Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pengertian Maqomat dan Ahwal

Dosen pengampu :

Muhammad Muallim, Lc., M.A.

Yang di susun oleh :

1. Neng Ismayanti
2. Robi Usaniyah

Institut Daarul Qur'an

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha


penyayang, kami panjatkan puja dan puji atas Rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikann makalah ini untuk tugas kelompok
dengan mata kuliah akhlak tasawuf dengan judul "PENGERTIAN
MAQOMAT DAN AHWAL". Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah memberikan kami semangat, doa dan saran hingga
terselesaikan tugas makalah ini.

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan bagi para pembaca, dan kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami, oleh karena kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar makalah kami dapat lebih baik lagi.

Tangerang Selatan, 29 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

BAB I .................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 1

C. TUJUAN ................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN...................................................................................................... 2

A. PENGERTIAN MAQOMAT DAN AHWAL.................................................. 2

1. Maqomat............................................................................................. 2

2. Ahwal .................................................................................................. 2

B. TAHAPAN MAQOMAT DAN AHWAL........................................................ 3

1. TAHAPAN MAQOMAT.............................................................................. 3

2. TAHAPAN AHWAL .................................................................................... 8

BAB III ................................................................................................................ 10

PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 10

B. SARAN ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Maqomat dan Ahwal adalah keadaan yang di alami oleh orang


yang menjalani tasawuf , Maqomat merupakan sebuha tahapan perjalanan,
sedangkan Ahwal adalah suatu keadaan yang di alami oleh orang yang
sedang menjalani tasawuf (sufi).

Maqomat dan Ahwal tidak bisa di pisahkan, keduannya seperti dua


sisi mata uang. Keterkaitan keduanya dapat dilihat bahwa Maqom adalah
satu persyartan menuju kemarifatan dan dalam menjalankan fase tersebut
seorang sufi akan menemukan Ahwal. Ahwal yang telah di temukkan dalam
Maqom akan mengantarkan seseorang mencapai maqom-maqom
selanjutnya. Untuk itu penulis akan membahas pengertian Maqom dan
Ahwal dalam tasawuf.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas, Penulis menentukan dua rumusan


masalah, yaitu:

1. Apa pengertian maqomat dan Ahwal dalam Tasawuf ?


2. Tahapan-tahapan Maqomat dan Ahwal dalam Tasawuf ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang Maqomat dan Ahwal.


2. Untuk mengetahui apa saja tahapan pada Maqomat dan Ahwal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAQOMAT DAN AHWAL

1. Maqomat

Maqomat adalah bentuk jama dari kata maqom, yang secara bahasa
berarti pangkat atau derajat. Sementara menurut istilah tasawuf, maqomat adalah
kedudukan seorang hamba di hadapan Allah yang di peroleh dengan melalui
peribadatan, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), dan
latihan keruhanian (riyadhah) yang tidak terputus dengan Allah.

Secara teknis maqomat berarti aktivitas dan usaha maksimal seorang


sufi untuk meningkatkan kualitas spiritual dan maqomnya di hadapan Allah
dengan amalan-amalan tertentu sampai adanya petunjuk untuk mengubah pada
konsentrasi terhadap amalan tertentu lainnya, yang di yakini sebagai amalan
yang lebih tinggi nilai spiritualnya di hadapan Allah.1

2. Ahwal

Ahwal adalah bentuk jama dari hal yang di artikan sebagai kondisi atau
keadaan hati yang di alami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya.
Menurut istilah ilmu tasawuf, hal berarti perasaan yang menggerakan dan
mempengaruhi hati yang di sebabkan karena bersihnya doa.2 hal adalah
prolehan dalam hati tanpa adanya usaha karena kondisi tersebut datangnya dari
Allah tapan usaha tidak seperti Maqomat, dan hal bersifat tidak tetap. Selain itu,
Maqomat lebih merupakan hasil upaya aktif seorang hamba sedangkan Ahwal

1
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studes: Pengantar belajar tasawuf (yogyakarta: Ar
Ruzz, Media, 2014), Hlm.137

2
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studes: Pengantar belajar tasawuf (yogyakarta: Ar
Ruzz, Media, 2014), Hlm.138.

2
merupakan uluran Allah yang terhadapnya si pejalan spiritual lebih berlalu
pasif.3

B. TAHAPAN MAQOMAT DAN AHWAL

1. TAHAPAN MAQOMAT

Tentang jumlah tangga atau maqom yang harus di tempuh oleh


seorang sufi untuk sampai menuju Tuhan, para sufi tidak sama pendapatnya.
Al-Kalabadzi menyebutkan ada 10 maqom yang harus dilalui oleh para sufi
yaitu: al-taubah, al-zuhud, al-shabr, al-faqr, al-tawadu, al-taqwa, al-
tawakkul, al-ridha, al-mahabbah, dan al-marifat.
Al-Ghazali meski mempertahankan urutan-urutan di atas,
menyebutkan lebih sedikit maqom sebagai berikut : at-taubah, as-shabr, al-
faqr, al-tawakkul, al-mahabbah, al-marifat, dan ar-ridha.
Ahli yang lain, terkadang menambhakan stasiun yang lain dalam
Maqomat, seeprti al-wara (kehati-hatian).4
Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan variasai yang berbeda-
beda, namun ada maqomat yang di sepakati oleh mereka yaitu, al-taubah,
al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-shabr, at-tawakkal, dan ar-ridha. Sedangkan
al-tawaddlu, al-mahabbah, dan al-marifat para ahli tasawuf menyebutkan
sebagai Maqomat, dan terkadang menyebutnya sebagai hal dan ittihad
( tercapainya kesatuan wujud rohaniah dengan Tuhan). Penjelasan atas
masing-masing istilah tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut :5

a. Al-Taubah

Taubah berasal dari bahasa arab yang berarti kembali dan


penyesalan. Sedangkan pengertian taubat bagi kalangan sufi adalah
memohon ampunan atas segala dosa yang di sertai dengan penyesalan dan
berjanji dengan sungguh-sungguhuntuk tidak mengulangi perbuatan dosa

3
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf (Bandung, Arrasyi Mizan Pustaka, 2005),
Hlm. 131

4
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf (Bandung, Arrasyi Mizan Pustaka, 2005),
Hlm. 132

5
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf ( Jakarta: Rajawali Press, 2011), Hlm. 193-194

3
tersebut dan di barengi dengan melakukan kebajikan yang di anjurkan oleh
Allah.

Taubah memiliki bebrapa tingkatan :

1) Taubat tingkat rendah yang di lakukan jasad atau angota-


anggota badan,
2) Taubat tingkat menengah terhadap pangkal dosa-dosa seperti
taubat dari sifat dendam, sombong, iri, riya dan lainnya,
3) Taubat tertinggi merupakan taubat untuk berusaha menjauhkan
diri dari bujukan syetan dan kelalaian dari mengingat Allah.6
Adapun syarat-syarat yang harus di penuhi ketika melakukan
taubat, sebagai berikut :
1) Meninggalkan kemaksiatan yang di lakukan
2) Menyesali perbuatan maksiat yang di lakukan
3) Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat yang telah
di lakukan.7
Berkaitan dengan maqom taubat, dalam al-Quran terdapat banyak
yang menjelaskan tentang masalah ini, di antaranya QS Al-Imran ayat 135
yang artinya “dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbubuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.”

b. Al-Zuhud

Zuhud adalah tahapan yang tidak kalah penting dengan maqom-


maqom yang lainnya dalam dunia kesufian. Zuhud dikatakan punya
kesamaan dengan paham kemiskinan (al-faqr). Zuhud ialah penolakan
terhadap gemerlapnya harta dunia. Seorang sufi yang mengiginkan cepat

6
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hlm. 199-
200

7
Muhammad Muchlis Solichin, Akhlak Tasawuf, Hlm. 23

4
menyatu dengan Tuhannya, harus melepaskan dirinya sejauh mungkin dari
dunia dan pengaruh-pengaruhnya. Dikatakan bahwa zuhud pada sesuatu
adalah tidak gembira atas apa yang dimilikinya terhadap dunia, dan tidak
pula bersedih atas apa yang tidak di milikinya.
Selanjutnya dapat di pahami bahwa tingkatan zuhud pada dasarnya
ada tiga, yaitu :
1) Orang yang zuhud terhadap dunia, padahal ia masih menyukai
dunia, nafsunya selalu menoleh kepada dunia kendati demikian,
dilawannya hawa nafsu dan keinginan terhadap kenikmatan
duniawi. Orang itu disebut mutazahhid (yang berusaha hidup
zuhud),
2) Orang yang zuhud terhadap dunia dengan mudah, karena ia
menganggap perkara dunia itu sepele (sedikit manfaatnya), meski
ia mengginkannya , tetapi ia lebih memilih kezuhudannya dan
berpaling padanya.
3) Orang yang zuhud terhadap dunia, tetapi zuhud pada kezuhudannya
itu, sehingga tidak kerasa bawa dirinya sudah meninggalkan jubah
dunia.8

c. Al-Wara

Wara adalah sikap berhati-hati terhadap ketentuan-ketentuan Allah.


Pengertian wara dalam pandangan sufi adalah meninggalkan segala sesuatu
yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut makanan, pakaian,
maupun persoalan lainnya. Sedang secara harfiah wara berarti shaleh,
menjauhkan diri dari perbuatab dosa atau maksiat.9

8
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf (Bandung, Arrasyi Mizan Pustaka, 2005),
Hlm. 134

9
Moch. Misbachul Munir, Akhlak Tasawuf. Hlm.143

5
d. Al-Faqr

Secara harfiah fakir biasaya diartikan sebagai orang yang berhajat,


butuh, atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi adalah tidak
meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita.10 dengan ini orang yang
fakir selalu merasa cukup dan puas dalam menjalani hidup , sikap ini juga sangat
penting agar manusia tidak bersifat serakah dan rakus.

e. As-Shabr

Sabar secara bahasa adalah tabah hati. Sedangkan secara istilah, sabar
adalah keadaan jiwa yang kokoh, satabil dan konsekuen dalam pendirian.11
Dalam tasawuf sifat sabar di bagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) Sabar dalam beribadah kepada Allah
2) Sabar dalam menjauhi larangan Allah
3) Sabar menerima cobaan dari Allah.12

f. At-Tawakkal

Secara bahasa , tawakal berarti menyerahkan diri. Secara umum


tawakal adalah keteguhan hati dalam menggantukan diri hanya kepada Allah,
dan menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah. Jadi tawakal ialah sikap
pasrah terhadap Allah dalam menghendakin setiap urusan manusia dengan
ridho-Nya.

g. Ar-Ridha

Ridha berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang telah
Allah berikan. Orang yang mempunyai sifat Ridha mampu melihat sebuah

10
Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual Solusi problem manusia modern,
( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Hlm. 30

11
Moch. Misbachul Munir, Akhlak Tasawuf. Hlm.146

12
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hlm. 202

6
hikmah dan kebaikan dibalik suatu cobaan yang telah Allah beri. Ridha
memiliki dua sudut pandang, yaitu :
1) Terarah pada perbuatan Allah yang dimana seorang hamba ridha
terhadap perbutan Allah yang menetapkan terjadinya segala
sesuatu`
2) Terarah pada kejadian yang di putuskan, yaitu terhadap suatu
musibah. Artinya seseorang harus merasa ridha dengan musibah
yang di berikan oleh Allah.13

h. Mahabbah

Mahabbah berasal dari bahasa arab yang berarti mencintai secara


mendalam. Mahabbah adalah cinta abadi kepada Allah yang melebihi cinta
kepada siapa pun. Adapun tanda-tanda cinta seorang hamba terhadap Allah
di antaranya, yaitu :

1) Senang bertemu dengan Allah (kekasihnya) dengan cara saling


membuka rahasia dan saling melihat satu sama lain,
2) Melakukan segala hal yang disenangi Allah,
3) Senantiasa berdzikir menyebut nama Allah,
4) Merasa tenang dan damai ketika bermunajat kepada Allah dan
membaca kitab nya.14

i. Ma’rifat

Secara bahasa, marifat berasal dari kata arafah yang artinya


pengetahuan dan pengalaman. Menurut para ulama , marifat adalah
kemampuan seorang sufi untuk mengenal Allah, yang membenarkan Allah

13
Muhammad Muchlis Solichin, Akhlak Tasawuf, Hlm. 457

1414
Muzayyanah, Akhlak Tasawuf, ( Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014),
Hlm. 253-255

7
dengan keyakinan dan iman yang sejati dan dengan suka rela melaksankan
ajaran-Nya dalam segala perbuatan.15

2. TAHAPAN AHWAL

Tidak berbeda jauh dengan maqomat, Ahwal juga juga memiliki


beberapa macam, namun konsep pembagian serta jumlah hal yang di
kemukakan oleh para sufi berbeda-beda. Beberapa konsep pembagian
Ahwal ialah muroqobah, khauf, raja’, syauq, mahabbah, Berikut adalah
penjelasannya :

a. Muroqobah

Secara etimologi Muroqobah berarti menjaga atau mengamati


tujuan. Secara terminologi Muroqobah adalah salah satu sikap mental yang
mengandung pengertian adanya kesadaran diri bahwa ia selalu berharap
dengan Allah dan merasa di awasi oleh-Nya.16

b. Khauf

Khauf adalah suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah
karena kurang sempurna pengabdiannya. Khauf dapat mencegah seorang
hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk berada dalam ketaatan.
Imam al-ghazali membagi khauf menjadi dua bagian :

1) Khauf karena khawatir kehilangan nikmat dunia, khauf yang


seperti inilah yang mendorong manusia untuk selalu memelihara
dan menepatkan nikmat itu pada tempatnya.

15
Muhammad Muchlis Solichin, Akhlak Tasawuf, Hlm. 460

16
Azumardi Azra, Dkk, Ensiklopedi Islam. ( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoev,
2015) Hlm. 287

8
2) Khauf pada siksaan sebagai akibat dari perbuatan maksiat, khauf
seperti ini yang mendorong manusia untuk menjauh dari apa yang
di larang dan apa yang di perintah.17

c. Raja’

Raja’ bermakna harapan. Secara maknawi raja’ adalah ketenangan


hati karena mengharapkan/menantikan sesuatu yang sangat diinginkan.
Maksud dari yang di inginkan ini ialah ridha dan pahala dari Allah, raja’
juga di perlukan disertai oleh persaan husnudzon kepada Allah dan
menjauhi rasa keputusasan akan rahmat-Nya. Raja’ menuntut tiga perkara
yaitu:

1) Cinta pada apa yang di harapkan


2) Takut harapannya hilang
3) Berusaha untuk mencapainnya

d. Syauq

Syauq yang di maksud ialah rindu kepada tuhan. Syauq ialah rasa
rindu yang memancar dari hati karena gelora cinta yang murnidan di sertai
dengan mahabbah. Menurut para sufi syauq bagian dari mahabbah.

e. Hubb

Hubb adalah kecenderungan hati untuk memperhatikan


keindahandan kecantikkan. Dalam pandangan tasawuf hubb pada dasarnya
anugerah yang menjadi dasar pijakkan ahwal,sama seperti taubah yang
menjadi dasar pijakkan maqom.

17
Abdul Fattah. Tasawuf antara Algazali dan Ibnu Taimiyah, ( Jakarta: Khalifah
2005). Hlm 108

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Maqomat dalam tasawuf ialah jalan yang di lalui oleh seorang sufi
menuju kehadirat Allah. Perbedaan pendapat dalam hal stasiun-stasiun atau
jalan yang harus di lewati, ada yang mengatakan maqom yang harus di lalui
itu tujuh bahkan ada yang berpendapat bhawa maqom yang di lalui ada
sepuluh tahap. Namun demikian, ada kesepakan para sufi mengenai tahapan
yang harus di lalui yaitu, al-taubah, al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-shabr, at-
tawakkal, dan ar-ridha. Sedangkan al-tawaddlu, al-mahabbah, dan al-
marifat para ahli tasawuf menyebutkan sebagai Maqomat, dan terkadang
menyebutnya sebagai hal dan ittihad ( tercapainya kesatuan wujud rohaniah
dengan Tuhan).

Ahwal atau hal sebagai bentuk keadaan jiwa, hal adalah prolehan
dalam hati tanpa adanya usaha karena kondisi tersebut datangnya dari Allah
tapan usaha tidak seperti Maqomat, dan hal bersifat tidak tetap. Selain itu,
Maqomat lebih merupakan hasil upaya aktif seorang hamba sedangkan
Ahwal merupakan uluran Allah kepda sang hamba. Para sufi pun berbeda
pendapat tentang tahapan yang harus di lalui, tidak adajumlah dan
kesepakatan yang pasti dalam hal ini. Sebab ahwal adalah keadaan jiwa dari
seseorang sufi.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.


Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon dan Mukhtar, Solihin. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.2004
Asmaran, As. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002
Azra, Azumardi Dkk. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoev, 2015
Fattah, Abdul. Tasawuf antara Algazali dan Ibnu Taimiyah. Jakarta: Khalifah 2005
Haidar Bagir, Buku Saku Tasawuf. Bandung: Arrasyi Mizan Pustaka, 2005
Muzayyanah. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 2014
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Syamsun Ni’am, Tasawuf Studes: Pengantar belajar tasawuf. yogyakarta: Ar Ruzz, Media.
2014
Syukur, Amin. Tasawuf Kontekstual Solusi Problem Manusia Modern. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.2003
Syukur, Amin. Zuhud Di Abad Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press. 2011
Yusuf, Anwar Ali, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Pustaka Setia.
2003

11

Anda mungkin juga menyukai