Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

Pelapisan Sosial,Keragaman Dan Kesejahteraan

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen pengampu : H Ade Mulyana, S.Ag.M.Si.
Kelompok 7 :
1.Siti Rouhatul Kamila : (231110144)
2.Sofa Mutmainah : (231110137)
3.Siti Nafisa : (231110134)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA


HASANUDDIN BANTEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadiran ALLAH Swt. Yang telah melimpahkan
Rahmatdan hidayah Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Ilmu Sosial Dasar.
Atas dukungan moral dan materi yang di berikan dalam menyusun makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak : H Ade Mulyana,S.Ag.M.Si. selaku
dosen pembibing mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, yang telah memberikan arahan dan
kesempat untuk kami menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di
praktikan dalam kehidupan sehari – hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena pengalaman kami mebuat
makalah masih kurang. Tidak lupa Kami ucapkan terima kasih terhadap bantuan
kerjasama dari kelompok tujuh yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun Dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN MAKALAH 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. PELAPISAN SOSIAL 3
2.1 PERBEDAAN SYSTEM PELAPISAN DALAM MASYARAKAT
4
2.2 PELAPISAN SOSIAL CIRI TETAP KELOMPOK SOSIAL 5
2.3 TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL 5
2.4 KESAMAAN DERAJAT DAN PERSAMAAN HAK 7
2.5 ELITE DAN MASSA 9
2.6 DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PELAPISAN SOSIAL 10
2.7 JENIS TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL.. ..11
2.8 STRATIFIKASI ATAU PELAPISAN SOSIAL 12
B. KERAGAMAN 14
C. KESEJAHTERAAN 16
BAB III PENUTUP 18
A. KESIMPULAN 18
B. SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan


atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertical (bertingkat).
Masyarakat terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri berbeda
baik berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat
tinggal,kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan
inisering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.
Semua manusia dilahirkan sama seperti yang selama ini kita tahu, melalui
pendapat para orang-orang bijak dan orang tua kita atau bahkan orang
terdekatkita. Pendapat demikian ternyata tidak lebih dari omong kosong belaka
yangselalu ditanamkan kepada setiap orang entah untuk apa mereka
selalumenanamkan hal ini kepada kita.!alam kenyataan kehidupan sehari-hari,
kenyataan itu adalahketidaksamaan. "eberapa pendapat sosiologis mengatakan
dalam semuamasyarakat dijumpai ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya
saja dalamdimensi ekonomi, sebagian anggota masyarakat mempunyai kekayaan
yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya miskin
dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Alam dimensi yang lain
misalnya kekuasaan, sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain
dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang
hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia.
Pembedaananggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi sosial.
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena social seperti
seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh
status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut
mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi menuruf sifatnya dapat digolongkan menjadi
straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup, contoh yang disebutkan diatastadi
merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana mobilitas social dimungkinkan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan pelapisan social
b. Apa yang dimaksud keragaman
c. Jelaskan pengertian kesejahteraan

C. TUJUAN MAKALAH
1. Pembedaan penduduk atau para warga masyarakat Kedalam kelas
secara hiesarkis ( bertingkat )
2. Suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan
dalam berbagai bidang.
3. Kesejahteraan atau ke sejahtera dalam memiliki empat arti sejahtera
menunjukkan keadaan yang baik kondisi manusia di mata orang –
orangnya dalam keadaan makmur , dalam kecintaan , sehat dan damai
dalam ekonomi sejahtera di hubungan dengan keuntungan benda.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PELAPISAN SOSIAL

Penempatan lapisan sosial seseorang dalam lapisan ekonomi tertentu


merupakan pembahasan stratifikasi sosial. Dalam kaitannya dengan stratifikasi
sosial Max Weber menjelaskan stratifikasi sosial dalam tiga dimensi,yaitu
dimensi kekayaan, dimensi kekuasaan, dan dimensi prestise.
Pengaruh pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan
di setiap masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu
masyarakat gejala ini pasti dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu,
Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur
yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di
tengah-tengah. Adam Smith membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yaitu
orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari
upah kerja, dari keuntungan perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen
membagi masyarakat ke dalam dua golongan yang pekerja, berjuang untuk
mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang
karena kekayaannya.
Pernyataan tiga tokoh di atas membuktikan bahwa pada zaman ketika
mereka hidup dan dapat diduga pula pada zaman sebelumnya, orang-orang telah
meyakini adanya sistem pelapisan dalam masyarakat, yang didalam studi
sosiologi disebut pelapisan. Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan
sebagai pembedaan penduduk atau para warga masyarakat ke dalam kelas secara
hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-
kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat. Di dalam
masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam
masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai
demikian menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya
“Setangkai Bunga Sosiologi”, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-
benda yang lain yang bernilai ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam

3
masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam
pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban
yang dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan
pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil,
sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih
tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah.
Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau
organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan
antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan
maupun kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang
mendorong untuk mengambil posisi sosial tertentu. (Drs. Taufik Rahman
Dhohir, 2000)
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat). Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A.
Sorokinbahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya
adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan
ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J.
Boumanmenggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand,
yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran
akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah
stand juga dipakai oleh Max Weber.

2.1. PERBEDAAN SYSTEM PELAPISAN DALAM MASYARAKAT


Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri
dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen
yang terdiri dari kelompok-kelompok social.
Masyarakat dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam kenyataan
bahwa:
1. Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya
2. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan.

4
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial
diantaranya menurut Pitirin A. Sorikin bahwa “pelapisan masyarakat adalah
perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara
bertingkat”. Theodorson dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah
jenjang status dan peranan yang relative permanen yang terdapat dalam system
social didalam hal perbedaan hak,pengaruh dan kekuasaan”. Masyarakat yang
berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana
lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.

2.2. PELAPISAN SOSIAL CIRI TETAP KELOMPOK SOSIAL


Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis
kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh system sosial
masyarakat kuno . Didalam organisasi masyarakat primitif pun dimana
belum mengenai tulisan. Pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud
berbagai bentuk sebagai berikut:
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan
pembedaan- pembedaan hak dan kewajiban
2. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan
memiliki hak-hak istimewa
3. Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
4. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang
diluar perlindungan hukum
5. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri
6. Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan
ekonomi itu secara umum
Pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai
masyarakat yang komunistis yang tanpa hak milik pribadi dan
perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi primitive bukanlah
ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif kolektif.
2.3. TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
• Kelas atas (upper class)

5
• Kelas bawah (lower class)
• Kelas menengah (middle class)
• Kelas menengah ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan
Disini :
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga
unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan
mereka yang berada di tengah- tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA.
menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu
yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu
yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa
berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite.
Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang
memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.

4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di


dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang,
sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua
kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan
kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat
yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas
yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan
di dalam proses produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi
lapisan-lapisan social, yaitu :
 ukuran kekayaan
 ukuran kekuasaan
 ukuran kehormatan
 ukuran ilmu pengetahuan

6
2.4. KESAMAAN DERAJAT DAN PERSAMAAN HAK
Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang dan pelapisan sosial yang
berbeda-beda. Pelapisan sosial merupakan pemilah-milah kelompok sosial
berdasarkan status, strata dan kemampuan individu tersebut yang terjadisecara
alami didalam masyarakat. Terjadinya pelapisa sosial berdasarkan adanya cara
pandang masyarakat yang berbeda-beda dengan dilatarbelakangi oleh status
sosial, strata sosial dan kemampuan ekonomi yang berbeda-beda. Adapun
perbedaan sistem pelapisan dalam masyarakat;
1. Sistem pelapisan masyarakat tertutup diantaranya, Kasta Brahmana
(pendeta), Kasta Ksatria (golongan bangsawan), Kasta Waisya (golongan
pedagang), Kasta Sudra (golongan rakyat jelata) dan Kasta Paria (golongan
orang yang tidak memiliki kasta).
2. Sistem pelapisan masyarakat terbuka. Setiap orang mempunyai
kesempatan untuk menempati jabatan, jika orang tersebut menpunyai
kemampuan pada bidang tersebut. Kesamaan derajat terjadi karena
adanya perbedaan kemampuan yang terjadi dalam bermasyarakat. Oleh
sebabitu munculah lapisan-lapisan yang dapat menyatukan hal yang
awalnya berbeda kemudian menjadi satu, hal tersebut tercantum dalam
Undang-Undang 1945 tentang hak asasi manusia.
Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan derajat
antar rakyaknya, hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal
..
1. Pasal 27 ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang
dimiliki warga negara yaitu menjunjung tinggi hokum dan
pemenrintahan ayat 2, berisi mengenai hak setiap warga negara atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. Pasal 28, ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan tulisan.
3. Pasal 29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang
dijamin oleh negara
4. Pasal 31 ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai
pengajaran.

7
2.5. ELITE DAN MASSA
Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ikut terlibat dalam
kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakat tertentu penduduk tidak diikut
sertakan. Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang
dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi
elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang- bidang tertentu dan
khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.
Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite.
Dalam masyarakat industri watak elitenya berbeda sama sekali dengan elite di
dalam masyarakat primitif. Di dalam suatu lapisan masyarakat tentu ada
sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci ataumereka yang memiliki
pengaruh yang besar dalam mengambil b e r b a g a i kebijaksanaan. mereka
itu mungkin para pejabat tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya,
pensiunan dan lainnya lagi.Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada
umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya
merupakan elite masyarakatnya.
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas
maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu
ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu
golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang
terkemuka jika dibandingkan dengan massa. Penentuan golongan minoritas ini
Didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang
dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan,dasar-
dasar kehidupan yang akan dating. Golongan minoritas yang berada pada posisi
atas yang secara fungsional dapat berkuasa adan menentukan dalam studi sosial
dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat
untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial.
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di
dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi
tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama,
pengajaran, dan pekerjaan- pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat
kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak

8
elitnya berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa
bentuk penampilan antara lain :
1. Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan
poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
2. Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah
keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik
yanag bersifat fisik maupun psikhis, material maupun immaterial,
merupakan heriditer maupun pencapaian.
3. Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang
lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain.
4. Ciri-Ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal di
atas adalah imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan
dan usahanya.
Ada dua kecenderungan untuk menetukan kelompok elite di dalam
masyarakat yaitu; menitik beratakan pada fungsi sosial dan pertimbangan-
pertimbangan yang bersifat moral.
Kedua kecenderungan ini melahirkan dua macam elite yaitu elite internal
dan elite eksternal, elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas
sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan
santun dan keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah meliputi pencapaian
tujuan dan adaptasi berhubungan dengan problem- problema yang
memperlihatkan sifat yang keras masyarakat lain atau mas depan yang tak tentu.
Istilah “massa” dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan
kolektif lain yang elementer dan spotnan, yang dalam beberapa hal menyerupai
crowd,t etapi yang secara fundamental berbeda dengannyadalam hal-hal yang
lain.
Massa diwakili oleh orang-orang yang berperanserta dalam perilaku misal
seperti mereka yang terbangkitkan minatnya oeleh beberap peristiwa nasional,
mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu
peristiwa pembunuhan sebgai dibertakan dalam pers atau mereka yang
berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas. Ciri-ciri massa adalah :

9
1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial,
meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan
kecakapan,tignkat kemakmuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa
mengenali mereka sebagai masa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti
peradilan tentang pembunuhan misalnya malalui pers
2. Massa merupakan kelompok yang anonym, atau lebih tepat, tersusun dari
individu- individu yang anonym
3. Sedikit interaksi atau bertukar pengalaman antar anggota-anggotanya
Pelapisan sosial dan kesamaan derajat banyak kita jumpai di lingkungan kita ,
berbagai hal dalam hal apa pun pasti tak luput dari perbedaan dalam pemberian ,
kesamaan , kesetaraan , pembagian yang setimbang dengan yang lainya.
Kesamaan derajat terkadang membuat orang berwibawa dan sangat
disegani di sekitar lingkungannya, tetapi ada juga dari mereka yang ingin
sama dengan apa yang orang lain rasakan. Karena mereka tak ingin
diberlakukan tak adil terhadap semua yang akan dilakukan atau
dilaksanakan oleh orang itu.
Pelapisan sosial bisa dikategorikan sebagai sebuah urutan atau
tingkatan , sedangkan kesamaan derajat, sama seperti pelapisan sosial
tetapi kesamaan derajat ialah sesuatu yang bisa dikatakan memiliki status,
tingkatan yang sama dalam lingkungan atau daerahnya.
2.6. DASAR-DASAR PEMBENTUKAN PELAPISAN SOSIAL
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
 Ukuran kekayaan
Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak
mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian
pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam
lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya,
maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
 Ukuran kekuasaan dan wewenang

10
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan
menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab
orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain
yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan
kekayaan.
 Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang- orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari
sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa
pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang
yang banyak jasanya kepadamasyarakat, para orang tua ataupun orang-orang
yang berprilaku dan berbudi luhur.
 Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya
terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang
oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat- akibat negatif dari
kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada
ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara
yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan
membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
2.7. JENIS TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
 Terjadinya Dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang – orang yang ingin menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu,
tetapi berjalan sacara alamiah dengan sendirinya ( seperti takdir atau nasib ).

11
Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan
sendirinya.
 Terjadi secara disengaja
Sistem pelapisan ini memiliki tujuan khusus karena dibuat dengan unsur
kesengajaan. Biasanya ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam
sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan
yang diberikan kepada seseorang.
2.8. Stratifikasi atau Pelapisan Sosial
1. Pengertian
Individu-individu yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda
sehingga membentuk masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial
disebut masyarakat. Dengan terjadinya kelompok sosial ini, maka kemudian
terbentuklah suatu pelapisan atau sosial stratification.
Istilah stratifikasi (stratification) berasal dari kata “strat” atau “stratum”
yang berarti “pelapisan”. Oleh karena itu, sosial stratification sering
diterjemahkan sebagai pelapisan masyarakat. Lebih lengkap lagi, batasan dan
pengertian yang dikekmukakan oleh Pitirim A. Sorokin, yaitu “stratifikasi
masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas yang
tersusun secara bertingkat (hierarkis).
2. Stratifikasi Sosial Ciri Tetap Kelompok Sosial
Pada masyarakat kuno, sistem pendidikan dan pemberian kedudukan yang
bergantung pada jenis kelamin masih tetap menjadi dasar dari seluruh sistem
sosial. Mayoritas masyarakat memberikan sikap dan diskriminasi yang berbeda
kepada kaum laki-laki dan perempuan, akan tetapi ketentuan tentang pembagian
kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar dari
pembagian pekerjaan, semata-mata hanya ditentukan oleh sistem kebudayaan
yang dianut oleh masyarakat tersebut, seperti kedudukan laki-laki di pulau Jawa
sangatlah berbeda dengan laki-laki di Minangkabau. Kalau di Jawa, kepala
keluarga dalam sebuah rumah tangga masih dipimpin oleh seorang laki-laki.
Lain halnya laki-laki yang berada di Minangkabau tidak seperti di Jawa, bahkan
dalam masalah pembagian pekerjaan pun, setiap suku bangsa memiliki cara
tersendiri yang disetujui bersama.

12
3. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Terjadinya stratifikasi sosial, terbagi menjadi dua bagian:
a. Terjadi dengan sendirinya (Tidak Disengaja)
Proses pelapisan ini, berjalan sesuai dengan pertumbuha masyarakat itu sendiri.
Seseorang yang menduduki lapisan tertentu terbentuk bukan berdasarkan atas
kesengajaan yang direncanakan sebelumnya, tetapi berjalan secara alamiah.
Akibat sifatnya yang tanpa disengaja inilah, bentuk pelapisan dan dasar dari
pelapisan itu, bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat
tempat itu berlaku.
Pada pelapisan ini, kedudukan seseorang secara otomatis berada pada suatu
strata, misalnya saja karena factor usia, skill yang mumpuni atau orang yang
dianggap sakti atau keramat.
b. Terjadi dengan disengaja
Sistem pelapisan yang direncanakan dengan sengaja oleh masyarakat biasanya
untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem pelapisan ini, sangat
ditentukan secara jelas dan tegas mengenai adanya wewenang dan kekuasaan
yang diberikan pada seseorang. Dengan adanya pembagian dalam hal wewenang
ini di dalam organisasi terdapat keteraturan sehingga sangat jelas bagi setiap
orang di tempat atau jabatan mana dia diletakkan dalan suatu organisasi, baik
secara vertical maupun horizontal.
Salah satu contoh dari sistem palapisan ini adalah misalnya dalam organisasi
pemerintahan, organisasi partai politik, perusahaan besar, perkumpulan-
perkumpulan resmi, dll.ringkasnya dalam organisasi formal.
Formalnya dalam suatu organisasi mengandung dua sistem:
 Sistem fungsional, sistem ini meupakan pembagian kerja kedudukan
yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerjasama.
 Sistem skalar, sistem ini merupakan pembagian kekuasaan menurut
tangga atau jenjang dari bawah ke atas, misalnya dari sekretaris ke wakil
kepala kemudian ke kepala.
4. Pembagian Sistem Pelapisan Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, sistem pelapisan dalam masyarakat dibedakan menjadi:
 Sistem Pelapisan Masyarakat yang Tertutup

13
Di dalam sistem ini, perpindahan anggota masyakat kelapisan yang lain, baik ke
atas maupun ke bawah, tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang
istimewa.Satu-satunya jalan ntuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam
masyarakat adlah akibat kelahiran.Sistem pelapisan tertutup bisa kita temui,
misalya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta. Sistem stratifikasi
sosial yang tertutup biasanya juga kita temui di dalam masyarakat feudal atau
masyarakat yang berdasarkan realisme, seperti pemerintah di Afrika Selatan
yang terkenal masih melakukan politik apartheid atau perbedaan warna kulit
yang disahkan oleh undang-undang.
 Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka
Di dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh
ke lapisan yang ada di bawahnya atau naik ke lapisan yang di atasnya.Sistem ini
dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia sekarang ini.Setiap
orang diberi kesempatan untuk mendduki segala jabatan bila ada kesempatan dan
kemampuan untuk itu.Sebaliknya, orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia
tidak mau mempertahankannya.
Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat, sistem pelapisan
masyarakat yang terbuka sangat menguntungkan, sebab setiap masyarakat diberi
kesempatan untuk bersaing dengan masyarakat yang lain. Dengan demikian,
setiap orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya untuk meraih
kedudukan yang dicita- citakan.Demikian sebaliknya bagi mereka yang tidak
memiliki skill semakin didesak oleh mereka yang intens sehingga dapat jatuh ke
tangan sosial yang lebih rendah.

B. KERAGAMAN
Budaya Indonesia Keragaman Budaya Indonesiamerupakan Negara
kesatuan yang penuh dengan keberagaman dan kekayaan. Indonesia terdiri atas
keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian,
kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku–suku bangsa yang
ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku–suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan
kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan. Akan tetapi, sekali pun

14
dipenuhi dengan keragaman, Indonesiabisa mempersatukan hal itu sesuai dengan
semboyan yang dimiliki oleh Negara ini, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.
Adapun makna dari semboyan tersebut adalah“Sekalipun berbeda-beda
namun tetap satu jua”. Keragaman budaya sendiri juga dikenal dengan
istilah“Cultural Diversity”dan ini sudah menjadi sebuah keniscayaan yang
dimiliki oleh bangsa ini.
Di Negara ini pula, keragaman budaya merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditolak lagi keberadaannya. Keanekaragaman yang ada bukan hanya berasal
dari keanekaragaman budaya dari suku bangsa atau kelompok masyarakat saja,
melainkan juga keanekaragaman yang berasal dari peradaban (peradaban
tradisional dan modern), serta kewilayahan. Dari poin ini saja Indonesia begitu
unggul bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang juga memiliki
budaya yang beranekaragam. Indonesia adalah potret kumpulan kebudayaan yang
bervariasi dan lengkap. Dan yang terpenting adalah masyarakat Indonesia
memiliki jalinan sejarah dan dinamika interaksi antar budaya sejak dulu, dilihat
dari segi sosial budaya. Masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk dengan
karakteristik yang begitu unik yaitu kegotongroyongan, tenggang rasa,
menghormati orang yang lebih tua, dll menjadi modal utama bagi masyarakat kita
dalam rangka menjaga keharmonisan dan kesatuan.
Kita sebagai generasi muda Bangsa Indonesia memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk menjaga serta melestarikan kebudayaan Indonesia. Hindari
memandang perbedaan sebagai suatu hal yang menjadi penghalang bagi kita
untuk bersatu, Janganlah perbedaan menjadi kelemahan dan pemicu konflik.
Sebaliknya, jadikan perbedaan ini sebagai kekayaan yang khas yang tak dimiliki
oleh negara-negara lain di dunia.
Ciri-ciri Keragaman Budaya Indonesia Adapun
ciri-cirikeragaman kebudayaan lokal di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal
sebagai berikut : 1.Keragaman Suku Bangsa Suku bangsa adalah golongan
manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan.
Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai
kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya
dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat.

15
Suku–suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa,
persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan
kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku
bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini :
a.Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b.Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura,
c.Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara
kematian, d.Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele,
dan Tari Saudati, e.Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f.Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Gambar di atas merupakan gambaran dari banyaknya suku-suku bangsa yang


tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Masing-masing suku mempunyai ciri
khas (kearifan lokal).Salah satu kearifan lokal suku bangsa tersebut adalah
pakaian tradisional.

C.KESEJAHTERAAN
Masyarakat dalam suatu wilayah merupakan hal yang menjadi perhatian
bagi banyak orang. Persoalan yang paling sering dikaitkan dengan kesejahteraan
adalah permasalahan kemiskinan. Kemiskinan merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan dari sebuah wilayah dan harus segera diselesaikan. Penanggulangan
kemiskinan merupakan hal yang harus dilakukan sebagai upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu daerah. Islam sendiri

16
memiliki kesadaran bahwa melalui penanggulangan kemiskinan harus dilakukan
demi menjaga kemaslahatan aqidah, moral dan akhlak dari masyaakat banyak.
Upaya ini dimaksudkan untuk melindungi keluarga dan masyarakat serta menjaga
keharmonisan antara masyarakat. Dalam Islam, diharapkan bahwa setiap individu
dapat hidup dengan layak, sekurang-kurangnya ia dapat memenuhi kebutuhan
pokok berupa sandang dan pangan. Selain itu, ketika kebutuhan sandang dan
pangan terpenuhi, kebutuhan untuk memiliki pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya juga penting demi kelangkusan hidupnya. Mengatasi
permasalahan kemiskinan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk
memberdayakan orang miskin. Bentuk pemberdayaan dilakukan dengan tujuan
agar individu yang termasuk dalam kategori miskin dapat menjadi lebih mandiri,
baik dalam pengertian ekonomi, karakter, etos budaya, politik dan lain-lain.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelapis Sosial adalah perbedaan antar warga masyarakat ke dalam kelas- kelas
social secara bertingkat.

Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak


perbedaan dalam berbagai bidang.

Kesejahteraan adalah kehidupan atau kondisi dimana manusia dalam keadaan


damai atau makmur.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan . Saran
kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagi wawasan bagi para pembaca
agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu menjunjung tinggi dan mengamalkan
setiap sila-sila pancasila.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cholil, Drs. H, M. Ag Drs. Sutikno, M. Ag, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,Surabaya: IAIN SA Press, 2012.
Mawardi, Drs, Ir. Nur Hidayati, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.
1[1]Drs. H, Cholil, M. Ag Drs. Sutikno, M. Ag, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,Surabaya: IAIN SA Press, 2012, hal. 90
2[2] Drs. Mawardi, Ir. Nur Hidayati, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar,
Ilmu Budaya Dasar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, hal. 217.

19

Anda mungkin juga menyukai