Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Sabar”
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist-Hadist Sufistik

Dosen Pengampu: Bahroon Ansori, M. Ag.

Disusun Oleh:

Wela Sakinah (1604046005)

Abdul Azis S (1604046014 )

M. Aenul Rizky (1604046019)

Ahmad Subechi (1604046036)

Tasawuf dan Psikoterapi-A3

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan banyak sekali manusia di hadapkan dengan kenikmatan-
kenikmatan yang sangat luarbiasa, nikmat yang Allah berikan kepada manusia tak
terbatas dari mulai nikmat kesehatan sampai nikmat mempunyai harta benda. Tetapi
bukan hanya kenikmatan yang Allah berikan pada kita ada yang namanya cobaan.
Cobaan di berikan pada kita semua dalam bentuk kebaikan maupun keburukan, dari
sinih Allah SWT menyerukan kepada muslimin dan muslimat untuk bersabar,
bersabar dalam nikmat yang Allah berikan kepada kita, sabar dalam cobaan-cobaan
Allah. Seorang sufi harus memiliki sifat sabar karena untuk berada dekat dengan
Allah butuh kesabaran yang sangat besar. Maka dari itu pemakalah ingin
memaparkan pada makalah ini mengenai sabar, pengertian sabar, bagian sabar,
pentingnya sabar dan hadist-hadist yang menerangkan tentang sabar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sabar ?
2. Apa pembagian Sabar dari segi kualitasnya ?
3. Bagaimana pentingnya sabar dalam berbagai hal?
4. Apa saja Hadist-hadist yang mengenai sabar ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sabar
Secara etimologis, sabar berasal dari bahasa Arab, Shabara,”shabara” yang arti
dasarnya menahan (al-habs), seperti yang habs al-hayawan (mengurung hewan),
menahan diri,dan mengendalikan jiwa1. Sabar menurut bahasa adalah menahan
atau bertahan. Al- Ghazali berpendapat bahwa sabar ialah memilih untuk
mengerjakan perintah agama ketika muncul desakan nafsu2. Allah memberikan
perintah kepada umat manusia untuk memiliki sifat sabar, dalam firman-Nya :

  
   
 
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”(Q.S. Al-
Baqarah : 45 )
Sabar merupakan karakter yang terdapat pada seorang sufi sebab mereka pasti
mengabaikan kepentingan dan persoalan duniawinya. Apapun yang dialami pada
diri seorang sufi di dunia tidak akan mempengaruhi kondisi dan keadaan
batinnya3. Semua yang terjadi padanya dianggap sebagai kehendak baik Allah,
dan muncul yaitu rasa syukur yang terjadi atas apa yang telah diperolehnya4.
Menurut Al-Ghazali sabar upaya untuk menghadapi dorongan hawa nafsu. Pada
intinya, kesabaran merupakan wujud dari konsistensi diri seseorang agar tetap
memegang teguh prinsip sebelumnya. Kesabaran merupakan suatu kekuatan

1
Lihat,ibnu Manzhur,”Lisan Arab”, jilid IV, hlm. 438.
2
Abi Hamid Muhammad bin Muhammad AL-Ghazali, tt Ihya Ulumud-Din, jilid. IV, (Indonesia : Darul
Ihya ‘),hlm.65.
3
Hasyim Muhammad,” Psikologi Qur’ani “ , ( Semarang: CV Karya Abadi Jaya, Cet-ke I 2015) hlm. 54.
4
Hasyim Muhammad,” Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar
,2002)hlm. 40.
tersendiri yang membuat diri seseorang mampu bertahan dari segala macam
dorongan dan gangguan yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya5.

B. Pembagian sabar dari segi kualitasnya


Hal- hal yang memberikan motivasi kepada seseorang baik bersifat positif
(agama) maupun negatif (hawa nafsu) dibagi menjadi tiga keadaan:
1. Motivasi yang positif mengalahkan motivasi negatif (hawa nafsu)6. Hal ini
menjadikan seseorang akan konsisten dalam sifat sabarnya. Orang yang telah
sampai ke tingkatan ini, sangat sedikit di antaranya para shidiqun (orang yang
memiliki keimanan yang benar) dan Muqarrabun (orang yang sudah dekat
dengan Allah). Orang yang seperti ini (istiqomah) telah menundukkan hawa
nafsu di dalam diri mereka, sehingga mereka konsisten berjalan pada jalan
yang lurus dan benar, serta hati mereka merasa tenang dengan keimanannya
kepada Allah.
2. Motivasi negatif mengalahkan motivasi positif, sehingga hatinya dikuasai
oleh tentara-tentara setan dan tidak ada keinginan untuk melawannya
(mujahadah). Mereka adalah orang-orang yang lalai (ghafilin) dan orang yang
seperti ini cukup banyak. Mereka adalah orang yang lebih mengedepankan
syahwat daripada pikiran sehat. Mereka adalah orang yang hatinya telah
dipenuhi kecintaaan kepada musuh-musuh Allah, sedangkan hati merupakan
rahasia Allah, tempat bersemayamnya hidayah dari-Nya.
3. Antara motivasi negatif dan motivasi positif seimbang, terkadang motivasi
positif mengalahkan motivasi negatif atau sebaliknya. Mereka dikategorikan
mujahid (orang yang melakukan mujahadah melawan nafsu), akan tetapi
bukan golongan orang-orang yang beruntung.

5
Ibid, hlm 44.
6
Sa’id Hawwa, “Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara : Jakarta, Cet ke- III
(2006), hlm 388.
 Sabar juga dibagi berdasarkan kemudahan dan kesulitannya yaitu:
1. Sulit dilakukan, yaitu beban yang sangat berat ditanggung memerlukan
energi yang ekstrakuat dan kesabaran, dalam hal ini sulit konsisten. Hal
ini diistilahkan dengan tashabbur (berusaha untuk dapat sabar)7.
2. Mudah untuk dilakukan, yaitu beban yang tidak memerlukan
kesabaran yang ekstra, akan tetapi hanya cukup dengan sedikit usaha.
Ini diistilahkan dengan sabar.
 Dari segi hukum, sabar dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Fardhu
2. Sunnah
3. Makruh
4. Haram
Sabar atas perkara yang haram hukumnya fardhu, sedangkan sabar atas
perkara yang makruh, hukumnya sunnah. Begitu juga, ketika istrinya ingin
melakukan perbuatan yang tidak baik, kemudian sang suami sabar untuk
tidak menunjukkan rasa cemburunya, maka sabar seperti ini hukumnya
haram, sedangkan sabar atas kejahatan yang dilakukan orang lain kepadanya
dan mampu untuk menolaknya, maka sabar seperti ini hukumnya makruh.
Oleh karena itu, perkataan yang menyatakan “ Sabar adalah sebagian dari
iman” tidak diartikan semua sikap sabar,akan tetapi sabar yang diwajibkan
dan disunnahkan.

7
Ibid, Hlm 389.
C. Pentingnya sabar dalam berbagai hal
Dalam menjalani kehidupan di dunia, seseorang tidak pernah lepas dari dua hal.
pertama, mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Kedua, mendapatkan sesuatu
yang tidak diinginkan atau tidak disenangi. Kedua hal ini memerlukan kesabaran8.
Pertama , mendapatkan sesuatu yang dinginkan, misalnya adalah memperoleh
kesehatan jasmani,keselamatan,harta,kedudukan,banyak saudara, banyak sarana,
banyak pengikut dan murid, serta seluruh kenikmatan dunia. Semua itu sangat
memerlukan kesabaran, agar tidak terjerumus kearah hidup yang berlebih-
lebihan lalu terhanyut oleh kenikmatan dunia yang dihalalkan yang akhirnya
membawanya kearah sifat sombong dan congkak. Terkadang,ketika seseorang
manusia merasa dirinya berkecukupam,maka akan melakukan apapun sekehendak
hatinya sehingga melampaui batas.
Sahal menyatakan sabar ketika memperoleh nikmatan lebih berat daripada ketika
mendapatkan musibah. Ketika pintu kenikmatan dunia terbuka bagi para sahabat,
mereka berkata,’ Kita mendapat ujian dalam bentuk kesengsaraan dan kita
mampu sabar, akan tetapi kita mendapat ujian dalam bentuk kelaparan dan kita
tidak mampu sabar’. Oleh karena itulah, Allah memberikan peringatan kepada
seluruh hamba-Nya dari ujian berupa harta,anak, dan suami-istri. Kedua,
mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disenangi. Hal ini
berkaitan dengan hal-hal berikut: pertama, sesuatu yang diperoleh
berdasarkan keinginannya sendiri, seperti ketaatan dan kemaksiatan9. Kedua,
sesuatu yang diperoleh bukan berdasarkan keinginannya, akan tetapi ia memiliki
kemampuan untuk membalasnya, seperti membalas kejahatan orang lain. Ketiga,
sesuatu yang diperoleh bukan atas keinginannya, seperti musibah dan bencana.

8
Ibid, Hlm 391.
9
‘Abd al-karin al-Hawzin Al-Qusyairi , “Ar-Risalah al- Qusyairiyah “, (Beirut: Darul- Khair,
2008),Hlm.88.
D. Hadist-hadist mengenai sabar
Adapun beberapa yang hadist yang memuat tentang sabar antara lain yaitu:
1. Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata: "Ibnu Abbas pernah berkata
kepadaku. 'Maukah ku tunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni surga ?
Aku menjawab: “Ya”. Dia (Ibnu Abbas) berkata: "Wanita berkulit hitam itu
pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata:
“Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi
diriku. Beliau berkata: “Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa
bersabar dan bagimu adalah surga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa
berdo'a sendiri kepada Allah SWT hingga Dia memberimu fiat'. Lalu wanita
itu berkata: “Aku akan bersabar”. Wanita itu berkata lagi: “Sesungguhnya
(auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku)
tidak terbuka. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-
Bukhari 7/150. Muslim 16/131).
2. Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata: “Gembirakanlah
wahai Ummu Al-Ala”. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat
Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang
menghilangkan kotoran emas dan perak". (Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu
Daud, hadits nomor 3092)
3. Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata: “Aku pernah
bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?”
Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi.
Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan
(agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam
agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah
cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan
di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya". (Isnadnya
shahih, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits
nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)
4. Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan
juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu
kesalahanpun". (Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor
2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim
1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby)
5. Hadis riwayat Abdullah bin Qais ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada seorang pun yang lebih sabar
mendengar sesuatu yang menyakitkan daripada Allah, karena meskipun
mereka menyekutukan Allah serta beranggapan bahwa Allah memiliki anak,
tetapi Allah tetap memberikan rezeki, kesehatan serta menganugerahkan apa
yang mereka minta” (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim : 5017)
6. "Sangat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua
keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang
sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk
orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia
pun bersyukur-lah, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia
ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - ia pun bersabar dan
hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim)
7. “ Beribadahlah engkau kepada Allah dengan keridhaan, apabila tidak mmapu
maka bersabarlah atas apa yang tidak kamu senangi, karena yang demikian itu
akan membawa banyak kebaikan.” (HR. Tirdmidzi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, sabar berasal dari bahasa Arab, Shabara,”shabara” yang arti
dasarnya menahan (al-habs), seperti yang habs al-hayawan (mengurung hewan),
menahan diri,dan mengendalikan jiwa. Sabar menurut bahasa adalah menahan
atau bertahan. Hal- hal yang memberikan motivasi kepada seseorang baik bersifat
positif (agama) maupun negatif (hawa nafsu) dibagi menjadi tiga keadaan yaitu
motivasi positif mengalahkan motivasi negative, motivasi negative mengalahkan
motivasi positif dan antara motivasi positif dan negative seimbang. Sabar juga di
bagi dari segi mudah dan tidak mudahnya dan dari hukumnya sabar di bagi
menjadi beberapa yaitu fardu, sunnah, makhruh dan haram.
Adapun beberapa hadist yang mengenai sabar yaitu yang datangnya dari Atha' bin
Abu Rabbah yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim, Ummu Al-Ala' yang di
riwayatkan dari Abu Daud, Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, dan masih yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Manzhur , ibnu. ”Lisan Arab”. jilid IV, hlm. 438.


Muhammad AL-Ghazali,Abi Hamid Muhammad bi.” tt Ihya Ulumud-Din, jilid. IV.
(Indonesia : Darul-Ihya ‘).
Muhammad, Hasyim. ” Psikologi Qur’ani “ , ( Semarang: CV Karya Abadi Jaya, Cet-ke I
2015).
Muhammad, Hasyim. ” Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar ,2002).
Hawwa, Sa’id. “Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara : Jakarta,
Cet ke- III (2006).
al-Hawzin Al-Qusyairi , Abd al-karin . “Ar-Risalah al- Qusyairiyah “, (Beirut: Darul- Khair,
2008).

Anda mungkin juga menyukai