FAKULTAS DAKWAH
1
TUGAS MAKALAH
MAHABBAH DAN MAKRIFAH
A. MAHABBAH
Secara etimologi, mahabbah adalah bentuk masdar dari kata: حبyang mempunyai
arti: a) membiasakan dan tetap, b) menyukai sesuatu karena punya rasa cinta.
Dalam bahasa Indonesia kata cinta, berarti: a) suka sekali, sayang sekali, b) kasih
sekali, c) ingin sekali, berharap sekali, rindu, makin ditindas makin terasa betapa
rindunya, dan d) susah hati (khawatir) tiada terperikan lagi.
a. Al-Qur’an
اورْ هُ ْم ِ ب اَل ْنفَضُّ وا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش ِ فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْالقَ ْل
َفِي اأْل َ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ۚ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِين
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya (Ali Imran : 159).
2
2. Surat Ali Imran ayat 31 :
) 31 : ( ال عمران.قل ان كنتم تحبّون هّللا فاتّبعونى يحببكم هّللا و يغفر لكم ذنوبكم و هّللا غفور رحيم
b. Hadits
) ومن لم يحبلقاءهّللا تعا لى لقاءه ( رواه البخارى،من احبّ لقاء هّللا أحبّ هّللا لقاءه
Artinya : “ Barangsiapa yang senang bertemu kepada Allah, maka Allah senang
bertemu dengannya. Barangsiapa yang tidak senang bertemu Allah, maka Allah
pun juga tidak senang bertemu dengannya”. ( HR. Bukhori ).
3
وما تر ّددت فى شئ كتر ّددى في قبش نفس عبدى المؤمن يكره،من أهان لى وليا فقد بارزني بالمحاربة
وال يزال عبدي تقرّب إل ّي با, وما تقرّب إل ّي من أداء ما افترضت عليه, مالب ّد له منه, وأكره مساءته,الموت
” و من أحببته كنت له سمعا وبصراويداومؤيّدا,النوافل حتّى أ حبّه.
3. HAKIKAT
Konsep mahabbah (cinta kepada Allah) adalah salah satu ajaran pokok yang
memungkinkan Islam membawa rahmat bagi seluruh isi alam. Cinta pada
hakikatnya bukanlah sebutan untuk emosi semata-mata yang hanya dipupuk di
dalam batin saja, akan tetapi ia adalah cinta yang memiliki kecenderungan pada
kegiatan nyata sekaligus menjadi sumber keutamaan moral .
4. TUJUAN
4
5. KEUTAMAAN
B. MAKRIFAH
Al-Ma’rifah artinya ilmu pengetahuan. Setiap ilmu adalah al-ma’rifah. Maka setiap
‘alim yaiitu orang yang berilmu dengan Allah disebut juga arif bi Allah, maka
setiap orang ‘arif adalah ‘alim .
5
Menurut penempuh jalan spiritual, ma’rifat adalah derajat di mana pengetahuan
disatukan dengan orang yang mengetahui dan menjadi sifat sekunder baginya dan
setiap keadaan dari dirinya mengungkapkan apa dan siapa yang diketahuinya .
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ma’rifah tidak dapat dipeoleh begitu saja, tetapi
ma’rifah itu pemberian dari Tuhan. Tuhan Yang Maha Suci, Maha Mulia, dan
Maha Agung itu tidak akan diketahuinya, tidak akan dapat dirasakannya sekiranya
tidak dengan_nya, kalau dengan lainnya tidak akan diketahui dan tidak akan
dirasakan.
a. Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an, di jumpai tidak kurang dari 43 kali kata nur diulang dan
sebagian besar dihubungakan dengan Tuhan. Misalnya ayat yang berbunyi:
Artinya: (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah
dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. Al-Nur, 24:40)
6
‘
b. Hadits
””كنت خزينة خا فية احببت ان اعرف فخلقت الخلق فتعر فت اليهم فعرفونى
Hadis tersebut memberikan petunjuk bahwa Allah dapat dikenal oleh manusia.
Caranya dengan mengenal atau meneliti ciptaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa
ma’rifah dapat terjadi, dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam .
3. HAKIKAT
4. TUJUAN
Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan pada hal-hal yang bersifat
zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal
ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat
ketuhanan yang satu, dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya
ma’rifah digunakan untuk menunjukan salah satu tingkatan dalam tasawuf. Al-
Ghazali menjelaskan bahwa orang yang mempunyai ma’rifah tentang Tuhan, yaitu
arif, tidak akan mengatakan ya Allah atau ya rabb karena memanggil Tuhan dengan
kata-kata serupa ini menyatakan bahwa Tuhan ada di bekalang tabir. Tujuan
ma’rifat adalah berhubungan dengan Allah, dengan kendali jiwa kepada
eksistensinya yang intern, wasilahnya adalah spiritual.
5. KEUTAMAAN
b. Ketika mati akan diberi kebaikan oleh Allah menurut bilangan makhluk.
“Wahai hamba-KU ketika kamu bertemu dengan Aku dan kamu ma’rifat kepada
KU, maka KU berikan kebaikan menurut bilangan Makhluk”
Al-Ma’rifah salah satu istilah yang dilahirkan oleh tokoh sufi seperti Dzun Nun
al_Misri. Lahir di Akhmin (kawasan Mesir Hulu) tahun 155 H dan meninggal
8
tahun 245 H. Menurut biografi para sufi, Dzunun Nun seorang yang terkenal
karena keluasan ilmunya, ke-tawadhu’-annya (rendah hati, tidak takabur), budi
pekertinya baik. Dzunun Nun cenderung mengaitkan Ma’rifah dengan syariah,
sebagaimana katanya : Tanda seorang arif itu ada tiga, yakni (1) cahaya
ma’rifahnya tidak memudarkan cahaya wara’nya, (2) secara bathiniyah, tidak
menyangkal hukum lahiriyah. (3) banyaknya karunia Allah tidak menjadikannya
melanggar tirai – tirai larangan-Nya .
Konsep ma’rifah bagi Imam Al-Gazali dijadikannya sebagai salah satu maqamat
(stasion) yang harus disinggahi oleh seorang salik (seorang yang berjalan) kepada
Allah swt. Makin tajam ma’rifah seseorang makin dalam rasa keTuhanan pada
dirinya dan makin banyak rahasia KeTuhanan yang dapat diketahuinya.
Dalam istilah sufi juga dikatakakan bahwa ma’rifat dapat diartikan cahaya yang
disorot pada hati siapa saja yang dikehendakinya. Inilah pengetahuan hakiki yang
datang melalui kasyf (penyingkapan), musyahadah (penyaksian), dan dzauq (cita
rasa). Pengetahuan ini berasal dari Allah, akan tetapi pengetahuan ini bukanlah
Allah sendiri karena dia tidak bisa diketahui dalam esensinya .
Ma’rifatullah Bagi Seorang Muslim yakni Sebagai ilmu yang paling tinggi dan
mulia derajatnya dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada di dunia
ini, maka ma’rifatullah ini kiranya dapat menjadi pondasi dan komitmen pokok
yang harus dihayati dan diperhatikan oleh setiap orang muslim, yang hasilnya nanti
akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, keselamatan, ketentraman dan
ketenangan jiwa raga, serta kelezatan dan kenikmatan beribadah kepada Allah Azza
Wajalla.
Ada pula yang mengatakan ma’rifah datang lebih dulu. Sufi yang mendahulukan
mahabbah menganggap bahwa mari’fah adalah maqam yang tertinggi, yang bisa
dicapai oleh orang yang telah cinta kepada Allah. Allah tidak akan membukakan
hijab-Nya jika seorang sufi belum benar-benar cinta kepada-Nya.
Sedangkan sufi yang mengatakan bahwa ma’rifah itu datangnya lebih dulu dari
mahabbah, karena berpandangan bahwa seorang sufi harus mengenal Tuhan
sebelum mencintai-Nya. Orang yang tidak mengenal-Nya tidak mungkin
mencintai-Nya.
10
Tentang mari’fah, Rabi’ah sendiri pemah berkata: “Buah ilmu rohani adalah agar
engkau palingkan mukamu dari makhiuk agar engkau dapat memusatkan
perhatianmu hanya kepada Allah saja, karena mcl’rifahitu adalah mengenal Allah
sebaik-baiknya.”
Ketika Rabi’ah ditanya: “Apakah kau melihat Tuhan yang kausembah?” Maka ia
menjawab: “Jika aku tidak melihat-Nya, maka aku tidak akan menyembah-Nya.
Dari dua pernyataan Rabi’ah di atas dan dua cinta Rabi’ah, dalam sudut pandang
sebagai maqamat, maka mahabbah
Mahabbah oleh al-Sarraj. Pada keduanya ada pembagian dalam tiga tingkat.
11
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fathullah Gulen, KUNCI – KUNCI RAHASIA SUFI, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2001
12