Anda di halaman 1dari 15

“TAQWA”

DISUSUN OLEH :
NOVITA SARI : 2303010196
M. FARID ALFARIZI : 2303010173

KELAS : REGULER B PAGI BJM

DOSEN PENGAJAR :
ANITA RAHMAH, S.Fil. I., M.Fil. I

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)


MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penuliis panjatkan kehadirat Allah SWT bahwaa dengan rahmat dan ridho-nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan agama Islam yang berjudul “TAQWA”
sebagai tugas Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) semester satu.

Tidak lupa kamimengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam, Ibu Anita Rahmah, S.Fil.I., M.Fil.I. yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Adapun isi dari makalah ini adalah Pengertian Kedudukan dan
Ruang Lingkup Taqwa, Kegunaan Taqwa, Mencintai dan Mematuhi Allah, Ciri-ciri orang
yang Bertaqwa, dan Istiqamah Dalam Taqwa.

Semoga Makalah ini dapat menambah wawwasan kita semua dan dapat mematui kriteria
tugas yang ibu berikan serta dapat menjadi nilai tambah untuk penulis. Tak ada yang
sempurna, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis menerima kritik
dan saran positif dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis dimasa yang akan dating.
Semoga Makalah ini bermanfaat.

Banjarmasin, ….. Desember 2023

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ I

DAFTAR ISI....................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. PENGERTIAN TAQWA......................................................................................... 2
1. Sifat-sifat Taqwa................................................................................................ 2
2. Tingkatan-tingkatan Taaqwa.............................................................................. 2
B. KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP TAQWA............................................. 2
1. Kedudukan Taqwa............................................................................................. 2
2. Ruang Lingkup Taqwa....................................................................................... 3
1) Hubungan dengan Allah SWT..................................................................... 3
2) Hubungan Manusia dengan dirinya sendiri................................................. 4
3) Hubungan manusia dengan manusia........................................................... 4
4) Hubungan manusia dengan lingkungan hidup............................................. 5
C. KEGUNAAN TAQWA............................................................................................ 5
D. MENCINTAI DAN MEMATUHI ALLAH............................................................. 5
1. Pengertian mencintai dan mematuhi Allah....................................................... 5
2. Cara mencintai Allah........................................................................................ 6
3. Hikmah mencintai Allah................................................................................... 6
E. CIRI-CIRI ORANG BERTAQWA.......................................................................... 6
1. Mendirikan shalat.............................................................................................. 6
2. Suka berinfaq..................................................................................................... 6
3. Bisa menahan amarah........................................................................................ 7
4. Suka memberikan maaf kepadaa orang lain...................................................... 7
5. Suka berbuat baik.............................................................................................. 7
F. ISTIQOMAH DALAM TAQWA............................................................................ 7

ii
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN....................................................................................................... 9
B. KRITIK DAN SARAN........................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan
seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total
kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosadari kejahatan
dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah kamu
sekalian dengan sebenar-benarnyataqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali
dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidakditentang,
diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya
dan jika kita tidak melihat-Nyamaka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah
tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya denganketaatan. Taqwa
kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu berada dalam
keadaan tidak melakukanapa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya selalu.

B. Rumusan Masalah
1. Ap aitu taqwa?
2. Bagaimana Kedudukan dan Ruang Lingkup Taqwa ?
3. Bagaimana Mencintai dan Mematuhi Allah ?
4. Bagaimana Ciri – ciri orang yang bertaqwa ?
5. Bagaimana Istiqamah dalam Taqwa ?
C. Tujuan Masalah
1. Ingin mengetahui apa itu Taqwa
2. Ingin mengetahui kedudukan dan ruang lingkup Taqwa
3. Ingin mengetahui cara mencintai dan mematuhi Allah
4. Ingin mengetahui bagaimana ciri-ciri orang yang beriman
5. Ingin mengetahui bagamana cara istiqamah dalam Taqwa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Taqwa
Pengertian Takwa Takwa menurut penelitian al-Muqaddasi (Beirut, 1323) di dalam
Al-Qur’an terdapat 256 kata takwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi
makna. Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah SWT berdasarkan
kesadaran: mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut terjerumus
ke dalam perbuatan dosa.
Menurut H.Agus Salim, takwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan
waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu
berusaha melakukan perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan
melakukan kejahatan terhadap orang lain, sendiri dan lingkungannya.
Iman dan taqwa adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Iman
merupakan kendaraan bagi seseorang untuk mencapai taqwa. Tanpa iman tak mungkin
seseorang akan mencapai taqwa. Taqwa adalah kemampuan seseorang dalam
menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.
1. Sifar- sifat Taqwa
 Al-Khaufu minal-Jalil, merasa takut kepada Allah Swt yang mempunyai sifat Maha
Agung.
 Al-'Amalu bi At-Tanzil, beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt.
 Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah Swt,
meskipun hanya sedikit.
2. Tingkatan-tingkatan Taqwa
 Taqwa dari Syirik (Menyekutukan Allah)
 Taqwa dari Bid’ah (Penyimpangan dari sunnah rasul)
 Taqwa dari maksiat Far’i (Durhaka pada hukum-hukum islam)
B. Kedudukan dan Ruang Lingkup Taqwa
1. Kedudukan Taqwa
Kedudukan Takwa sangat amat penting dalam agama islam dan kehidupan
manusia. Disebutkan didalam sebuah hadits bahwa Abuzar al-Gifari, pada suatu hari,
meminta nasihat kepada Rasulullah. Rasulullah menasihati al-Gifari, “Supaya ia takwa
kepada Allah, karena takwa adalah pokok segala pekerjaan muslim”. Dari nasihat

2
Rasulullah itu dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa takwa adalah pokok segala
pekerjaan muslim. Selain sebagai pokok, takwa juga adalah ukuran. Di dalam surah al
Hujurat (49) ayat 13, Allah mengatakan bahwa, “(Manusia) yang paling mulia disisi
Allah adalah (orang) yang paling takwa”.
Surah Al Hujurat (49) ayat 13:
‫َٰٓي َأُّيَه ا ٱلَّن اُس ِإَّن ا َخ َلْق َٰن ُك م ِّمن َذ َك ٍر َو ُأنَث ٰى َو َج َع ْلَٰن ُك ْم ُش ُع وًبا َو َقَبٓاِئ َل ِلَت َع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ن َد ٱِهَّلل َأْت َقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِب يٌر‬
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal."

2. Ruang Lingkup Taqwa


1) Hubungan dengan Allah SWT
Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya
kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga
kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten
terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan
melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat
dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan kita,
melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian
diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari
ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari
takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah
tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan
untuk keselamatan manusia.
Manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima
waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun,
melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagaihamba Allah sudah
sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, bersabar
dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun
atas segala dosa yang telah dilakukan.

3
2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang telah
dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil,
ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa
mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi
budak nafsu belaka.
Taqwa dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri melahirkan sikap –sikap
tertentu antara lain:
1) Al-amanah, yaitu setia dan dapat dipercaya
2) Al-shidiq, yaitu benar dan jujur
3) Al-adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya
4) Al-‘iffah, yaitu menjag dan memelihara kehormatan diri
5) Al- haya, yaitu merasamalu terhadap Allah dan diri sendiri, apabila membuat
pelanggaran hukum atau norma
6) Al-quwwah, yaitu kekuatan fisik, jiwa,semangat
7) Al-shabr, yaitu sabar ketika harus melaksanakan perintah, menghindari larangan,
dan ketika ditimpa musibah
Ketaqwaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :
Sabar, Tawaqal, Syukur, dan Berani.
3) Hubungan manusia dengan manusia
manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup
berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling
membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk social.
Maka tak ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan
menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya,
harkat dan martabatnya, ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua
manusia sama derajatnya dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya.
Artinya orang yang paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.
selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan untuk menolong
orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak, gotong royong
dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebijakan.

4
4) Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup
Alam disediakan Allah sebagai bekal agar manusia dapat bertahan dan
mempertahankan hidupnya di tengah alam semesta. Karena manusia sebagai
makhluk fisik perlu memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan dan minum dari
bahan-bahan yang terdapat di alam. Manusia mengolah alam dengan menggunakan
potensi akal yang dimilikinya sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi. Akan tetapi
akal manusia tidak bisa memecahkan segalanya, karena itu ia memerlukan petunjuk
Tuhan. Akal mendorong manusia mengembangkan kemampuan mengolah dan
memanfaatkan alam untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, sedangkan wahyu
difungsikan sebagai pembimbing dan pengarah agar manusia tidak melampaui batas-
batas pemilikannya sesuai dengan peraturan Allah. Pelanggaran terhadap peraturan
Allah bukan saja melahirkan dosa secara spiritual, tetapi juga mengakibatkan
kecelakaan dan kebinasaan manusia itu sendiri di tengah alam.
Pemanfaatan alam oleh manusia mengakibatkan kerusakan pada alam, karena itu
tanggung jawabnya adalah dengan melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang
ditimbulkannya, seperti penanaman kembali hutan yang gundul dan sebagainya.
Dengan demikian taqwa dalam hubungan dengan alam diungkapkan dalam
bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup, memelihara dan
melestarikannya.Pemanfaatan alam sebagai pemenuhan kebutuhan manusia
dilakukan secara bertanggung jawab. Hal ini merupakan amanat Allah yang melekat
pada kekhalifahan manusia di muka bumi.
C. Kegunaan Taqwa
Taqwa adalah bekal hidup paling berharga dalam diri seorang muslim. Tanpanya
hidup menjadi tidak bermakna dan penuh kegelisahan.Sebaliknya, seseorang akan
merasakan hakikat kebahagiaan hidup,baik di dunia maupun di akhirat apabila ia berhasil
menyandang sebagai orang yang bertaqwa.
Taqwa memiliki fungsi utama, yakni menjadikan manusia dapat mengintrospeksi
dirinya sendiri sehingga dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, kemudian
manusia dapat melakukan penyinaran diri dengan sinaran moral.
D. Mencintai dan Mematuhi Allah
1. Pengertian Mencintai dan mematuhi Allah

5
Cinta kepada Allah berarti menempatkan Allah di lubuk hati dengan khidmat. Bukti
nyata dari mencintai Allah adalah dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
2. Cara Mencintai Allah
 Bersegera melakukan perbuatan baik
 Takut pada azab Allah.
 Mencintai Allah dan RasulNya di atas segala sesuatu
 Mengikuti sunah Rasulullah
 Bergetar mendengar asma Allah disebutkan.
3. Hikmah Mencintai Allah
Hikmah beriman kepada Allah dapat menjadikan diri lebih mengingat orang lain,
seperti anak yatim, fakir miskin, dan menghargai sesama muslim dan orang lain.
Hasilnya sikap kasih sayang, jiwa sosial orang yang beriman kepada Allah sangat
tinggi.

E. Ciri – Ciri orang yang bertaqwa

ۚ ‫ِنْيَن‬ ‫اِس ۗ َو ُهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِس‬ ‫اِفْيَن َع ِن الَّن‬ ‫َظ َو اْلَع‬ ‫َّر ۤاِء َو اْلٰك ِظِم ْيَن اْلَغْي‬ ‫َّر ۤاِء َو الَّض‬ ‫ْو َن ِفى الَّس‬ ‫ِذ ْيَن ُيْنِفُق‬ ‫اَّل‬

“Yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali-Imron: 134)

1) Mendirikan Shalat
Salah satu ciri penting dari memiliki sikap taqwa adalah mendirikan shalat secara
konsisten. Shalat merupakan salah satu ibadah utama dalam Islam, dan individu yang
bertaqwa mengambil kewajiban ini dengan serius. Nabi Muhammad SAW bahkan
menyatakan bahwa shalat adalah amalan pertama yang akan dihitung pada Hari
Kiamat.
Dari Jabir ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya,
batas antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.
(HR Muslim)
2) Suka Berinfak

6
Orang yang bertakwa adalah orang yang suka berinfak baik dalam keadaan
lapang (berkelebihan rezeki) maupun ketika dalam keadaan sempit (sedang susah).
Orang-orang yang bertakwa adalah orang yang suka bersedekah, berinfak, membantu
kepada sesama yang membutuhkan, menolong kesukaran orang lain dengan sebagian
harta dan rezeki yang ia miliki. Infak itu senantiasa dilakukan baik ketika ia punya
ataupun ketika ia sedang sempit rezekinya.

3) Bisa Menahan Amarahnya


Orang yang bertakwa adalah orang yang bisa menahan amarahnya. Rasulullah
SAW menyatakan bahwa orang yang kuat itu bukanlah orang yang menang atau kuat
dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah mereka yang bisa menahan diri dari
amarah. Jadi kekuatan dan keperkasaan seseorang tidak dilihat dari kekuatan fisiknya
tetapi dari kekuatan menahan marah atau mengendalikan kemarahan.

4) Suka Memberikan Maaf Kepada Orang Lain


Orang bertakwa adalah orang yang suka memberi maaf kepada orang lain.
Kerelaan memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain membutuhkan jiwa besar.
Membutuhkan keikhlasan dan bebas dari rasa dendam kesumat. Betapa beratnya
menjadi pemaaf, karena harus memiliki kebesaran jiwa dan keikhlasan hati, maka
sepantasnya mereka yang bisa melakukan itu mendapatkan derajat orang yang
bertakwa.
5) Suka Berbuat Baik
Orang yang bertakwa adalah orang yang suka berbuat baik (ihsan). Secara fitrah
naluriah tidak ada manusia yang tidak suka dengan kebaikan. Orang-orang pendosa,
suka melakukan kemaksiatan, melanggar larangan-larangan Tuhan, pasti di dalam
hatinya mengakui dan merindukan kebaikan-kebaikan.
F. Istiqamah dalam Taqwa
Dengan kata lain, tetap istiqamah dalam ketakwaan. Yaitu, konsisten dalam
keimanan, ibadah, muamalah, akhlak mulia, menjauhkan diri dari dosa, serta dalam
berjuang membela agama dan nilai-nilai kebenaran. Inilah pekerjaan dan tugas besar
Muslim, khususnya pasca-Ramadhan.
Menjadi orang yang istiqamah memang tidak mudah. Itu sebabnya, Nabi SAW cepat
beruban. Beliau bersabda, "Yang membuat saya beruban adalah surah Hud dan saudara-

7
saudaranya," (HR ath-Thabrani). Menurut al-Qurthubi, dalam surah Hud ayat 112 terdapat
perintah untuk istiqamah.
Ketika Nabi diminta menjelaskan hal yang sangat penting dalam Islam, beliau
bersabda, "Katakan aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah!" (HR Muslim). Karena
itu, Allah menyuruh hambanya untuk selalu berdoa minimal 17 kali sehari dalam shalat
agar bisa istiqamah. "Tunjukkan kami jalan istiqamah!" (QS al-Fatihah: 6).
Istiqamah dalam hidup paling tidak harus terwujud dalam tiga aspek. Pertama,
istiqamah dalam setiap waktu. Istiqamah harus terwujud kapan saja, pada setiap waktu dan
masa. Bukan hanya saat masih muda. Bukan hanya saat sulit dan susah. Bukan hanya saat
berada di bawah. Bukan hanya saat dilihat orang.
Namun, ketaatan dan ketakwaan harus selalu ditunjukkan, baik saat muda maupun
sudah tua. Baik saat senang maupun susah. Baik saat menjadi bawahan maupun saat
menjadi atasan. Baik saat saat miskin maupun kaya. Baik saat suka maupun duka. Baik
saat dilihat maupun tidak dilihat orang. Sebab, ada kalanya seseorang hanya taat dalam
kondisi dan waktu tertentu.
Allah menegur dengan firman-Nya, "Dan di antara manusia, ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi. Jika memperoleh kebajikan, ia merasa senang.
Namun, jika ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia
dan di akhirat," (QS al-Hajj: 11).
Kedua, istiqamah dalam setiap tempat. Di samping ketaatan harus tampak pada
setiap waktu, ia juga harus tampak di setiap tempat. Ketaatan tidak dibatasi oleh tempat
dan ruang. Taat bukan hanya saat berada di masjid melainkan juga saat berada di rumah,
kantor, pasar, toko, dan saat berada di jalan. Rasulullah bersabda, "Bertakwalah kepada
Allah di mana saja dan kapan saja engkau berada," (HR at- Tirmidzi).
Ketiga, istiqamah dalam setiap aspek kehidupan. Bukan hanya pada setiap waktu
dan di setiap tempat, taat dan takwa harus diperlihatkan di setiap aspek kehidupan. Kadang
ketakwaan hanya tampak pada saat melakukan ibadah mahdah. Antara lain, saat shalat dan
puasa.
Padahal, takwa harus tampak pula dalam setiap aspek dan bidang kehidupan.
Artinya, takwa bukan hanya saat beribadah mahdah melainkan juga saat bermuamalah,
menekuni hobi, berolahraga, makanan dan minum, belajar dan mengajar, serta berbusana
dan bersolek. "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara
keseluruhan..." [QS al-Baqarah: 208]. Itulah bentuk istiqamah yang sebenarnya. Istiqamah
dalam ketakwaan dan ketaatan sepanjang hayat.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketaqwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari definisi para
ulama yang menerangkan bahwa ketakwaan ialah upaya seorang
hamba membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu yang ia
takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertakwa kepada
Allah Azza wa Jalla, berarti ia ingin membangun pelindung antara
dirinya dari Allah Azza wa Jalla yang ia takuti kemarahan dan
kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi
larangan-Nya.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/hot/read/5375537/taqwa-adalah-sikap-taat-dan-patuh-
pahami-konsep-ciri-ciri-dan-contoh-perbuatan-nyata?page=4

https://www.coursehero.com/file/93977645/PENGERTIAN-KEDUDUKAN-
DAN-RUANG-LINGKUP-TAKWA-AGAMApptx/

https://khazanah.republika.co.id/berita/ptnyid313/istiqamah-dalam-ketakwaan

10

Anda mungkin juga menyukai