Anda di halaman 1dari 20

TAFSIR AHKAM

PENCALONAN DIRI DAN KAMPANYE MENJADI PEJABAT NEGARA (TAFSIR


SURAH AL-NAJM 53:32 DAN SURAH YUSUF 12:55)

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ahkam)

Dosen Pengampu : Moch. Bukhori Muslim,M,A.

OLEH :

Luqmanulhakim 11180430000056
Ahmad Yusuf Hasibuan 11180430000112
M. Ikbal wahifudin 11180430000098

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2022

.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam hukum islam, persoalan politik dikenal dengan istilah fiqh siyasah, dalam ilmu
fiqih siyasah memang belum ada pengertian kampanye secara baku. Namun ada beberapa
contoh perilaku didalam islam yang mengidikasikan apabila perbuatan tersebut seperti
kampanye, yaitu menawarkan diri untuk sebagai pemimpin atau pejabat negara (Rapung
Samsudin, 2013:128).1 Pelaksanaan kampanye adalah bagaian dari usaha dalam proses
pengenalan diri seseorang yang ingin menjabat sebagai pemimpin dan perwakilan rakyat
kepada masyarakat dengan program-program yang akan mereka jalankan ketika terpilih
dengan demikian semakin menarik program dan identitas yang diperkenalkan kepada
masyarakt akan menarik perhatian untuk mereka dipilih saat waktu pemilihan nanti.

Pencalonan diri berarti proses, cara, untuk mendapatkan dan mewujudkan keinginanya.
Berbeda dengan kampanye yang berarti tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh
organisasi politik atau calon tertentu yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam
parlemen dan untuk mendapatkan dukungan masa pemilih dalam suatu pungutan suara.
Sementara jabatan politik berarti pekerjaan (tugas) dalam pemerintahan atau organisasi
(Hasan Alwi, 2005:189).2

1 Muhammad Ashlubi, Prespektif Hukum Islam Terhadap Pencalonan dan Kampanye untuk Jabatan Politik. Jurnal
Ilmiah Syariah, Volume 15, Nomor1,Januari Juni2016. Hlm.14
2
Ibid.

.
Para ulama dan cendekiawan muslim dalam memahami dasar hukum islam sebagai dasar
dalam pelaksanaan kampanye dan pencalonan diri sebagai pejabat negara mempunyai
pemahaman dan penafsiran masing-masing. Sehingga ayat-ayat tersebut dan penafsiran para
ulama perlu dibahas dan dipahami secara analisis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dalil Nash yang menjadi rujukan pelaksanaan Kampanye dan pencalonan diri sebagai
pejabat negara ?
2. Bagaimana pendapat dan penafsiran para ulama terhadap ayat tersebut ?
3. Apa regulasi hukum di indonesia Tentang Kampanye dan pencalonan diri sebagai pejabat ?

C. Tujuan

1. Mengetahui dalil yang menjadi rujukan pelaksanaan Kampanye dan pencalonan diri sebagai
pejabat negara
2. Memahami pendapat dan penafsiran dari ayat tersebut.
3. Mengetahui regulasi hukum tentang kampanye dan pencalonan diri sebagai pejabat di
indonesia.

.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dalil ayat dan Tafsir Para ulama

Dalam persoalan kampanye dan pencalonan diri terdapat dua ayat yang menjadi sumber
rujukan hukum islam yaitu Surah Al-Najm 53:32 dan Surah Yusuf 12:55. Dan beberpa ulama
dalam tafsirnya, adapun bunyi ayat dan tafsiran ulama mengenai ayat ini adalah sebagai
berikut :
a) Surah Al-Najm 53:32

ْ ‫ض َواِذْ اَ ْنت ُ ْم اَ ِجنَّةٌ ِف‬


‫ي‬ َ ْ َ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم اِنَّ َربَّكَ َواسِ ُع ْال َم ْغف َِر ِۗةِ ه َُو اَ ْعلَ ُم ِبكُ ْم اِذْ اَ ْن َشاَكُ ْم مِن‬
ِ ْ‫اْلر‬ ِ ْ ‫اَلَّ ِذيْنَ يَجْ تَنِب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬

‫بُطُ ْو ِن ا ُ َّمهتِكُ ِۗ ْم ف َََل تُزَ ُّك ْْٓوا اَ ْنفُ َسكُ ِۗ ْم ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ِن اتَّقى‬

Artinya :
Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-
kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu,
sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka
janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.

I. Tafsir Al-Misbah

Dalam tafsir Al-Misbah dikatakan bahwa ayat ini menjelaskan sebagian dari sifat-sifat
mereka yang mana pada ayat sebelumya menjelaskan ganjaran bagi mereka yang berbuat baik

.
dalam jabatanya. Adapun sifat sifat yang dijelaskan dalam ayat ini adalah orang yang
sungguh-sunggu menjauhi dosa-dosa besar yakni dosa yang secara khusus disebutkan oleh
Allah SWT atau Rasul atau dosa yang telah ditetapkan oleh allah SWT jenis sanksi hukuman
duniawinya (Had) seperti mencuri dan lain-lain dan menghindari juga perbuatan keji yakni
dosa-dosa besar yang dicela oleh akal dan tabiat manusia tetapi yakni yang sesekali mereka
lakukan dan dapat ditoleransi dari mereka kesalahan-kesalahan kecil. Pengampunan dosa-
dosa kecil yang dilakukan seseorang tanpa meremehkanya itu disebabkan karena
sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya dan Dia juga mengampuni yang besar jika
pelakunya tulus bertaubat.3
Selanjutnya karena boleh jadi ada yang menduga bahwa yang melakukan hal-hal diatas
sudah pasti termasuk kelompok yang dinilai telah berbuat baik dan memperoleh ganjaran yang
terbaik, itu maka ayat ini melanjutkan bahwa : janganlah membanggakan diri kamu. 4
Maka pada penjelasan diatas dapat diketahui bahwa larangan dalam memuji amal dan
menyatakan diri suci, adalah bila diunkapkan dengan rasa bangga dan keyakinan diterimanya
amalnya.5 Sementara manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari dosa entah itu dosa kecil
maupun dosa besar. Dalam tafsir Quraish Syhihab ini disebutkan bahwa dosa kecil dapat
menjadi dosa besar jika dilakukan secara terus-menerus. Yang kemudian dengan bertaubat
maka Allah SWt akan mengampuni, namun hal ini bukan mengisyaratkan kebolehan untuk
berbuat dosa meski itu dosa kecil. Bertaubat juga yang dimaksud dalam tafsir ini adalah
mendekatkan diri kepada-Nya. Namun beda hal jika dalam membanggakan diungkapkan
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT sambil menyadari bahwa hal tersebut diperoleh
karena anugrah-Nya. Dengan demikian maka hal ini tidak dilarang. Larangan itu tertuju
kepada setiap orang, baik dalam kedudukanya sebagi pribadi maupun kolektif, dan dengan
demikian tidak wajar satu suku atau bangsa memuji diri mereka. 6

II. Tafsir Al-Munir


Sesunggunya orang yang berbuat baik yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar seperti
syirik, membunuh, dan memakan harta anak yatim, serta menjahui perbuatan-perbuatan keji

3
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 13, Hlm.428.
4
Ibid, Hlm.428-429.
5
Ibid, Hlm 430.
6
Ibid.

.
atau zinah.7 Dosa besar yang dimaksud adalah setiap dosa yang diancam oleh Allah SWT akan
dimasukan ke neraka jika berbuat dosa tersebut sedangkan perbuatan keji adalah dosa-dosa
besar besar yang teramat buruk dan keji secara akal dan syara yang diancam dengan hukuman
had. Akan tetapi, yang terjadi dari mereka hanyalah dosa-dosa kecil dan amal-amal yang tidak
pantas dan dihina seperti pandangan yang diharamkan dan ciuman.

Imam ahmad, Bukhari dan muslim dalam sahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a
dari Rasulullah saw, beliau bersabda :

ْ ُّ‫ان الن‬
ُ ‫طقُ َوالنَّ ْف‬
‫س تَ َمنَّى‬ ِ ‫الل َس‬ َ َّ‫الزنَا أَد َْركَ ذَلِكَ َْل َم َحالَةَ ف َِزنَا ْال َع ْينَي ِْن الن‬
ِ ‫ظ ُر َو ِزنَا‬ َّ ‫علَى اب ِْن آد ََم َح‬
ِ ‫ظهُ مِ ْن‬ َ ‫َب‬ َ َّ َّ‫ِإن‬
َ ‫َّللا َكت‬

ُ‫صدِقُ ذَلِكَ أَ ْو يُك َِذبُه‬ ُ ْ‫َوتَ ْشتَ ِهي َو ْالفَ ر‬


َ ُ‫ج ي‬

Artinya : “sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan atas anak adam bagianya dari zinah
dan itu pasti menimpanya tidak bisa tidak. Maka zinah mata adalah memandang, zinah lisan
adalah ucapan, sementara nafsu mengharap-harapkan dan hasrat, dan selanjutnya yang
menentukan adalah kmaluan”. 8

Jika melakukan suatu dosa kecil, maka bersegeralah mereka bertaubat dan tidak lagi
melakukan kembali. Penjelasan ini juga dijelaskan pada ayat 31 surah An-Najm atau ayat
sebelumnya.
Al-Hafidz Azh-Zhahabi dalam kitabnya yang berjudul Al-Khabair menyebutkan bahwa
dosa besar sampai tujuh puluh. Ath-thabrani meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a
“Bahwasanya ada seorang laki-laki berkata, kepadanya, “Dosa besar ada Tujuh” lalu
Abdullah bin Abbas r.a, berkata “Dosa-dosa besar lebih dekat kepada angka tujuh ratus
dari padaa ke angka tujuh, hanya saja, tidak ada dosa besar selama diserta istigfar (
bertobat memohon ampun), dan tidak ada namanya dosa kecil selama disertai istigfar, terus
menerus melakukan)”. 9

7
Prof.Dr. Wahba Az Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 14.hlm.153
8
Ibid.
9
Ibid.

.
Kemudian allah SWT memberi ampunan untuk menutupi sikap putu asa yang jika manusia
telah berbuat keji ataupun berbuat dosa hal ini dijelaskan dalam potongan ayat surah An-Najm
yang artinya “sesungguhnya tuhanmu Maha Luas Ampunan-Nya”. Sesungguhnya allah SWT
meliputi segala sesuatu, maghfira, dan ampunanya meliputi dosa-dosa semuanya bagi orang-
orang yang mau bertobat darinya. Dalam potongan ayat lain dari surah An-Najm ini juga Allah
SWT berfirman yang artinya “maka janganlah kamu menganggab dirimu suci, Dialah yang
maha mengetahui tentang orang yang bertakwa”. Oleh karena itu janganlah kalian memuji
diri kalian sendiri dan menyatakan bahwa diri kalian bersih dari noda dan dosa-dosa.
Janganlah kalian memuji diri kalian sendiri karna ada perasaan ujub atau riya.10
Dari ayat ini dapat dipahami sejumlah hal sebagai beriku : 11
1. Segala apa yang dilangit dan bumi adalah kepunyaan dan ciptaan Allah SWT.
2. Sesungguhnya tuhanmu adalah yang paling tahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan dia yang paling tahu tentang siapa yang mendapatkan petujuk, lalu Dia membalas masing-
masing dengan apa yang berhak dan pantas didapatkanya.
3. Sesungguhnya sifat dan ciri-ciri orang-orang yang berbuat baik adalah mereka yang tidak
melakukan dosa-dosa besar seperti syirik yang merupakan dosa terbesar yang mana dosa besar
akan mendapatkan ganjaran masuk neraka jika tidak bertobat.
4. Sesungguhnya Allla SWT Maha luas ampunan-Nya atas dosa-dosa kecil dan dosa-dosa besar
bagi orang-orang yang mau bertobat dari dosa-dosanya dan beristigfar memohon ampun.
5. Allah SWT menegaskan kepada para hamba-Nya bahwa Dia Maha mengetahui segala
keadaan, tingkah laku, perkataan dan perbuatan mereka. Sesungguhnya Alla SWT lebih
mengetahui diri mereka dari pada diri mereka sendiri.
6. Allah SWT melarang manusia menganggab diri sendiri suci dan memuji diri sendiri.
Maksudnya adalah para hambanya tidak bersikap riya dan lebih dekat kepada sikap
kekhusyuan.

III. Tafsir Al-Qurthubi

10
Ibid, hlm.154.
11
Ibid, hlm.155

.
ِ ْ ‫(“ اَلَّ ِذيْنَ َيجْ تَنِب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬Yaitu) orang yang menjauhi
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬
Firman Allah SWT, ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬
dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.” Dalam
penggalan ayat ini dibahas tiga masalah:
ِ ْ ‫اَلَّ ِذيْنَ يَجْ تَنِب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬
Pertama : Firman Allan SWT, ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬
ini adalah na 'at (sifat) kepada orang-orang yang baik. Makzudnya: Mereka tidak pernah
melakukan perbuatan dosa besar, yaitu syirik yang merupakan dosa terbesar.
Al A’msy, Yahla bin Watsab, Hamzah dan Al Kisa'i membaca, kata ‫( ك َٰۤب ِٕى َر‬Kabiira),12
yakni dengan bentuk tunggal.13
Ibnu Abbas r.a menafsirkan ‫اْلثْ ِم‬ ِ ْ ‫ ك َٰۤب ِٕى َر‬dengan syirik ‫ش‬
َ ِ‫ َو ْالف ََواح‬sendiri artinya zinah. Menurut
ِ ْ ‫ ك َٰۤب ِٕى َر‬adalah setiap dosa yang berakhir dengan neraka dan ‫ش‬
Muqatil ‫اْلثْ ِم‬ َ ِ‫ َو ْالف ََواح‬adalah setiap
dosa yang karenanya pelakunya dikenakan hukum Had (Hukum Pidana). Hal ini dijelaskan
dalam Surah An-Nisaa.14 Kemudian dikecualikan dengan “istisna munqathi”(pengecualian
sesuatu yang dikecualikan tidak sejenis dengan apa yang darinya dikecualikan). Yakni sebagai
berikut :
Kedua : Lalu Allah SWT berfirman, ‫" ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬selain dari kesalahan- kesalahan kecil. "
Maksudnya, kesalahan-kesalahan kecil yang tidak bisa dihindari kecuali oleh orang yang telah
dipelihara Allah SWT dan dijaga-Nya. Sebenamya ada silang pendapat tentang makna ‫اللَّ َم َۙ َم‬
Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Asy-Sya'bi berkata ‫ ال َّل َم َۙ َم‬adalah setiap kesalahan selain zina.
Ada lagi yang mengatakan ‫ اللَّ َم َۙ َم‬adalah seseorang melakukan dosa yang tidak akan perna
dilakukanya kembali. Demikian yang dikatakan oleh Nafthawaih. Dia berkata "Orang Arab
biasa mengatakan maa ya ‘tiinaa illa limaaman. Maksudnya fil hiini ba'dal hiini (setiap saat
artinya, tidaklah dia mendatangi kami kecuali setiap saat)." Dia berkata, Bukan disebut Al-
lamam bila tidak berbuat sesuatu. Sebab, orang Arab tidak mengatakan alamma binaa, apabila
hanya menginginkan dan tidak melakukanya" Dalam Ash-Shihhah dijelaskan alamma ar-
rajulu (orang itu berbuat dosa), dari al-lamam,yakni dosa-dosa kecil. Adapula yang
mengatakan bahwa maksud ‫ اللَّ َم َۙ َم‬mendekati maksiat bukan melakukanya.15

12 Ini adalah qira’ah yang mutawattir sebagaimana yang termaktub dalam Taqrib An-Nasyr, hlm 170.
13
Imam Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, jilid 17, hlm.409
14
Ibid.410
15
Ibid.415

.
Atha bin Abi Rabbah berkata, ‫ اللَّ َم َۙ َم‬adalah kebiasaan jiwa setiap saat. “Sa’id bin Musaayyab
berkata “Maksudnya adalah apa yang terlintas didalam hati,” Muhammad bin Ibnul Hanafiah
berkata “Setiap kebaikan atau kejahatan yang kamu inginkan disebut ‫ اللَّ َم َۙ َم‬. Dalail perwakilan
ini adalah sabda Rasulullah SAW, “ Sesungguhnya syaitan itu memiliki keinginan dan
malaikat pun memilii keinginan (Al-Hadis). Hal ini dipaparkan dalam tafsiran surah Al-
Baqarah yang artinya “syaitan menjanjikan (Menakut-nakuti) kamu dengan kemisinan”.
Menurut Al-Qurtubi sendiri ini jauh sekali, sebab dia diampuni dari awal, bukan setelah
disiksa, sebab dia terjatuh dalam dosa itu bukan disengaja. Hal ini dijelaskan dalam surah An-
Nur.
‫ اللَّ َم َۙ َم‬juga berarti sedikit gila. Rajulun Malmuum artinya bihii lamam (pada seorang laki-laki
itu ada sedikit gila). Dikatakan juga, ashaabat fulaana lammatun minal jinn (fulan itu
mengalami kesurupan jin), yakni kesurupan sedikit. 16

Ketiga : Firman Allah SWT, ِ‫“ اِنَّ َربَّكَ َواسِ ُع ْال َم ْغف َِرة‬Sesungguhnya Tuhan Maha Luas
ampunan-Nya”, bagi orang yang bertobat dari dosanya dan memohon ampun. Kemudian pada
kalimat ‫“ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِكُ ْم‬dan Dia lebih mengetahui tentang keadaan) mu” dari diri kalian sendiri. 17

IV. Tafsir Al Azhar


Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah lebih tahu keadaan manusia. Manusia yang normal,
yang badannya sehat tertarik oleh kecantikan perempuan. Semata tertarik saja bernama
"sepintas lalu", bernama "Lamam ". Tertarik yang begini dimaafkan, dan hati-hatilah menjaga
supaya aturan Tuhan jangan sampai terlanggar. "Dan seketika kamu masih janin dalam perut
ibu kamu. " lalah bahwa sejak jadi janin, atau masih jadi bayi dalam kandungan ibu, atau
tatkala masih anak orok, di kala masih di dalam kandungan itu sendiri pun telah ditentukan
akan jadi anak laki-laki atau akan jadi anak perempuan. Ketentuan dalam kandungan ibu itulah
yang akan menentukan tugasnya sebagai manusia setelah lahir ke dunia esok. "Sebab itu
janganlah kamu membersihkan diri, " janganlah mengatakan bahwa engkau sebagai seorang
laki-laki tidak tertarik kepada perempuan dan engkau sebagai perempuan tidak mengharapkan

16 Ibid, hlm.416
17
Ibid, hlm.417

.
kedatangan seorang laki-laki akan jadi ternan hidupmu! Jangan mendustai diri sendiri! "Dia
pun lebih Tahu siapa yang bertakwa. " (ujung ayat 32). Maka dapatlah difahamkan
bahwasanya bertakwa, bukanlah melarang orang beristeri . Nabi Muhammad s.a.w. sendiri
sangat menentang sahabat-sahabat beliau yang hendak bertindak melebihi dari
kesanggupannya. Sampai ada yang berniat hendak puasa terus-menerus setiap hari dan ada
yang bemiat tidak hendak kawin-kawin lagi, sebab mereka merasa dengan cara demikianlah
baru berhasil membersihkan diri. Hal ini dibantah oleh Rasulullah s.a.w., sebagaimana telah
pemah kita uraikan pada Tafsir Juzu' 8. Maka marilah bertakwa dan kawinlah, marilah makan
dan carilah yang halal.18
Pada tafsir Al-Azhar ini memahami bahwasanya arti dari kata Al-lamam ialah terlanjur
berbuat dosa, ketika manusia tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Dalam kamus Al-
Munjid kata Al-lamam adalah gila yang ringan atau sesudut dari gila, yang buat manusia
terlanjur mendekati dosa teteapi tidak sampai terperosok;dosa kecil. 19 Pandapat ini mengacu
pada keterangan Ibnu talhah yang diterimanya dari Ibnu Abbas arti Lamam adalah dosa yang
telah terlanjur, bukan dosa yang sepintas lalu, Mujahid mengartikan kata lamam telah terlanjur
berbuat dosa kemudia bertaubat atas dosa yang telah dilakukan.

V. Tafsir Ath-Thabari
ِ ْ ‫( اَلَّ ِذيْنَ َيجْ تَ ِنب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬yaitu : orang-orang yang menjauhi dosa
Takwil firman Allah SWT : ‫اْلثْ ِم‬
besar).20
Abu Ja’far berkata : Makna ayat ini adalah, orang-orang yang taat adalah orang-orang yang
menjauhkan diri dari perbuatan dosa-dosa besar yang telah dilarang dan diharamkan oleh allah
SWT, dan mereka tidak mencoba untuk dekat-dekat dengan hal-hal yang menyebabkan dosa-
dosa besar.
Takwil firman Allah SWT : (‫ش‬ ْ Perbuatan keji.
َ ِ‫)الف ََواح‬
Abu Ja’far berkata : Makna ayat ini adalah, perbuatan zinah keji lainya yang hukumanya
secara badariah telah ditetapkan (Had).21
Takwil firman Allah SWT : (‫ )ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.

18
Prof. Dr. Hamka Tafsir Al-Azhar Vol.9, hlm.7004-7005
19
Ibid, hlm.7008-7009
20
Imam Thabari, Tafsir Ath-Thabari vol.24, hlm.167
21
Ibid.

.
Abu Ja’far berkata : Para ahli tafsir berlainan pendapat ketika memakai partikel ‫ ا َِّْل‬pada
ayat ini.22
Sebagian mengatakan bahwa maknanya adalah pengecualian yang terpisah dari kalimat
sebelumnya. Makna aat ini adalah, mereka merupakan orang-orang yang menjauhkan diri dari
perbuatan dosa besar dan keji, kecuali mereka melakukan dosa besar dan keji pada masa
jahiliah, sebelu, mereka masuk agama islam, AllahSWT mengampuni dosa;dosa tersebut dan
tidak memasukanya kedalam catatan perpuatan buruk yang mengakibatan hukuman bagi
mereka.23
Kemudian dua diantara mereka yang berpendepat demikian memperkuat penafsiran
mereka dengan menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini :

a. Ali menceritakan kepadaku, ia berkata : Abu Shaleh menceritakan kepada kami, ia berkata :
Mu’awiyah menceritakan kepada kami dari Ali, Abbas, mengenai firman Allah SWT, َ‫اَلَّ ِذيْن‬
ِ ْ ‫( يَجْ تَنِب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬yaitu) “orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬
‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬
perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil” ia berkata “Maksudnya adalah,
kecuali dosa-dosa itu dilakukan pada masa lalu. 24
b. Ya’qub menceritakan kepadaku, ia berkata : Ibnu Ulayah menceritakan kepada kami dari
Ayyasy, dari Ibnu Aun, dari Muhammad, ia berkata : seorang laki-laki pernah bertanya pada
ِ ْ ‫ “ اَلَّ ِذيْنَ َيجْ تَ ِنب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬yaitu orang
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬
Zaid bin Tsabit tentang firman Allah SWT ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َۙ َم‬
yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil” ia
menjawab, “Telah diharamkan oleh Allah SWT untuk melakukan perbuatan keji, baik yang
nyata maupun yang tersembunyi.25

Sebagian ulama yang menafsirkan partikel ‫ ا َِّْل‬pada ayat ini, seperti yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas tadi, mengatakan bahwa tidak ada satu pun dosa yang
ditoleransikan atau diizinkan untuk diperbuat. Oleh karena itu, pengecualian di sini bukanlah
pengecualian dari jans yang sama, bukan dari jenis dosa-dosa besar dan bukan dari jenis

22 Ibid.
23
Ibid.
24
Al Mawardi dalam An-Nukat wa Al Uyun (5/401).
25
As-Suyuthi dalam Ad-Durr Al Mantsur (7/657).

.
perbuatan keji, akan tetapi pengecualian dari jenis lain, seperti yang disebutkan pada syair
sebagai berikut :

“Di negeri ini tidak ada lagi manusia ramah, kecuali

beberapa lembu dan beberapa mata”. 26

Pada syair ini disebutkan bahwa di negeri tersebut tidak ada manusia yang pernah,
yang ada hanyalah lembu dan unta, dan keduaya bukan dari jenis manusia. 27

Pendapat Ath-Thabari mengenai hal ini dinyatakan oleh para ahli tafsir.salah satu
diantara mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini :

Muhammad bin abdul A’la menceritakan kepada kami. Ia berkata : Muhammad bin
Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma’mar, dari Al A’many, dari Adh-Dhuha, ia
mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud pernah berkata, “zinah mata terjadi melalui pandangan, zinah
bibir terjadi melalui kecupan, zinah tangan terjadi ketika bertindak dengan tangan, zinah kaki
terjadi ketika meangkah (untuk melakukan perbuatan keji). Kesemua itu tergantung
pembenaran dari keadaan, jika dilanjutkan maka orang itu disebut dengan Zaani (Pezinah),
namun jika tidak maka orang itu hanya disebut dengan Lamam. 28

Sebagian dari ulama lain berpendapat bahwa pengecualian pada ayat ini merupakan
pengecualian yang sebenarnya (Pengecualian yang terhubung dengan kalimat sebelumnya ;
istisna munfasil). Makna ayat tersebut, mereka adalah orang-orang yang menjauhkan diri dari
perbuatan dosa besar dan perbuatan keji, kecuali telah dilakukan kemudian disesali dengan
bertaubat.

Salah satu sependapat demikian memperkuat penafsiranya dengan menyebutkan


riwayat-riwayat misalnya :

Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami dari Auf, dari hasan, mengenai firman
ِ ْ ‫“ اَلَّ ِذيْنَ َيجْ تَنِب ُْونَ ك َٰۤب ِٕى َر‬yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa
َ ِ‫اْلثْ ِم َو ْالف ََواح‬
Allah SWT ‫ش ا َِّْل اللَّ َم َم‬

26 Lihat Ad Diwan (hal.111) dan Majat Al Quran (2/237).


27
Keterangan ini disampaikan oleh Abu Ubaidah dalam Majas Al Quran (2/237)
28
HR.Al Hakim dalam Al Mustadrak(2/510) secara Mauquf, ia berkata, “Hadits ini Sahih menurut Syarat Asy-Syaidani
(Bukhari-Muslim), Namun keduanya tidak menyebutkan dalam kitab-kitab mereka. Telah disepakati oleh Adz-
Dzahabi.”Al Baihaqi dalam Asy-Syu’aib Al Imam (5/393).

.
besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil” ia berkata, Lammah
bisa terjadi pada diri seseorang dari perzinaan, pencurian, atau meminum minuman keras,
namun perbuatan itu tidak diulanginya lagi. 29

Kemudian pada takwil kalimat berikutnya lanjutan dari kalimat ayat yang
sebelumnya : ‫ي بُطُ ْو ِن ا ُ َّمهتِ ُك ْم‬
ْ ِ‫ض َواِذْ اَ ْنت ُ ْم اَ ِجنَّةٌ ف‬ َ ْ َ‫“ ه َُو اَ ْعلَ ُم بِكُ ْم اِذْ اَ ْن َشاَكُ ْم مِن‬Dan Dia lebih mengatahui
ِ ْ‫اْل ر‬
tentang keadaanmu ketika dia menjadikan amu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam
perut ibumu”.

Abu Ja’far berkata : Makna ayat ini adalah, Allah SWT lebih mengetahui mana
orang-orang yang kafir, mana orang-orang yang baik diantara kamu dan mana orang-orang
yang buruk, mana orang-orang yang tidak taat diantara kamu dan mana orang-orang yang
selalu menantang. Allah SWT mengetahui itu semua sebelum kamu diciptakan, yang diawali
penciptaan Adam a.s dari tanah, lalu keturunan-keturunan setelahnya diciptakan dari janin
dalam perut seorang ibu.30

Ayat selanjutnya ‫“ ف َََل تُزَ ُّك ْْٓوا اَ ْنفُ َسكُ ْم‬Maka janganlah kamu mengatakan diri kamu
suci”. Abu Ja’far berkata : Makna ayat ini adalah janganlah kalian mengukrarkan
(Mengatakan) bahwa jika kalian bersih dan terbebas dri segala dosa dan kemaksiatan. 31 Makna
ini sesuai dengan makna yang disebutkan pada riwayat Ibnu Humaid menceritakan kepada
kami, ia berkata: Mahran Menceritakan Kepada kami dari sufyan, ia berkata : Ketika Zaid bin
Aslam Menafsirkan firman Allah SWT ‫“ ف َََل تُزَ ُّك ْْٓوا اَ ْنفُ َسكُ ْم‬Maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci” ia mengatakan bahwa maknanya adalah janganlah kamu merasa bersih (Tidak
pernah bersalah).32

Kemudian takwil kalimat akhir ayat ini : ‫“ ه َُو اَ ْع َل ُم بِ َم ِن اتَّقى‬Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa”. Abu Ja’far berkata : Pada ayat ini Allah SWT
berfirman kepada Nabi SAW: Wahai Muhammad, Tuhanmu lebih mengetahui siapa saja

29 Riwayat yang serupa disebutkan juga oleh Al Mawardi dalam An Nukat wa Uyun (5/400) dari Al Hasan
30
Imam Thabari, Tafsir Ath-Thabari vol. 24, hlm.182
31
Ibid, hlm.183
32
Ibid.

.
hamba-hamba-Nya yang takut terhadap hukuman-Nya yang membuat mereka menjauhi diri
dari erbuatan maksiat.33

b) Q.S Yusuf Ayat 55.

َ ٌ‫ي َح ِف ْيظ‬
‫ع ِل ْي ٌم‬ ِۚ ِ ْ‫على خَزَ ٰۤا ِٕى ِن ْاْلَر‬
ْ ِ‫ض اِن‬ ْ ِ‫قَا َل اجْ عَ ْلن‬
َ ‫ي‬
Artinya :
Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

I. Tafsir Al-Munir
Yang dimaksud raja disini, menurut pendapat yang kuat adalah raja tertinggi mesir,
bukan Al-Aziz. Raja tersebut bernama Rayyan bin Al-Walid. Dia yang meminta Yusuf a.s
dari Al-Aziz untuk menjadi bendahara negara. 34Maksud ayat ini adalah, sang raja berkata,
“Datangkan Yusuf dari Penjara untuk aku jadikan orang kepercayaanku”. Setelah raja
melihat sendiri keilmuan, Ahlak, dan kecerdasan yusuf, ia berkata, “Mulai hari ini dan
seterusnya, engkau akan mendapatkan kepercayaan, kemuliaan dan kedudukan tinggi dalam
pemerintahanku serta menjabat sebagai bendahara negara”.35
Menurut suatu riwayat, setelah keluar dari penjara. Yusuf a.s mandi, memakai baju
baru dan parfum. Ketika menghadap raja, ia berdoa, “ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari
kebaikan sang raja, dan aku memohon perlindungan dengan kemuliaan dan kekuatan-Mu dari
keburukanya,” rajapun bertanya bahasa apa ini ?” Yusuf a.s menjawab, “bahasa pamanku,
Nabi Ismail.” Yusuf a.s berkata kepada raja jadikanlah aku sebagai bendahara negara yang
menguasai ahram kala itu ahram digunakan untuk menyimpan hasil bumi agar perekonomian
negara tetap seimbang saat subur dan paceklik. Agar aku dapat menyelamatkan negara dari

33
Ibid.
34
Prof.Dr. Wahba Az Zuhaili, Tafsir Al Munir, Jilid 7, hlm.34
35
Ibid.

.
kelaparan yang mengancam penduduknya berdasarkan mimpi yang telah anda lihat. Aku
meminta jabatan ini arena aku pandai menjaga dan berpengetahuan. Ucapan yusuf ini sebagai
isyarat atas pentingnya perencanaan, pengaturan ekonomi, dan keseimbangan antara
pendapatan dan pengeluaran. 36

Kemudian ayat ini juga memberikan beberapa petunjuk mengenai fiqih kehidupan
atau hukum-hukum sebagai berikut : 37
1. Dialog adalah sarana untuk saling memahai dan mengenal sesama manusia beserta ilmu
pengetahuanya. Yang berkat dialog ini akan membuat seseorang mengetahui dan menimbang
kualitas seseorang.
2. Penggabungan elemen yang sempurna dari ilmu, ahlak, adab dan perilaku yang akan
membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dan kemuliaan.
3. Boleh hukumnya bagi seseorang untuk meminta kekuasaan dan menunjukan kesiapanya
dalam memimpin jika tujuanya untuk mengenalkan kepada orang yang belum tahu. Namun
ada beberapa catatan bahwa orang tersebut dapat dipercaya, agamanya kuat, dan sangat
berkompeten dibidang yang dia minta. Kemudian larangan Rasullulah SAW terhadap
Abdurrahman bin Samrah dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, “janganlah kamu
meminta kekuasan”, maksudnya, larangan bagi orang yang tidak yakin atas kemampuanya
memegang kekuasaan karena suatu alasan, baik karena lemah maupun hal lainya. Dan juga
larangan terhadap memuji diri sendiri telah dijelaskan dalam surah An-Najm ayat 32 (Dan
janganlah kamu menganggab dirimu suci).
4. Boleh hukumnya bagi seorang yang alim bekerja pada seorang yang fasiq ataupun raja yang
kafir jika memang tidak ada jalan lain untuk menegakkan kebenaran kecuali melalui orang
fasik tersebut. kemudian juga jika raja tersebut zalim maka ada dua pendapat pertama ulama
tersebut tetap bekerja jika ia tetap dalam kebenaran kedua tidak boleh jika turut membantu
kezaliman.
5. Seseorang boleh mengenalkan dirinya kepada orang lain tentang ilmu, kemampuan, dan
keahlian lainya yang dimiliki jika memang keadaan mengharuskanya seperti untuk melamar
pekerjaan dan sejenisnya.

36 Ibid.
37
Ibid, hlm.34-35

.
6. Firman Allah SWT yang kesaksianya dari allah bahwa Nabi Yusuf a.s termasuk orang-orang
yang berbuat baik.
7. Allah SWT melimpahkan rahmat, kebaikan dan kemuliaan kepada yusuf karena kesabaran
dan ketakwaanya.
8. Pahala di akhirat dan pemberian Allah SWT di surga lebih banyak dan lebih besar
dibandingkan dengan kenikmatan dunia dan seisinya bagi orang mukmin dan bertakwa.

Dengan demikian ayat ini mengandung dua kesaksian dari Allah SWT atas nabi
Yusuf a.s Pertama, kesaksian bahwa Nabi Yusuf a.s termasuk orang yang baik kemudian yang
kedua, kesaksian Nabi Yusuf a.s termasuk orang mukmin yang bertakwa.

II. Tafsir Al Misbah

Dalam tafsir Al Misbah penjelsan ayat ini adalah setelah terbukti secara gamblang
bagi Raja Kebenaran Yusuf a.s, dan kezaliman yang menimpanya sehingga terpaksa
mendekam dalam penjara sekian tahun lamanya, dan diketahuinya pula betapa baik dan luhur
sikap dan kelakuanya dalam penjara, ditambah lagi kepuaasan raja mendengar penjelasan
Yusuf a.s tentang makna mimpinya, yang kemudian raja tanpa ragu bertitah kepada petugas
yang dia tunjuk, “Bawalah dia kepadaku, agar aku memilihnya untukku saja sebagai orang
terdekat kepadaku dan kujadikan penasihat dan pembantuku dalam memutar roda
pemerintahan”.38

Beberapa ulama berdasarkan riwayat mengilustrasikan bahwa ketika terlaksana


pertemuan antara Raja dan Yusuf a.s, Raja meminta Yusuf a.s untuk menguraikan makna
mimpinya . sambil menjelaskanya, Yusuf a.s mengusulkan kepada Raja memerintahkan untuk
mengumpulkan makanan dan meningkatkan upaya pertanian ketika itulah Raja bertanya,
“Siapa yang dapat melaksanakan semua itu”, maka Yusuf a.s menjawab : “jadikanlah aku
bendahara negara”.39

Ayat ini mendahulukan kata ٌ‫( َح ِف ْيظ‬pemeliharaan) dari pada kata ‫ع ِل ْي ٌم‬
َ
(berpengetahuan).40 Maksudnya adalah pemeliharaan amanah lebih diutamakan daripada
berpengetahuan karena seseorang yang memelihara amanah dan tidak berpengetahuan akan

38 Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah jilid 6,hlm.483


39
Ibid, hlm.484
40
Ibid

.
terdorang untuk merai pengetahuan yang belum dimilikinya. Sebaliknya seseorang yang
berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah, bisa jadi orang itu akan memanfaatkan
pengetahuanya untuk mengkhianati amanah. Hal ini serupa dengan penjelsan surah Al-
Baqarah yang mendahulukan keadilan dari pada pengetahuan mengenai pencatatan hutang-
piutang.

Permintaan jabatan yang diajukan oleh Yusuf a.s kepada raja di atas tidaklah
bertantangan dengan moral agama yang melarang seseorang meminta jabatan, permintaan
tersebut lahir atas dasar pengetahuanya bahwa tidak ada yang lebih tepat dari dirinya sendiri
dalam tugas tersebut. Dan tentu saja motivasinya adalah menyebarkan dakwah ilahiah,
demikian jawaban mayoritas ulama.

Yang jelas pada ayat ini adalah dapat dijadikan dasar bahwasanya boleh bagi
seseorang mencalonkan diri guna menempati suatu jabatan dalam kepemerintahan tertentu
atau berkampanye untuk dirinya, selama motivasinya adalah untuk kepentingan masyarakat,
dan selama dia merasa dirinya memiliki kemampuan untuk jabatan itu. 41

III. Tafsir Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid
Nabawi

Makna kata :
ِ ‫ )خَزَ آْئ ِِن أٱۡل َ أر‬khazaainil ardh : kekayaan negeri Mesir. (‫علِيم‬
(‫ض‬ َ ٌ‫ ) ِإنِي َحفِيظ‬innii hafiizhun ‘aliim :
aku mampu menjaga titipanmu, dan mampu mengelolanya.
Makna ayat :
َ ‫)قَا َل ٱجأ عَ ألنِي‬
ِ ‫علَى خَزَ آْئ ِِن أٱۡل َ أر‬
Maka Yusuf menjawab sebagaimana yang Dia kabarkan ( ‫ض‬
“Jadikanlah aku bendaharawan negeri.” yaitu Mesir, menggantikan posisi Al-‘Aziz yang
telah meninggal pada masa itu.
Kemudian menjelaskan sebab permintaannya untuk menjabat kementrian
َ ٌ‫ )إِنِي َحفِيظ‬aku bisa menjaga dan mengatur
keuangan dan ekonomi dengan perkataannya, (‫علِيم‬
hal yang diberikan kepadaku, pandai dalam pengaturan dan management suatu perkara.

41
Ibid hlm.845

.
Pelajaran dari ayat : Bolehnya menyebutkan keahlian orang yang dicalonkan untuk
suatu pekerjaan, dan ini tidak termasuk pensucian diri.42

IV. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir Negeri
Suriah.
Yusuf berkata kepada sang raja: “Jadikanlah aku penanggung jawab gudang harta Mesir.
Sesungguhnya aku sangat baik dalam menjaga dan mengontrol kemaslahatan harta tersebut
serta memiliki keilmuan dalam hal itu”. 43

V. Tafsir Jalalain
Berkatalah ia) Nabi Yusuf ("Jadikanlah aku bendaharawan negeri ini,) yakni negeri
Mesir (sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.") orang
yang mempunyai keahlian dalam hal perbendaharaan. Menurut suatu pendapat ditakwilkan,
bahwa Nabi Yusuf pandai dalam hal menulis dan menghitung. 44

c) Regulasi hukum di indonesia Tentang Kampanye dan pencalonan diri sebagai pejabat
negara.
Pada negara indonesia terkait tentang kampanye di atur dalam Peraturan komisi Pemilihan
Umum Republik Indonesia nomor 23 Tentang Kampanye Pemilihan umum yang mana
peraturan ini melaksanakan ketentuan pasal 277 ayat (6), pasal 279 ayat (1), pasal 281 ayat
(3) dan pasal 298 ayat (5) Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 Tentang pemilihan Umum. 45
Pada peraturan ini berisikan tentang mekanisme kampanye dan materi kampanye yang
akan dikampanyekan atau ditampilkan kepada masyarakat dimuat pada BAB III Materi
Kampanye pasal 19 sampai pasal 22. Pada intinya prinsip kampanye dalam peraturan ini ada
pada pasal 5 nomor 1 ( kampanye dilaksanakan berdasarkan prinsip jujur, terbuka dan
dialogis).

42 https://tafsirweb.com/3793-surat-yusuf-ayat-55.html
43 https://tafsirweb.com/3793-surat-yusuf-ayat-55.html
44
https://tafsirq.com/
45
https://jdih.kpu.go.id/

.
Kemudian tentang pencalonan diri terdapat pada Peraturan Komisi pemilihan Umum
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020. 46

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahwa kampanye dan penycalonan diri terhadap jabatan politik menurut tafsir Q.S
An-Najm ayat 32 dan Yusuf ayat 55 adalah sebuah bentuk dialektika antara Manusia terhadap
manusia, manusia terhadap Allah SWT dan Manusia terhadap Tangung jawabnya. Yang mana
proses semua dialektika ini telah Allah SWT batasi pada Firmanya “Dan janganlah kamu
menganggab dirimu suci” maksudnya adalah sebagai manusia kita tentunya tidak dapat
menghindari diri kita dari kesalahan dan dosa sehingga Allah SWT melarang kita
mendeklarasikan diri kita suci.
Kemudian dalam proses pencalonan diri sebagai pejabat negara dalam islam ialah
dibolehkan, dengan memahami Surah Yusuf ayat 55 dimana Nabi Yusuf di katakan dalam
Ayat tersebut menawarkan diri sebagai bendahara kerajaan. Akan tetapi yang perlu kita
pahami dalam ayat ini adalah ketika Nabi Yusuf yang Akan di Angkat Sebagai Penasihat Raja
dengan mengatakan bahwa Dirinya ahli dalam bidang Penyimpanan Persediaan makanan dan
hasil bumi Kerjaan sehingga ia menawarkan diri sebagai bendahara maksudnya adalah dalam
pencalonan diri sebuah Keahlian yang dimiliki haruslah pada bidang yang sesuai dan yang
diutamakan adalah Amanah ketimbang Pengetahuan.

Di negara indonesia terkait tentang pencalonan diri dan kampanye telah di atur
dalam Peraturan komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia nomor 23 Tentang Kampanye
Pemilihan umum dan tentang pencalonan ada pada Peraturan Komisi pemilihan Umum
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020.

46
https://www.dpr.go.id/

.
Daftar Pustaka

Ashlubi Muhammad, Prespektif Hukum Islam Terhadap Pencalonan dan Kampanye untuk
Jabatan Politik. Jurnal Ilmiah Syariah, Volume 15, Nomor1,Januari Juni 2016.
Shihab Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jilid 13

Prof. Dr. Az Zuhaili Wahba , Tafsir Al-Munir, Jilid 14.

Qurtubi Imam, Tafsir Al-Qurtubi, jilid 17.

Prof. Dr. Hamka Tafsir Al-Azhar Volume 9.

Thabari Imam, Tafsir Ath-Thabari Volume 24.

Prof. Dr. Az Zuhaili Wahba, Tafsir Al Munir, Jilid 7.

Shihab Quraish, Tafsir Al Misbah jilid 6.

https://tafsirweb.com/3793-surat-yusuf-ayat-55.html

https://tafsirq.com/

https://jdih.kpu.go.id/

https://www.dpr.go.id/

Anda mungkin juga menyukai