PENDAHULUAN
Semantik merupakan istilah dalam studi tentang makna. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu sema (kata benda) yang memiliki arti “tanda” atau “lambang”. dan kata kerjanya
adalah semaino yang memiliki arti “menandai” atau “melambangkan”. Kata semantik disepakati
sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistik yang mempelajari tentang hubungan
Salah satu dari kelebihan dalam penggunaan semantik dalam mengungkap maksud ayat
Alquran adalah dari segi pemahaman makna yang ditinjau dari bahasa tersebut, berdasarkan
waktu dan konteksnya. Terlebih pemaknaan tersebut lebih terfokus pada kata-kata tertentu secara
komprehensif serta mampu menemukan hubungan kata yang satu dengan yang lainnya. Berbeda
dengan metode penafsiran yang dilakukan sebelumnya yang mengungkapkan makna Alquran
secara menyeluruh.
Semantik bukan hanya ilmu yang berbicara tentang makna saja, tetapi didalamnya
dijelaskan asal mula adanya makna sesuatu seperti sejarah kata (bagaimana sebuah kata itu
muncul), bagaimana perkembangannya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah
bahasa.2 Dari sini dapat dipahami bahwa semantik bukan hanya melihat makna sebuah kata
secara pragmatis dari sisi terluarnya saja, melainkan juga melacak sejarahnya, perkembangan
1
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. 3), hlm: 2
2
Fatimah Djadjasudarma, Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Refika Aditama, 1999,
cet. 2), hlm: 14
Teori Semantik yang ditawarkan oleh Toshihiko Izutsu ini mencoba menganalisis al-
Qur’an dengan tanpa terikat oleh ideologi manapun, karena ia adalah seorang outsider. Melalui
pendekatan semantik, Toshihiko menganalisis istilah kunci dari suatu bahasa agar bisa
mengetahui konsep pandangan dunia atau Weltanschauung dari lingkup masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut sebagai alat. Bukan hanya dalam berpikir dan berbicara, namun
Dalam memahami suatu makna dalam bahasa, diperluakan kemampuan gramatika dalam
bahasa tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami konteks makna dalam dalam Alquran
Bahasa arab adalah bahasa yang sangat istimewa, karna dengan bahasa inilah Alquran
diturunkan. Dengan demikian, untuk memahami agama islam secara utuh setiap muslim
diharuskan untuk mampu memahami bahasa arab. mam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,
“Maka wajib atas setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab sekuat kemampuannya.
Sehingga dia bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah Ta’ala dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan dengannya dia bisa membaca
kitabullah4
mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Alquran) dalam
bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedang Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang
Sayyid Quthb dalam tafsirnya yang berjudul Fii Dzilalil Quran memaparkan, maksud dari
ayat ini yaitu untuk memberikan analogi mengenai para penentang turunnya Alquran dalam
bahasa arab. Quthb menjelaskan, walaupun Alquran diturunkan dalam bahasa lain, niscaya para
Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah melakukan dosa, entah itu disadari atau
tidak, entah itu dosa besar atau kecil, dosa kepada manusia atau maksiat kepada Allah. Dan
seorang pendosa tidak patut untuk mendiamkan dosanya tanpa bertaubat. Karna dosa tersebut
mampu menutup hati. Ibn Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa bersegera melakukan taubat
setelah melakukan dosa adalah kewajiban. Karna menunda taubat adalah suatu perbuatan dosa,
Rasullulah mengibaratkan dosa ibarat noda dalam hati, semakin banyak dosa semakin
hitam, gelap, dan legam hati. Dengan gelapnya hati, seseorang akan sulit untuk memandang dan
menimbang kebenaran. Dan jika ia melepaskan diri dari dosa dan bertaubat, hatinya akan
menjadi bersih. Namun jika ia terus mengulangi perbuatan dosanya dan tidak bertaubat, maka
dosa itu akan membuat hatinya semakin hitam pekat tertutup oleh dosa 6
5
Yusuf Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali ke Cahaya Allah, cet I (Bandung: PT Misan Pustaka,
2008), 56-57.
6
Muhammad Nursani, Mencari Mutiara di Dasar Hati (Jakarta : tarbawi press 2005) 81.
Secara istilah, Imam Nawawi menjelaskan bahwa taubat adalah tindakan yang wajib
dilakukan oleh siapapun yang berbuat dosa. Dan apabila dosa tersebut adalah dosa yang
diperbuat seorang hamba kepada tuhannya dan tidak bersangkutan dengan sesame anak adam,
3. Mempunyai tekad teguh bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan apabila
kurang salah satu dari ketiganya maka taubat tersebut tidak sah.7
Dan jika maksiat tersebut bersangkutan dengan sesama anak adam, maka syarat taubatnya ada
empat:
3. Mempunyai tekad teguh bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Dan apabila kurang
4. Melepaskan dengan sebaik-baiknya hak orang lain yang telah diambil. Jika hak orang
lain tersebut adalah kata benda atau sejenisnya, maka harus segera dikembalikan dan
jika perbuatan dosa tersebut berupa menurduh atau memfitnah maka segera meminta
maaf kepadanya.
Selain kata taubat, dalam Alquran tertulis kata-kata yang sinonim (persamaan kata) dengan
kata taubat, yaitu inabah dan aubah. Kata inabah dan aubah secara bahasa memiliki makna yang
sama dengan taubat yakni al-rujj yang berarti kembali.8 Al-Ghazali menjelaskan bahwa taubah
7
Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, tafsir al-azhar, (PT Pustaka Panjimas Jakarta, 1983).376
8
Zakariya, 1991:152
adalah tingkatan yang dimiliki oleh orang awam yang kembali dari dosa-dosa besar menuju
ketaatan. Sedangakan inabah adalah maqam (tingkatan) para wali dan muqarrabin (orang yang
dekat dengan Allah), dimana ia kembali dari dosa kecil menuju kecintaan Allah. Dan aubah
adalah maqam para Nabi dan Rasul. Yaitu, orang yang senantiasa dekat dan kembali kepada
Allah9
Menurut Ibn Qayyim al-Jauziah ada tida syarat yang harus dilakukan ketika seseorang akan
bertaubat. Syarat pertama adalah menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lampau.
Kedua, membebaskan diri dari dosa-dosa tersebut atau dengan kata lain tidak melakukan dosa
yang telah dilakukan sebelumnya. Dan ketiga, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa
mendatang. Tiga syarat ini ia sebut dengan hakikat taubat yang akan menggerakan hati seseorang
Taubatan nasuha menurut Yusuf Qardhawi adalah suatu pertaubatan yang dibarengi dengan
kehikhlasan dan kejujuran11. Seperti firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat 8 :
ۖ ْش لٌَب
ّاغِف ٌَّب3ْ ًََسب سب3ًُ ْ ُس ه ن ْ َٗ َب ْ٘ َي أَ ْٗ ِٗذ ْ ْٗ َوب ٗ َقُْ ْلُ َى ِْن ْت ِو ْن لٌَب3ًُ ۖ ِٗز َي آ ّ ِٖب ُلهال3ٌَ ال ٕا َْْل ًْ ُس َٗ ْ ٗ ُ ْخ ِز
َأ بّ َِأ س َع ن ََُع ْا ّاَّل3ُه
ٌ َ ال َم ِب
ِ ُ
َٔ
“ wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha
pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang Mukmin yang bersama dia;
9
Ahmad, Abdul Fattah Sayyid. 2005. al-Tasawwuf Baina al-Ghazali wa ibn,113-114
Taimiyah, diterjemahkan oleh Muhammad Muchson Anasy. Tasawuf antara al-Ghazali dan Ibn Taimiyah.
Jakarta; Khalifa
10
Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Majaridus Salikin (Pendakian Menuju Allah) Penjabaran Kongkret “Iyyaka
Na’budu Wa Iyyakan Nasta’in, ter. Kathur Suhardi cet I (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1998), 40.
11
Yusuf Qardhawi, Al-Taubat Ila Allah, ter. Irfan Maulana Hakiim, cet I (PT Misan Pustaka, 2008), 20
sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka berkata
“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya
Bertaubat dengan segera setelah melakukan dosa atau kelalaian adalah tuntutan bagi
muslim sejati yang senantiasa ingin memperbaiki diri. Kita tidak diperbolehkan untuk menunda-
nunda taubat (ta’khir) ataupun menangguhkan (taswif) taubat, karna hal tersebut mampu
mengganggu hati orang yang beragama. Karna apabila tidak segera bertaubat maka sedikit demi
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan peneitian tentang
permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Kata Taubat dan Derivasinya Dalam Al-Qur’an)”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah tersebut dapat
dirumuskan: Bagaimana makna kata Taubat dalam Alquran berdasarkan pendekatan semantik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkap konsep taubat dan Derivasinya dalam Alquran, serta mengetahui implikasinya
dalam kehidupan.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguana dalam memperkaya intelektual dan kajian islam,
khususnya dalam kajian semantik, serta sebagai upaya mewujudkan visi menghidupkan ajaran
islam yang mampu berdialog dengan kondisi dan perubahan zaman. Adapun secara khusus
1. Kegunaan Akademis
Kegunaan akademis dalam penyusunan skirpsi ini adalah untuk menambah khazanah
2. Kegunaan Sosial
Kegunaan social dalam tulisan ini adalah sebagai pemahaman baru bagi masyarakat
mengenai hakikat dan tatacara taubat yang sesuai dengan konteks Alquran dan menghindari
E. Kerangka Berpikir
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode semantika
Alquran yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu. Semantik Alquran yang diusung izutsu ini
mengungkap maksud ayat Alquran melalui pemahaman makna yang ditinjau dari bahasa yang
digunakan berdasarkan waktu dan konteksnya. Terlebih pemaknaan tersebut lebih terfokus pada
kata-kata tertentu secara komprehensif serta mampu menemukan hubungan kata yang satu
semantik terhadap materi yang ada di dalam Alquran itu sendiri berupa kosa kata atau istilah-
istilah penting dalam Alquran. Kajian semantik kata taubat dalam Alquran dianalisis dengan
mencari makna dasar (makna yang selalu melekat dengan kata tersebut dan selalu terbawa
dimanapun kata tersebut diletakan) setelah itu dicari makna relasional (makna yang selalu
Setelah makna dasar (basic meaning) dan makna relasional (relational meaning) diketahui,
maka langkah selanjutnya adalah mengatahui apa maksud Alquran atau tujuan Alquran
(weltanchuung) dengan kata kunci (key terms) dengan ayat yang mengubungkannya.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian semantik ini penulis berhasil menghimpun buku, skripsi, dan jurnal yang
berkaitan dengan kajian semantik dan kajian tentang taubat. Dan didalamnya penulis
membaginya kedalam dua variabel. Variabel pertama adalah term kata “taubat” dan variabel
kedua adalah tentang kajian semantik. Adapun kajian variabel pertama yaitu term taubat
diantaranya:
1. “ Konsep Taubat Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah” sebuah skripsi yang ditulis
oleh Ikhsan dari jurusan Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun 2015. Skripsi ini menjelaskan mengenai konsep taubat menurut Ibnu Qayyim, macam-
macam taubat dan hukumnya, syarat-syarat terpenuhinya taubat, dan hal-hal yang menyebabkan
orang bertaubat. Yang bertujuan untuk mengetahui makna taubat menurut Ibnu Qayyim Al-
Jauziah
2. “Konsep Taubat Menurut Sayyid Quthb” Skripsi karya Zaky Taofik Hidayat
jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2010. Skripsi ini
Menjelaskan tentang Analisis ayat tentang taubat dalam Alquran dan penafsiran Sayyid Quthb
Jurnal Hunafa Vol. 7, No.2, Desember 2010. Jurnal ini menjelaskan makna leksikal taubat,
derivasi kata taubat, dan implikasi taubat. Dalam jurnalnya, memaparkan berbagai ayat mengenai
taubat dan berbagai macam derivasinya serta berbagai macam perbedaan makna antara makna
4. Tafsir Sufistik Mengenai Kata Taubat dalam Alquran. Sebuah jurnal karya
Septiawadi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang ditulis dalam jurnal Kalam:
Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
Sedangkan kajian variabel kedua yaitu tentang pendekatan semantik ada beberapa
1. “Pendekatan kata Qalb dalam semantik Alquran” sebuah skripsi karya Dinah
Pitriati Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Skripsi ini
2. Relasi Makna Iman dan Amal Saleh dalam Penafsiran At-Tabari dan Al-Sha’rawi
oleh Dindin Moh Saepudin, Jurusan Tafsir Hadis Fakultasss Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Skripsi ini menjelaskan tentang makna iman dan amal
shaleh serta derivasinya, serta Penafsiran Thabari dan Sha’rawi terhadap makna iman dan amal
shaleh.
3. Makna Zhann dalam Alquran (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) Skirpsi karya
Esti Fitriani Jurusan Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian content analysis yang
bersifat normatif yakni analisis terhadap beberapa studi kepustakaan sekitar permasalahan yang
berkaitan.13
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang disusun oleh peneliti ini adalah penelitian kualitatif yang berbentuk library
research (penelitian kepustakaan) terhadap pengungkapan makna hubungan kata yang dianggap
3. Sumber Data
Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer adalah sumber data pokok. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber
data yang bersifat penunjang terhadap sumber data primer. Sumber data tersebut diuraikan
sebagai berikut:
Kamus Alquran
13
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, PT. Raja Grasifindo
Persada, Jakarta, 2003, hlm. 56.
Konsep Etika Religius dalam Alquran karya Toshihiko Izutsu
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library
Research/ Book Survey), studi kepustakaan adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
mengkaji beberapa dokumen dan literatur yang memiliki keterkaitan dengan pokok
permasalahan. Tujuan digunakannya teknik studi kepustakaan ini yaitu untuk mendapatkan
literatur dan data yang sesuai dengan penelitian, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
sumber data penelitian. Setelah pengumpulan data, data diolah dan dianalisis terhadap data lain
yang telah terkumpul dan selanjutnya dibuat kesimpulan dari materi-materi yang sudah
1. Analisis Data
Langkah- Langkah untuk menganalisis objek semantik ini adalah
a. Mengumpulkan ayat akan dikaji
c. Menggunakan teknik welstanchauung dalam memahami konsep kosa kata yang sedang
diteliti
2. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan analisis semantik ini, ada beberapa bagian yang akan penulis penulis
BAB II, memaparkan landasan teoritis semantik yang mencakup pengertian semantik,
ruang lingkup dan focus penelitian semantik, metode analisis semantik, analisis semantik dan
aplikasinya terhadap Alquran, urgensi semantik, dan yang terakhir ragam makna dan perubahan
makna.
BAB III, mengulas mengenai tinjauan kata taubat dalam Alquran yang akan meliputin
inventarisir ayat-ayat mengenai taubat, definisi konseptual taubat, analisis medan semantik
terhadap kata taubat dan analisis komponen semantik terhadap kata taubat
BAB IV, terbagi dalam tiga sub bab. Sub bab pertama mengenai kesimpulan, sub bab