Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis yang berjudul “Hadist-Hadist tentang Khauf dan Roja‟”
Tujuan penulisan ini untuk Memenuhi tugas dari Pak Ulin, karya tulis
ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca serta bagi
penulis sendiri.
Penulis sangat menyadari jika makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang dimaksud seperti sifat dari Khauf dan Raja‟. Dengan sifat khauf, seorang
hamba akan senantiasa merasa takut untuk berbuat maksiat kepada-Nya dan raja‟
yaitu sifat seorang hamba yang mengharap rahmat serta ampunan-Nya.
Dengan ini pentingnya pembaca mengetahui lebih mengenai kedua sifat Khauf dan
Raja‟.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Khauf
Pengertian khauf
Secara bahasa, khauf ( )اىخ٘فberasal dari kata khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut. Yakni
takut kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Selain khauf, dalam Al Qur‟an juga digunakan istilah khasyah
yang terkadang maknanya sama, terkadang lebih khusus.
Dalam Al Furuq Al Lughawiyyah dijelaskan, khauf adalah perasaan takut dari hukuman atau
sesuatu yang dibenci yang mengenainya, disebabkan melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak
sungguh-sungguh dalam ketaatan.
Ibnu Qudamah mengatakan khauf adalah ungkapan kegundahan hati karena adanya sesuatu yang
tidak disukai dan akan terjadi pada masa mendatang. Sedangkan Al Qusyairi menjelaskan, khauf adalah
perasaan di kedalaman hati yang menghindarkan seseorang dari segala yang tidak disukai dan tidak
diridhai Allah.
Dengan demikian, semakin besar khauf seseorang, semakin ia taat kepada Allah serta menjauhi
dosa dan maksiat. Semakin besar khauf seseorang, semakin ia menghindari hal-hal yang mempersulit
hisabnya. Semakin khauf seseorang, semakin ia menjauhi hal-hal yang bisa menyeretnya ke neraka.
Manfaat khauf
Memiliki rasa takut kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang penting bagi tiap-tiap
mukmin. Sebab, timbulnya rasa takut kepada Allah SWT tersebut merupakan dorongan untuk
bertakwa serta mengharap rida-Nya.
Menurut sumber yang sama, seseorang yang dianugerahi khauf senantiasa mengingat Allah
dengan berzikir, ber-taqarrub, selalu menyebut asma‟ wa sifatullah dan berbagai amalan lainnya.
Salah satu dari banyaknya amalan yang dapat dikerjakan, yakni salat khauf. Salat khauf
merupakan salat yang dikerjakan saat berada dalam keadaan sangat menakutkan.
Saat rasa khauf itu muncul, akan menimbulkan ketentraman dan ketenangan hati. Hal itu
dikarenakan khauf bersinergi dengan kedekatan seorang hamba dan Sang Khalik. Dengan
demikian, ketenangan serta ketentraman jiwa dan hati merupakan sebuah keniscayaan.
2
Selain itu, khauf menghalangi rasa takut seorang hamba kepada apa pun selain Allah SWT.
Sebab, khauf menjadikan ketakutan seorang hamba kepada Allah melebihi ketakutan terhadap
apa pun, termasuk kematian.
Keutamaan Khauf
1. Meningkatkan Taat dan Taqwa
Orang yang memiliki rasa khauf, ia akan semakin taat kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya.
Sebagaimana para malaikat yang khauf-nya sempurna, maka sempurnalah ketaatannya. Allah
Subhanahu wa Ta‟ala berfirman.
Takut kepada Allah tidaklah sama dengan takut kepada suatu bahaya atau ancaman
binatang buas. Seseorang yang takut diterkam singa, dia akan menjauhinya. Namun orang yang
takut kepada Allah, dia akan semakin mendekat kepada-Nya. Orang yang takut kepada Allah, dia
akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang takut kepada Allah, tidak akan menggunakan tangannya untuk bermaksiat. Dia tidak
akan merampas yang bukan haknya, tidak akan menzalimi orang lain, tidak akan mencuri, tidak
akan melakukan korupsi, tidak akan menandatangani peraturan yang merugikan rakyat.
Orang yang takut kepada Allah, tidak akan menggunakan lisannya untuk menyakiti orang
lain, memfitnah, ghibah dan namimah. Orang yang takut kepada Allah, tidak akan menggunakan
matanya untuk memata-matai sesama muslim, mencari keburukan dan aib saudaranya, serta
melihat hal-hal yang Allah haramkan baginya.
Orang yang takut kepada Allah, bahkan tidak akan mengisi hati dan pikirannya dengan
kemaksiatan dosa. Ia tidak membenci sesama mukmin, tidak menyimpan dendam, tidak hasad
bahkan tidak ada ghill dalam hatinya.
Pun demikian, karena takut-Nya kepada Allah, ia tidak akan mengkhianati sumpah
janjinya. Ia tidak akan menyia-nyiakan amanah yang telah diberikan kepadanya
2. Jaminan Keamanan
Orang yang memiliki rasa khauf kepada Allah, di akhirat nanti ia akan mendapatkan jaminan
keamanan.
Ketika membaca sirah shahabat, sirah tabi‟in dan para ulama, kita dapati mereka banyak
menangis karena takut kepada Allah.
“Demi Allah, telah kulihat sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam yang kini tidak
kujumpai orang-oran seperti mereka,” kata Ali bin Abu Thalib radhiyallahu „anhu.
“Para sahabat adalah orang-orang yang kusut dan berdebu, di antara mata mereka seakan-seakan
ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada
3
Allah. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang pada saat angin berhembus
kencang. Mereka selalu menangis hingga kain mereka basah.”
4. Masuk Surga
Orang-orang yang takut kepada Allah, tempat kembalinya adalah surga. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta‟ala:
ِٖ ََاَِٞح ُ ُٖ ََا َٗ ٍَا فَٞح ُ ُٖ ََا َٗ ِح ْيِّٞض ٍة آ ِ ِٖ ََا َٗثِ ْْحَِٞح ُ ُٖ ََا َٗ ٍَا فَِّٞح ُ ُٖ ََا َٗآٞة ِح ْي
َّ َِاُ ٍِ ِْ ف ٍ َٕ َ َاُ ٍِ ِْ رِ َاُ ْاى ِف ْشدَ ْٗ ِس أَ ْستَ ٌع ثِ ْْح
ُ ِْج
ٍُ ْعذ َ َجَّْ ِةِٚ َٗ ْج ِٖ ِٔ فَٚعي َ اءِ َٝع َّز َٗ َج َّو إِالَّ ِسدَا ُء ْاى ِنث ِْش
َ ٌْ ِٖ ِّ َستَٚظ ُشٗا إِى ُ ْْ َٝ ُْ َ َِْ أََِْٞ ْاىقَ ْ٘ ًِ َٗتَْٞش ت
َ ََٞٗى
Surga-surga Firdaus ada empat. Dua surga terbuat dari emas berikut semua perhiasan, wadah dan
segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari emas. Dan dua surga terbuat dari perak berikut
semua perhiasan, wadah dan segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari perak. Tidak ada
4
penghalang antara para penghuni surga di surga Adn untuk melihat Tuhan mereka Azza wa Jalla
kecuali selendang kebesaran dan keagungan-nya. (HR. Ahmad)
Bagaimana agar kita memiliki khauf, bahkan menguatkannya? Ada beberapa kiat yang bisa kita
amalkan.
1. Memperdalam Ma‟rifatullah
Semakin seseorang mengenal Allah, akan semakin kuat rasa takut kepada-Nya. Dan tentu saja,
orang yang paling takut kepada Allah adalah Rasulullah. Beliau shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:
َ َ اَّلل َٗأ
َةٞشذُّ ُٕ ٌْ ىَُٔ َخ ْش ِ َّ ِ أل َ ْعيَ َُ ُٖ ٌْ تَِِّّّٚللا إ
ِ َّ َ٘ َف
Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di antara mereka tentang Allah,
karena itu aku orang yang paling takut di antara mereka kepada-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Banyak Mengingat Akhirat
Membaca ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hari kiamat, akhirat, surga dan neraka akan
membuat kita memiliki gambaran yang benar sekaligus menguatkan rasa khauf kita. Tidak
sekedar membaca atau menghafalkan tetapi membayangkan dan merenunginya.
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam pernah menyampaikan khutbah kepada para sahabat
tentang surga dan neraka. Kemudian beliau bersabda:
5
Tanamkan rasa takut kepada Allah. Hadirkan takut kepada-Nya dengan membayangkan apa yang
akan terjadi saat sakaratul maut. Latih takut kepada-Nya dengan membayangkan apa yang akan
terjadi saat berada di alam barzakh. Saat yaumul mahsyar, saat menghadapi hisab. Saat melewati
shirath. Hingga penentuan akhir apakah masuk surga atau neraka.
Latih rasa khauf itu agar hadir saat shalat, saat tilawah Al Qur‟an, saat dzikir, saat bermunajat
kepada-Nya, saat sholat tahajud, dan dalam berbagai ibadah lainnya.
2.2 Roja
Pengertian Roja’
Roja’ secara Bahasa berarti mengharapkan, menginginkan atau menantikan sesuatu yang
disenangi. Pengertian al-raja‟ yang sesungguhnya adalah penantian atas sesuatu yang dicintai
dengan mengerahkan segenap upaya seorang hamba. Seorang hamba, yang menanam benih iman
lalu disirami dengan air ketaatan, mensucikan hati dari segala prilaku tercela, kemudian menanti
keutamaan Allah Swt. Untuk menetapkannya agar mati dalam keadaan baik (husnu al-khotimah)
serta berlimpah ampunanNya. Penantian seperti ini adalah raja‟ yang dibangkitkan dengan
kegigihan dan upaya-upaya iman dan ampunan menuju kematian. Penantian tanpa benih
keimanan dan siraman air ketaatan kepada Allah serta hati yang masih lekat dengan perilaku
tercela serta kenikmatan duniawi, maka penantian serupa ini tidak lebih hanyalah kedunguan dan
fatamorgana. Berikut pendapat beberapa ulama tentang roja, yang pertama Imam al-Ghazali.
Menurut Beliau Roja adalah bagian dari maqamat para salikin dan ahwal orang-orang yang
dalam pencarian untuk dekat dengan Tuhan. Pada hakikatya al-raja‟(mengharap) harus disertai
pula dengan hal, ilm dan amal. ilm sebagai sebab yang dapat menimbulkan hal, dan hal
memerlukan adanya amal. Sedang al-raja‟ adalah nama dari ketiganya. Berharap merupakan
sesuatu yang lebih baik daripada merasa takut, Hal itu karena hamba yang paling dekat dengan
Allah swt, adalah hamba yang dicintainya. Dengan rasa cintanya seoranng hamba akan berusaha
untuk semakin dekat dengan Allah. Sedangkan roja menurut Syaikh Utsaimin merupakan
keinginan seorang insan untuk mendapatkan sesuatu baik dalam jangka dekat maupun jangka
panjang yang diposisikan seperti sesuatu yang bisa digapai dalam jangka pendek.” Yang terakhir
ada Syaikh Zaid bin Hadi Al Madkhali yang mengatakan bahwa Roja’ adalah akhlak kaum
beriman. Dan yang dimaksud dengannya adalah menginginkan kebaikan yang ada di sisi
Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Dan roja’ haruslah
diiringi dengan usaha menempuh sebab-sebab untuk mencapai tujuan…”
Peranan roja’ dan khouf
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah sesungguhnya penggerak
hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-
Rajaa’ (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang
menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus
ada ketika di dunia maupun di akhirat. Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa
menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa
cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju
sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-
6
lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya untuk tidak keluar dari jalan menuju
sosok yang dicintainya, dan rasa harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua
merupakan kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperahtikan hal itu…” . Syaikh
Zaid bin Hadi berkata: “Khouf dan roja‟ saling beriringan. Satu sama lain mesti berjalan
beriringan sehingga seorang hamba berada dalam keadaan takut kepada Allah „azza wa jalla dan
khawatir tertimpa siksa-Nya serta mengharapkan curahan rahmat-Nya…”
Pembagian Roja’
Ibnu Qoyyim –Rahimahullah– membagi roja’ dalam tiga bagian, dua diantaranya yang benar
dan terpuji pelakunya, sedang yang lain tercela.
Pertama, pengharapan yang terpuji hanya bagi yang mau taat kepada Allah dan ia
mengharap pahalanya.
Kedua, seseorang yang berbuat dosa namun ia senantiasa mengharap ampunan
Allah ٚصثحأّ ٗجعاىdari segala dosanya dan mengharap akan diterima taubatnya.
Ketiga, berupa pengharapan yang tidak disertai amal dan usaha, maka ia hanyalah
lamunan dan angan-angan yang tercela.
Roja’ (rasa harap) menuntut adanya khauf (rasa takut) dalam diri seorang mukmin. Dengan
begitu akan memacu kita untuk melakukan amalan-amalan shalih. Tanpa disertai khauf,
roja’ hanya akan bernilai fatamorgana. Sebaliknya, khauf juga menuntut
adanya roja’, tanpa roja’, khauf hanyalah keputusasaan tiada arti.
7
mengambilnya. Setiap ayat dan surat Al-Qur`an berisi pesan-pesan moral dari Allah Swt.
kepada seluruh umat manusia. Dengan mempelajari dan memahaminya secara mendalam
maka akan tumbuh sifat raja‟.
Meyakini kesempurnaan karunia Allah Swt. Sifat raja‟ akan tumbuh pada diri seseorang
apabila ia meyakini bahwa Allah Swt. telah memberikan karunia sempurna kepadanya.
Allah Swt. telah memberikan rejeki yang cukup bagi semua makhluk ciptaan-Nya. Tak
ada satupun makhluk di dunia ini yang sia-sia, pasti bermanfaat bagi kehidupan manusia.
8
Tak menganggap ringan ganjaran yang diterima akibat perilaku dosa sekecil apa pun.
Sebab, segala sesuatu akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT.
„‟Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling tahu dengan Allah dan paling takut kepada-
Nya.‟‟(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari paparan di atas, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa khauf harus ada pada diri kita,
setiap
ًَ ْ٘ َٝ َُُٔا أ َ َخ ْفحّْٞ ُّ اىذِٜ فْٜ ٍَِِْْ َ َا ٍَ ِة َٗإِرَا أَٞ ْ٘ ًَ ْاى ِقٝ َُُٔا أ َ ٍِ ْْحّْٞ ُّ اىذِٜ فْٜ َِْ ِِْ إِرَا خَافٍَْْٞ َ ِِْ َٗأَٞ خ َْ٘فٛ َ َال أ َ ْج ََ ُعْٜ َِٗ ِع َّزج
َ َٚعي
ْ ع ْث ِذ
ا ٍَ ِةَٞ ْاى ِق
Demi kemuliaan -Ku, Aku tidak menghimpun pada hamba-Ku dua macam rasa takut dan dua
macam rasa aman. Apabila dia merasa takut kepada-Ku di dunia, Aku membuatnya merasa aman
pada Hari Kiamat. Apabila dia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku membuatnya takut
pada Hari Kiamat. (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi; shahih)
َّ وٞ
َِّللا ِ ص ِث
َ ِٚس ف ْ ٌِْ تَاجٞع
ُ َث جَح ُْش ِ َّ َ ِةَٞث ٍِ ِْ َخ ْش
َ َٗ َّللا ْ ٌِْ تَنٞع ُ ََّْاُ الَ ج َ ََضُّ ُٖ ََا اى
َ اس ِ ْْٞ ع
َ
Dua mata yang tidak akan tersentuh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Allah dan
mata yang tidak terpejam saat berjaga-jaga di jalan Allah. (HR. Tirmidzi; shahih)
9
ini, kecuali Allah akan memberikan apa yang diharapkannya dan Allah akan amankan ia dari apa
yang ditakutkannya”.
Dari hadits diatas Imam Ibnu Hajar al-„Asqalani rahimahullah mendefinisikan “Yang dimaksud
dengan ar-raja‟ (berharap) adalah bahwa jika seorang hamba melakukan kesalahan (dosa atau
kurang dalam melaksanakan perintah Allah) maka hendaknya dia bersangka baik kepada-Nya
dan berharap agar Dia menghapuskan (mengampuni) dosanya, demikian pula ketika dia
melakukan ketaatan (kepada-Nya) dia berharap agar Allah menerimanya.
Adapun orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kemudian dia berharap Allah tidak
menyiksanya (pada hari kiamat) tanpa ada rasa penyesalan (takut) dan (kesadaran untuk)
meninggalkan perbuatan maksiat (tanpa melakukan taubat yang benar kepada Allah), maka ini
adalah orang yang tertipu (oleh syetan).Maka raja‟(harap) dan khauf (takut) harus selalu ada
pada seseorang maka akan sampai cinta, ridha dan surga Allah.
Ali r.a. berkata: "Sesungguhnya orang yang berilmu, iaiah; orang yang tidak mendatangkan ke-
putus-asa-an manusia dari rahmat Allah Ta‟ala dan tidak menjamin keamanan bagi mereka dari
cobaan Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-khauf dan al-raja‟ menurut al-Ghazali digambarkan sebagai dua sayap yang memungkinkan
seorang salik untuk terbang ke maqam yang terpuji. Tanpa ada keduanya, maka akan berakibat
pada terputusnya jalan-jalan akhirat dan jauh dari harapan serta tidak adanya kemampuan
menutup pintu neraka dan siksa yang pedih. Penangkal dari itu semua tidak lain adalah al-khauf
dan al-raja.
Karena itu, seorang hamba yang memiliki sifat khauf senantiasa berhati-hati saat mengerjakan
sesuatu. Di satu sisi, timbulnya sifat raja' menjadikan seorang mukmin selalu berdoa dan
bertawakal kepada Allah. Sebab, ia percaya bahwa Allah akan mempermudah segala urusan
yang dirinya. Dari kedua sifat tersebut menjadikan seorang hamba berusaha menjalankan hal-hal
yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan Allah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muchlisin, Khauf dan Raja’ (takut dan harap kepada Allah Azza wa Jalla),
https://bersamadakwah.net/khauf-dan-raja/. Diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 18.39 WIB.
2021. Khauf: Arti dan Penyebab seseorang merasakannya, https://kumparan.com/berita-hari-
ini/khauf-arti-dan-penyebab-seseorang-merasakannya-1wXyflJsC0E/full. Diakses pada 23
Oktober 2022 pukul 18.45 WIB.
Imam Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin.
Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi al Madkhli. Thariqul Wushul.
11
10