Disusun oleh :
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana yang disebut dengan Syauq?
2. Apa dan bagaimana yang disebut dengan Uns?
3. Bagaimana hadits yang berkaitan dengan keduanya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syauq
1. Pengertian syauq
Syauq adalah Rindu. Rindu adalah kondisi suatu perasaan dimana
seseorang atau individu selalu ingin bertemu dengan yang dirindukan
atau yang dicintai. Seorang hamba yang dilanda kerinduan kepada
Allah swt., selalu ingin terus berdekatan dengan-Nya. Kerinduan juga
berarti penumpahan segala energi yang terbaik kepada titik tertentu
yang dianggapnya sebagai kebenaran yang hakiki, sehingga takkan
tergoyahkan oleh segala godaan dan kecenderungan yang akan
menjauhkannya dari kebenaran itu, yaitu kebenaran Ilahi Rabbi
sehingga segala pikiran, sikap dan perilakunya hanya akan tertuju pada
kebenaran itu.
Syauq seorang hamba adalah kejenuhan untuk tetap tinggal di
dunia karena ia sangat rindu untuk bertemu dengan sang Kekasihnya.
Syekh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata bahwa “Kerinduan
adalah kondisi yang mulia.”
Al-Jariri rahimahullah berkata bahwa “Andaikan dalam kerinduan
tidak ada kenikmatan, tentu tak seorangpun sanggup memikul risiko
bahaya.”
Abu Said al-Kharra rahimahullah berkata bahwa “Rasa cintanya telah
memenuhi kalbunya. Maka mereka melalang buana dengan Allah, dan
mereka bergegas menuju kepada-Nya karena gejolak rindunya. Duhai
manusia yang rindunya membara pada Tuhannya. Mereka tak punya
lagi tempat berteduh dan mengadu selain pada-Nya.”
B. Uns
1. Pengertian uns
Dalam tasawuf uns berarti keakraban atau keintiman. Menurut Abu
Sa’id Al Kharraj Uns adalah perbincangan roh dengan sang kekasih
pada kondisi yang sangat dekat. Dzunun memandang uns sebagai
perasaan lega yang melekat pada sang pecinta terhadap kekasihnya.
Salah seorang pemuka tabi’in menulis surat kepada khalifah Umar bin
Abdul Aziz, “Hendaknya keakrabanmu hanya dengan Allah semata
dan putuskan hubungan selain dengan-Nya.” Menurut Al-Saraj, uns
bersama Allah bagi seorang hamba adalah ketika sempurna
kesuciannya dan benar-benar bening dzikirnya serta terbebas dari
segala sesuatu yang menjauhkannya dari Allah.
Ketika seseorang didekati dan diterima oleh apa yang paling
didambakannya, ia akan merasakan suatu perasaan gembira dan
1
Imam Ghazali, IHYA’ ULUMUDDIN. (Himmah Jaya, Surabaya : 2004). Hlm. 194-201.
senang yang teramat indah di dalam jiwanya. Perasaan itu adalah uns.
Kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan, serta rasa sukacita yang
membara karena merasakan kedekatan dengan Allah yang sangat
dicintainya, semuanya itu akan semakin memekakan bathinnya.
Kepekaan bathin yang terjadi karena intensnya latihan-latihan spiritual
(mujahadah), yang dilakukan ini akan membuat seseorang merasakan
suatu luapan kerinduan, keterharuan, keterpesonaan, dan sentuhan-
sentuhan keindahan yang sulit untuk dilukiskan.2
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Bahwa Muharraf bin Abdullah
bin asy-Syukhair _rakhimullah _pernah menulis surat kepada Umar
bin Abdul Aziz r.a., “Hendaknya sukacita Anda hanya dengan Allah
dan Anda curahkan segalanya hanya untuk-Nya. Karena sesungguhnya
Allah memiliki hamba-hamba yang merasa lebih mesra dan bersuka
cita dengan-Nya daripada manusia yang bersukacita ketika berkumpul
dengan orang banyak. Mereka merasa gelisah dan kesepian di saat
manusia bersukacita, dan mereka bersukacita dan sangat mesra ketika
manusia merasa gelisah dan kesepian.”
2. Tingkatan uns
Orang-orang yang intim itu terbagi atas tiga tingkatan, yakni:
a. Pertama, mereka yang merasa intim dengan sebab dzikir dan jauh
dari kelalaian, merasa intim dengan sebab ketaatan dan jauh dari
dosa.
b. Kedua, ketika sang hamba sudah sedemikian intim bersama Allah
dan jauh dari apapun selain-Nya, yakni pengingkaran-
pengingkaran dan bisikan-bisikan yang menyibukkannya.
2
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf. (PT. As-Salam Sejahtera, Jakarta Selatan
: 2012). Hlm. 103-104.
c. Ketiga adalah hilangnya pandangan tentang uns karena ada rasa
segan, kedekatan dan keagungan bersama uns itu sendiri.
Maksudnya sang hamba sudah tidak melihat uns itu sendiri.3
3
Haidar Bagir, Kamus Ilmu Tasawuf (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2005). Hlm. 11.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syauq adalah Rindu. Rindu adalah kondisi suatu perasaan dimana
seseorang atau individu selalu ingin bertemu dengan yang dirindukan atau
yang dicintai. Seorang hamba yang dilanda kerinduan kepada Allah swt.,
selalu ingin terus berdekatan dengan-Nya.
Apabila telah tumbuh syauq, kemudian akan tumbuh yang
namanya uns, keintiman dengan sang Kekasih. Ketika seseorang didekati
dan diterima oleh apa yang paling didambakannya, ia akan merasakan
suatu perasaan gembira dan senang yang teramat indah di dalam jiwanya.
Perasaan itu adalah uns.
DAFTAR PUSTAKA
Bagir, Haidar., 2005, Kamus Ilmu Tasawuf, Bandung: PT. Mizan Pustaka
http://wwwjatidirisufi.blogspot.com/2014/02/6syauq-kerinduan.html?m=1