Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semantik merupakan istilah dalam studi tentang makna. Kata ini berasal dari bahasa

Yunani yaitu sema (kata benda) yang memiliki arti “tanda” atau “lambang”. dan kata kerjanya

adalah semaino yang memiliki arti “menandai” atau “melambangkan”. Kata semantik disepakati

sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari tentang hubungan

antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.1

Salah satu dari kelebihan dalam penggunaan semantik dalam mengungkap maksud ayat

Alquran adalah dari segi pemahaman makna yang ditinjau dari bahasa tersebut, berdasarkan

waktu dan konteksnya. Terlebih pemaknaan tersebut lebih terfokus pada kata-kata tertentu secara

komprehensif serta mampu menemukan hubungan kata yang satu dengan yang lainnya. Berbeda

dengan metode penafsiran yang dilakukan sebelumnya yang mengungkapkan makna Alquran

secara menyeluruh.

Semantik bukan hanya ilmu yang berbicara tentang makna saja, tetapi didalamnya

dijelaskan asal mula adanya makna sesuatu seperti sejarah kata (bagaimana sebuah kata itu

muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah

bahasa.2 Dari sini dapat dipahami bahwa semantik bukan hanya melihat makna sebuah kata

secara pragmatis dari sisi terluarnya saja, melainkan juga melacak sejarahnya, perkembangan

maknanya dan sebab terjadinya perubahan makna tersebut.

1
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. 3), hlm: 2
2
Fatimah Djadjasudarma, Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Refika Aditama, 1999,
cet. 2), hlm: 14
Teori Semantik yang ditawarkan oleh Toshihiko Izutsu ini mencoba menganalisis al-

Qur’an dengan tanpa terikat oleh ideologi manapun, karena ia adalah seorang outsider. Melalui

pendekatan semantik, Toshihiko menganalisis istilah kunci dari suatu bahasa agar bisa

mengetahui konsep pandangan dunia atau Weltanschauung dari lingkup masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut sebagai alat. Bukan hanya dalam berpikir dan berbicara, namun

juga dalam paradigma serta bagaimana ia menerjemahkan dunia yang mengelilinginya.3

Dalam memahami suatu makna dalam bahasa, diperluakan kemampuan gramatika dalam

bahasa tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami konteks makna dalam dalam Alquran

diperlukan pemahaman gramatika Bahasa Arab.

Bahasa arab adalah bahasa yang sangat istimewa, karna dengan bahasa inilah Alquran

diturunkan. Dengan demikian, untuk memahami agama islam secara utuh setiap muslim

diharuskan untuk mampu memahami bahasa arab. mam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

‫سسَل ٗتّ ْلا‬


ْ ّ ‫فعٔل كل هسلن أى ٗتعلن هي لسبى العشة هب بلَغ ِجٍذ حٔت ِٗشذ َب أى ال إَل إال هلال ّأى هحوذ عبٍذ‬

‫َب كتبة هلال‬

“Maka wajib atas setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya.

Sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali

Allah Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca

kitabullah4

Allah berfirman dalam surat Fussilat ayat 44:

‫ َى‬3ْ‫َ ِزٗ ٗ ُ ْؤ ِ ٌُه‬


ٌ َ ‫َقبلُْا َل ْ َال ف ص َٗآبَُت ۖ أَأَ ت َج ِو َش ۗ ق ِلَّل ِٗز َي آ‬
‫ْا ُ َْ ًٓذ ّشف‬3ُ‫ه‬ ‫ّل قُ ْشآًب أَ ج َع َج‬
‫ال‬
‫ب ٌء ۖ َي ّاَّل‬ ُ ٖ ‫ب ْل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ٌَْلٍُب ِّ٘وًب ع‬ ْ
‫ّع‬

]٤٤:٤٤[ ‫َب ِ٘ع ٍذ‬


‫ى‬ ‫ِفٖ آ َرا ْ ٌ ّ ْ ْ ُّأ ََٰلِئ ع ًٔو ۚ ٗ ٌَُب َد ّْ َى ه ه‬
‫ك ْي َكب‬ ‫ن ش ُ َْ ٘ ن‬
ِ ‫ع‬ ‫ِ ْق‬
َ‫ل‬ ّ
3
Machasin, Kata Pengantar, dalam Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia; Pendekatan Semantik
terhadap Al-Qur’an, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003, cet. 2),hal. xiv
Dan jikalau Kami jadikan Alquran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah

mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Alquran) dalam

bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan

penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka

ada sumbatan, sedang Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang

dipanggil dari tempat yang jauh".

Sayyid Quthb dalam tafsirnya yang berjudul Fii Dzilalil Quran memaparkan, maksud dari

ayat ini yaitu untuk memberikan analogi mengenai para penentang turunnya Alquran dalam

bahasa arab. Quthb menjelaskan, walaupun Alquran diturunkan dalam bahasa lain, niscaya para

penentang pun masih menentangnya.

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah melakukan dosa, entah itu disadari atau

tidak, entah itu dosa besar atau kecil, dosa kepada manusia atau maksiat kepada Allah. Dan

seorang pendosa tidak patut untuk mendiamkan dosanya tanpa bertaubat. Karna dosa tersebut

mampu menutup hati. Ibn Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa bersegera melakukan taubat

setelah melakukan dosa adalah kewajiban. Karna menunda taubat adalah suatu perbuatan dosa,

dan ia harus bertaubat atas penundaan taubat yang telah dilakukannya.5

Rasullulah mengibaratkan dosa ibarat noda dalam hati, semakin banyak dosa semakin

hitam, gelap, dan legam hati. Dengan gelapnya hati, seseorang akan sulit untuk memandang dan

menimbang kebenaran. Dan jika ia melepaskan diri dari dosa dan bertaubat, hatinya akan

menjadi bersih. Namun jika ia terus mengulangi perbuatan dosanya dan tidak bertaubat, maka

dosa itu akan membuat hatinya semakin hitam pekat tertutup oleh dosa 6

5
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah, cet I (Bandung: PT Misan Pustaka,
2008), 56-57.
6
Muhammad Nursani, Mencari Mutiara di Dasar Hati (Jakarta : tarbawi press 2005) 81.
Secara istilah, Imam Nawawi menjelaskan bahwa taubat adalah tindakan yang wajib

dilakukan oleh siapapun yang berbuat dosa. Dan apabila dosa tersebut adalah dosa yang

diperbuat seorang hamba kepada tuhannya dan tidak bersangkutan dengan sesame anak adam,

maka syarat taubat kepada Allah itu ada 3 perkara:

1. Berhenti dari kemaksiatan tersebut di saat itu juga

2. Menyesal sedalam-dalamnya atas perbuatan dosa yang telah ia perbuat

3. Mempunyai tekad teguh bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan apabila

kurang salah satu dari ketiganya maka taubat tersebut tidak sah.7

Dan jika maksiat tersebut bersangkutan dengan sesama anak adam, maka syarat taubatnya ada

empat:

1. Berhenti dari kemaksiatan tersebut di saat itu juga

2. Menyesal sedalam-dalamnya atas perbuatan dosa yang telah ia perbuat

3. Mempunyai tekad teguh bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan apabila kurang

salah satu dari ketiganya maka taubat tersebut tidak sah.

4. Melepaskan dengan sebaik-baiknya hak orang lain yang telah diambil. Jika hak orang

lain tersebut adalah kata benda atau sejenisnya, maka harus segera dikembalikan dan

jika perbuatan dosa tersebut berupa menurduh atau memfitnah maka segera meminta

maaf kepadanya.

Selain kata taubat, dalam Alquran tertulis kata-kata yang sinonim (persamaan kata) dengan

kata taubat, yaitu inabah dan aubah. Kata inabah dan aubah secara bahasa memiliki makna yang

sama dengan taubat yakni al-rujj yang berarti kembali.8 Al-Ghazali menjelaskan bahwa taubah

7
Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, tafsir al-azhar, (PT Pustaka Panjimas Jakarta, 1983).376
8
Zakariya, 1991:152
adalah tingkatan yang dimiliki oleh orang awam yang kembali dari dosa-dosa besar menuju

ketaatan. Sedangakan inabah adalah maqam (tingkatan) para wali dan muqarrabin (orang yang

dekat dengan Allah), dimana ia kembali dari dosa kecil menuju kecintaan Allah. Dan aubah

adalah maqam para Nabi dan Rasul. Yaitu, orang yang senantiasa dekat dan kembali kepada

Allah9

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziah ada tida syarat yang harus dilakukan ketika seseorang akan

bertaubat. Syarat pertama adalah menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau.

Kedua, membebaskan diri dari dosa-dosa tersebut atau dengan kata lain tidak melakukan dosa

yang telah dilakukan sebelumnya. Dan ketiga, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa

mendatang. Tiga syarat ini ia sebut dengan hakikat taubat yang akan menggerakan hati seseorang

untuk mencapai taubatan nasuha10

Taubatan nasuha menurut Yusuf Qardhawi adalah suatu pertaubatan yang dibarengi dengan

kehikhlasan dan kejujuran11. Seperti firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 8 :

‫ شٕ ْج ِ ه ْحتِب‬3‫َئبِت ُك ُّك ٌَج‬ ُ ‫ َكفِّ َش س‬3ُٗ ‫ة ًَ ه ِلال صْ عس َٰٔ أَ ْى‬


ً َ ْْ‫َت ب‬ ‫ّ ِٗز‬3َ‫ْبُْا ِإَلٔ ِب ال‬3ُ‫ْها ت‬3ٌُ َ ‫َ ي آ‬ ُّٗ َ‫ٗ َب أ‬
‫َت ْي‬ ‫س ُٗ ْذ ْن ب‬
ِّ٘ ‫ْن‬ ‫ك‬ ‫ُّب ُك ْن‬ ‫ً حب‬
ٍ َ‫خل‬ ‫ْن‬
ٌْ ‫ع‬

ۖ ‫ْش لٌَب‬
‫ّاغِف‬ ‫ٌَّب‬3‫ْ ًََسب سب‬3ًُ ‫ْ ُس ه ن ْ َٗ َب ْ٘ َي أَ ْٗ ِٗذ ْ ْٗ َوب ٗ َقُْ ْلُ َى ِْن ْت ِو ْن لٌَب‬3ًُ ۖ ‫ِٗز َي آ‬ ‫ّ ِٖب ُلهال‬3ٌَ ‫ال‬ ٕ‫ا َْْل ًْ ُس َٗ ْ ٗ ُ ْخ ِز‬
َ‫أ‬ ‫بّ َِأ‬ ‫س َع ن‬ َُ‫َع‬ ‫ْا ّاَّل‬3ُ‫ه‬
ٌ َ ‫ال‬ ‫َم ِب‬
ِ ُ
َٔ

:::٦[ ‫ٍ ء قَ ِٗذ ٌش‬ َٰٔ ‫إًَِّك عَل‬


‫ش‬
ٖ ‫ِّل‬
‫ك‬

“ wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha

(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-

kesalahanmu dan memasukkanmu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai,

pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang Mukmin yang bersama dia;

9
Ahmad, Abdul Fattah Sayyid. 2005. al-Tasawwuf Baina al-Ghazali wa ibn,113-114
Taimiyah, diterjemahkan oleh Muhammad Muchson Anasy. Tasawuf antara al-Ghazali dan Ibn Taimiyah.
Jakarta; Khalifa
10
Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Majaridus Salikin (Pendakian Menuju Allah) Penjabaran Kongkret “Iyyaka
Na’budu Wa Iyyakan Nasta’in, ter. Kathur Suhardi cet I (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1998), 40.
11
Yusuf Qardhawi, Al-Taubat Ila Allah, ter. Irfan Maulana Hakiim, cet I (PT Misan Pustaka, 2008), 20
sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata

“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya

Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Bertaubat dengan segera setelah melakukan dosa atau kelalaian adalah tuntutan bagi

muslim sejati yang senantiasa ingin memperbaiki diri. Kita tidak diperbolehkan untuk menunda-

nunda taubat (ta’khir) ataupun menangguhkan (taswif) taubat, karna hal tersebut mampu

mengganggu hati orang yang beragama. Karna apabila tidak segera bertaubat maka sedikit demi

sedikit pengaruh dari perbuatan dosa tersebut bisa membengkak12

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan peneitian tentang

permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Kata Taubat dan Derivasinya Dalam Al-Qur’an)”.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah tersebut dapat

dirumuskan: Bagaimana makna kata Taubat dalam Alquran berdasarkan pendekatan semantik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengungkap konsep taubat dan Derivasinya dalam Alquran, serta mengetahui implikasinya

dalam kehidupan.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguana dalam memperkaya intelektual dan kajian islam,

khususnya dalam kajian semantik, serta sebagai upaya mewujudkan visi menghidupkan ajaran
islam yang mampu berdialog dengan kondisi dan perubahan zaman. Adapun secara khusus

penelitian ini mempunyai dua kegunaan. Yaitu:

1. Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dalam penyusunan skirpsi ini adalah untuk menambah khazanah

keilmuan dalam bidang semantik sekaligus menambah pembahasan semantik mengenai

pembendaharaan kosakata dalam Alquran.

2. Kegunaan Sosial

Kegunaan social dalam tulisan ini adalah sebagai pemahaman baru bagi masyarakat

mengenai hakikat dan tatacara taubat yang sesuai dengan konteks Alquran dan menghindari

pemahaman yang salah mengenai pengertian taubat.

E. Kerangka Berpikir

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode semantika

Alquran yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Semantik Alquran yang diusung izutsu ini

mengungkap maksud ayat Alquran melalui pemahaman makna yang ditinjau dari bahasa yang

digunakan berdasarkan waktu dan konteksnya. Terlebih pemaknaan tersebut lebih terfokus pada

kata-kata tertentu secara komprehensif serta mampu menemukan hubungan kata yang satu

dengan yang lainnya.

Semantik Alquran berusaha menyingkap pandangan dunia Alquran melalui analisis

semantik terhadap materi yang ada di dalam Alquran itu sendiri berupa kosa kata atau istilah-

istilah penting dalam Alquran. Kajian semantik kata taubat dalam Alquran dianalisis dengan
mencari makna dasar (makna yang selalu melekat dengan kata tersebut dan selalu terbawa

dimanapun kata tersebut diletakan) setelah itu dicari makna relasional (makna yang selalu

bersandingan dan berkaitan dengan kata taubat)

Setelah makna dasar (basic meaning) dan makna relasional (relational meaning) diketahui,

maka langkah selanjutnya adalah mengatahui apa maksud Alquran atau tujuan Alquran

(weltanchuung) dengan kata kunci (key terms) dengan ayat yang mengubungkannya.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian semantik ini penulis berhasil menghimpun buku, skripsi, dan jurnal yang

berkaitan dengan kajian semantik dan kajian tentang taubat. Dan didalamnya penulis

membaginya kedalam dua variabel. Variabel pertama adalah term kata “taubat” dan variabel

kedua adalah tentang kajian semantik. Adapun kajian variabel pertama yaitu term taubat

diantaranya:

1. “ Konsep Taubat Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah” sebuah skripsi yang ditulis

oleh Ikhsan dari jurusan Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

tahun 2015. Skripsi ini menjelaskan mengenai konsep taubat menurut Ibnu Qayyim, macam-

macam taubat dan hukumnya, syarat-syarat terpenuhinya taubat, dan hal-hal yang menyebabkan

orang bertaubat. Yang bertujuan untuk mengetahui makna taubat menurut Ibnu Qayyim Al-

Jauziah

2. “Konsep Taubat Menurut Sayyid Quthb” Skripsi karya Zaky Taofik Hidayat

jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2010. Skripsi ini

Menjelaskan tentang Analisis ayat tentang taubat dalam Alquran dan penafsiran Sayyid Quthb

mengenai ayat tersebut.


3. “Tobat dalam Perspektif Alquran”. Sebuah jurnal karya M.Sadik yang ditulis di

Jurnal Hunafa Vol. 7, No.2, Desember 2010. Jurnal ini menjelaskan makna leksikal taubat,

derivasi kata taubat, dan implikasi taubat. Dalam jurnalnya, memaparkan berbagai ayat mengenai

taubat dan berbagai macam derivasinya serta berbagai macam perbedaan makna antara makna

taubat dan derivasinya.

4. Tafsir Sufistik Mengenai Kata Taubat dalam Alquran. Sebuah jurnal karya

Septiawadi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang ditulis dalam jurnal Kalam:

Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

Sedangkan kajian variabel kedua yaitu tentang pendekatan semantik ada beberapa

hasil penelitian juga, yaitu:

1. “Pendekatan kata Qalb dalam semantik Alquran” sebuah skripsi karya Dinah

Pitriati Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Skripsi ini

menjelaskan tentang berbagai macam pengertian Qalb dengan pendekatan semantik.

2. Relasi Makna Iman dan Amal Saleh dalam Penafsiran At-Tabari dan Al-Sha’rawi

oleh Dindin Moh Saepudin, Jurusan Tafsir Hadis Fakultasss Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Skripsi ini menjelaskan tentang makna iman dan amal

shaleh serta derivasinya, serta Penafsiran Thabari dan Sha’rawi terhadap makna iman dan amal

shaleh.

3. Makna Zhann dalam Alquran (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) Skirpsi karya

Esti Fitriani Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Skripsi ini menjelaskan tentang analisis semantik mengenai makna zhann.


G. Langkah-Langkah Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian content analysis yang

bersifat normatif yakni analisis terhadap beberapa studi kepustakaan sekitar permasalahan yang

berkaitan.13

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang disusun oleh peneliti ini adalah penelitian kualitatif yang berbentuk library

research (penelitian kepustakaan) terhadap pengungkapan makna hubungan kata yang dianggap

penting pada kata Taubat dengan analisis semantik Tosihiko Izutsu.

3. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data pokok. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber

data yang bersifat penunjang terhadap sumber data primer. Sumber data tersebut diuraikan

sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer


Sumber data primer yaitu buku

 Relasi Tuhan dan Manusia karya Toshihiko Izutsu,

 Buku Teori Semantik karya J.D Parera

 ensiklopedi Taubat karya Ibnu Qayyim Al-jauziah

b. Sumber Data Sekunder


 Buku semantik bahasa Indonesia karya Abdul Chaer

 Kamus Alquran

13
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, PT. Raja Grasifindo
Persada, Jakarta, 2003, hlm. 56.
 Konsep Etika Religius dalam Alquran karya Toshihiko Izutsu

1. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library

Research/ Book Survey), studi kepustakaan adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara

mengkaji beberapa dokumen dan literatur yang memiliki keterkaitan dengan pokok

permasalahan. Tujuan digunakannya teknik studi kepustakaan ini yaitu untuk mendapatkan

literatur dan data yang sesuai dengan penelitian, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

sumber data penelitian. Setelah pengumpulan data, data diolah dan dianalisis terhadap data lain

yang telah terkumpul dan selanjutnya dibuat kesimpulan dari materi-materi yang sudah

dikumpulkan dan di analisis. 14

1. Analisis Data
Langkah- Langkah untuk menganalisis objek semantik ini adalah
a. Mengumpulkan ayat akan dikaji

b. Memberikan makna dasar dan makna relasional

c. Menggunakan teknik welstanchauung dalam memahami konsep kosa kata yang sedang

diteliti

d. Melakukan pendekatan terhadap analisis yang dibutuhkan

e. Mengklasifikasi landasan teori

f. Mencari keterkaitan ayat-ayat primer terhadap ayat-ayat lainnya

g. Mengemukakan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan semantik.

2. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan analisis semantik ini, ada beberapa bagian yang akan penulis penulis

paparkan, yaitu sebagai berikut:


14
Sumadi Suryabrata, metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983),85
BAB I, yakni berupa pendahuluan, yang mencakup latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian

dan sistematika pembahasan.

BAB II, memaparkan landasan teoritis semantik yang mencakup pengertian semantik,

ruang lingkup dan focus penelitian semantik, metode analisis semantik, analisis semantik dan

aplikasinya terhadap Alquran, urgensi semantik, dan yang terakhir ragam makna dan perubahan

makna.

BAB III, mengulas mengenai tinjauan kata taubat dalam Alquran yang akan meliputin

inventarisir ayat-ayat mengenai taubat, definisi konseptual taubat, analisis medan semantik

terhadap kata taubat dan analisis komponen semantik terhadap kata taubat

BAB IV, terbagi dalam tiga sub bab. Sub bab pertama mengenai kesimpulan, sub bab

kedua memaparkan penutup dan sub bab ketiga adalah saran.

Anda mungkin juga menyukai