Disusun Oleh:
Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari -Nya
mustahil makalah ini dapat di rampungkan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku dosen
pembimbing mata kuliah akhlak tasawuf sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “konsep maqamat dan ahwal.”
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di jadikan
sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang konsep maqamat dan ahwal.
Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah akhlak tasawuf.
Sesuai kata pepatah “tiada gading tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik,khsusnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanya
milik Allah SWT.Akhir kata,semoga daya upaya yang kami lakukan dapat
bermanfaat, aamiin allahuma aamiin.
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................1
Tujuan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan....................................................................................................9
Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengenalan diri di kalangan sufi merupakan sesuatu yang sangat penting. Orang
yang tidak mau mengenali dirinya sendiri, sama saja dengan karung yang kosong
melompong. Ilmu pengetahuan diri dianggap ilmu rahasia. Orang yang belum
pernah belajar ilmu pengenalan diri dianggap belum sempurna
imannya.Maqamat di dalam tasawuf mempunyai arti sebagai tingkatan-tingkatan
yang harus di tempu oleh seorang sufi untuk mencapai ma’rifatullah (mengenal
Alloh), yang sifatnya permanen atau tetap, namun sifatnya tidak tegas dan tidak
berurutan.Didalam tasawuf, banyak teori yang menyebut karakter-karakter
keluhuran yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Karakter-karakter tersebut
tergambar dalam konsep-konsep yang salah satunya adalah maqamat.Dalam
konsep maqamat, terdapat banyak karakter keluhuran yang dijadikan syarat bagi
seseorang yang pendakian spiritual, dan karakter-karakter tadi yang diantaranya
adalah Taubah yang berarti semangat untuk melakukan perubahan yang lebih
baik.Atas dasar pemikiran di atas kami mengambil judul makalah “Tingkatan
Ahwal dan Tasawuf”. Dan juga masih terdapat karakter-karakter lain yang akan
dibahas lebih detail dalam makalah ini.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari konsep maqamat dan ahwal
Apa saja yang termasuk menjadi bagian-bagian konsep maqamat dan ahwal
Tujuan Masalah
Mengetahui pengertian dari konsep maqamat dan ahwal
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MAQAMAT
TINGKATAN MAQAMAT
A. TAUBAT
B. WARA
Wara’,secara harfiah, berarti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau
maksiat. Sedangkan pengertian wara’ dalam pandangan sufi adalah
meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut
makanan, pakaian, maupun persoalan lainnya. Disamping meninggalkan sesuatu
yang belum jelas hukumnya, dalam sufi, wara’ suga berarti meninggalkan segala
hal yang berlebihan,baik berwujud benda dan perilku. Selain itu,juga
meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat.Para ahli tasawuf juga membagi
wara’ menjadi dua yaitu wara’ lahiriyah dan wara’ batiniyah. Wara’ lahiriyah
berarti meninggalkan segala hal yang tidak diridhoi oleh Allah,
sedangkan wara’ batiniyah adalah tidak menempatkan atau mengisi hati kecuali
dengan mengingat Allah.
C. ZUHUD
D. Farq
Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau
orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi fakir dipandang sebagai sikap
hidup yang tidak terlalu berlebihan atau memaksakan diri untuk mendapatkan
sesuatu. Tidak menuntut lebih dari apa yang telah diterimakan kepadanya.
Karena segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah menjadi milik Allah
SWT. Kebanyakan para sufi memilih untuk hidup miskin karena semakin banyak
harta benda yang dimiliki akan semakin menyulitkan mereka dihari kiamat.
Kekayaan atau kenikmatan duniawi adalah sesuatu yang dapat memalingkan
seseorang dari Tuhannya.Untuk dapat menghilangkan diri dari golongan duniawi
dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Oleh karenanya orang yang faqr pada
dasarnya adalah orang yang telah mencapai maqam sabr.
E. SABAR
Sabar, secara harfiah,berarti tabah hati.Sabar berarti menjauhkan diri dari hal-
hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapat
cobaan dan menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam
kefakiran. Kesabaran merupakan suatu kekuatan yang membuat diri seseorang
dapat bertahan dari segala macam dorongan dan gangguan yang datang dari luar
dirinya.Sedemikian pentingnya sabar dalam kehidupan manusia,maka para sufi
menjadikan sabar sebagai maqamah yang teramat penting untuk dilalui dalam
perjalanan spiritualnya.
F. TAWAKAL
Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Sehingga seseorang yang telah
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah,tidak ada keraguan dan kemasygulan
tentang apapun yang menjadi keputusan Allah. Seseorang yang ada pada maqam
tawakkal akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Ia senantiasa merasa
mantap dan optimis dalam bertindak.
G. Ridla
Ridha, secara harfiah, berarti rela, senang dan suka. Sedangkan pengertiannya
secara umum adalah tidaK menentang qadha dan qadar Allah,
menerima qadha dan qadar dengan hati senang. Mengeluarkan perasaan benci
dari hati sehingga yang tinggal di dalamnya hanya perasaan senang dan gembira.
Ridla adalah buah dari tawakkal.Dimana jika seorang sufi telah bebar-benar
melaksanakan tawakkal maka dengan sendirinya ia akan sampai pada maqam
ridla.
B . AHWAL
A. PENGERTIAN AHWAL
Ahwal adalah jamak dari hal yang berarti keadaan atau situasi kejiwaan. Secara
terminology, Ahwal berarti keadaan spiritual yang menguasai hati.Hal masuk dalam
hati seseorang sebagai anugrah yang diberikan oleh Allah.Hal datang dan pergi dan
pergi dari diri seseorang dengan tanpa usaha. Karena dengan cara tiba-tiba,maka
pada dasarnya maqam adalah upaya (makasib) sedang hal adalah karunia
(mawahib). Sehingga kadang hal datang dalam waktu yang cukup lama dan kadang
datang hanya sekejap.Banyak kalangan yang menyatakan bahwa jika dipahami lebih
dalam, pada dasarnya hal tidak lebih merupakan bagian dari manifestasi tercapainya
maqam sesuai dengan hasil usaha yang sungguh-sungguh dengan amalan-amalan
yang baik dan dengan penuh kepasrahan kepada Allah. Meskipun hal merupakan
kondisi yang bersifat karunia (mawahib) namun seseorang yang ingin
memperolehnya tetap harus melalui upaya dengan memperbanyak amal baik atau
ibadah. Pada dasarnya ahwal dan maqamat adalah satu kesatuan,perbedaannya
Jika maqam diperoleh melalui usaha, akan tetapi hal bukan diperoleh melalui
usaha,melainkan anugerah dan rahmat dari Tuhan. Maqam sifatnya permanen,
sedangkan hal sifatnya temporer sesuai tingkatannya.
B. Tingkatan Ahwal
A. Muraqabah
Muraqabah adalah kondisi kejiwaan yang dengan sepenuhnya ada dalam
keadaan konsentrasi dan waspada. Merasa selalu diawasi oleh Allah SWT
sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal penting yang harus
ditunjukkan dalam muraqabah adalah konsistensi diri terhadap perilaku yang
baik. Oleh karenannya,melakukan muraqabah dibutuhkan disiplin yang tinggi .
Kedisiplinan inilah yang akan menghantar seseorang menuju kebahagiaan yang
hakiki.
B. Mahabbah
Uns (perasaan suka cita) merupakan kondisi kejiwaan dimana seseorang merasakan
kedekatan dengan Tuhan. Seseorang yang ada pada kondisi uns akan merasaka
kebahagiaan, kegembiraan serta suka cita yang meluap-luap. Dalam keadaan seperti
ini, seorang sufi merasakan tidak ada yang dirasa, tidak ada yang diingat, tidak ada
yang diharap kecuali Allah. Segenap jiwa terpusat kepada-Nya.
G. Tuma’ninah
Thuma’ninah adalah rasa tenang, tidak ada rasa was-was atau khawatir, tidak
ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran, karena ia telah mencapai
tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi. Seseorang yang telah mencapai
tingkatan thuma’ninah, ia telah kuat akalnya, kuat imannya dan ilmunya serta
bersih ingatannya. Jadi, orang tersebut merasakan ketenangan, bahagia, dan
tentram.
H. Musyahadah
Musyahadah secara harfiah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara
terminologi, musyahadah adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa yang
dicarinya (Allah) atau penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah.
Seorang sufi telah mencapai musyahadah ketika sudah merasakan bahwa Allah
telah hadir atau Allah telah berada dalam hatinya dan seseorang sudah tidak
menyadari segala apa yang terjadi, segalanya tercurahkan pada yang satu, yaitu
Allah.
I. Yaqin
Yaqin merupakan sebuah kepercayaan yang kuat dan tidak tergoyahkan tentang
kebenaran pengetahuan yang dimiliki,karena penyaksiaannya dengan segenap
jiwanya dan dirasakan oleh seluruh ekspresinya serta disaksikan oleh segenap
eksistensinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://ipnu-ippnu-joho.blogspot.com/2013/05/maqamat-dan-ahwal-
dalam-tasawuf
http://kurnia-yalid.blogspot.co.id/p/bab-i-pendahuluan-a_48.html