal, seperti yang disebutkan di bawah ini:
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta Cinta karena diriku dan cinta karena Diri-
Mu Cinta karena diriku Adalah keadaanku yang senantiasa mengingat-Mu Cinta
karena Diri-Mu Adalah Keadaan-Mu menyingkapkan tabir hingga Engkau
kulihat Bagiku, tidak ada puji untuk ini dan itu. Tapi sekalian puji hanya bagiMu
selalu.”
3. Khauf (Takut)
4. Raja’ (harapan)
ix
Memerhatikan kebaikan dan berharap dapat mencapainya, melihat
berbagai macam rahmat dan nikmat Allah, dan memenuhi diri dengan harapan
untuk masa depan dan hidup untuk mencapai harapan tersebut disebut "raja" atau
harapan. Yahya bin Mu'adz berkata, "Wahai Tuhanku, anugerahkanlah untukku
yang termanis dalam hati berupa harapan kepada-Mu. Kata-kata paling sedap
yang keluar dari lidahku berupa pujian kepada-Mu dan Seseorang pada waku iu.
Saat yang kuanggap paling berharga adalah saat aku akan berjumpa dengan-Mu."
Dzun Nun al-Mishry berkata, "Janganlah kalian memperdulikan aku, sebab aku
telah terpersona oleh kelembutan Allah SWT. kepada diriku."
Uns adalah keadaan spiritual seorang sufi yang merasa akrab dan intim
dengan Tuhannya karena telah merasakan kedekatan dengan-Nya. Ini adalah
keadaan spiritual ketika qalbu dipenuhi dengan cinta, keindahan, kelembutan,
belas kasih, dan pengampunan Allah. Bagi seorang hamba, uns (bersuka cita)
dengan Tuhan adalah tingkat kesuciannya dan kejernihan dzikirnya sehingga ia
merasa cemas dan gelisah dengan segala sesuatu yang dia lupa. Orang yang
berada dalam kondisi spiritual "Uns" akan merasakan kebahagiaan, kesenangan,
kegembiraan, dan kegembiraan yang luar biasa. Ketika seorang sufi merasa dekat
dengan Allah, dia mengalami kondisi spiritual seperti ini. yang mana, perasaannya
dipenuhi dengan cinta, kelembutan, keindahan, dan kasih sayang yang luar biasa,
sehingga sulit untuk dilukiskan.Oleh karena itu, "Uns" adalah kondisi spiritual di
mana seorang sufi merasakan kepuasan atau kebahagiaan hati karena memiliki
kesempatan untuk berhubungan dengan Tuhan.
x
6. Yakin
Dalam terminologi sufi, "yakin" berarti keyakinan yang kuat dan abadi
tentang kebenaran pengetahuan yang dimiliki karena menyaksikannya dengan
segenap jiwanya, merasakan seluruh ekspresinya, dan menyaksikan seluruh
eksistensinya.
xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terkait satu sama lain, maqamat dan ahwal berbeda; pertama, ahwal
adalah kondisi spiritual seorang sufi yang memiliki pengalaman dengan Tuhan
yang tidak diusahakan tetapi diberikan oleh Tuhan; yang lain, maqamat adalah
kedudukan spiritual seorang hamba yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan
berkomitmen kuat untuk mencapai puncak maqamat.
Ide-ide tasawuf dapat berfungsi sebagai referensi untuk studi tasawuf yang
lebih mendalam, serta sebagai pedoman untuk mencapai kedekatan langsung
dengan Tuhan dalam konteks dunia modern.
Tasawuf adalah jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan menerapkan konsep-konsep yang dibahas dalam tasawuf. Konsep-konsep
yang dibahas dalam tasawuf mengarahkan para sufi untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT sedekat mungkin.
xii
Selain Hamzah Fansuri, Ibnu 'Arabi, Abu Yazid al-Bisthami, al-Hallaj, al-
Rumi, al-Attar, dan al-Jami adalah beberapa sufi lain yang mengajarkan tasawuf
berpaham wujudiyah (panteisme) di Nusantara.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
am, M. Iqbal (2013). Membangun Moral Bangsa melalui Ahlak Tasawuf (PDF).
Pustaka Al-Ihsan. ISBN 978-979-9152-16-9. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 2022-03-01. Diakses tanggal 2022-03-01.
xiv