Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

MAQAMAT DAN AHWAL DALAM TASAWUF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu: Dudang Abdul Karim, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1:

Muhammad Ramdan

Yusfa Abdi Ilahi

Dewi Nur Hamida

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ITTIHAD

EKONOMI SYARIAH

CIANJUR

2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat allah SWT atas limpahan dan karunianya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik yang berjudul
”MAQAMAT DAN AHWAL DALAM TASAWUF”

Sholawat serta salam tercurah kepada junjungan mulia kita nabi muhammad SAW
semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya.

Atas bimbingan dan saran dari teman-teman maka disusunlah makalah ini, semoga
tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas mata
kuliah dirosah islamiyah dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi pembaca.

Penyusunan makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat


kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
memerlukan saran, masukan, dan kritik. Tidak lupa harapan kami semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah .....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maqamat dan Ahwal..............................................................2


2.2 Macam-Macam Maqamat........................................................................3
2.3 Ahwal Yang Sering Dijumpai Dalam Perjalanan Sufi.............................5
2.4 Perbedaan Mendasar Maqamat Dan Ahwal.............................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membicarakan tasawuf berarti memperbincangkan maqamat dan ahwal. Keduannya


dapat dikatakan sebagai rukun atau fondasi tasawuf. Tidak mungkin ada tasawuf, baik
sebagai ilmu pengetahuan atau sebagai amalan, tanpa kehadiran maqamat dan ahwal.

Dalam menjalani proses maqamat yang maha berat, jiwa seseorang sufi terbang
mengembara mencari dan menemukan hakikat hidup, manusia dan allah yang maha
agung. Pada saat yang sama, ia juga mengalami ahwal, merasakan nikmatnya berada
puncak spiritual yang tak terkatakan dan tidak bisa dilukiskan keindahannya. Puncak
kenikmatan dan keindahannya. Puncak kenikmatan dan keindahan ruhani, al-hallaj
menyebutkan haul, al-gazali menamainnya ma’rifat, al-sarraj menyebutnya
musyahadah, rabi’ah dan jalaluddin rumi menamainya dengan mahabbah. Setiap sufi
memiliki nama-nama atau istilah sendiri untuk melukiskan nkmat dan indahnya bertemu
sang kekasih, walaupun kata-kata itu sebenarnya tidak dapat menggambarkan sejatinya
pertemuan itu karena keterbatasan (bahasa) manusia.

2.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian maqamat dan ahwal?
2. Apa macam-macam maqamat?
3. Apa saja ahwal yang sering dijumpai dalam perjalanan sufi?
4. Apa perbedaan mendasar maqamat dan ahwal?
2.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian maqamat dan ahwal!
2. Untuk mengetahui macam-macam maqamat!
3. Untuk mengetahui saja ahwal yang sering dijumpai dalam perjalanan sufi!
4. Untuk mengetahui perbedaan mendasar maqamat dah ahwal!
BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maqamat Dan Ahwal

a. Maqamat

Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri
atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang
yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan allah. Dalam bahasa
inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga.

Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam. Secara etimologi maqam


mengandung arti kedudukan atau tempat berpijak dua telapak kaki. Sementara itu dalam
pengertian terminologi istilah maqam mengandung pengertian kedudukan, posisi,
tingkatan, atau kedudukan terhadap hamba dalam mendekatkan diri kepada allah. Jadi,
maqam sering dipahami oleh para sufi sebagai tingkatan, yaitu tingkatan seorang hamba
dihadapan-Nya, dalam hal ibadah dan latihan (riyadah) jiwa yang dilakukannya.

b. Ahwal

Ahwal adalah bentuk jamak dari hal. Sepertinya halnya maqam, hal digunakan
kaum sufi untuk menunjukan kondisi spiritual. Kata hal dalam perspektif tasawuf sering
diartikan “keadaan”. Maksudnya keadaan dalam kondisi spiritual. Hal, sebagai sebuah
kondisi yang singgah dalam kalbu, merupakan efek dari peningkatan maqamat
seseorang. Secara teoritis, memang bisa dipahami bahwa kapanpun seorang hamba
mendekat kepada allah dengan cara berbuat kebajikan, ibadah, riyadhah, dan
mujahadah, maka allah memanifestasikan dirinya dalam kalbu hamba tersebut.

Secara terminologis yang dimaksud dengan ahwal ialah keadaan atau keadaan
kondisi psikologis yang dirasakan ketika seorang sufi mencapai maqam tertentu. Ahwal
merupakan sebuah batasan teknis dalam di siplin tasawuf untuk suatu keadaan tertentu
yang bersifat tidak permanen.

2.2 MACAM-MACAM MAQAMAT

2
Berkaitan dengan beberapa maqam yang harus dilalui oleh seorang sufi untuk
mencapai tuhannya, para sufi berbeda pendapat pada hal ini. Terhadap perbedaan
pendapat tersebut ada beberapa maqamat yang disepakati oleh para ahli tasawuf yaitu:

1. AL-ZUHUD

Zuhud secara istilah bermakna tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniaan.
Namun, secara umum zuhud dapat diartikan sebagai satu sikap melepaskan diri dari rasa
ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat,
inti dan tujuan zuhud sama, yaitu tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan
akhir, jangan sampai kenikmatan duniawi menyebabkan susutnya waktu dan perhatian
pada tujuan yang sebenarnya, yaitu kebahagiaan abadi di “hadirat”ilahi.

2. AT-TAUBAH

At-taubah adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai


permohonan ampum serta meninggalkan segala perbuatan yang mininbulkan dosa. At-
taubah di bagi menjadi tiga tingkatan yakni:

 Taubat yang paling rendah yaitu memohon ampun kepada allah atas
segala kesalahan yang telah dilakukan pada saat yang lampau.
 Taubat yang lebih tinggi tingkatannya yaitu taubat terhadap pangkal dosa
seperti taubat dari sifat dendam, sombong, iri, riya, pamer, dan lain-lain.
 Taubat tertinggi yaitu taubat untuk berusaha menjauhkan diri dari
bujukan setan dan kelalaian dari mengingat allah.
3. AL-WARA

Al-wara adalah sikap berhati-hati terhadap ketentuan-ketentuan allah. Mereka yang


memiliki sifat ini selalu berusaha agar tidak melanggar aturan allah meskipun itu hanya
kemaksiatan yang tampak kecil. Seseorang yang bersifat wara adalah mereka yang
selalu berhati-hati dalam segala perilakunya sehingga tidak terjerumus pada hal-hal
yang tidak disenangi atau di ridhoi allah baik yang hukumnya makruh apalagi haram.

4. AL-FAQR (FAKIR)

3
Al-faqr adalah tidak menuntut banyak dan merasa cukup dengan apa yang telah di
terima dan di anugerahi oleh allah, sehingga tidak mengharapkan atau meminta sesuatu
yang bukan haknya. Dengan demikian, seseorang yang faqr selalu merasa berkecukupan
dan merasa puas dalam menjalani kehidupan. Sikap ini sangat penting sehingga manusia
dapat terhindar dari sifat serakah dan rakus. Sikap al-faqr merupakan kelanjutan sikap
zuhud terhadap kehidupan dunia dengan tidak terpedaya tipudaya dunia, seseorang akan
merasa puas dan cukup dengan apa yang diperolehnya. Selain itu sifat al-faqr akan
menghasilkan sifat wara, karena dengan menerima apa yang di anugerahkan allah
kepadanya, sehingga ia akan bersikap hati-hati dan tidak akan menuntut yang bukan
haknya.

5. AS-SHABR (SABAR)

Sifat as-shabr adalah salah satu sifat andalan bagi kaum sufi. Sifat sabar merupakan
sifat dasar yang dimiliki oleh para nabi dan rasul, mereka yang memiliki kesabaran yang
luar biasa dinamakan dengan ulul-azmi. Jadi sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak allah, demikian juga tenang ketika mendapatkan
coban dari-Nya, merupakan sifat yang berkecukupan sekalipun hidup dalam
kekurangan.

Dalam ajaran tasawuf sifat sabar dibagi menajdi tiga macam, yaitu:
 Sabar dalam beribadah kepada allah.
 Sabar dalam menjauhi larangan allah.
 Sabar dalam menerima cobaan dari allah.
6. TAWAKAL

Secara termologi tawakal adalah membebaskan diri dari segala ketergantungan


kepada selain allah swt dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada allah swt.
Jadi tawakal adalah sikap pasrah terhadap allah dalam menjalani setiap urusan. Tawakal
dapat dimaknai sebagai sikap hati untuk menyerahkan diri kepada qada dan qadar allah.

4
7. RIDA’(RELA)

Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang telah di anugrahkan
allah swt. Orang yang memiliki sikap rida’ mampu melihat hikmah dan kebaikan
dibalik cobaan yang diberikan allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya.
Bahkan,ia mampu melihat keagungan, kesabaran, dan kemaha sempurnaan dzat yang
memberi cobaan kepadanya sehingga tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas
cobaan tersebut.

8. MAHABBAH

Mahabbah (mencintai) allah adalah kedudukan yang paling tinggi dan mulia gunu
menuju keridhaan allah, karena hanya allah yang maha besar, maha penguasa, maha
suci, maha pencipta, dan maha pemberi.

9. MA’RIFAH

Secara etimologi kata dasar ma’rifah berasal dari kata arafah yang
artinya”mengetahui atau mengenal”. Ma’rifah berarti juga pengetahuan. Jadi ma’rifah
artinya mengenal allah dengan mata hati, sekaligus ujung perjalanan dari segala ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh kaum sufi. Unsur ma’rifah adalah “cinta”dan hasil
dari ma’rifah adalah”pandangan”.

2.3. AHWAL YANG SERING DI JUMPAI DALAM PERJALANAN SUFI

Ahwal datang dengan sendirinya, datang dan pergi tanpa diketahui waktunya.
Dengan demikian ahwal adalah pemberian dari allah ketika sang sufi menapaki menuju
allah.

Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan beberapa ahwal sebagai berikut:

1. MUHASABAH DAN MURAQABAH (Mawas Diri dan Waspada)

5
Muhasabah ialah meyakini bahwa allah mengetahui segala pikiran, perbuatan,
dan rahasia dalam hati yang membuat seseorang menjadi hormat, takut, dan tunduk
kepada-Nya. Sedangkan Muraqah yaitu adanya kesadaran diri bahwa ia selalu
berhadapan dengan allah dalam keadaan diawasi-Nya.

2. HUBB (Cinta)

Hub adalah cinta. Maksudnya, cinta seorang hamba kepada tuhan, dalam
pandangan tasawuf, hub adalah pada dasarnya anugrah yang menjadi dasar pijakan
ahwal, sama seperti taubat yang menjadi dasar pijakan maqam.

3. RAJA’ dan KHAUF (Berharap dan Takut)

Menurut kalangan kaum sufi, raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling
mempengaruhi. Raja’ dapat berharap atau optimis, yaitu perasaan senang hati karena
menanti sesuatu yang diinginkan dan di senangi. Sedangkan khauf ialah kesaksian hati
karena membayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang
akan datang, khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk
senantiasa berada dalam ketaatan.

4. SYAUQ (Rindu)

Syauq yang dimaksudkan rindu ialah rindu kepada allah. Syauq ialah rasa rindu
yang memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni dan di sertai dengan
mahabbah. Perasaan inilah yang menjadi motor pendorong kaum sufi agar selalu berada
sedekat mungkin kepada allah yang menjadi sumber segala kenikmatan dan keindahan.

5. UNS (Intim)

Uns (intim) adalah keadaan jiwa dan seluruh ekspetasi terpusat penuh pada suatu
titik sentrum, yaitu: tidak ada yang dirasa, tidak ada yang diingat, dan tidak ada yang
diharap. Uns merupakan keadaan spiritual ketika hati dipenuhi cinta, kaindahan,
kelembutan, belas kasih dan pengampunan allah.

6
2.4 PERBEDAAN MENDASAR MAQAMAT DAN AHWAL

Secara historis, konsep maqamat dan ahwal diduga muncul pertama kali pada abad 1
hijriyah, sosok yang memperkenalkan kedua tersebut adalah Ali bin Abi Thalib. Hal ini
dapat ditelusuri ketika para sahabat berkonsultasi tentang iman, ia menjawab bahwa
iman itu adalah bersumber pada empat fondasi yaitu takwa, sabar, adil, jihad, yang
masing-masing fondasi tersebut mempunyai tingkatan (maqamat).

Secara mendasar, perbedaan maqamat dan ahwal ini baik dari cara
mendapatkannya maupun pelangsungannya yaitu maqamat berupa tahap-tahap
perjalanan spiritual yang dengan gigih diusahakan oleh para sufi untuk memperolehnya.
Sedangkan ahwal yang sering diperoleh secara spontan sebagai hadiah dari allah,
diantara ahwal yang sering disebut adalah takut, sukur, rendah hati, tawakal, gembira,
meskipun ada perbedaan diantara penulis tasawuf namun kebanyakan mereka
mengatakan bahwa ahwal dialami secara spontan dan berlangsung sebentar dan
diperoleh berdasarkan usaha sadar dan perjuangan keras, seperti halnya pada maqamat
melainkan sebagai hadiah berupa kalitan-kalitan ilahi yang bisa disebut lama’at.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam. Secara etimologi maqam mengandung
arti kedudukan atau tempat berpijak dua telapak kaki. Sementara itu dalam pengertian
termonologi istilah maqam mengandung pengertian kedudukan, posisi, tingkatan, atau
kedudukan terhadap hamba dalam mendekatkan diri kepada allah. Sedangkan ahwal
ialah keadaan atau kondisi psikologisnya disarankan ketika seorang sufi mencapai
maqam tertentu.

Berkaitan dengan beberapa maqam yang harus dilalui oleh seorang sufi untuk mencapai
allah, para sufi berbeda pendapat pada hal ini . Terhadap perbedaan, beberapa pendapat
tersebut ada beberapa maqamat yang disepakati oleh para ahli tasawuf, yaitu al-zuhud,
at-taubah, al-wara, al-faqr, as-shabr, tawakal, mahabbah dan ma’rifah.

8
Ahwal datang dengan sendirinya, datang dan pergi tanpa diketahui waktunya. Dengan
demikian ahwal adalah pemberian dari allah ketika sang sufi menapaki jalan menuju
allah. Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan beberapa ahwal sebagai berikut: muhasabah
dan muraqabah, hub, raja’ dan khauf, syauq dan uns.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Media Zainul. 2010. Tasawuf Mendamaikan Dunia. - : Erlangga.

Kartanegara, Mulyadhi. 2012. Melayani Lubuk Tasawuf.  - : Erlangga.

Solichin, Mohammad Muchlis. 2013.Akhlak & Tasawuf. Surabaya : Pena Salsabila.


Solihin, M., Anwar, Rosihon. 2014. Ilmu Tasawuf.  Bandung : Pustaka Setia .

Amin, Samsul Munir. 2014.Ilmu Tasawuf.  Jakarta : Amzah.


Nata, Abuddin.  2015. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta : PT Rajawali Pers.

9
10

Anda mungkin juga menyukai