Anda di halaman 1dari 9

Syauq dan Uns

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Hadits-Hadits Sufistik

Dosen pengampu : Bahroon Ansori, M.Ag

Disusun oleh :

1. Hanifah Azzahroh (1604046089)


2. Dani Zulfa Yuliana (1604046102)
3. Agus Salim Irsyadullah (1604046116)

TASSAWUF DAN PSIKOTERAPI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

TAHUN 2017 /2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semakin luas pengetahuan kita tentang kebesaran Tuhan, meskipun
sebenarnya kebesaran itu tidak terpahami dan terselami oleh pikiran kita,
semakin besar pula kapasitas kita untuk menghormati dan memiliki hati
yang takut akan Dia. Untuk alasan inilah, pemazmur tidak henti-hentinya
mengingatkan kita untuk melihat kekuatan dan kemuliaan Tuhan.
Itulah yang membangkitkan gairah hati Daud, sehingga
kerinduannya kepada Tuhan begitu bergelora. “Ya Allah, Engkaulah
Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu
kapada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Apabila
aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku. Merenungkan Engkau sepanjang
kawal malam.” (Mazmur 63:2,7) Bagaimana dengan kita saat ini ? Adakah
kita memiliki kerinduan seperti Daud yang merindukan Tuhan sedemikian
rupa?

B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana yang disebut dengan Syauq?
2. Apa dan bagaimana yang disebut dengan Uns?
3. Bagaimana hadits yang berkaitan dengan keduanya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Syauq
1. Pengertian syauq
Syauq adalah Rindu. Rindu adalah kondisi suatu perasaan dimana
seseorang atau individu selalu ingin bertemu dengan yang dirindukan
atau yang dicintai. Seorang hamba yang dilanda kerinduan kepada
Allah swt., selalu ingin terus berdekatan dengan-Nya. Kerinduan juga
berarti penumpahan segala energi yang terbaik kepada titik tertentu
yang dianggapnya sebagai kebenaran yang hakiki, sehingga takkan
tergoyahkan oleh segala godaan dan kecenderungan yang akan
menjauhkannya dari kebenaran itu, yaitu kebenaran Ilahi Rabbi
sehingga segala pikiran, sikap dan perilakunya hanya akan tertuju pada
kebenaran itu.
Syauq seorang hamba adalah kejenuhan untuk tetap tinggal di
dunia karena ia sangat rindu untuk bertemu dengan sang Kekasihnya.
Syekh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata bahwa “Kerinduan
adalah kondisi yang mulia.”
Al-Jariri rahimahullah berkata bahwa “Andaikan dalam kerinduan
tidak ada kenikmatan, tentu tak seorangpun sanggup memikul risiko
bahaya.”
Abu Said al-Kharra rahimahullah berkata bahwa “Rasa cintanya telah
memenuhi kalbunya. Maka mereka melalang buana dengan Allah, dan
mereka bergegas menuju kepada-Nya karena gejolak rindunya. Duhai
manusia yang rindunya membara pada Tuhannya. Mereka tak punya
lagi tempat berteduh dan mengadu selain pada-Nya.”

2. Hal yang mendatangkan syauq


Apabila telah mantap kecintaannya, timbullah kerinduan kepada
kekasih yang ditunjukkan oleh kabar-kabar dan atsar-atsar. Telah
diriwayatkan bahwa Abu Darda’ berkata kepada Ka’ab, “Beritahulah
aku tentang ayat yang paling khas di dalam Taurat”.

Ka’ab berkata bahwa Allah swt, telah berkata, “Telah lama


kerinduan orang-orang yang shaleh untuk berjumpa dengan-Ku,
sedangkan Aku lebih besar kerinduan-Ku untuk bertemu dengan
mereka.”

Ka’ab berkata, “Dan tertulis disisi-Nya : “Barangsiapa mencari


Aku, iapun menemukan Aku, dan siapa mencari selain Aku, ia tidak
menemukan Aku.”

Kemudian Abu Darda’ berkata, “Aku bersaksi bahwa aku


mendengar Rasulullah Saw. Mengatakan ini”.

Dalam kabar-kabar Dawud as. disebutkan bahwa Allah swt. telah


berkata:

“Ya Dawud, sampaikan kepada penghuni bumi-Ku bahwa Aku


adalah kekasih bagi siapa yang mencintai Aku, teman duduk bagi
siapa yang duduk dengan-Ku, teman bagi siapa yang berteman
dengan-Ku , pemilih bagi siapa yang memilih-Ku, dan menuruti siapa
yang menaati Aku. Apabila seseorang hamba mencintai-Ku dan Aku
ketahui itu sebagai keyakinan dari hatinya, maka Aku menerimanya
bagi diri-Ku dan mencintainya dengan kecintaan yang tidak didahului
seseorang pun dari makhluk-Ku. Barang siapa mencari-Ku dengan
kebenaran, ia pun mendapat Aku. Dan siapa mencari selain Aku, ia
pun tidak menemukan Aku.”

“Maka tolaklah hal penghuni bumi ghurur yang kalian alami.


Kemarilah kamu menuju kemuliaan-Ku dan bertemanlah serta hiburlah
dirimu dengan-Ku, niscaya Aku menghibur dan segera mencintaimu.
Aku ciptakan tanah para kekasih-Ku dari tanah Ibrahim Khalil-Ku.
Musa yang Aku selamatkan, dan Muhammad pilihan-Ku. Aku
ciptakan hati orang-orang yang rindu dengan cahaya-Ku dan
nikmatnya dengan keagungan-Ku.”

“Apabila mereka bermunajat kepada-Ku dengan kalam-Ku dan


mereka menyatakan kesenangannya dengan kenikmatan-Ku, ada yang
menjerit, menangis, mengadu dan mengeluh, ada yang berdiri dan
duduk, ada yang rukuk dan sujud dengan pengamatan-Ku, mereka
dengan Aku, dengan pendengaran-Ku mereka tidak mengeluh karena
mencintai-Ku. Ada tiga yang aku berikan kepada mereka, yakni:
Pertama, Aku masukkan cahaya-Ku di dalam hati mereka. Maka
mereka ceritakan tentang Aku sebagaimana Aku ceritakan tentang
mereka. Kedua, andai kata langit dan bumi beserta isinya dalam
timbangan mereka, niscaya Aku menganggapnya sedikit bagi mereka.
Ketiga, Aku hadapkan wajah-Ku kepada mereka.”1

B. Uns
1. Pengertian uns
Dalam tasawuf uns berarti keakraban atau keintiman. Menurut Abu
Sa’id Al Kharraj Uns adalah perbincangan roh dengan sang kekasih
pada kondisi yang sangat dekat. Dzunun memandang uns sebagai
perasaan lega yang melekat pada sang pecinta terhadap kekasihnya.
Salah seorang pemuka tabi’in menulis surat kepada khalifah Umar bin
Abdul Aziz, “Hendaknya keakrabanmu hanya dengan Allah semata
dan putuskan hubungan selain dengan-Nya.” Menurut Al-Saraj, uns
bersama Allah bagi seorang hamba adalah ketika sempurna
kesuciannya dan benar-benar bening dzikirnya serta terbebas dari
segala sesuatu yang menjauhkannya dari Allah.
Ketika seseorang didekati dan diterima oleh apa yang paling
didambakannya, ia akan merasakan suatu perasaan gembira dan

1
Imam Ghazali, IHYA’ ULUMUDDIN. (Himmah Jaya, Surabaya : 2004). Hlm. 194-201.
senang yang teramat indah di dalam jiwanya. Perasaan itu adalah uns.
Kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan, serta rasa sukacita yang
membara karena merasakan kedekatan dengan Allah yang sangat
dicintainya, semuanya itu akan semakin memekakan bathinnya.
Kepekaan bathin yang terjadi karena intensnya latihan-latihan spiritual
(mujahadah), yang dilakukan ini akan membuat seseorang merasakan
suatu luapan kerinduan, keterharuan, keterpesonaan, dan sentuhan-
sentuhan keindahan yang sulit untuk dilukiskan.2
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Bahwa Muharraf bin Abdullah
bin asy-Syukhair _rakhimullah _pernah menulis surat kepada Umar
bin Abdul Aziz r.a., “Hendaknya sukacita Anda hanya dengan Allah
dan Anda curahkan segalanya hanya untuk-Nya. Karena sesungguhnya
Allah memiliki hamba-hamba yang merasa lebih mesra dan bersuka
cita dengan-Nya daripada manusia yang bersukacita ketika berkumpul
dengan orang banyak. Mereka merasa gelisah dan kesepian di saat
manusia bersukacita, dan mereka bersukacita dan sangat mesra ketika
manusia merasa gelisah dan kesepian.”

2. Tingkatan uns
Orang-orang yang intim itu terbagi atas tiga tingkatan, yakni:
a. Pertama, mereka yang merasa intim dengan sebab dzikir dan jauh
dari kelalaian, merasa intim dengan sebab ketaatan dan jauh dari
dosa.
b. Kedua, ketika sang hamba sudah sedemikian intim bersama Allah
dan jauh dari apapun selain-Nya, yakni pengingkaran-
pengingkaran dan bisikan-bisikan yang menyibukkannya.

2
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf. (PT. As-Salam Sejahtera, Jakarta Selatan
: 2012). Hlm. 103-104.
c. Ketiga adalah hilangnya pandangan tentang uns karena ada rasa
segan, kedekatan dan keagungan bersama uns itu sendiri.
Maksudnya sang hamba sudah tidak melihat uns itu sendiri.3

C. Hadits yang berkaitan dengan syauq dan uns

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan :

‫ وسلم عليه هللا صلى هللا رسول قال‬: ‫من‬


‫هللا احب هللا لقاء احب‬, ‫كره ومن لقاءه‬
‫لقاءه هللا كره هللا لقاء‬
Artinya:
“Barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah
pun akan merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barang
siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun
tidak menyukai pertemuan dengannya.” (HR. Bukhari)

3
Haidar Bagir, Kamus Ilmu Tasawuf (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2005). Hlm. 11.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Syauq adalah Rindu. Rindu adalah kondisi suatu perasaan dimana
seseorang atau individu selalu ingin bertemu dengan yang dirindukan atau
yang dicintai. Seorang hamba yang dilanda kerinduan kepada Allah swt.,
selalu ingin terus berdekatan dengan-Nya.
Apabila telah tumbuh syauq, kemudian akan tumbuh yang
namanya uns, keintiman dengan sang Kekasih. Ketika seseorang didekati
dan diterima oleh apa yang paling didambakannya, ia akan merasakan
suatu perasaan gembira dan senang yang teramat indah di dalam jiwanya.
Perasaan itu adalah uns.
DAFTAR PUSTAKA

Ghazali, Imam., 2004, Ihya’ Ulumuddin, Surabaya: Himmah Jaya

Nahrowi, Moenir., 2012, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, Jakarta: PT. As-Salam


Sejahtera

Bagir, Haidar., 2005, Kamus Ilmu Tasawuf, Bandung: PT. Mizan Pustaka

http://wwwjatidirisufi.blogspot.com/2014/02/6syauq-kerinduan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai