Anda di halaman 1dari 107

Nuraini

Analogi Qur’ani
Aneka amsal pada surat Al-baqarah

Editor : Abd. Wahid


Nuraini, M.Ag

ANALOGI QUR’ANI:
Aneka Amsal pada Surat Al-Baqarah

Penerbit: SEARFIQH Banda Aceh


2017
Analogi Qur’ani: Aneka Amsal pada Surat Al-Baqarah, Penulis:
Nuraini, M.Ag, Editor: Dr. Abd. Wahid, M.Ag, Penerbit:
SEARFIQH Banda Aceh.

Penulis:
Nuraini, M.Ag

Editor:
Dr. Abd. Wahid, M.Ag

Design Sampul:
Mirza Fuadi

Cetakan I, Zulqa’dah 1438 H / Agustus 2017 M


ISBN: 978-602-1027-31-8

Diterbitkan Oleh:
Forum Intelektual al-Qur’an dan Hadits Asia Tenggara
(SEARFIQH), Banda Aceh
Jl. Tgk. Chik Pante Kulu No. 13 Dusun Utara,
Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, 23111
HP. 08126950111
Email: searfiqh@yahoo.com; penerbitsearfiqh@gmail.com
Website: al-muashirah.com

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt dengan segala


rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan buku
dengan judul Analogi Qur’ani; Aneka Amsal pada Surat Al-
Baqarah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Saw yang kehadirannya menjadi rahmat sekalian
alam.
Analogi dalam Al-Qur’an mencakup dalam bidang
Aqidah, Hukum, metode penetapan hukum, serta dalam bidang
sosial, dan lain sebagainya. Tujuan Analogi antara lain untuk
menggugah hati manusia kepada keimanan dengan pendekatan
yang menyentuh batin manusia.
Proses penyelesaian buku ini penulis sadari tidak akan
mencapai tahap finishing tanpa peran dan bantuan berbagai
pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak terutama kepada Bapak Dr. Abd.
Wahid, M.Ag, selaku editor buku ini, dan pihak penerbit dalam
hal ini team Divisi penerbitan SEARFIQH Banda Aceh, yang
selalu mendorong penulis untuk dapat menyelesaikan tulisan ini.

iii
Tanpa dorongan tersebut tentu saja buku ini tidak akan pernah
hadir ke tangan pembaca.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam penerbitan buku ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan masukan dan kritik konstruktif pembaca untuk
kesempurnaan buku ini ke depan. Semoga bermanfaat dan
menjadi amal yang diridhai Allah Swt. Amiin

Banda Aceh, 2 Agustus 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR / iii


DAFTAR ISI/ v

BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN/ 1
A. Latar Belakang / 1
B. Definisi Operasional / 6
C. Pembatasan Kajian /9
D. Sistematika Kajian / 12

BAGIAN KEDUA
SEKITAR AMTSAL DALAM Al-QUR’AN
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an / 15
B. Pendapat Ulama tentang Amtsal Al-Qur’an / 23
C. Dalil-Dalil tentang Amtsal Al-Qur’an / 27
D. Macam-macam Amtsal dan Faedahnya dalam Al-Qur’an / 33

BAGIAN KETIGA
AMTSAL DALAM SURAT Al-BAQARAH
A. Amtsal tentang Akidah / 51
B. Amtsal tentang Hukum / 74
C. Amtsal tentang Metode Dakwah / 83
D. Amtsal tentang Shadaqah / 86

v
BAGIAN KEEMPAT
PENUTUP
A. Kesimpulan / 93
B. Rekomendasi / 94

DAFTAR PUSTAKA /95

vi
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu amtsal ul qur'an adalah salah satu cabang
dari ulumul qur'an, dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah analogi. Hakikat-hakikat yang tinggi
makna dan tujuannya akan lebih menarik jika
dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan
mendekatkan pada pemahaman melalui analogi dengan
sesuatu yang telah diketahui secara yakin.

>>1<<
Tamtsil merupakan kerangka yang dapat
menampilkan makna-makna dalam benak yang hidup
dan mantap dalam pikiran, dengan cara menyerupakan
sesuatu yang ghaib dengan yang hadir, dan dengan
menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa.
Dengan tamtsil lebih dapat mendorong jiwa untuk
menerima makna yang dimaksud dan membuat akal
lebih puas dengannya. Dan tamtsil adalah salah satu uslub
qur'an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan
segi-segi kemukjizatannya.
Tamtsil te rdapat juga da lam hadits Nabi
SAW. yang d i r i w a y a t k a n d a r i A b u H u r a i r a h
r.a.:

‫ » أﻋﺮﺑﻮا‬: ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬: ‫ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل‬


‫ ﻓﺈن اﻟﻘﺮآن ﻧﺰل‬. ‫ وﻏﺮاﺋﺒﻪ ﻓﺮاﺋﻀﻪ وﺣﺪودﻩ‬، ‫اﻟﻘﺮآن واﺗﺒﻌﻮا ﻏﺮاﺋﺒﻪ‬
. ‫ وأﻣﺜﺎل‬، ‫ وﻣﺘﺸﺎﺑﻪ‬، ‫ وﳏﻜﻢ‬، ‫ وﺣﺮام‬، ‫ ﺣﻼل‬: ‫ﻋﻠﻰ ﲬﺴﺔ أوﺟﻪ‬
،‫ وآﻣﻨﻮا ﺑﺎﳌﺘﺸﺎﺑﻪ‬،‫ واﺗﺒﻌﻮا اﶈﻜﻢ‬،‫ واﺟﺘﻨﺒﻮا اﳊﺮام‬،‫ﻓﺎﻋﻤﻠﻮا ﺑﺎﳊﻼل‬
‫واﻋﺘﱪوا ﺑﺎﻷﻣﺜﺎل‬
Artinya: "Baihaqi telah meriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: se-
sungguhnya al-Qur'an itu diturunkan dalam
lima bentuk; halal, haram, muhkam, mutasyabih,
dan amtsal . Maka beramallah d e n g a n y a n g
h a l a l , j a u h i l a h y a n g h a r a m , ikutilah yang

>> 2 <<
muhkam, berimanlah dengan yang m u t a s y a b i h
d a n a m b i l l a h p e l a j a r a n d a r i amtsal .1

Berdasarkan hadits tersebut di atas dapatlah


dipahami bahwa amtsal merupakan salah satu cara
untuk memp e rmuda hkan b a gi ma nusia dala m
me n ga mbi l p e laja ran da ri al-Our'anul Karim.
Az-Za rkasyi mengutip pen dapat
Zamakhsya ri yan g mengatakan: Adapun tujuan
perumpamaan itu adalah untuk me n gun gkap kan
a ta u me mpe rj e laska n ma kn a, men de ka t ka n hal-
hal yang masih diragukan untuk diyakini. Per -
umpamaan d a n y a n g d i u m p a ma k a n d e n g a n n y a
b i a sa n y a sama, kalau bernilai mulia
perumpamaan dengan yang bernilai mulia pula,
demikian sebaliknya hal yang hina akan diumpama-
kan dengan yang hina pula. 2
Alla h se ri n g me mb ua t p e rump a ma a n Iman
dalam al-Qur'an mengumpamakannya dengan air,
dan mengumpamak a n n y a dengan api, di-
u m p a m a k a n d e n g a n a i r k a r e n a d i dalamnya ada
kehidupan, dengan api karena di dalamnya ada cahaya

1Badaruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi, al-Burhan

Fl 'Ulumul Our'an, Cet. I, Dar al-Ha'ia-i al-Kutub al-Arabiyah, jilid I, hal.


486.
2Ibid., hal. 488.

>> 3 <<
dan penjelasan. Oleh sebab itu, Allah menamakannya
dengan Ruh karena di situ ada kehidupan dan
menamakannya Nur karena di dalamnya ada
penerangan. 3
Di dalam surat Ar-Ra'du ayat 17 Disebutkan:

‫َﺖ أ َْوِدﻳَﺔٌ ﺑَِﻘ َﺪ ِرﻫَﺎ ﻓَﺎ ْﺣﺘَ َﻤ َﻞ اﻟ ﱠﺴْﻴ ُﻞ َزﺑَﺪًا رَاﺑِﻴًﺎ‬ْ ‫أَﻧْـﺰََل ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء ﻣَﺎءً ﻓَﺴَﺎﻟ‬
‫ِب‬
ُ ‫ﻀﺮ‬ ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫َﺎع َزﺑَ ٌﺪ ِﻣﺜْـﻠُﻪُ َﻛ َﺬﻟ‬
ٍ ‫وَﳑِﱠﺎ ﻳُﻮﻗِﺪُو َن َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر اﺑْﺘِﻐَﺎءَ ِﺣ ْﻠﻴَ ٍﺔ أ َْو َﻣﺘ‬
‫س‬َ ‫َﺐ ُﺟﻔَﺎءً َوأَﻣﱠﺎ ﻣَﺎ ﻳـَْﻨـ َﻔ ُﻊ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫اﻟﻠﱠﻪُ اﳊَْ ﱠﻖ وَاﻟْﺒَﺎ ِﻃ َﻞ ﻓَﺄَﻣﱠﺎ اﻟﱠﺰﺑَ ُﺪ ﻓَـﻴَ ْﺬﻫ‬
‫َﺎل‬
َ ‫ِب اﻟﻠﱠﻪُ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬ ُ ‫ﻀﺮ‬
ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫ْض َﻛ َﺬﻟ‬ِ ‫ُﺚ ِﰲ ْاﻷَر‬ ُ ‫ﻓَـﻴَ ْﻤﻜ‬

Artinya: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari


langit maka mengalirlah air di lembah-
lembah menurut ukurannya, maka arus itu
membawa buih yang mengambang dan dari
apa (logam) yang m e r e k a l e b u r d a l a m
a p i u n t u k m e m b u a t perhiasan atau alat-
alat ada (pula) buihnya se p e rt i b ui h a rus
i t u. De mi ki a n la h Alla h membuat per--
umpamaan-perumpamaan (bagi) yang benar
dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang
sebagai sesuatu yang tak ada harganya; ada-
pun yang, memberi manfaat bagi manusia
maka ia tetap di bumi demikianlah
A l l a h membuat perumpamaan-perumpamaan.

3 Ibid., hal. 493.

>> 4 <<
Allah men gumpa m akan dengan ai r yang
turun da ri langit lalu mengalir di lembah-lembah
dan sungai-sungai demikianlah keadaannya ilmu
dan iman yang menjadi subur bagi kehidupan
manusia yang memberi banyak sumbangan.
Yang benar sama dengan air dan logam
murni, yang bathil sama dengan buih air atau tahi
logam yang lenyap dan tidak ada gunanya bagi
kehidupan manusia. 4
Dengan menggun akan kata -kata yan g
menarik lagi indah akan mendorong orang yang
diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal
serta mendekatkan pada pem a h a m a n . Amtsal
b a g i m a n u s i a s a n g a t b e s a r s e k a l i faedahnya.
Namun, ada sebagian dari ayat-ayat amtsal yang
kurang mendapat perhatian dari mufassir bahkan ada
yang hanya menafsir-kan sekedarnya tanpa
menguraikan lebih lanjut makna yang terkandung di
dalam matsal tersebut.
Karena itu penulis bermaksud untuk mengadakan
study tentang ilmu amtsal al-Qur'an yang secara khusus
penulis i n g i n m e n g k a j i a m t s a l yang terdapat di

4Az-Zarkasyi, Al-Burhan…, hal. 486.

>> 5 <<
d a l a m s u r a t al-Baqarah. Serta bagaimana sikap atau
pandangan pars mufassir terhadap ayat-ayat amtsal
khususnya pada surah al-Baqarah, yang akan dianalisis
lewat tafsirnya.
Diharapkan lewat kajian ini dapat diketahui
tujuan d a n f a e d a h a m t s a l t e r s e b u t k h u s u s n y a
p a d a s u r a h al-Baqarah.

B. Definisi Operasional
Untuk menghindari supaya jangan terjadi
kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah dalam
tulisan ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah
berikut.
1. Analogi
Kata analogi dalam Kamus Latin Indonesia
adalah "hal sebanding, sama; sejalan; sekilas.5 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata analogi berarti
"persamaan atau persesuaian antara dua benda atau
hal yang berlainan; Bias". Menganalogikan berarti

5K. Prent c.m, J. Adi Subrata, W.J.S. Poerwadarminta , Kamus


Latin Indonesia, Jajasan Kanisius, Semarang, 1996, hal. 47.

>> 6 <<
membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh
yang sudah ada. 6
Berdasarkan kutipan tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa analogi adalah persamaan atau
persesuaian antara satu benda dengan benda yang
lain, membuat bentuk kata yang baru dengan
mencontohkan bentuk yang sudah ada.
Dalam hal ini, analogi yang penulis maksudkan
adalah menyerupakan sesuatu -Yang tersembunyi
dengan yang terang, yang hadir dengan yang
ghaib, yang tidak bisa diinderai dengan yang bisa
diinderai untuk memudahkan dalam memahami
sesuatu, misalnya diumpamakan al-Iman dengan nur
yang menggambarkan terangnya hati, dan kekafiran itu
diumpamakan dengan kegelapan, yang
menggambarkan kejelekan yang ada padanya.
2. Al-Qur'an
Perkataan a l - Q u r ' a n berasal dari Qara’a
artinya: Bacaan atau yang dibaca.

6Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pe-


ngembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud,
Balai Pustaka, Cet. III, 1990, hal. 33.

>> 7 <<
Tentang al-Qur'an para ahli telah banyak mem-
berikan definisi antara lain:
- Menurut Prof. H. Mahmud Yunus al-Qur'an adalah
nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir. 7
- Menurut Hasby Ash-Shiddiqy al-Qur'an adalah
wahyu ilahi yang diturunkan kepada Rasul-Nya
Muhammad SAW yang dinukilkan secara
mutawatir dan membacanya suatu perbuatan
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 8
- Menurut Muhammad Ali al Shabuni, Al-Qur'an
adalah firman Allah yang berupa mu'jizat yang
diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan
perantaraan Malaikat Jibril dan dinukilkan kepada
kita dengan mutawatir, sebagai ibadah membacanya
yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas.9

7 M. Yunus. Cs., Pendidikan Aqama Islam , Jilid I Bulan


Bintang, Jakarta, hal. B5.
8 Hasby Ash-Shiddiqiy. Mu'jizat Al-Qur'an, Bulan
Bintang, Jakarta, 1960, hal. 6.
9 Hj. Siti Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Asy-

Syifa', Cet. I, Semarang, 1993 , hal. 6.

>> 8 <<
Adapun al-Qur'an menurut kesimpulan penulis
sendiri yaitu firman Allah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril
yang ditulis dalam mushaf sebagai kitab pegangan
ummat Islam sepanjang masa serta membacanya
merupakan ibadah yang akan mendapat berkah dan
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi orang yang
mempelajari dan mengamalkan dengan baik.

C. Pembatasan Kajian
Sebagaimana diketahui bahwa amtsal
banyak sekali dijumpai dalam al-Qur'an, pleb
karena itu dikhususkan pembahasannya pada
surah al-Bagarah sehingga dengan cara ini penulis
dapat mengana-lisa lebih cermat hal-hal yang
berhubungan dengan ilmu amtsal al-qur'an pada
surah al-Baqarah.
Sementara itu, ayat-ayat al-Qur'an yang me-
ngandung amtsal terdapat bermacam-macam bentuk-
nya. Menurut Manna' Khalil al-Qattan amtsal dalam
al-qur'an itu dapat dibagi pada tiga macam.
1. Amtsal Musarrahah, ialah yang di dalamnya
dijelaskan dengan lafadh matsal atau sesuatu

>> 9 <<
yang menunjukkan tasybih.
M i sa ln ya da la m sura h a l -Ba q a ra h a ya t
171:

‫ﺻﻢﱞ‬
ُ ً‫َوَﻣﺜَ ُﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ َﻔُﺮوا َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﻟﱠﺬِي ﻳـَْﻨﻌِ ُﻖ ﲟَِﺎ َﻻ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ إﱠِﻻ ُدﻋَﺎءً َوﻧِﺪَاء‬
‫ﺑُ ْﻜ ٌﻢ ﻋُ ْﻤ ٌﻲ ﻓَـ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻳـَ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن‬
Artinya: Dan perumpamaan (orang yang menyeru)
orang-orang kafir adalah seperti pengembala
yang memanggil binatang yang tidak
mendengar selain panggilan raja. Mereka
tuli, bisu dan bu ta, maka (oleh sebab itu)
mereka tidak mengerti. (Q.S. Al-Baqarah: 171).

2. Amtsal Kamimah, ialah yang di dalamnya tidak di-


sebutkan dengan jelas lafadh tamtsil (pemisalan)
tetapi ia menunjukkan makna-makna yang
indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya,
dan mempunyai pengaruh tersendiri apabila
dipindahkan dengan yang serupa dengannya.
Misalnya ayat-ayat yang senada dengan
perkataan: (tidaklah berita seperti yang di lihat),
seperti firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat 260
tentang nabi Ibrahim:

>> 10 <<
‫َﺎل ﺑَـﻠَﻰ‬َ ‫َﺎل أ ََوَﱂْ ﺗـ ُْﺆِﻣ ْﻦ ﻗ‬
َ ‫ْﻒ ُْﲢﻴِﻲ اﻟْﻤ َْﻮﺗَﻰ ﻗ‬ َ ‫َب أَرِِﱐ َﻛﻴ‬‫َﺎل إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ ُﻢ ر ﱢ‬َ ‫َوإِ ْذ ﻗ‬
‫ْﻚ ﰒُﱠ ا ْﺟ َﻌ ْﻞ‬َ ‫ﱠﲑ ﻓَﺼ ُْﺮُﻫ ﱠﻦ إِﻟَﻴ‬ ِْ ‫َﺎل ﻓَ ُﺨ ْﺬ أ َْرﺑـَ َﻌﺔً ِﻣ َﻦ اﻟﻄ‬
َ ‫َوﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻟِﻴَﻄْ َﻤﺌِ ﱠﻦ ﻗَـﻠِْﱯ ﻗ‬
‫َﻚ َﺳ ْﻌﻴًﺎ وَا ْﻋﻠَ ْﻢ أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻋ ِﺰﻳٌﺰ‬َ ‫َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺟﺒ ٍَﻞ ِﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ ﺟ ُْﺰءًا ﰒُﱠ ا ْدﻋُ ُﻬ ﱠﻦ ﻳَﺄْﺗِﻴﻨ‬
‫َﺣﻜِﻴ ٌﻢ‬

Artinya: Ingatlah ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,


perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati."
A l l a h berfirman: "Apakah engkau tidak
percaya?" Ibrahim menjawab: "Saya telah
percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati
saya." Allah berfirman: "(Kalau demikian)
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
burung itu, kemudian jadikan di atas tiap-tiap
gunung itu sebagian. Sesudah itu panggillah
burung-burung itu niscaya burung-burung
itu akan datang ke-padamu dengan segera."
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 260).

3. Amtsal Mursalah, ialah kalimat-kalimat bebas yang tidak


menggunakan lafadh tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-
kalimat itu berlaku sebagai matsal.10
Misalnya firman Allah dalam surah Fatir ayat 43:

Khalil al-Qattan, Study ilmu-ilmu al-Qur'an, (Terj.


10Manna'

Muzakir AS), Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 1994, Cet. II,


hal. 402

>> 11 <<
‫ْض َوَﻣ ْﻜَﺮ اﻟ ﱠﺴﻴﱢ ِﺊ وََﻻ ﳛَِﻴ ُﻖ اﻟْ َﻤ ْﻜ ُﺮ اﻟ ﱠﺴﻴﱢ ُﺊ إﱠِﻻ ﺑِﺄَ ْﻫﻠِ ِﻪ‬ ِ ‫ا ْﺳﺘِ ْﻜﺒَﺎرًا ِﰲ ْاﻷَر‬
‫ِﻳﻼ َوﻟَ ْﻦ َِﲡ َﺪ‬ ً ‫ﲔ ﻓَـﻠَ ْﻦ َِﲡ َﺪ ﻟِ ُﺴﻨﱠ ِﺔ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺗَـْﺒﺪ‬
َ ِ‫ﻓَـ َﻬ ْﻞ ﻳـَْﻨﻈُﺮُو َن إﱠِﻻ ُﺳﻨﱠﺔَ ْاﻷَﱠوﻟ‬
‫ِﻳﻼ‬
ً ‫ﻟِ ُﺴﻨﱠ ِﺔ اﻟﻠﱠ ِﻪ َْﲢﻮ‬
Artinya: Karena kesombongan (mereka) di muka
bumi dan karena rencana (mereka) yang
jahat. Tipu yang jahat itu tidak akan menimpa
selain orang yang merencanakannya sendiri.
Tiadalah yang mereka nanti-nantikan me-
lainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang
telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu). Maka sekali-kali kamu tidak akan
mendapat penggantian bagi sunnah Allah;
da n se ka li -ka li t i da k (p ula ) a ka n
me n da p a t p e m i n d a h a n b a g i s u n n a h
A l l a h i t u . ( Q . S . Fathir: 43).

Oleh karena banyaknya ayat -ayat amtsal


tersebut maka dalam skripsi ini pembahasannya
dikhususkan pada a ya t -a ya t amt sa l Mu sar rahah
saj a wa la up un n anti pe m bahasannya penulis akan
mengaitkan dengan amtsal Kamimah dan amtsal
Mursalah untuk sekedar perbandingan.

D. Sistematika Kajian
Penyusunan tulisan ini dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:

>> 12 <<
Bagian pertama: Merupakan bab
pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
masalah, definisi operasional, pembatasan kajian,
dan sistematika pembahasan.
Ba gian ke dua : a ka n me mb ahas seki ta r
a mt sal dala m al-Qur'an. Dimulai dengan pembahasan
tentang pengertian amtsal al-Qur'an, pendapat
ulama tentang amtsal al-Qur'an, macam-macam d a n
faedahnya dalam al-Qur'an.
Ba gian Ket i ga : Bab - i ni a kan me mb ahas
t en tan g a mtsal da la m surah al-Baqarah.
Dimulai dengan al-amtsal tentang aqidah, hukum
dan metodologi.
Bagian Keempat: Bab ini merupakan penutup,
yang terdiri dari kesimpulan semua pembahasan yang
ada di dalam kajian i n i k e m u d i a n d i a k h i r i d e n g a n
rekomendasi.

>>13<<
^

>>14<<
BAGIAN KEDUA
AMTSAL DALAM Al-QUR’AN

A. Pengertian Amtsal Al-Qur'an


Untuk lebih mempermudah dalam me-
mahami masalah ilmu amtsal al-Qur'an,
maka terlebih dahulu penulis mengurai-
kan tentang pengertian amtsal . Ibnu Faris
dalam Mu'jam Muqayyisu al-Lughah me-
nyebutkan bahwa kata-kata matsal yaitu

>>15<<
" ‫واﻟ ﻼم‬ , ‫ وا ﻟ ﺜﺎ ء‬, ‫ ا ﳌ ﻴ ﻢ‬. 11 adalah huruf s ha hi h yang

menunjukkan pada tempat melihat sesuatu.

Misalnya ‫ﻫﺬا‬ ‫ﻣﺜﻞ‬ ‫ﻫﺬا‬ maksudnya

bandinganya.1
Menurut Fairus Baady kata al-mitsl, al-
matsl dan al-matsil, makna dan lafadh-nya
seperti al-syibh y al-syabah d a n a l - s y a b i h
baik lafadh maupun maknanya. Jamak
d a r i m a t s a l adalah a m t s a l .
Kata al-mitsl merupakan lafadh
musyabahah (perumpamaan) yang paling
umum. Ada perbedaan penggunaannya, kata

"‫"اﻟﻨﺪ‬ digunakan untuk benda-benda saja,

ka t a " ‫ " ا ﻟ ﺸ ﻜ ﻞ‬digunak a n u n t u k t i n g k a t a n s a j a ,


kata "‫"اﻟﻤﺴﺎوى‬ digunakan untuk ukuran

11 M . Bakri Ismail, Dirasatu Fi 'Ulumil


Qur'an, Dar al-Munasar, Kairo, 1991, Cet. I,
hal. 337.

>>16<<
( j u m l a h ) s a j a s e d a n g k a n k a t a " ‫ " ﻣ ﺜ ﻞ‬12 b e r l a k u
untuk semua. Karena itu, ketika Allah
menolak adanya per samaan dalam s e ga la
bentuk menggunakan kata 13
. ‫ ﻣ ﺜ ﻞ‬S e p e r t i Firman-
Nya:
‫ﻟﯿﺲ ﻛﻤﺜﻠﮫ ﺷﯿﺊ‬
Artinya: "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia".
Huruf "‫ " ك‬artinya " ‫ "ﻣﺜﻞ‬dan " ‫ " اﻟﻤﺜﻞ‬bermakna sifat.
Jadi ayat diatas mengandung pengertian "Tidak ada satu
sifat makhlukpun yang serupa dengan sifat Allah". 4
Kata "‫"ﻣﺜﻞ‬ biasanya digunakan dalam bentuk
ma'nawiyah, firman Allah:

‫َﺧَﺮةِ َﻣﺜَ ُﻞ اﻟﺴ ْﱠﻮِء َوﻟِﻠﱠ ِﻪ اﻟْ َﻤﺜَ ُﻞ ْاﻷَ ْﻋﻠَﻰ‬


ِ ‫ِﺎﻵ‬
ْ ‫ﻟِﻠﱠﺬِﻳ َﻦ َﻻ ﻳـ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺑ‬
Artinya: "Qrang-orang yang tidak beriman dengan
hari akhirat, itu perumpamaan yang buruk; dan
kepunyaan Allah perbandingan yang lebih
tinggi....

12M . Bakri Ismail, Dirasatu Fi 'Ulumil


Qur'an, hal, 338.
13M . Bakri Ismail, Dirasatu Fi 'Ulumil
Qur'an, hal. 339.

>>17<<
Az-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan, mengambil
beberapa pendapat ulama tentang perbedaan " ‫" ﻣﺜﻞ‬
dan "‫ "ﻣﺜﻞ‬Kalau sekiranya ‫ ﻣﺜﻞ‬dan ‫ ﻣﺜﻞ‬itu sama tentulah
dalam ayat " ‫ " ﻟﯿﺲ ﻛﻤﺜﻠﮫ ﺷﯿﺊ‬dan ayat" ‫و‬
‫ " ﻣ ﺜ ﻞ ا ﻻ ﻋ ﻠ ﻰ‬s a m a - sama bentuk nafi, ternyata tidak.
Ayat pertama berbentuk nafi sedangkan ‫ ﻣﺜﻞ‬ayat kedua
berbentuk tsabit. (positif). 14 Menurut Az-Zarkasyi,
sebenarnya ada perbedaan antara " ‫ " ﻣﺜﻞ‬dan "‫"ﻣﺜﻞ‬, tapi
bukan dari segi bentuk nafinya. Alasannya adalah, pada
ayat seperti pendapat Ibnu Katsir, sebenarnya ada
perbedaan antara "‫ "ﻣﺜﻞ‬dan ‫ ﻣﺜﻞ‬tapi bukan dari segi bentuk
nafinya. Alasannya adalah, pada ayat ‫ﻣﺜﻞ اﻻﻋﻠﻰ‬ ‫و‬, seperti
pendapat Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya:
‫ اي اﻟﻜﻤﺎل اﻟﻤﻄﻠﻖ ﻣﻦ ﻛﻞ وﺟﮫ وھﻮ ﻣﻨﺴﻮب اﻟﯿﮫ‬,‫و ﻣﺜﻞ اﻻﻋﻠﻰ‬
pengertiannya adalah kesempurnaan yang mutlak dari
segala segi hanyalah disandarkan kepada Allah. 6
Sementara firman Allah: . ‫ﻟﯿﺲ ﻛﻤﺜﻠﮫ ﺷﯿﺊ‬

14B a d a r u d d i n M u h a m m a d b i n A b d u l l a h a z - Z a r k a s y i , al-

Burhan Fi 'Ulumil Qur'an, Dar al-Haya-i al-Kutub al'Arabiyah, Jilid I,


Cet. I, hal. 490.

>>18<<
pengertiannya adalah sifat Allah tidak sama dengan
makhluk-Nya.15
Dalam hal ini, Az-zarkasyi mengutip pendapat
Fakhruddin Ar-Razi yang membedakan kata ‫اﻟﻤﺜﻞ‬
yaitu persamaan dari segi kesempurnaan hakikat
sedangkan " ‫" ﻣﺜﻞ‬persamaan dari sebagian sifat yang di
luar hakikat. 16
Dalam sastra matsal adalah suatu ungkapan
perkataan yang diceritakan dan sudah populer
dengan maksud menyerupakan keadaan yang ter -
dapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu
yang karenanya perkataan itu diucapkan.
Maksudnya, menyerupakan sesuatu (sese -
orang, ke a da an ) de n ga n a pa yan g te rka n dun g
da lam pe rkat aa n i tu. 17 At as da sa r i ni, m at sal ha rus

15 M. Bakri Ismail, Dirasatu Fi 'Ulumil


Qur'an, hal. 334.
16 B a d a r u d d i n M u h a m m a d b i n A b d u l l a h a z - Z a r k a s y i ,

al-Burhan Fi 'Ulumil Qur'an, hal. 490- 491


17M a n n a ' K h a l i l a l - Q a t t a n , S t u d y I l m u - i l m u a l - Q ur'an,

(Pent. Muzak ir AS), Pustaka L itera Anta rNusa, Jakarta, 1994, Cet.
II, hal. 402.

>>19<<
me mp un yai maurid (sumber) yang padanya sesuatu
yang lain diumpamakan.
Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan
arti "keadaan "dan "kisah yang menakjubkan". Dengan
pengertian inilah ditafsirkan kata-kata "‫ "ﻣﺜﻞ‬dalam
sejumlah besar ayat. 10 Misalnya firman Allah:

‫َﺳ ٍﻦ َوأَﻧْـﻬَﺎٌر ِﻣ ْﻦ‬


ِ ‫َﲑ آ‬
ِْ ‫َﻣﺜَ ُﻞ اﳉَْﻨﱠ ِﺔ اﻟ ِﱠﱵ ُو ِﻋ َﺪ اﻟْ ُﻤﺘﱠـﻘُﻮ َن ﻓِﻴﻬَﺎ أَﻧْـﻬَﺎٌر ِﻣ ْﻦ ﻣَﺎ ٍء ﻏ‬
… ُ‫َﱭ َﱂْ ﻳـَﺘَـﻐَﻴـ ْﱠﺮ ﻃَ ْﻌ ُﻤﻪ‬ ٍَ ‫ﻟ‬
Art in ya : "P e rumpama an syurga yan g di j anj i kan
ke pa da orang-orang yang beriman di
dalamnya ada sungai dan air yang tiada
berubah rasa dan baunya... (Muhammad,
ayat 15).

Maksudnya kisah dan sifat syurga yang sangat


menakjubkan.
Sementara itu, menurut ulama Bayan matsal
adalah majaz murakkab yang alagahnya musyabahah jika
penggunaannya telah populer: Majaz ini pada asalnya
isti'arah tamsili-yah, seperti kata-kata yang diucapkan
terhadap orang yang ragu-ragu dalam melaksanakan

>>20<<
suatu urusan. 18 Misalnya perkataan (mengapa aku lihat
engkau melangkah satu kaki dan mengundurkan kaki
yang lain).
Dikatakan pula, difinisi matsal ialah menonjol-
kan sesuatu hukum (yang abstrak) dalam bentuk yang
indrawi agar menjadi indah dan menarik. Dengan
pengertian ini, maka matsal tidak diisyaratkan harus
mempunyai maurid (sumber) sebagaimana tidak di-
isyaratkan pula berupa majaz murakkab.
Beberapa pendapat tentang matsal-matsal al-
Qur'an telah disebutkan di atas didapati bahwa mereka
mengemukakan ayat-ayat yang berisi penggambaran keadaan
sesuatu hal dengan keadaan hal lain, baik penggambaran itu
dengan cara isti'arah maupun dengan tasybih sarih
(penyerupaan yang jelas) atau ayat-ayat yang menunjuk-
kan makna yang menarik dengan redaksi ringkas dan padat
atau ayat-ayat yang dapat dipergunakan bagi sesuatu yang
menyerupai dengan apa yang berkenaan dengan ayat itu.

18 M . Bakri Ismail, Dirasatu Fi 'Ulumil


Q u r ' a n , h a l . 402.

>>21<<
Sebab, Allah mengungkapkan ayat-ayat itu secara
langsung, tanpa sumber yang mendahuluinya.
Dengan demikian, maka amtsal al-qur'an tidak dapat
diartikan dengan arti etimologi juga tidak tepat diartikan
dengan pengertian yang disebutkan dalam kitab-kitab keba-
hasaan. Sebab, amstal Qur`an bukanlah perkataan-perkataan
yang digunakan untuk menyerupakan sesuatu dengan isi
perkataan itu, juga tidak tepat matsal menurut ulama
Bayan, karena di antara matsal qur'an ada yang bukan
isti'arah dan penggunaannya tidak begitu populer. Oleh
karena itu, difinisi terakhir yang lebih cocok dengan
pengertian amtsal dalam al-qur'an yaitu menunjukkan
makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan
padat serta mempunyai pengaruh yang mendalam
terhadap jiwa baik berupa tasybih ataupun perkataan
bebas.
Ibnu Qayyim mendefinisikan amtsal Qur'an
adalah menyerupakan sesuatu dengan yang lain dalam
hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang
abstrak dan indrawi atau mendekatkan salah satu

>>22<<
d a r i dua mahsus d e n g a n yang lain dan menganggap
salah satunya bagian yang lain. 19

B. Pendapat Ulama tentang Amtsal Al-Qur'an


Sebagaimana telah penulis sebutkan pada
bagian pendahuluan bahwa amtsal al-Qur'an merupakan
salah satu uslub al-Qur'an dalam mengungkapkan ber -
bagai penjelasan dan segi-segi kemu'jizatannya, telah
mendapat perhatian pula dari ulama, karena amtsal al-
Qur'an dianggap sebagai disiplin ilmu al-Qur'an yang
penting.
Di antara para ulama, ada sejumlah mereka
menulis sebuah kitab yang secara khusus membahas
perumpamaan-perumpamaan (amtsal) dalam al-
Qur'an, seperti Abul Hasan Al-Mawardi. 20 Adapula yang
hanya membuat satu bab mengenainya dalam salah satu
kitab-kitabnya, seperti Jalaluddin Abdurrahman Al-Suyuthi
dalam Al-Itqan fi 'Ulumil Qur'an,21 Badaruddin Muhammad

Ibid., hal. 403.


19

Ma n na ' Kha l il a l - Q a t t a n , Ul u m Al -Q u r’a n, h a l . 40 0.


20
21 As-Suyuti, Apa itu al-Qur'an, Gema Insani Press, J a k a r t a ,

1993, Cet. VIII, hal. 13.

>>23<<
bin Abdullah Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan Fi 'Ulumil
Qur'an dan Ibnu Qa yyi m dalam A'lamul Munfaqqi'in.22
Dalam hal ini, Imam Syafi'i memandang bahwa
menget a hui ilmu -ilmu al-Qur'an me rupa kan ke -
wa jib an ba gi muj tahid, termasuk mengetahui atau
mempelajari ilmu amtsal al-Qur'an. Kemudian me-
ngetahui apa yang dibuat dari amtsal yang menunjuk-
kan atas ketaatan, menjauhi dan tidak men d e k a t i
m a k s i a t , m e n i n g g a l k a n kelalaian dari meme-
l i h a r a diri dan menambah dari ibadah-ibadah nawafil
yang utama. 23
Hasan bin Fadhal mengatakan hakikat amtsal
itu adalah mengeluarkan yang ter-sembunyi pada yang
jelas, amtsal seperti ini ada dua bentuk, bentuk pertama;
yaitu zahir y a i t u j e l a s d e n g a n s e n d i r i n y a t a n p a
m e m e r l u k a n p e njela sa n la in. S epe rti fi rma n Alla h
da lam surah Al- Jum'at ayat 5:

22 Manna' Khalil al-Qattan, U l um A l -Q ur’ an, hal. 400.


23 Badaruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi,
hal. 490- 491

>>24<<
‫ﺲ‬
َ ‫َﻣﺜَ ُﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﲪُﱢﻠُﻮا اﻟﺘـ ْﱠﻮرَاةَ ﰒُﱠ َﱂْ َْﳛ ِﻤﻠُﻮﻫَﺎ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﳊِْﻤَﺎ ِر َْﳛ ِﻤ ُﻞ أَ ْﺳﻔَﺎرًا ﺑِْﺌ‬
‫ﲔ‬
َ ‫َﺎت اﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻻ ﻳـَ ْﻬﺪِي اﻟْﻘ َْﻮَم اﻟﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ‬
ِ ‫َﻣﺜَ ُﻞ اﻟْﻘَﻮِْم اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ ﱠﺬﺑُﻮا ﺑِﺂَﻳ‬
Artinya: Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan
Taurat kepada mereka kemudian mereka
tiada memikulnya adalah seperti keledai
yang membawa kitab-kitab yang tebal...

Bentuk yang kedua; yaitu yang tersembunyi amtsal


seperti ini tidak bisa disebutkan sebagai amtsal tetapi ia
mengandung hukum amtsal.24 Seperti firman Allah dalam
surah al-A'raf ayat 40:

‫َاب اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء وََﻻ‬ُ ‫إِ ﱠن اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ ﱠﺬﺑُﻮا ﺑِﺂَﻳَﺎﺗِﻨَﺎ وَا ْﺳﺘَ ْﻜﺒَـُﺮوا َﻋْﻨـﻬَﺎ َﻻ ﺗـُ َﻔﺘﱠ ُﺢ ﳍَُ ْﻢ أَﺑْـﻮ‬
‫ﲔ‬
َ ‫ِﻚ َْﳒﺰِي اﻟْ ُﻤ ْﺠ ِﺮِﻣ‬َ ‫َﺎط َوَﻛ َﺬﻟ‬ ِ ‫َﱴ ﻳَﻠِ َﺞ اﳉَْ َﻤ ُﻞ ِﰲ َﺳ ﱢﻢ اﳋِْﻴ‬ ‫ﻳَ ْﺪ ُﺧﻠُﻮ َن اﳉَْﻨﱠﺔَ ﺣ ﱠ‬
Artinya: Sesungguhnya rang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri ter-
hadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula
mereka masuk syurga, hingga unta masuk ke
lubang jarum. Demikianlah Kami memberi
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
kejahatan.

24Az-Zarkasyi, al-Burhan Fi 'Ulumil Qur'an, hal. 380

>>25<<
Sementara itu, Abu Abdullah Al-Bakri Abazy ber-
komentar tentang pembagian amtsal sebagai berikut:
hakikat amtsal itu dibagi dalam empat kelompok: pertama;
Mengeluarkan atau menerangkan makna yang tidak bisa
dipahami menjadi bisa dipahami, Kedua; Mengeluarkan apa
yang tidak dapat diketahui oleh akal kepada yang dapat
diketahuinya. Ketiga; Mengeluarkan apa-apa yang tidak
berlaku dalam adat kebiasaan menjadi ada di dalam adat
Keempat; Mengeluarkan sesuatu yang sifatnya tidak kuat
menjadi kuat.25 Menurut Zamakhsyari adapun tujuan
perumpamaan-perumpamaan itu adalah untuk meng-
ungkapkan atau menjelaskan makna, mendekatkan hal-hal
yang masih diragukan untuk diyakini. Perumpamaan dan
yang diumpamakan biasanya sama kalau yang bernilai
mulia perumpamaan yang bernilai mulia pula, demikian
sebaliknya hal yang bernilai hina akan diumpamakan
dengan yang hina pula.19 Sementara itu, menurut As-Suyuti
tujuan amtsal adalah menyerupakan sesuatu yang tidak
jelas dengan yang jelas, yang ghaib dengan nyata.26

25 Az-Zarkasyi, al-Burhan Fi 'Ulumil Qur'an, hal. 381


26 As-Suyuthy, Apa itu al-Qur'an, hal. 137.

>>26<<
Berdasarkan beberapa pendapat ulama di atas
dapatlah diketahui bahwa mereka memandang amtsal
al-Qur'an itu adalah salah satu ilmu al-Qur'an yang
dapat membantu manusia dalam memahami ayat-ayat al-
Qur'an serta mendekatkan hal-hal yang masih diragukan
untuk diyakini.

C. Dalil-Dalil tentang Amtsal Al-Qur'an


Allah SWT banyak mengemukakan tentang amtsal
ini dalam kitab-Nya yang mulia. Antara lain terdapat
pada surah al-Ankabut ayat 43:

‫ﱠﺎس َوﻣَﺎ ﻳـَ ْﻌ ِﻘﻠُﻬَﺎ إِﱠﻻ اﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮ َن‬


ِ ‫ﻀ ِﺮﺑـُﻬَﺎ ﻟِﻠﻨ‬
ْ َ‫َﺎل ﻧ‬
ُ ‫ْﻚ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬
َ ‫َوﺗِﻠ‬
Artinya: "Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami
jadikan untuk manusia dan tiada yang me-
mahaminya kecuali orang-orang yang berilmu".

Amtsal dibuat bagi manusia untuk mendekatkan


pemahaman pada apa yang sulit, untuk dipahami, dan
memperjelas apa perkaranya terasa sulit. Hikmahnya sulit
digali, intisarinya sulit dipahami dan pengaruhnya sulit
diketahui serta diikuti karena faedahnya yang terlalu banyak

>>27<<
kecuali oleh orang-orang y a n g i l m u n y a m e n d a l a m
d a n o r a n g - o r a n g yang berpikir tentang akibat segala
perkara.
Hal senada j uga te rdapat pada surat al-Hasyar
ayat 21:

‫ﺼ ﱢﺪﻋًﺎ ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﺸﻴَ ِﺔ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬


َ َ‫َﺎﺷﻌًﺎ ُﻣﺘ‬
ِ ‫ﻟ َْﻮ أَﻧْـَﺰﻟْﻨَﺎ َﻫﺬَا اﻟْﻘُْﺮآَ َن َﻋﻠَﻰ َﺟﺒ ٍَﻞ ﻟََﺮأَﻳْـﺘَﻪُ ﺧ‬
‫ﱠﺎس ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـَﺘَـ َﻔ ﱠﻜﺮُو َن‬
ِ ‫ﻀ ِﺮﺑـُﻬَﺎ ﻟِﻠﻨ‬
ْ َ‫َﺎل ﻧ‬
ُ ‫ْﻚ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬
َ ‫َوﺗِﻠ‬
Artinya: "... Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami
jadikan untuk manusia supaya mereka berpikir".
Allah SWT jadikan pelajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai akal atau menggunakan pen-
dengarannya, sedang ia menyaksikan di antara manusia ada
orang yang diberi Allah taufik dan mendapatkan petunjuk
di jalan yang lurus serta memperoleh apa yang diridhai
Tuhannya. Dan di antaranya ada yang menolak dan
berpaling daripada-Nya sehingga Allah akan menyiksanya di
dunia dan di akhirat. Jadi hanya orang-orang yang mau
mempergunakan pikirannyalah yang akan dapat memetik
pelajaran dari berbagai perumpamaan yang dikemuka-
kan oleh Allah SWT dalam al-Qur'an.

>>28<<
Kemudian, Allah SWT menerangkan bahwa
perumpamaan-perumpamaan dan nasehat-nasehat yang
diceritakan al-Qur'an merupakan pelajaran bagi manusia,
sekiranya mau menggunakan akal. Hal ini berdasarkan
pada firman Allah:

‫ﱠﺎس ِﰲ َﻫﺬَا اﻟْﻘُْﺮآَ ِن ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﻣﺜ ٍَﻞ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛﺮُو َن‬


ِ ‫ﺿَﺮﺑْـﻨَﺎ ﻟِﻠﻨ‬
َ ‫َوﻟََﻘ ْﺪ‬
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah jadikan bagi
manusia dalam al-Qur'an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran".
(az-Zumar ayat 27)

Konteks perumpamaan inipun beraneka ragam; ada


yang berupa pujian, kecaman, penghormatan, peng-
hinaan, perintah, larangan, dan lain sebagainya. Firman
Allah:
‫وﺿﺮﺑﻨﺎ ﻟﻜﻢ اﻻﻣﺜﺎل‬
Artinya: "...Dan telah Kami jadikan untuk kamu berbagai
perumpamaan".

Dalil tentang amtsal ini tidak saja dapat ditemui


di dalam ayat-ayat al-Quran tetapi juga dapat ditemui di
dalam hadits Nabi Muhammad SAW bahkan ada sebagian
dari ayat-ayat al-Qur'an itu yang ditafsirkan oleh Nabi

>>29<<
Muhammad SAW dengan amtsal seperti pada surah Ar-
Ra'du ayat 17:

‫َﺖ أ َْوِدﻳَﺔٌ ﺑَِﻘ َﺪ ِرﻫَﺎ ﻓَﺎ ْﺣﺘَ َﻤ َﻞ اﻟ ﱠﺴْﻴ ُﻞ َزﺑَﺪًا رَاﺑِﻴًﺎ‬ْ ‫أَﻧْـﺰََل ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء ﻣَﺎءً ﻓَﺴَﺎﻟ‬
‫ِب‬
ُ ‫ﻀﺮ‬ ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫َﺎع َزﺑَ ٌﺪ ِﻣﺜْـﻠُﻪُ َﻛ َﺬﻟ‬
ٍ ‫وَﳑِﱠﺎ ﻳُﻮﻗِﺪُو َن َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر اﺑْﺘِﻐَﺎءَ ِﺣ ْﻠﻴَ ٍﺔ أ َْو َﻣﺘ‬
‫ُﺚ‬
ُ ‫س ﻓَـﻴَ ْﻤﻜ‬ َ ‫َﺐ ُﺟﻔَﺎءً َوأَﻣﱠﺎ ﻣَﺎ ﻳـَْﻨـ َﻔ ُﻊ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫اﻟﻠﱠﻪُ اﳊَْ ﱠﻖ وَاﻟْﺒَﺎ ِﻃ َﻞ ﻓَﺄَﻣﱠﺎ اﻟﱠﺰﺑَ ُﺪ ﻓَـﻴَ ْﺬﻫ‬
‫َﺎل‬
َ ‫ِب اﻟﻠﱠﻪُ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬ ُ ‫ﻀﺮ‬ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫ْض َﻛ َﺬﻟ‬ ِ ‫ِﰲ ْاﻷَر‬
Artinya: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit,
maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, maka air itu membawa buih yang
mengembang. Dan dari apa (logam) yang
mereka lebur dalam api untuk membuat per-
hiasan atau alat-alat ada (pula) buihnya seperti
buih anus itu. Demikianlah Allah membuat per-
umpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil.
Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tak ada harganya adapun yang memberi
manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan.

Terhadap ayat di atas Rasulullah SAW bersabda:

‫َﺎب‬
َ ‫ْﺚ أَﺻ‬ ٍ ‫َﲏ اﻟﻠﱠﻪُ ﺑِِﻪ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ ِﻣ ْﻦ اﳍُْﺪَى وَاﻟْﻌِْﻠ ِﻢ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ َﻏﻴ‬
َِ ‫إِ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ ﻣَﺎ ﺑـَ َﻌﺜ‬
‫ْﺐ‬
َ ‫َﺖ اﻟْﻜَﻸََ وَاﻟْﻌُﺸ‬ ْ ‫َﺖ اﻟْﻤَﺎءَ ﻓَﺄَﻧْـﺒَﺘ‬
ْ ‫َﺖ ِﻣْﻨـﻬَﺎ ﻃَﺎﺋَِﻔﺔٌ ﻃَﻴﱢﺒَﺔٌ ﻗَﺒِﻠ‬ ْ ‫أ َْرﺿًﺎ ﻓَﻜَﺎﻧ‬

>>30<<
‫س ﻓَ َﺸ ِﺮﺑُﻮا‬ َ ‫َﺖ اﻟْ َﻤﺎءَ ﻓَـﻨَـ َﻔ َﻊ اﻟﻠﱠﻪُ َِﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬ ْ ‫ِب أَْﻣ َﺴﻜ‬ ُ ‫اﻟْ َﻜﺜِ َﲑ َوﻛَﺎ َن ِﻣْﻨـﻬَﺎ أَﺟَﺎد‬
‫ﻚ‬ُ ‫ُْﺴ‬ ِ ‫َﺎب ﻃَﺎﺋَِﻔﺔً ِﻣْﻨـﻬَﺎ أُ ْﺧﺮَى إِﳕﱠَﺎ ِﻫ َﻲ ﻗِﻴﻌَﺎ ٌن َﻻ ﲤ‬ َ ‫ِﻣْﻨـﻬَﺎ َو َﺳﻘَﻮْا َوَرﻋَﻮْا َوأَﺻ‬
ُ‫َﲏ اﻟﻠﱠﻪ‬ َِ ‫ِﻚ َﻣﺜَ ُﻞ َﻣ ْﻦ ﻓَـ ُﻘﻪَ ِﰲ دِﻳ ِﻦ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوﻧـَ َﻔ َﻌﻪُ ﲟَِﺎ ﺑـَ َﻌﺜ‬َ ‫ِﺖ ﻛَﻸًَ ﻓَ َﺬﻟ‬ ُ ‫ﻣَﺎءً وََﻻ ﺗـُْﻨﺒ‬
‫ِﻚ َرأْﺳًﺎ َوَﱂْ ﻳـَ ْﻘﺒَ ْﻞ ُﻫﺪَى اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﱠﺬِي‬ َ ‫ﺑِِﻪ ﻓَـ َﻌﻠِ َﻢ َو َﻋﻠﱠ َﻢ َوَﻣﺜَ ُﻞ َﻣ ْﻦ َﱂْ ﻳـ َْﺮﻓَ ْﻊ ﺑِ َﺬﻟ‬
‫ْﺖ ﺑِِﻪ‬
ُ ‫ْﺳﻠ‬ ِ‫أُر‬
Artinya: "Sesungguhnya apa yang diutus Allah kepadaku
berupa hidayah dan ilmu seperti hujan yang
membasahi bumi maka sekelompok hujan itu
ada yang menumbuhkan rumput-rumputan yang
banyak, sekelompok lagi ada yang menggumpal
maka manusia memanfaatkan untuk bercocok
tanam, sekelompok lagi tidak menjadi air dan tidak
menumbuhkan rumput. Demikianlah perumpamaan
orang-orang yang memahami tentang agama Allah
maka bermanfaat baginya apa yang diutus Allah
kepadaku berupa hidayah dan ilmu, dan
perumpamaan orang yang tidak mengangkat yang
demikian itu kepadanya dan tidak menerima
hidayah Allah yang aku diutus dengannya". 27

Rasulullah SAW menganjurkan bagi manusia


untuk memanfaatkan amtsal yang dikemukakan Allah SWT
dalam al-Quran, untuk dapat diambil pelajaran dari berbagai
macam perumpamaan. Seperti dalam hadits di bawah ini.

27 Badaruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi, al-

Burhan Fi 'Ulumil Qur'an, hal. 380

>>31<<
‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ‬: ‫وأﺧﺮج اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﰲ ﺷﻌﺐ اﻹﳝﺎن ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل‬
‫ وﻏﺮاﺋﺒﻪ ﻓﺮاﺋﻀﻪ‬، ‫ » أﻋﺮﺑﻮا اﻟﻘﺮآن واﺗﺒﻌﻮا ﻏﺮاﺋﺒﻪ‬: ‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
، ‫ وﳏﻜﻢ‬، ‫ وﺣﺮام‬، ‫ ﺣﻼل‬: ‫ ﻓﺈن اﻟﻘﺮآن ﻧﺰل ﻋﻠﻰ ﲬﺴﺔ أوﺟﻪ‬. ‫وﺣﺪودﻩ‬
، ‫ واﺗﺒﻌﻮا اﶈﻜﻢ‬، ‫ واﺟﺘﻨﺒﻮا اﳊﺮام‬، ‫ ﻓﺎﻋﻤﻠﻮا ﺑﺎﳊﻼل‬. ‫ وأﻣﺜﺎل‬، ‫وﻣﺘﺸﺎﺑﻪ‬
« ‫ واﻋﺘﱪوا ﺑﺎﻷﻣﺜﺎل‬، ‫وآﻣﻨﻮا ﺑﺎﳌﺘﺸﺎﺑﻪ‬
Artinya: "Baihaqi telah meriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a, bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya
al-Qur’an itu diturunkan dalam lima bentuk; ha-
lal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal .
Maka beramallah dengan yang halal, jauhilah yang
haram, ikutilah yang muhkam, berimanlah
dengan yang mutasyabih, dan ambillah pe-
lajaran dari amtsal ”. 28

Berdasarkan dari ayat-ayat al-Qur'an dan


hadits tersebut di atas jelaslah bahwa amtsal itu
sengaja dibuat oleh Allah SWT untuk manusia supaya
manusia mau mengambil pelajaran dari semua itu.

28 Ibid., hal. 486.

>>32<<
D. Macam-Macam Amtsal dalam Al-qur'an
dan Faedahnya
Adapun macam-macam amtsal dilihat dari segi
bentukisi dan sifat uraiannya dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Amtsal Musarrahah, ialah yang ditegaskan di
dalamnya lafadh matsal atau yang menunjukkan
pada tasybih. 23 Amtsal seperti ini banyak
ditemukan dalam al-Qur'an a n t a r a l a i n :
a ) P e r u m p a ma a n ya n g A l l a h b e r i k a n t e r h a da p
orang-orang Munafiq, diantaranya dalam surah al-
Baqarah ayat 17-20:

‫َﺐ اﻟﻠﱠﻪُ ﺑِﻨُﻮِرِﻫ ْﻢ‬


َ ‫َت ﻣَﺎ ﺣ َْﻮﻟَﻪُ ذَﻫ‬
ْ ‫َﻣﺜَـﻠُ ُﻬ ْﻢ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﻟﱠﺬِي ا ْﺳﺘـ َْﻮﻗَ َﺪ ﻧَﺎرًا ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ أَﺿَﺎء‬
‫ﺼﺮُو َن‬
ِ ‫َﺎت َﻻ ﻳـُْﺒ‬ ٍ ‫َوﺗَـَﺮَﻛ ُﻬ ْﻢ ِﰲ ﻇُﻠُﻤ‬
Artinya: "Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang
menyalakan api, maka setelah api menerangi
sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang me-
nyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.
‫ﺻ ﱞﻢ ﺑُ ْﻜ ٌﻢ ﻋُ ْﻤ ٌﻲ ﻓَـ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻳـَﺮِْﺟﻌُﻮ َن‬
ُ
Artinya: "Mereka tuli, bisu dan beta, maka tidaklah
mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

>>33<<
‫ْق َْﳚ َﻌﻠُﻮ َن أَﺻَﺎﺑِ َﻌ ُﻬ ْﻢ ِﰲ‬ٌ ‫َﺎت َوَر ْﻋ ٌﺪ َوﺑـَﺮ‬
ٌ ‫ﱢﺐ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء ﻓِﻴ ِﻪ ﻇُﻠُﻤ‬ٍ ‫ﺼﻴ‬ َ ‫أَْو َﻛ‬
‫ﻂ ﺑِﺎﻟْﻜَﺎﻓِ ِﺮﻳ َﻦ‬ ٌ ‫ْت وَاﻟﻠﱠﻪُ ﳏُِﻴ‬
ِ ‫ﺼﻮَاﻋ ِِﻖ َﺣ َﺬ َر اﻟْﻤَﻮ‬
‫آَذَاِِ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠ‬
Artinya: "Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat
dari langit disertai gelap guIita, guruh dan kilat,
mereka menyumbat telinganya dengan jarinya,
karena (mendengar suara itu) petir, sebab takut
akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang
kafir.

‫َﻒ أَﺑْﺼَﺎ َرُﻫ ْﻢ ُﻛﻠﱠﻤَﺎ أَﺿَﺎءَ ﳍَُ ْﻢ َﻣﺸَﻮْا ﻓِﻴ ِﻪ َوإِذَا أَﻇْﻠَ َﻢ‬ ُ ‫ْق ﳜَْﻄ‬ ُ ‫ﻳَﻜَﺎ ُد اﻟْﺒـَﺮ‬
‫َﺐ ﺑِ َﺴ ْﻤﻌِ ِﻬ ْﻢ َوأَﺑْﺼَﺎ ِرِﻫ ْﻢ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ‬
َ ‫َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻗَﺎ ُﻣﻮا َوﻟ َْﻮ ﺷَﺎءَ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟَ َﺬﻫ‬
‫َﻲ ٍء ﻗَﺪِﻳٌﺮ‬
ْ‫ﺷ‬
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari penglihatan
mereka, mereka berjalan di dalam cahaya itu dan
apabila gelap menimpa mereka, mereka ber-
henti, jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran mereka dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah kuasa atas segala
sesuatu.

Di dalam ayat-ayat ini Allah membuat dua per-


umpamaan (matsal) bagi orang munafiq yang berkenaan
dengan api (nar) dalam firman-Nya "Adalah seperti orang
yang menyalakan api", karena di dalam api terdapat unsur
cahaya dan matsal yang berkenaan dengan air (ma'i),

>>34<<
"atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari
langit..., karena di dalam air terdapat materi kehidupan.
Dan wahyu yang turun dari langitpun bermaksud untuk
menerangi hati dan menghidupkannya. Allah menyebutkan
juga kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam dua
keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang me-
nyalakan api untuk penerangan dan pemanfaatan; mengingat
mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab
masuk Islam. Namun di sisi lain Islam tidak memberikan
pengaruh "nur"-Nya terhadap hati mereka karena Allah
menghilangkan cahaya (nur) yang ada dalam api itu, "Allah
menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan
membiarkan unsur "membakar" yang ada padanya. Inilah
perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan
air (ma'i) Allah menyerupakan mereka dengan keadaan
orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh
dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan
Ia meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta
memejamkan mata karena takut petir menimpanya, ini
mengingat b a h w a a l - Q u r ' a n d e n g a n p e r i n g a t a n ,
perintah, l a ra n ga n da n akibatnya bagi mereka

>>35<<
tidak ubahnya dengan petir yang turun sambar-
menyambar.29
Lewat amtsal yang dikemukakan pada ayat di atas
dengan jelas dapat diketahui bagaimana keadaan
orang munafik di dalam menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam. M e r e k a menerima Islam ketika
a d a m a n f a a t d a n meninggalkannya ketika mereka
dapat u j i a n . Hal ini disebabkan mereka menilai Islam
dari luar saja tanpa mau menghayati keutamaan hakikat
Islam itu sendiri sehingga ketika mendapat cobaan mereka
akan kembali menjadi kufur.
b) Allah menyebutkan pula dua macam matsal ma'i dan
nari dalam surat ar-Ra'du, bagi yang hak dan batil:

‫َﺖ أ َْوِدﻳَﺔٌ ﺑَِﻘ َﺪ ِرﻫَﺎ ﻓَﺎ ْﺣﺘَ َﻤ َﻞ اﻟ ﱠﺴْﻴ ُﻞ َزﺑَﺪًا رَاﺑِﻴًﺎ وَﳑِﱠﺎ‬
ْ ‫أَﻧْـﺰََل ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء ﻣَﺎءً ﻓَﺴَﺎﻟ‬
ُ‫ِب اﻟﻠﱠﻪ‬ُ ‫ﻀﺮ‬ ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫َﺎع َزﺑَ ٌﺪ ِﻣﺜْـﻠُﻪُ َﻛ َﺬﻟ‬
ٍ ‫ﻳُﻮﻗِﺪُو َن َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر اﺑْﺘِﻐَﺎءَ ِﺣ ْﻠﻴَ ٍﺔ أ َْو َﻣﺘ‬
‫ُﺚ ِﰲ‬ ُ ‫س ﻓَـﻴَ ْﻤﻜ‬ َ ‫َﺐ ُﺟﻔَﺎءً َوأَﻣﱠﺎ ﻣَﺎ ﻳـَْﻨـ َﻔ ُﻊ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫اﳊَْ ﱠﻖ وَاﻟْﺒَﺎ ِﻃ َﻞ ﻓَﺄَﻣﱠﺎ اﻟﱠﺰﺑَ ُﺪ ﻓَـﻴَ ْﺬﻫ‬
‫َﺎل‬
َ ‫ِب اﻟﻠﱠﻪُ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬ُ ‫ﻀﺮ‬ْ َ‫ِﻚ ﻳ‬ َ ‫ْض َﻛ َﺬﻟ‬ ِ ‫ْاﻷَر‬
Artinya: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukuran-
nya, maka arus itu membawa buih yang meng-
ambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur

29 Al-Qattan, Ul u m A l -Q ur’a n, ha l . 4 05 .

>>36<<
dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat,
ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demi-
kianlah Allah membuat perumpamaan, matsal, (bagi)
yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya,
adapun yang memberi manfaat kepada manusia,
maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan". (ar-Ra'du ayat 17)

Wahyu yang diturunkan Allah dari langit untuk


kehidupan hati diserupakan dengan air hujan yang diturun-
kanNya untuk kehidupan bumi dengan tumbuh-tumbuhan.
Dan hati diserupakan dengan lembah. Arus air yang me-
ngalir di lembah membawa buih dan sampah. Begitu pula
hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan mem-
pengaruhi terhadap nafsu syahwat, dengan menghilang-
kannya. Inilah matsal ma'i dalam fi rman -Nya, "Dia te lah
me nurun kan a i r (huja n) da ri langit..." Demikianlah
Allah membuat matsal bagi yang hak dan yang batil.30
Mengenai matsal nari, dikemukakan dalam firman-
Nya, "Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam
api..." logam, baik emas, perak, tembaga maupun besi,
ketika dituangkan ke dalam api, maka api akan
menghilangkan kotoran, karat yang melekat padanya,
dan memisahkannya dari substansi yang dapat di-

30 I b i d., hal. 406


>>37<<
manfaatkan, sehingga hilanglah karat itu dengan sia-sia.
Begitu pula syahwat akan dilemparkan dan dibuang dengan
sia-sia oleh hati orang mukmin sebagai mana air
menghanyutkan sampah atau api melemparkan karat logam.27
Amtsal ma'i dan nari pada ayat di atas memberikan
gambaran begitulah keadaan ilmu dan iman yang
menjadi subur bagi kehidupan manusia yang
m e m b e r i b a n y a k sumbangan.

2. Amtsal Kamimah, ialah yang tidak ditegaskan pada lafadh


tamtsil tetapi ia menunjukkan pada beberapa makna
yang indah yang mempunyai pengaruh tersendiri bila
dipindahkan kepada yang menyerupainya.31
Para ulama telah membuat contoh tentang
amtsal seperti ini dengan beberapa perumpamaan. Di
antaranya:
a) Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: (sebaik-baik
urusan adalah pertengahannya), yaitu:
1. Firman Allah mengenai sapi betina:

‫ض وََﻻ‬
ٌ ‫ُﻮل إِﻧـﱠﻬَﺎ ﺑـَ َﻘَﺮةٌ َﻻ ﻓَﺎ ِر‬
ُ ‫َﺎل إِﻧﱠﻪُ ﻳـَﻘ‬
َ ‫َﲔ ﻟَﻨَﺎ ﻣَﺎ ِﻫ َﻲ ﻗ‬ ْ‫ﱠﻚ ﻳـُﺒـ ﱢ‬
َ ‫ﻗَﺎﻟُﻮا ا ْدعُ ﻟَﻨَﺎ َرﺑ‬
.‫ِﻚ ﻓَﺎﻓْـ َﻌﻠُﻮا ﻣَﺎ ﺗـ ُْﺆَﻣﺮُو َن‬َ ‫َﲔ ذَﻟ‬
َ ْ ‫ﺑِ ْﻜٌﺮ َﻋﻮَا ٌن ﺑـ‬
31 Hasby Ash-Shiddiegy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an., hal. 166.

>>38<<
Artinya: "Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda
pertengahan di antara itu..." (al-Baqarah ayat
68),

2. Firman-Nya tentang nafkah:

‫ِﻚ ﻗَـﻮَاﻣًﺎ‬
َ ‫َﲔ ذَﻟ‬
َ ْ ‫وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ إِذَا أَﻧْـ َﻔ ُﻘﻮا َﱂْ ﻳُ ْﺴ ِﺮﻓُﻮا َوَﱂْ ﻳـَ ْﻘﺘُـُﺮوا َوﻛَﺎ َن ﺑـ‬
Artinya: "Dan mereka yang apabila membelanjakan
(harta) mereka itu berlebih-lebihan dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian" (al-
Furqan ayat 67)

3. Firman-Nya mengenai shalat:

‫َﺧَﺮةِ أَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﳍَُ ْﻢ َﻋﺬَاﺑًﺎ أَﻟِﻴﻤًﺎ‬


ِ ‫ِﺎﻵ‬
ْ ‫َوأَ ﱠن اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻻ ﻳـ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺑ‬
Artinya: "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya,
dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
(al-Isra' ayat 110).

4. Firman-Nya mengenai infaq:

‫ْﻂ ﻓَـﺘَـ ْﻘﻌُ َﺪ َﻣﻠُﻮﻣًﺎ‬


ِ ‫ِﻚ وََﻻ ﺗَـْﺒ ُﺴﻄْﻬَﺎ ُﻛ ﱠﻞ اﻟْﺒَﺴ‬
َ ‫َك َﻣ ْﻐﻠُﻮﻟَﺔً إ َِﱃ ﻋُﻨُﻘ‬
َ ‫وََﻻ َْﲡ َﻌ ْﻞ ﻳَﺪ‬
‫َْﳏﺴُﻮرًا‬
Artinya: "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu dan jangan (pula) terlalu me-
ngulurkannya" (al-Isra'. ayat 29).

>>39<<
b) Ayat yang senada dengan perkataan: tidak semua berita
seperti yang dilihat, Al-Baqarah ayat 260 tentang
Ibrahim:

‫َﺎل ﺑـَﻠَﻰ‬َ ‫َﺎل أََوَﱂْ ﺗـ ُْﺆِﻣ ْﻦ ﻗ‬


َ ‫ْﻒ ُْﲢﻴِﻲ اﻟْﻤ َْﻮﺗَﻰ ﻗ‬ َ ‫َب أَرِِﱐ َﻛﻴ‬‫َﺎل إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ ُﻢ ر ﱢ‬َ ‫َوإِ ْذ ﻗ‬
‫ْﻚ ﰒُﱠ ا ْﺟ َﻌ ْﻞ‬َ ‫ﱠﲑ ﻓَﺼُْﺮُﻫ ﱠﻦ إِﻟَﻴ‬ ِْ ‫َﺎل ﻓَ ُﺨ ْﺬ أ َْرﺑـَ َﻌﺔً ِﻣ َﻦ اﻟﻄ‬
َ ‫َوﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻟِﻴَﻄْ َﻤﺌِ ﱠﻦ ﻗَـﻠِْﱯ ﻗ‬
‫َﻚ َﺳ ْﻌﻴًﺎ وَا ْﻋﻠَ ْﻢ أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻋ ِﺰﻳٌﺰ‬َ ‫َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺟﺒ ٍَﻞ ِﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ ﺟ ُْﺰءًا ﰒُﱠ ا ْدﻋُ ُﻬ ﱠﻦ ﻳَﺄْﺗِﻴﻨ‬
‫َﺣﻜِﻴ ٌﻢ‬
Artinya: "Apakah engkau tidak percaya? Ibrahim menjawab:
"Bahkan (saya telah percaya) tetapi agar bertambah
tetap hati saya". (al-Baqarah ayat 260).

c) Ayat yang senada dengan perkataan: ‫( ﻛﻤﺎ ﺗﺪﯾﻦ ﺗﺪان‬Seperti


engkau berbuat, akan diperbuat kepadamu). Misalnya
firman Allah:

...‫ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺳﻮاء ﳚﺰﺑﻪ‬


Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan kejahatan
n i s c a y a a k a n d i b e r i p e m b a la s a n dengan
kejahatan itu". (an-Nisa' ayat 123).
d) Ayat yang senada dengan perkataan: 32

‫ﻻ ﻳﻠﺪع اﳌﺌﻮﻣﻦ ﻣﻦ ﺟﺤﺮ ﻣﺮﺗﲔ‬


32 Al-Qattan, Ul u m A l -Q ur’a n, hal. 407

>>40<<
(Orang mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang
yang sama). Misalnya firman Allah melalui lisan Ya'kub:

‫َﺧﻴ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒ ُﻞ ﻓَﺎﻟﻠﱠﻪُ َﺧْﻴـٌﺮ‬


ِ ‫َﺎل َﻫ ْﻞ آَ َﻣﻨُ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ إﱠِﻻ َﻛﻤَﺎ أَِﻣْﻨﺘُ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ أ‬
َ‫ﻗ‬
‫ﲔ‬
َ ‫ﱠاﲪ‬
ِِ ‫ﺣَﺎﻓِﻈًﺎ َوُﻫ َﻮ أ َْر َﺣ ُﻢ اﻟﺮ‬
Artinya: "Tidaklah aku mempercayai kamu ke atasnya
(Bunyamin), kecuali seperti aku telah
mengamanatkan saudaranya (Yusuf) kepada kamu
sebelumnya". (Yusuf ayat 64).

Demikianlah beberapa contoh tentang amtsal


k a m im a h, j i ka dipe rha t i ka n se mua aya t -a ya t t e r -
se b ut tidak terdapat lafadh matsal secara sarih (jelas),
namun ayat -ayat tersebut menunjukkan pada beberapa
makna yang indah yang mempunyai pengaruh tersendiri
jika dipindahkan kepada yang menyerupai.

3. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak


menggunakan lafadh tasybih secara jelas. Tetapi
kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal.33
Contohnya sebagai berikut:

… ‫ﺺ اﳊَْ ﱡﻖ‬
َ ‫ﺼ َﺤ‬
ْ ‫… ْاﻵَ َن َﺣ‬

33 Ibid.

>>41<<
Artinya: Sekarang ini jelaslah kebenaran itu. (Yusuf ayat 51)

Pada ayat di atas, tidak terdapat alat tasybih,


s e p e r t i " ‫ " َك‬a t a u ‫ اﳌﺜﻞ‬. ‫اﳌﺜﻞ‬ adalah musyabahah
dengan Yusuf Artinya, Yusuf adalah gambaran
kebenaran. Kebenaran yang dimiliki Yusuf berdasarkan pada
ketampanan, kemampuan dalam mentakwilkan mimpi serta
keahlian dalam memprediksi masa depan Mesir kala itu.
Sehingga permaisuri raja mengedentikkan (tasybih/matsal)
Yusuf dengan " ‫( "اﻟﺤﻖ‬kebenaran).
‫ﻀ َﻲ ْاﻷَ ْﻣُﺮ اﻟﱠﺬِي ﻓِﻴ ِﻪ ﺗَ ْﺴﺘَـ ْﻔﺘِﻴَﺎ ِن‬
ِ ُ‫ ﻗ‬...
Artinya: ...Telah diputuskan perkara yang kamu
berdua minta fatwa (kepadaku) "(Yusuf ayat 41)
Pada ayat ini juga tidak terdapat alat tasybih, tetapi ia
mengandung makna tasybih "

‫ﻳﺐ‬
ٍ ‫ﺼْﺒ ُﺢ ﺑَِﻘ ِﺮ‬
‫ﺲ اﻟ ﱡ‬
َ ‫أَﻟَْﻴ‬
Artinya: Bukankah subuh itu sudah dekat ?." (Hud ayat 81)

Pada ayat ini ‫ﺼْﺒ ُﺢ‬


‫اﻟ ﱡ‬ adalah musyabbah dari azab. Azab yang

dijanjikan Allah terhadap kaum Nabi Luth sangat dekat,


bagaikan penantian shubuh di waktu malam.

‫َو َﻋﺴَﻰ أَ ْن ﺗَ ْﻜَﺮُﻫﻮا َﺷْﻴﺌًﺎ َوُﻫ َﻮ َﺧْﻴـٌﺮ ﻟَﻜُﻢ‬

>>42<<
Artinya: Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia
amat baik bagi kamu." (al-Baqarah ayat 216).
Pada ayat ini tidak tercantum amtsal secara
sarih (jelas) namun di balik kalimat

‫َو َﻋﺴَﻰ أَ ْن ﺗَ ْﻜَﺮُﻫﻮا َﺷْﻴﺌًﺎ َوُﻫ َﻮ َﺧْﻴـٌﺮ ﻟَﻜُﻢ‬


jelas mengandung perumpamaan bagi orang yang
berpikir bahwa di balik makna tersebut mengandung
hikmah bagi kehidupan manusia dalam hal membenci
sesuatu yang ia tidak tahu bahwa apa yang ia benci
amatlah baik baginya.
Para ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat
yang mereka namakan amtsal mursalah ini, apa atau
bagaimana hukum mempergunakannya sebagai matsal.
Sebagian ahli ilmu memandang hal demikian sebagai
telah keluar dari adab al-Qur'an. Golongan lain
berpendapat, tidak ada halangan apabila seseorang
mempergunakan al-Qur'an sebagai matsal dalam
keadaan sungguh-sungguh. Misalnya: ia sangat
merasa sedih dan berduka karena ditimpa bencana,
sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu ia
telah terputus d a r i m a n u s i a . L a l u i a m e n g a t a -

>>43<<
kan: "Tiada yang menyingkapkannya selain dari
Allah".34
Tetapi berdosa besarlah seseorang yang
dengan sengaja berpura-pura pandai lalu ia
menggunakan al-Qur'an sebagai matsal, sampai-sampai
ia terlihat bagai sedang bersenda gurau.
Al-qur'an sebagai kalamullah, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, untuk disampaikan ke
seluruh ummat manusia, seluruh isinya tak terkecuali
satu katapun mempunyai rahasia, tujuan dan manfaatnya
bagi kehidupan manusia, balk dari segi lafadhnya maupun
dari seni kandungan ayatnya. Demikian halnya amtsal al-
Our'an yang merupakan salah satu uslub al-Qur'an
dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dari segi-
segi kemu'jizatannya mempunyai beberapa faedah bagi,
manusia. Di antaranya:
a. Menonjolkan suatu ma'qul (yang hanya bisa
dijangkau akal, abstrak) dalam bentuk konkrit yang
dapat dirasakan indra manusia, sehingga akal
mudah menerimanya; sebab pengertian-pengertian
abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika

34 Manna' Khalil al-Oattan, U l u m Al -Q u r’a n,hal. 407

>>44<<
ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat
dengan pemahaman. Misalnya Allah membuat
matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan
harta dengan riya, dimana ia tidak akan
mendapatkan pahala sedikitpun dari perbuatannya
itu.35

‫ﺻ ْﻠﺪًا َﻻ ﻳـَ ْﻘ ِﺪرُو َن‬


َ ُ‫َاب ﻓَﺄَﺻَﺎﺑَﻪُ وَاﺑِﻞٌ ﻓَـﺘَـَﺮَﻛﻪ‬
ٌ ‫ﺻ ْﻔﻮَا ٍن َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺗـُﺮ‬
َ ‫ﻓَ َﻤﺜَـﻠُﻪُ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ‬
‫َﻲ ٍء ﳑِﱠﺎ َﻛ َﺴﺒُﻮا وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻻ ﻳـَ ْﻬﺪِي اﻟْﻘ َْﻮَم اﻟْﻜَﺎﻓِ ِﺮﻳ َﻦ‬
ْ ‫َﻋﻠَﻰ ﺷ‬
Artinya: "Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usaha -
kan. (al-Bagarah ayat 64)

b. Meningkatkan hakikat-hakikat dan mengemukakan


sesuatu y a n g tidak tampak seakan-se-
a k a n s e s u a t u y a n g tampak. Misalnya firman
Allah:

‫اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُﻮ َن اﻟﱢﺮﺑَﺎ َﻻ ﻳـَﻘُﻮﻣُﻮ َن إﱠِﻻ َﻛﻤَﺎ ﻳـَﻘُﻮُم اﻟﱠﺬِي ﻳـَﺘَ َﺨﺒﱠﻄُﻪُ اﻟ ﱠﺸْﻴﻄَﺎ ُن‬
‫ﺲ‬‫ِﻣ َﻦ اﻟْ َﻤ ﱢ‬

35 Ibid., hal. 409

>>45<<
Artinya: "Misalnya mereka yang memakan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan
(tekanan) penyakit gila." (al-Baqarah ayat 275)

c. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam


ungkapan yang padat, seperti amtsal kamimah dan
amtsal mursalah dalam ayat di atas.
d. Mendorong orang diberi matsal untuk berbuat
sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu
yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat
matsal bagi kea daan oran g yang menafkahkan
harta di jalan Allah, dimana hal itu akan
memberikan kebaikan yang banyak. Allah
berfirman :

‫َﺖ َﺳْﺒ َﻊ‬ْ ‫ِﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ َﺣﺒﱠ ٍﺔ أَﻧْـﺒَﺘ‬


ِ ‫َﻣﺜَ ُﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـُْﻨ ِﻔﻘُﻮ َن أَْﻣﻮَاﳍَُ ْﻢ ِﰲ َﺳﺒ‬
‫َاﺳ ٌﻊ‬
ِ ‫ِﻒ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَﺸَﺎءُ وَاﻟﻠﱠﻪُ و‬ ُ ‫َﺳﻨَﺎﺑِ َﻞ ِﰲ ُﻛ ﱢﻞ ُﺳْﻨﺒُـﻠَ ٍﺔ ِﻣﺌَﺔُ َﺣﺒﱠ ٍﺔ وَاﻟﻠﱠﻪُ ﻳُﻀَﺎﻋ‬
‫َﻋﻠِﻴ ٌﻢ‬
Artinya: "Perumpamaan (nafkah 'yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan harta
mereka di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha

>>46<<
luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
(al-Baqarah ayat 261).

e. Menjauhkan (tanfir), jika isi matsal berupa


sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman
Allah tentang larangan menggunjing.

‫ُِﺐ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ أَ ْن ﻳَﺄْ ُﻛ َﻞ‬


‫ﻀ ُﻜ ْﻢ ﺑـَ ْﻌﻀًﺎ أَﳛ ﱡ‬
ُ ‫َﺐ ﺑـَ ْﻌ‬
ْ ‫…وََﻻ ﲡََ ﱠﺴ ُﺴﻮا وََﻻ ﻳـَ ْﻐﺘ‬
… ُ‫َﺧﻴ ِﻪ َﻣْﻴﺘًﺎ ﻓَ َﻜ ِﺮْﻫﺘُﻤُﻮﻩ‬
ِ ‫َﳊْ َﻢ أ‬
Artinya: "Dan janganlah sebagian kamu meng gunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging sau dara-
nya yang s u d a h m a t i m a k a t e n t u k a m u
m e r a s a j i j i k kepadanya." (al-Hujarat ayat
12).

f . U n t u k m e m u j i o r a n g y a n g d i b e r i m a t s a l . 36
dalam firman-Nya tentang para shahabat:

ُ‫ِْﻴﻞ َﻛﺰَرٍْع أَ ْﺧَﺮ َج َﺷﻄْﺄَﻩُ ﻓَﺂَ َزَرﻩ‬ ِ ‫ِﻚ َﻣﺜَـﻠُ ُﻬ ْﻢ ِﰲ اﻟﺘـ ْﱠﻮرَاةِ َوَﻣﺜَـﻠُ ُﻬ ْﻢ ِﰲ اﻹِْﳒ‬ َ ‫ذَﻟ‬
‫ﻆ ِِ ُﻢ اﻟْ ُﻜﻔﱠﺎ َر َو َﻋ َﺪ‬َ ‫ع ﻟِﻴَﻐِﻴ‬ َ ‫ﺐ اﻟﱡﺰرﱠا‬ ُ ‫ْﺠ‬ ِ ‫ﻆ ﻓَﺎ ْﺳﺘَـﻮَى َﻋﻠَﻰ ﺳُﻮﻗِ ِﻪ ﻳـُﻌ‬ َ َ‫ﻓَﺎ ْﺳﺘَـ ْﻐﻠ‬
‫َِﺎت ِﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َﻣ ْﻐ ِﻔَﺮةً َوأَ ْﺟﺮًا َﻋﻈِﻴﻤًﺎ‬
ِ ‫اﻟﻠﱠﻪُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﳊ‬
Artinya: "Demikianlah perumpamaan (matsal) mereka
dalam Taurat dan perumpamaan (matsal)
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman

36 Ibid., hal. 410

>>47<<
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah ia dan tegak lurus di atas pokok-
nya. Tanaman itu menyenangkan hati pe -
nanam-penanamnya, Allah menjanjikan
supaya marah orang-orang kafir kepada
mereka ( m u k m i n ) . O r a n g - o r a n g b e r i m a n
d a n b e r a m a l shaleh keampunan dan pahala
yang besar. (al-Fath ayat 29).

g. Untuk menggambarkan (dengan matsal itu)


sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang
buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang
keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia
tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya, seperti
dalam firman Allah

‫وَاﺗْ ُﻞ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻧـَﺒَﺄَ اﻟﱠﺬِي آَﺗَـْﻴـﻨَﺎﻩُ آَﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻓَﺎﻧْ َﺴﻠَ َﺦ ِﻣْﻨـ َﻬﺎ ﻓَﺄَﺗْـﺒَـ َﻌﻪُ اﻟ ﱠﺸْﻴﻄَﺎ ُن‬
‫( َوﻟ َْﻮ ِﺷْﺌـﻨَﺎ ﻟََﺮﻓَـ ْﻌﻨَﺎﻩُ َِﺎ َوﻟَ ِﻜﻨﱠﻪُ أَ ْﺧﻠَ َﺪ إ َِﱃ‬١٧٥) ‫ﻓَﻜَﺎ َن ِﻣ َﻦ اﻟْﻐَﺎوِﻳ َﻦ‬
ُ‫َﺚ أ َْو ﺗَـْﺘـ ُﺮْﻛﻪ‬
ْ ‫ْﺐ إِ ْن َْﲢ ِﻤ ْﻞ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻳـَ ْﻠﻬ‬
ِ ‫ْض وَاﺗﱠـﺒَ َﻊ َﻫﻮَاﻩُ ﻓَ َﻤﺜَـﻠُﻪُ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﻟْ َﻜﻠ‬
ِ ‫ْاﻷَر‬
‫ﺺ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ‬ َ ‫ﺼ‬َ ‫ُﺺ اﻟْ َﻘ‬ِ ‫ِﻚ َﻣﺜَ ُﻞ اﻟْ َﻘﻮِْم اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ ﱠﺬﺑُﻮا ﺑِﺂَﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻓَﺎﻗْﺼ‬ َ ‫َﺚ ذَﻟ‬ ْ ‫ﻳـَ ْﻠﻬ‬
(١٧٦) ‫ﻳـَﺘَـ َﻔ ﱠﻜﺮُو َن‬
Artinya: "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang
yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi al-Kitab),
kemudian ia melepaskan diri dari a ya t -

>>48<<
ayat itu la lu ia diikuti oleh syaitan
(sampai ia tergoda), maka, jadilah ia
termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau
Kami m e n g h e n d a k i , se-sungguhnya
K a m i t i n g g i k a n (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi ia cend erung kepada
dunia dan memperturutkan ha wa nafsu-
nya yang rendah, maka perumpamaan
(matsal) Nya seperti anjing jika engkau meng-
halaunya dijulurkannya lidahnya dan jika
kamu membiarkan ia menjulurkan lidahnya
(juga). Demikian itu perumpamaan (matsal)
orang-orang ya n g mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada me -
r e k a ) kisah-kisah itu agar mereka ber-
pikir." ( a l - A ' r a f a y a t 1 7 5 - 1 7 6 ) .

h. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih


efektif da l a m me mb e ri n a se ha t , le b i h ku a t
dalam memberikan perin gatan, dan lebih
d a p a t m e m u a s k a n h a t i . A l l a h b a nyak me-
nyebutkan amtsal dalam Al-Qur'an untuk peringat-
an dan pelajaran.
Seperti dalam firman-Nya:

‫ﱠﺎس ِﰲ َﻫﺬَا اﻟْﻘُْﺮآَ ِن ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﻣﺜ ٍَﻞ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛﺮُو َن‬


ِ ‫ﺿَﺮﺑْـﻨَﺎ ﻟِﻠﻨ‬
َ ‫َوﻟََﻘ ْﺪ‬
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah membuat bagi
manusia di dala m Qur'an ini setiap ma cam

>>49<<
perumpamaan (matsal) supaya mereka
mendapat pelajaran." (az-Zumar ayat 27).
‫ﱠﺎس َوﻣَﺎ ﻳـَ ْﻌ ِﻘﻠُﻬَﺎ إﱠِﻻ اﻟْﻌَﺎﻟِﻤُﻮ َن‬
ِ ‫ﻀ ِﺮﺑـُﻬَﺎ ﻟِﻠﻨ‬
ْ َ‫َﺎل ﻧ‬
ُ ‫ْﻚ ْاﻷَ ْﻣﺜ‬
َ ‫َوﺗِﻠ‬
Artinya:" D a n perumpamaan-perumpamaan (amtsal)
itu Kami buat untuk manusia; dan tidak ada
yang memahamin y a k e c u a l i o r a n g - o r a n g
y a n g b e r i l m u. " ( A l -Ankabut ayat 43).

>>50<<
BAGIAN KETIGA
AMTSAL DALAM SURAH AL-BAQARAH

A. Al-Amtsal tentang Aqidah


Di antara tujuan amtsal adalah untuk memantap-
kan aqidah yang benar bagi manusia lewat amstal yang
akan memudahkan bagi manusia untuk memahami dan
menerimanya. Dalam pembahasan ini penulis membatasi
ayat-ayat tersebut pada ayat, 17, 23, 26, 137, 171, dan 214
saja.
Al-Baqarah ayat 17.

‫َﺐ اﻟﻠﱠﻪُ ﺑِﻨُﻮِرِﻫ ْﻢ‬


َ ‫َت ﻣَﺎ ﺣ َْﻮﻟَﻪُ ذَﻫ‬
ْ ‫َﻣﺜَـﻠُ ُﻬ ْﻢ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﻟﱠﺬِي ا ْﺳﺘـ َْﻮﻗَ َﺪ ﻧَﺎرًا ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ أَﺿَﺎء‬
‫ﺼﺮُو َن‬ ِ ‫َﺎت َﻻ ﻳـُْﺒ‬ ٍ ‫َوﺗَـَﺮَﻛ ُﻬ ْﻢ ِﰲ ﻇُﻠُﻤ‬

>>51<<
Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang
yang menyalakan api, maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

Kata al-matsal, al-mitsl, dan al-matsil menurut


Ahmad Mustafa al-Maraghi sama halnya dengan Asy-syabah,
asy-syibh dan asy-syabih, baik wazan maupun maknanya
mempunyai pengertian yang sama, kemudian digunakan
untuk menjelaskan suatu sifat yang menjadi objek.37
Di dalam penyajiannya, Al-quran menggunakan
uslub yang biasa digunakan oleh orang-orang Arab,
u n t u k itu Al-quran mendatangkan beberapa mitsal yang
berguna untuk memperjelas makna sebaik mungkin, sebab
penyajian seperti ini mengungkapkan hal-hal maknawi yang
masih samar dalam bentuk peragaan contoh yang bisa
diindrai lebih jelas. Dengan kata lain, menampakkan
sesuatu dengan gaya bahasa yang lebih dikenal oleh
banyak kalangan sehingga tidak dikhawatirkan terjadi
kek-eliruan.

37 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsiru al-Maraghi, Mustafa al-Babi


al-Halabi, Mesir, Jilid I, Cet. III, 1394 H, hal. 57

>>52<<
Dengan kata lain, menampakkan sesuatu dengan
gaya bahasa yang lebih dikenal oleh banyak kalangan
sehingga tidak dikhawatirkan terjadi kek -eliruan.
Pada ayat diatas Allah mencontohkan orang-
orang mun a fi k it u b a ga i kan oran g -ora n g yan g me -
n ya la ka n a pi kemudian setelah api tersebut menerangi
daerah sekitar, Allah mematikan api tersebut yang
oleh mereka jadikan sebagai satu-satunya harapan agar
mereka tidak tersesat, api tersebut Allah padamkan
dengan (seperti) hujan lebat atau angin kencang sehingga
dengan padamnya api tersebut mereka tidak mampu
apapun, mereka tuli, bisu dan buta, 38 seperti yang di-
jelaskan pada ayat selanjutnya.

‫ْﺟ ﻌُﻮ َن‬


ِ ‫ﺻُ ﻢﱞ ﺑُ ْﻜ ﻢٌ ﻋُ ْﻤ ٌﻲ ﻓـَ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻳـَﺮ‬
Meskipun alat -a lat indra wi me reka ma sih tetap
normal tetapi mereka tidak bisa mema nfaatkannya
sebaik mun gkin. Den gan kat a lain me re ka t i da k mau
me n den ga r n a s e h a t - n a s e h a t , p e t u n j u k d a n t i d a k
mau memahami ma ksudn ya , sea kan -a kan sama

38 Ibid., hal. 58.

>>53<<
sepe rti ora n g ya ng t i da k mendengar. Mereka juga
telah kehilangan lisannya karena mereka tidak mau
mencari hikmah atau petunjuk yang bisa membimbingnya.
mereka tidak mau bertanya dalam menghadapi ke suli t an
ya n g me re ka ha da p i , j uga t i da k ma u me n ca ri bukti-
bukti yang dapat memecahkan berbagai masalah. Jadi
me re ka sa ma sa j a de n ga n ora n g b i su ka re n a t i da k
b i s a memanfaatkan lisannya, mereka juga kehilangan
indra penglihatan karena tidak bisa melihat masalah yang
menimpa mereka, baik dalam bentuk fitnah yang
seharusnya mereka jauhi, atau perkembangan umat yang
seharusnya terus mereka diikuti.39
Jelasnya, semua indra yang ada pada mereka tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Menurut Ibnu Katsir: Orang yang memilih kesesatan
setelah ia mengenal petunjuk hidayah, sehingga
menjadi b ut a se t e la h i a m e li ha t t i da k ub a hn ya
b a ga i ka n o ra n g m e n y a l a k a n a p i m a k a k e t i k a
t e r a n g a p a y a n g a d a di sekitarnya tampak dengan
nyata, dan dapat mempergunakan apa yang dapat dilihat.

39 Ibid., hal. 53.

>>54<<
Tiba-tiba padamlah api dan mereka berada dalam gelap
gulita, sehingga tidak dapat melihat maka ia menjadi
tuli dan bisu. Andaikan ada penerangan lagi sudah
tidak dapat melihat lagi karena itu ia tidak mungkin
dapat kembali sebagaimana sediakala ketika masih
b e ri ma n . 40
Ayat ini menunjukkan bahwa mereka tadinya ber-
iman kemudian ingkar dan kafir. Berdasarkan ini, Allah
membuat mitsal perihal orang-orang munafik di dalam
susunan bahasa yang jelas berbentuk matsal. Dalam hal
ini, Allah menggambarkan prilaku mereka ketika mulai
memasuki Islam, dan nur iman mulai menerangi hati
mereka, tetapi di tengah jalan perasaan ragu-ragu
menyelimuti jiwa mereka sahingga mereka berbalik
menjadi kufur terhadap apa saja yang sebelumnya pernah
diimani. Sebagai sebab utama ialah tidak adanya
kemampuan mereka di dalam menghayati keutamaan
Islam karenanya mereka tak mampu lagi memahami
hidayah. Keadaan mereka seperti ini diungkapkan di
dalam al-Qur'an bagai kelompok orang yang mengambil

40Imaduddin Abil Fida Isma'il bin Katsir ad-Damsyiqi, Tafsiru al-


Qur'an al-'Adhzim, Isa al-Babi al-Halabi, Mesir, juzu' I, hal. 53.
bara api yang dimanfaatkan untuk mengambil manfaat
dan menolak mudharat. Ayat di atas juga menggambarkan
kebuntuan mereka dalam menerima aqidah yang benar.
Al -Baqarah ayat 23:

‫ْﺐ ﳑِﱠﺎ ﻧـَ ﱠﺰﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺒْ ِﺪﻧَﺎ ﻓَﺄْﺗُﻮا ﺑِﺴُﻮَرةٍ ِﻣ ْﻦ ِﻣﺜْﻠِ ِﻪ وَا ْدﻋُﻮا‬ٍ ‫َوإِ ْن ُﻛﻨْﺘُ ْﻢ ِﰲ َرﻳ‬
‫ﲔ‬
َ ِ‫ُﺷ َﻬﺪَاءَ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ دُو ِن اﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ْن ُﻛﻨْﺘُ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗ‬

A r t i n y a : D a n j i k a k a m u ( t e t a p ) d a l a m k e r a gu a n
t e n t a n g al-Qur'an yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami, buatlah satu surat
(saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.

Setelah Allah meletakkan asas untuk dalil Tauhid


(surah al-baqarah ayat 22) Maka Allah langsung
menghadapkan kitab sebagai bukti kebenaran risalah Nabi
Muhammad SAW kepada orang-orang kafir.
Mim mits lihi pada ayat di atas menurut Ibnu Katsir
berarti yang serupa dengan al-Qur'an.41 Di dalam ayat ini
Allah meminta kepada orang yang meragukan kenabian Nabi
Muhammad SAW dan kemu'jizatan al-Qur'an untuk

41 Ibid., hal. 59.

>>56<<
mendatangkan semitsal al-Qur'an walaupun hanya surat yang
pendek.42 Orang Arab pada waktu diturunkan al-Our'an
terkenal dengan keahliannya di bidang balaghah dan fasahah
yang sudah mencapai titik puncaknya, nilai-nilai sastra adalah
kebanggaan mereka nomor satu. Al-qur'an yang mengandung
nilai sastra yang tinggi menantang keraguan mereka dengan
tantangan mendatangkan semisal al-Qur’an walaupun secara
gotong royong. dengan ketidakmampuan mereka mendatang-
kan semisal al-Qur’an hendaknya mereka sadar bahwa al-
Qur’an merupakan hujjah atas kebenaran risalah Nabi
Muhammad SAW.
P a d a a ya t di a t a s me rup a k a n a m t sa l ya n g
de n ga n tegas memberi peringatan kepada orang kafir
dan amtsalnya Iebih dapat memuaskan hati karena
sesuai dengan kondisi saat itu di mana orang-orang
Arab lagi populernya dengan balaghah dan fasahah-
nya al-Qur’an datang dengan tantangan un t uk me n -
da t a n gka n se mi sa l a l -Qur' a n ya n g me n ga n dun g
nilai sastra yang tinggi.

42 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsiru al-Maraghi, hal. 65.


>>57<<
Pemitsalan (perbandingan) dengan al-Qur’an
disini a d a l a h s a m a p e r s i s d e n g a n a l - Q u r ’ a n b a i k
deri segi kemu'jizatan lafadhnya maupun ke -
mu'jizatan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-
Qur’an.
Orang kafir bukan saja ingkar kepada Nabi
Muhammad SAW tapi juga meragukan apa saja yang
berhubungan dengan r i s a l a h y a n g d i b a w a o l e h
R a s u l u l l a h t a k t e r k e c u a l i a l -Q u r' a n , se hi n gg a
Al la h me n u ru n k a n a ya t i n i s up a ya m e re ka da p a t
me m a h a mi a q i d a h ya n g b e n a r da n m e n ya d a r i al-
Qur'an adalah salah satu bukti kebenaran Islam .
Al-Baqarah ayat 26:

‫ﺿﺔً ﻓَﻤَﺎ ﻓـ َْﻮﻗَـﻬَﺎ ﻓَﺄَﻣﱠﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ‬ َ ‫ِب َﻣﺜ ًَﻼ ﻣَﺎ ﺑـَﻌُﻮ‬ َ ‫ﻀﺮ‬ ْ َ‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَ ْﺴﺘَ ْﺤﻴِﻲ أَ ْن ﻳ‬
‫آَ َﻣﻨُﻮا ﻓَـﻴَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن أَﻧﱠﻪُ اﳊَْ ﱡﻖ ِﻣ ْﻦ رَﱢِ ْﻢ َوأَﻣﱠﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ َﻔُﺮوا ﻓَـﻴَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻣﺎذَا أَرَا َد‬
‫َﺎﺳﻘِﲔ‬ ِ ‫ﻀ ﱡﻞ ﺑِِﻪ إﱠِﻻ اﻟْﻔ‬ ِ ُ‫ﻀ ﱡﻞ ﺑِِﻪ َﻛﺜِ ًﲑا َوﻳـَ ْﻬﺪِي ﺑِِﻪ َﻛﺜِ ًﲑا َوﻣَﺎ ﻳ‬
ِ ُ‫اﻟﻠﱠﻪُ َِﺬَا َﻣﺜ ًَﻼ ﻳ‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat p e r -


umpamaan se s u a t u yaitu kepinding
k e m u d i a n yang lebih besar daripadanya.
58
Adapun orang-orang y a n g beriman,
maka mereka yakin bahwa per-
umpamaan itu dari Tuhan mereka, tetapi
mereka y a n g k a f i r m e n g a t a k a n : " A p a k a h
m a k s u d A l l a h me n j a di ka n i n i un t u k p e r -
ump a ma a n ?". De n ga n p e r u m p a m a a n i t u
b a n y a k o r a n g y a n g d i b e r i N y a petun juk.
Dan tidak ada yang disesatkan Allah selain
orang-orang yang fasik.

Diriwayatkan oleh lbnu Jarir dari berbagai


sanad yang bersumber dari as-Sujdi bahwa ayat di atas
berkenaan dengan ayat 17 dan 19 tentang dua contoh
perumpamaan kaum munafikin. Berkatalah kaum
munafikin: Mungkinkah Allah yang Maha tinggi dan
Maha Luhur membuat contoh seperti ini ? Maka Allah
turunkan ayat 26 tersebut. 43
Ayat ini sengaja diturunkan untuk menyucikan al-
Qur'an dari tuduhan kaum Yahudi yang meragukan
secara khusus mengenai contoh-contoh pribahasa yang
ada di dalam al-Qur'an, mereka mengingkari adanya
perumpamaan di dalam al-Qur'an dalam hal yang
sepele, misalnya mengumpamakan dengan lalat atau
laba-laba. Allah mengemukakan masalah ini se t e la h

43K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, H.M.D. Dahlan, Asbabun Nuzul, CV.


Dipenogoro, Bandung, 1993, Cet. V, hal. 23.

>>59<<
me n j a wa b t u d uha n p a da a ya t -a ya t se b e l umn y a .
Dengan adanya tantangan Allah ini semakin kelihatan
bahwa a d a n ya m it s a l se p e r t i i n i t i da k me n un j u k -
ka n ke le ma h a n al-Qur’an bahkan hal tersebut merupa-
kan suatu bukti bahwa al-Qur’an itu benar-benar dan
Allah yang Maha Kuat dan K u a s a . H a l i n i s u d a h
m e r u p a k a n k e b i a s a a n a h l i i l m u balaghah yang
mengungkapkan sesuatu dengan gaya bahasa yang
sepadan. Jadi, jika permasalahan yang diungkapka n
merupakan suatu keagungan maka di dalam membuat
mitsal pun ha rus di b a r e n gi de n ga n un gka p a n ya n g
a gun g p ula . J i ka permasalah itu tidak seberapa maka
perumpamaanyapun harus disesuaikan.
Ar-Rabi' bin Anas berkata: Ayat ini untuk
mencontohkan dunia, sebab nyamuk itu tetap hidup selama ia
lapar tetapi bila telah kekenyangan ia mati, demikianlah bila
seseorang telah kekenyangan maka akan mati hatinya
sehingga sukar untuk menerima nasehat dan tuntunan yang
menuju akhirat.44
Demikianlah Allah membuat perumpamaan ada yang
dengan perumpamaan itu banyak orang-orang yang

44 Ibnu Katsier, Tafsiru al-Qur'an al-'Adhzim, hal. 64.

>>60<<
disesatkan Allah dan banyak pula yang diberinya petunjuk.
Seseorang yang sudah diselimuti dengan kebodohan ketika
mendengar hal seperti ini akan timbal sikap keras kepala dan
itulah sebab utama mereka tersesat dari kebenaran, sikap
keras kepala mengakibatkan mereka tidak dapat
membedakan mana aqidah yang benar dan mana yang salah.
Kemudian mengenai orano-orang yang sudah
terbiasa melakukan kebaikan sadar dan mempunyai
pandangan secara seksama, maka ketika mendengar
mitsal tersebut mereka justru mendapatkan petunjuk
dan inspirasi sebab mereka akan selalu menghargai
sesuatu sesuai dengan kemanfaatannya masing-masing.
Al-Baqarah ayat 113:

‫َﺖ اﻟﻨﱠﺼَﺎ رَى‬ ِ ‫َﺖ اﻟﻨﱠﺼَﺎرَى ﻋَﻠَﻰ َﺷ ْﻲ ٍء َوﻗَﺎﻟ‬ ِ ‫َﺖ اﻟْﻴَـ ﻬُﻮدُ ﻟَﻴْﺴ‬ ِ ‫َوﻗَﺎﻟ‬
‫َﺎل‬
َ ‫ِﻚ ﻗ‬ َ ‫ب َﻛ َﺬ ﻟ‬ َ ‫َﺖ ا ﻟْﻴَـ ﻬُﻮدُ ﻋَﻠَﻰ َﺷ ْﻲ ٍء َو ُﻫ ْﻢ ﻳـَ ﺘْـ ﻠُﻮ َن اﻟْﻜِ ﺘَﺎ‬ ِ ‫ﻟَﻴْﺴ‬
ِ‫اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻻ ﻳـَ ْﻌ ﻠَﻤُﻮ َن ِﻣ ﺜْﻞَ ﻗـَ ْﻮﳍِِ ْﻢ ﻓَﺎﻟ ﻠﱠﻪُ ﳛَْ ُﻜ ﻢُ ﺑـَﻴْـ ﻨَـ ُﻬ ْﻢ ﻳـَ ْﻮمَ اﻟْ ِﻘ ﻴَﺎ َﻣ ﺔ‬
‫ﻓِﻴﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮا ﻓِﻴﻪِ ﳜَْﺘَﻠِﻔُﻮ َن‬
Art i n ya : Da n o r a n g - o r a n g Yahudi berkata:
" O r a n g - o r a n g Nasrani itu tidak mem-
punyai suatu pegangan" dan orang-orang
Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak
mempunyai suatu pegangan", padahal

>>61<<
mereka (sa ma -sa ma ) me mb a ca Al -Ki t a b .
De mi ki a n p ul a orang-orang yang tidak
mengetahui, mengatakan seperti ucapan
mereka itu. maka Allah akan mengadili di
antara mere ka pada hari kia mat tenta ng
apa-apa yang mereka berselisih padanya.

Diriwayatkan o l e h Ib n u A b i H a t i m da n
S a i d a t a u Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas,
mengemukakan bahwa ayat ini turun ketika orang -orang
Nashara Najran menghadap kepada Rasulullah
SAW datang pulalah padri-padri Yahudi
me re ka b e rt e n gka r di ha da p a n Ra sululla h S AW, b e r -
ka t a la h R a f i ' b i n Kh u z a i m a h ( Ya h u d i ): " K a m u t i d a k
b e r a d a p a d a jalan yang benar, karena mengatakan
kekufuran kepada Nabi Isa dan kitab Injilnya". Seorang
dari kaum Nashara Najran membantahnya dengan
mengatakan: "kamupun tidak berada di atas jalan
yang benar, karena menantang kepada kenabian
Musa dan kufur pada Taurat". Maka Allah menurun -
kan ayat tersebut di atas. (S:2 :113), sebagai jawaban
atas pertengkaran mereka. 45
Di dalam ayat ini, Allah menjelaskan dua
tingkah laku kaum Yahudi. pertama, menyesatkan

45 K.H.Q. Shaleh, c.s, Asbabun Nuzul., hal. 38.

>>62<<
orang-orang selain mereka. Alasan mereka,
kebenaran itu tidak berasal dari orang lain lantaran
para Nabi hanya khusus ditur unkan dari kalangan
Yahudi. kedua, orang-orang Yahudi menganggap
orang-orang Nasrani itu tersesat. Padahal pada
kenyataannya kitab yang mereka baca dan pegang
berasal dari kitab Nasrani. Dan kitab Nasrani itu
berfungsi me lengkapi kitab orang Yahudi. 46
Ringkasnya, mereka telah benar-benar menjadi
pengabdi nafsu mereka. Perkataan yang mereka
keluarkan sama sekali tidak bisa diperc aya dan tak
dapat dijadikan sebagai pegangan. Tuduhan mereka
terhadap Nabi SAW sama sekali bukan merupakan
tanda bahwa Nabi SAW bertentangan dengan
kebenaran. Orang -orang Yahudi mengingkari Nabi
Isa, sekalipun sebelumnya mereka menunggu -
nunggu. Begitu pula kaum Nasrani menoIak Nabi
Musa dan Taurat , padahal kitab ini adalah hujjah bagi
mereka. 47

46 Ibnu Katsir, Tarjamahan Tafsir Ibnu Katsir, (Pent. M. Thalib)


Toha Putra, Semarang, 1985, Cet. I, Juzu' I, hal. 340.
47 Ibid., hal. 341.

>>63<<
Rasa fanatik yang berlebihan berakibat kepada
keengganan mereka untuk menerima a qidah yang
benar sehingga menganggap agama merekalah satu
satunya agama yang benar .
Al-Ba q a ra h a ya t 11 8:

‫َﺎل اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ‬


َ ‫ِﻚ ﻗ‬ َ ‫َﺎل اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻻ ﻳـَ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن ﻟَﻮَْﻻ ﻳُ َﻜﻠﱢ ُﻤﻨَﺎ اﻟﻠﱠﻪُ أ َْو ﺗَﺄْﺗِﻴﻨَﺎ آَﻳَﺔٌ َﻛ َﺬﻟ‬ َ ‫َوﻗ‬
‫َﺎت ﻟِﻘَﻮٍْم ﻳُﻮﻗِﻨُﻮ َن‬
ِ ‫َﺖ ﻗُـﻠُﻮﺑـُ ُﻬ ْﻢ ﻗَ ْﺪ ﺑـَﻴﱠـﻨﱠﺎ ْاﻵَﻳ‬
ْ ‫ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠِ ِﻬ ْﻢ ِﻣﺜْ َﻞ ﻗـَﻮْﳍِِ ْﻢ ﺗَﺸَﺎﺑـَﻬ‬
Artinya: Dan orang-orang yang tidak mengetahui ber -
kata: "Hendaklah Allah (langsung) berbicara
dengan Kami atau datang satu tanda (yang
menunjukkan kebenaranmu) kepada kami?”
Begitulah pula orang-orang ya n g s e b e lu m
me re ka t e l a h m e n ga t a k a n se p e rt i ucapan
mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasa-
an Kami kepada kaum yang yakin.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi


Hatim dari Said atau Ikrimah yang bersumber dari
Ibnu Abbas, mengemukakan bahwa turunnya ayat ini
(S.2: 118) sehubungan dengan Rafik bin Huzaimah
ketika itu is berkata kepada Rasulullah SAW: "Jika tuan
seorang Rasulullah sebagaimana tuan katakan, minta -
lah kepa da Alla h agar i a be rbica ra ( l a n g s u n g )

>>64<<
kepada kami sehingga kami mendengar
perkataannya. Aya t ini turun sebaga i penjelasan
bahwa meskipun Allah mengabulkan permintaan
mereka, mereka akan tetap kufur. 48
Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang orang-
orang yang mengingkari kenabian nabi Muhammad
SAW dan mencela ayat-ayat yang diturunkan kepada -
nya. Selain i t u , m e r e k a s u d a h m e l e w a t i b a t a s
d e n g a n m e m i n t a bukti-bukti kenabian yang lain-
nya. Dan permintaannya itu merupakan sesuatu yang
diada-adakan sebagai manifestasi sikap ingkar mereka.
Menurut Hasby ash-Shiddieqy kalimat kadzalika
qala 'lladzina min qablihim mitslu qaulihim merupakan
perkataan yang hanya dikehendaki untuk membuat
pertentangan bukan untuk menyatakan kebenaran telah
dituturkan oleh orang-orang yang sebelum mereka.
Perkataan-perkataan yang serupa ini lahir dari mulut
mereka semata-mata hanya untuk memuaskan dan untuk
menerangkan keingkarannya, bukan untuk memperoleh
jelasnya perkara yang tidak terang. 49

48 K.H.Q. Shaleh, c.s, Op.Cit., hal. 42.


49 T.M Hasby ash-Shiddiqiey, Tafsir al-Our'an, Bulan Bintang,
Jakarta, .1965, Cet.II, Juz. I, hal.269.

>>65<<
Perumpamaan ayat di atas menunjukkan
sungguh hati, perasaan dan cara berfikir mereka serupa,
baik orang kafir d i m a s a j a h i l i y a h m a u p u n o r a n g
k a f i r d i z a m a n m o d e r n , dalam cara menantang agama
Allah tiada berbeda alasan dan tantangan perdebatan-
nya.
Sungguh telah cukup penjelasan ayat -ayat
Allah bagi orang-orang yang sanggup beriman dan akan
mendapat hidayah s e h i n g g a p u a s p a d a a j a r a n ,
t u n t u n a n d a n k e t e r a n g a n ayat-ayat Allah.
Al-Baqarah ayat 137:

‫َﺎق‬
ٍ ‫ﻓَِﺈ ْن آَ َﻣﻨُﻮا ﲟِِﺜ ِْﻞ ﻣَﺎ آَ َﻣْﻨﺘُ ْﻢ ﺑِِﻪ ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﻫﺘَﺪَوْا َوإِ ْن ﺗَـ َﻮﻟﱠﻮْا ﻓَِﺈﳕﱠَﺎ ُﻫ ْﻢ ِﰲ ِﺷﻘ‬
‫ﻓَ َﺴﻴَ ْﻜﻔِﻴ َﻜ ُﻬ ُﻢ اﻟﻠﱠﻪُ َوُﻫ َﻮ اﻟ ﱠﺴﻤِﻴ ُﻊ اﻟْ َﻌﻠِﻴ ُﻢ‬

A rt i n ya : M a ka j i k a me re ka b e ri ma n ke p a d a a p a
ya n g ka m u t e la h b e r i ma n ke p a da n ya ,
sun g g uh me r e ka t e la h me n da p a t p e -
t un j u k; da n j i k a me re ka b e rp a li n g se -
sun g g uhn ya me re k a b e r a da da la m p e r -
mu su ha n ( de n g a n ka m u) ma k a Al la h
a ka n m e me li ha ra k a m u da r i me re ka . Da n
Di a -la h ya n g M a h a M e n de n g a r la gi M a ha
M e n ge t a hui .

>>66<<
S e t e l a h Al la h m e n un t un p a da t i a p m u kmi n
sup a ya beriman kepada Allah dan pada semua
Rasulullah dan kitab Allah, maka dalam ayat ini Allah
menyatakan jika orang ahli kitab, atau orang musyrik
mau beriman seperti imanmu ya i t u ya n g me n ye lu r uh
t a n p a me m i sa h - mi s a h ka n se or a n g Rasulullah dari
lainnya, maka berarti mereka telah tepat imannya dan
mendapat petunjuk, tetapi jika mereka tetap berpaling
dan tidak mau beriman sedemikian maka sebenarnya
mereka masih tetap dalam sengketa. 50
Kalimat bimitsli ma amantum bih pada ayat di
atas menurut Hasby ash-Shiddiqiey maksudnya adalah
jika ahli kitab itu beriman dengan iman yang benar
kepada Allah dan d e n g a n a p a y a n g d i t u r u n k a n
k e p a d a N a b i - n a b i d a n Rasul -rasul sebagaimana
ummat Islam mengimaninya dan mereka meninggal-
kan kepercayaan mereka maka berarti mereka m e n da p a t
p e t un j u k ke p a da ke b e n a ra n d a n m e mp e ro le hn ya
sebagaimana ummat Islam memperolehnya. 51
Dari ayat ini juga dapat dipahami bahwa pe -
ngakuan iman Ahli Kitab berbeda dengan pengakuan iman
kaum muslim. Ahli Kitab hanya beriman kepada nabi-

50 Ibnu Katsir, Tarjamahan Tafsir Ibnu Katsi., hal. 187.


51 T.M. Hasby ash-Shiddiqiey, Tafsir al-Our'an, hal. 300.
nabi yang diutus agama Allah. Orang-orang yang
beriman dan mengikuti hawa n a f s u m e r e k a a d a l a h
orang-orang yang berbeda dalam permusuhan
dengan kaum muslimin.
Al-Baqarah ayat 171 :

‫ﺻﻢﱞ‬
ُ ً‫َوَﻣﺜَ ُﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﻛ َﻔُﺮوا َﻛ َﻤﺜ َِﻞ اﻟﱠﺬِي ﻳـَْﻨﻌِ ُﻖ ﲟَِﺎ َﻻ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ إﱠِﻻ ُدﻋَﺎءً َوﻧِﺪَاء‬
‫ﺑُ ْﻜ ٌﻢ ﻋُ ْﻤ ٌﻲ ﻓَـ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﻳـَ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن‬

Artinya: "Dan bandingan orang-orang yang kafir itu,


seperti yang bersuara (yang mengucapkan
suara) perumpamaan dengan yang tidak
didengarnya, kecuali seruan dan p a n g g i l a n
s a j a . M e r e k a b u t a , b i s u d a n t u l i , mereka
tidak berakal."

Ibnu Abbas r.a. berkata: "Ayat ini diturun -


k a n me n ge n a i se r o mb on ga n ka u m Ya h ud i ke t i ka
di a j a k oleh Nabi SAW masuk Islam, mereka menjawab:
bahkan kami mengikuti apa yang kami dapatkan dari
bapak-bapak kami". Maka Allah menurunkan ayat ini. 52
Sesudah Allah mencela o r a n g - o r a n g y a n g
t a k l i d d a r i kalangan orang-orang kafir karena mengikuti
leluhur mereka dan pemuka-pemuka mereka tanpa

52 Ibnu Katsir, Tarjamahan Tafsir Ibnu Katsir, hal. 204.

>>68<<
bersandar kepada bukti yang dapat dipegangi atau
argumentasi yang dapat mereka hayati, maka Allah
mengiringinya dengan perumpamaan yang menerang kan
kerusakan dan kedunguan akal mereka. Maka disebut-
kan bahwa mereka ibarat domba yang berjalan karena
digiring p e n g e m b a l a n y a d a n b e r h e n t i k a r e n a
d i h e n t i k a n y a n g t u n d u k di bawah pengembalanya
dan tidak tau mengapa ia digiring atau dihentikan. Begitu
pulalah orang-orang yang menerima suatu kepercayaan
tanpa dalil dan menerima suatu t ugas kewajiban tanpa
mengerti dan mengetahui sebab dan dasar penetapannya.
Mereka bagaikan orang-orang tuli tidak dapat mendengar
kebenaran dengan penuh perhatian dan pengertian,
bagaikan orang-orang bisu ya n g t i da k dapat menjawab
seruan yang ditujukan kepada mereka dan b a ga i ka n
orang-orang buta karena menolak bukti-bukti kebenaran
sehingga mereka seakan-akan tidak melihatnya. Karena
itu, mereka tidak samp a i k e p a d a pengetahuan tentang
kebenaran yang hanya bisa di da p a t d e n g a n j a la n p e -
n a la ra n da n p e n c a ri a n a la s a n - a l a s a n . Dan bagi
orang yang kehilangan penglihatan, pen-
dengaran dan bisu seperti mereka ini bagaimana mungkin
ia akan sa mp a i kepada kebenaran dan dapat memahami-
nya.
Di dalam ayat ini Allah menggambarkan perum -
pamaan orang-orang kafir dalam ketaklidan mereka
kepada nenek moyang dam pemimpin-pemimpin mereka
dan dalam mengabadikan kesesatan yang mereka
tempuh serta keengganan m e r e ka adalah ibarat
binatang-binatang ternak yang diteriaki oleh p en ge mb a lan ya
la lu te ria ka nn ya di i kuti dan ce ga ha nn ya dipatuhi
padahal ia tidak men gerti sedikitpun apa yang di kat a -
ka n da n di te ri a k ka n, t et api ha n ya b isa men den ga r
suara-suara saja. 53
Menurut penulis ayat ini menunjukkan perbedaan
iman kaum muslim dengan non muslim. Ummat Islam
menerima aqidah atau suatu kepercayaan disertai
dengan dalil -dalil dan menerima suatu tugas kewajiban
setelah mengerti dan mengetahui sebab dan dasar
penetapannya sehingga imannya kepada Allah atas dasar
keyakinan sepenuhnya. Pada ayat ini juga ada petunjuk
bahwa taklid tanpa pikiran dan pengertian itu merupakan
watak orang kafir. Adapun orang mukmin adalah menjadi

53 M. Thalib, Op.Cit., hal. 162.


>>70<<
wataknya untuk mengerti agamanya, dengan usaha dirinya
sendiri dan puas dengan kebenarannya. Karena maksud
dari iman bukanlah untuk menundukkan manusia kepada
kebaikan sebagaimana halnya menundukkan binatang,
tetapi maksudnya adalah untuk meningkatkan ketajaman
berpikir dan membersihkan jiwanya dengan ilmu pe-
ngetahuan. Dia berbuat kebaikan karena berguna lagi
diridhai dan meninggalkan keburukan karena merugikan
baik dalam urusan agama maupun dunianya.
Al-Baqarah ayat 214:
‫َﺴْﺒﺘُ ْﻢ أَ ْن ﺗَ ْﺪ ُﺧﻠُﻮا اﳉَْﻨﱠﺔَ َوﻟَﻤﱠﺎ ﻳَﺄْﺗِ ُﻜ ْﻢ َﻣﺜَ ُﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﺧﻠَﻮْا ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ َﻣ ﱠﺴْﺘـ ُﻬ ُﻢ‬
ِ ‫أَ ْم ﺣ‬
‫ﺼُﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ْ َ‫َﱴ ﻧ‬ َ ‫ُﻮل وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا َﻣ َﻌﻪُ ﻣ‬ُ ‫ُﻮل اﻟﱠﺮﺳ‬ َ ‫َﱴ ﻳـَﻘ‬ ‫ﻀﺮﱠاءُ َوُزﻟْ ِﺰﻟُﻮا ﺣ ﱠ‬
‫اﻟْﺒَﺄْﺳَﺎءُ وَاﻟ ﱠ‬
‫ﻳﺐ‬
ٌ ‫ﺼَﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ ِﺮ‬ ْ َ‫أََﻻ إِ ﱠن ﻧ‬
Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
syurga, p a d a h a l b e l u m d a t a n g k e p a d a k a m u
( c o b a a n ) s e bagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum k a m u ? m e r e k a d i t i m p a
o l e h m a l a p e t a k a d a n k e se n g saraan, serta di-
goncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang ber-
iman bersamanya: "Bilakah datang pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat.

Abdurrazaq meriwayatkkan dari Ma' mar yang


bersumber dari Qatadah mengemukakan bahwa
turunnya ayat tersebut di atas berhubungan dengan
peristiwa perang al-Ahzab. Ketika itu Nabi SAW men -
dapat berbagai kesulitan yang sangat hebat dengan
kepungan musuh yang sangat ketat. 54 Ayat ini me-
nunjukkan bahwa perjuangan itu meminta pe -
ngorbanan.
Titah ini ditujukan kepada orang -orang yang
oleh Allah diberi petunjuk ke jalan Islam dan keluar
,dari kegelapan perpecahan menuju cahaya persatuan
dengan jalan mengikuti petunjuk dan kitab Allah
ketika diturunkan. Zaman ini menjadi pelajaran bagi
generasi-generasi sesudahnya yang mengira masuk
syurga cukup dengan mengaku dirinya sebagai orang
Islam, lantaran tidak mengetahui ketentuan Allah
mengenai hal ihwal pares pendukung petunjuk Allah,
yaitu kesediaan untuk menanggung penderitaan dan
segala gangguan dalam ra ngka membela kebenaran
dan memberi penyuluhan kepada manus ia. 55
Jelasnya bahwa sebelum ummat Nabi
Muhammad telah datang beberapa ummat yang diberi

54 K.H.Q. Shaleh, c.s, Op.Cit., hal. 70.


55 M. Thalib, Op.Cit., hal. 161.
>>72<<
Kitab Suci dan menyeru kepada kebenaran, lalu
mereka ini mendapat gangguan dari masyarakatnya
karena seruan itu , namun mereka sabar dan teguh.
Kaum muslimin belum menerima penderitaan yang
sama dengan penderitaan yang pernah menimpa
Rasul terdahulu, karena sebagian Nabi ada yang
dibunuh dan dianianya begitu hebat.
Keimaman itu merupakan akidah dan pokok,
mengikuti jejak para Rasul juga merupakan salah satu
dari wujud iman. Karena itu, hendaklah kaum
muslimin memperhatikan dan mengambil pelajaran
dari apa yang dititahkan oleh Allah kepada shahabat -
shahabat Nabi SAW yang mulia dan terhormat.
Bagaimana mereka ini s angat dicela, karena mereka
mengira dapat masuk syurga tanpa mau lebih dahulu
menderita, tertimpa bencana dan memikul berbagai
kesulitan dalam memperjuangkan agama Allah, sepert i
pernah dialami orang-orang beriman sebelum mereka,
sehingga mereka berhasil masuk syurga.
B. Al-Amtsal tentang Hukum
Di dalam meletakkan suatu hukum Allah SWT
sering membuat contoh atau membuat perbandingan
dengan hukum lain agar manusia dapat dengan mudah
memahaminya. Dalam pembahasan ini penulis batasi
pada ayat, 228, 233, dan 275 saja.

Al-Baqarah ayat 228:


‫ُﺴ ِﻬ ﱠﻦ ﺛ ََﻼﺛَﺔَ ﻗُـﺮُوٍء وََﻻ َِﳛ ﱡﻞ ﳍَُ ﱠﻦ أَ ْن ﻳَ ْﻜﺘُ ْﻤ َﻦ ﻣَﺎ َﺧﻠَ َﻖ‬ ِ ‫ﺼ َﻦ ﺑِﺄَﻧْـﻔ‬ ْ ‫َﺎت ﻳـَﺘَـَﺮﺑﱠ‬
ُ ‫وَاﻟْ ُﻤﻄَﻠﱠﻘ‬
‫َﺧ ِﺮ َوﺑـُﻌُﻮﻟَﺘُـ ُﻬ ﱠﻦ أَ َﺣ ﱡﻖ ﺑَِﺮﱢد ِﻫ ﱠﻦ ِﰲ‬
ِ ‫اﻟﻠﱠﻪُ ِﰲ أ َْرﺣَﺎ ِﻣ ِﻬ ﱠﻦ إِ ْن ُﻛ ﱠﻦ ﻳـ ُْﺆِﻣ ﱠﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟْﻴـَﻮِْم ْاﻵ‬
‫َﺎل َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ﱠﻦ‬
ِ ‫ُوف َوﻟِﻠﱢﺮﺟ‬ِ ‫ِﻚ إِ ْن أَرَا ُدوا إِﺻ َْﻼﺣًﺎ َوﳍَُ ﱠﻦ ِﻣﺜْ ُﻞ اﻟﱠﺬِي َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ﱠﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬ َ ‫ذَﻟ‬
‫َد َر َﺟﺔٌ وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ِﺰﻳٌﺰ َﺣﻜِﻴ ٌﻢ‬

Artinya: Wanita-wanita yang ditalak hendaklah


menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa
yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suami mereka lebih
berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) itu menghendaki
ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajiban menurut cara
yang ma'ruf. Akan Tetapi para suami, mem-
punyai satu tingkatan kelebihan daripada

>>74<<
istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma


binti Yazid bin as-Sakan al-Anshariyyah berkata
mengenai turunnya ayat tersebut sebagai berikut; "Aku
dithalak oleh suamiku di zaman Rasulullah SAW di saat
belum ada hukum 'Iddah bagi wanita yang dithalak,
maka Allah menetapkan hukum 'iddah bagi wanita
yaitu menunggu sampai tiga kali suci". 56
Sebelum ayat ini telah diterangkan hukum ber-
sumpah t i d a k a k a n m e n c a m p u r i i s t r i y a n g m e -
n y e b a b k a n i s t r i terkatung-katung, maka dalam ayat
ini diterangkan masalah thalak, hukum-hukumnya dan
segala sesuatu yang bertalian dengan thalak masa
'iddah, hukum thalak tiga kali atau sikap terhadap
bekas istri yang telah dicerai. Di dalam ayat ini
dijelaskan hukum thalak sebagai penyempurnaan
bagi laki-laki yang tersebut pada ayat sebelumnya.
Namun yang lebih diprioritaskan

pembahasannya adalah pada potongan ayat ُ‫َوﳍَُ ﱠﻦ ِﻣ ﺜْﻞ‬

56 K.H.O. Shaleh, c.s, Asbabun Nuzul., hal. 77.

>>75<<
‫ُوف‬
ِ ‫ا ﻟﱠﺬِي ﻋَ ﻠَﻴْ ِﻬ ﱠﻦ ﺑِﺎ ﻟْ َﻤ ﻌْ ﺮ‬ karena di sini terdapat amtsal

yang menjadi tujuan dari pembahasan ini.


Kalimat

‫ُوف‬
ِ ‫َوﳍَُ ﱠﻦ ِﻣ ﺜْﻞُ ا ﻟﱠﺬِي ﻋَ ﻠَﻴْ ِﻬ ﱠﻦ ﺑِﺎ ﻟْ َﻤ ﻌْ ﺮ‬
mengandung pengertian bahwa suami punya beberapa
hak dan kewajiban yang harus ia tunaikan kepada
istrinya dan perempuan begitu juga. Apabila seorang
laki-laki meminta sesuatu kepada istrinya maka
hendaklah ia melakukan sesuatu untuk suaminya, maka
suaminyapun harus melakukan sesuatu untuknya yang
sepadan, dengan itu. Jadi kedua-duanya seimbang
dalam hak-hak dan usahanya, sebagaimana masing-
masing satu kesadaran, rasa dan pikirannya. Tidak adil
dan tidak membawa keuntungan kalau salah satu pihak
menguasai dan menghinakannya. Karena kehidupan
yang saling bersekutu antara dua pihak tidak akan
mencapai kebahagiaan kalau kedua-duanya tidak mau
menghormati satu sama lain dan menunaikan tanggung
jawabnya. 57

57 M. Thalib, Op.Cit., hal. 213.

>>76<<
Setiap masing-masing pihak dibebani kewajiban
yang harus dipenuhi, seperti istri wajib taat pada
suami, memelihara diri (harta suami) pada saat suami
bepergian dan lain sebagainya. Begitu juga dengan
suami, wajib memberi nafkah baik nafkah lahir maupun
batin.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa para wanita
(istri) harus menerima hak sesuai dengan kewajiban
yang sudah dipenuhinya. Dengan demikian hak suami
dari kewajiban istri merupakan kewajiban suami
terhadap istrinya. Bila diperhatikan hukum (ketetapan)
Allah ini jelas adanya upaya untuk saling menutupi
atau melengkapi satu sama lain menuju terciptanya
keluarga sakinah.
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa suami
mempunyai kelebihan sederajat dari istrinya karena
suami adalah kepala rumahtangga yang lebih
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rumah
tangga.
Al-Baqarah ayat 233:

َ‫َﲔ ﻟِ َﻤ ْﻦ أَرَا َد أَ ْن ﻳُﺘِ ﱠﻢ اﻟﱠﺮﺿَﺎ َﻋﺔ‬


ِ ْ ‫َﲔ ﻛَﺎ ِﻣﻠ‬
ِ ْ ‫َات ﻳـ ُْﺮ ِﺿ ْﻌ َﻦ أَوَْﻻ َد ُﻫ ﱠﻦ ﺣ َْﻮﻟ‬
ُ ‫وَاﻟْﻮَاﻟِﺪ‬
‫ﺲ إﱠِﻻ‬ ٌ ‫ﱠﻒ ﻧـَ ْﻔ‬ُ ‫ُوف َﻻ ﺗُ َﻜﻠ‬ ِ ‫َو َﻋﻠَﻰ اﻟْﻤ َْﻮﻟُﻮِد ﻟَﻪُ رِْزﻗُـ ُﻬ ﱠﻦ َوﻛِ ْﺴ َﻮﺗـُ ُﻬ ﱠﻦ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬

>>77<<
‫ِث ِﻣﺜْ ُﻞ‬ ِ ‫ُو ْﺳ َﻌﻬَﺎ َﻻ ﺗُﻀَﺎ ﱠر وَاﻟِ َﺪةٌ ﺑَِﻮﻟَ ِﺪﻫَﺎ وََﻻ َﻣ ْﻮﻟُﻮٌد ﻟَﻪُ ﺑَِﻮﻟَ ِﺪﻩِ َو َﻋﻠَﻰ اﻟْﻮَار‬
‫َاض ِﻣْﻨـ ُﻬﻤَﺎ َوﺗَﺸَﺎ ُوٍر ﻓ ََﻼ ُﺟﻨَﺎ َح َﻋﻠَْﻴ ِﻬﻤَﺎ َوإِ ْن‬ ٍ ‫َﺎﻻ َﻋ ْﻦ ﺗَـﺮ‬ ً ‫ِﻚ ﻓَِﺈ ْن أَرَادَا ﻓِﺼ‬
َ ‫ذَﻟ‬
‫ْﰎ أَ ْن ﺗَ ْﺴﺘـَْﺮ ِﺿﻌُﻮا أَوَْﻻ َد ُﻛ ْﻢ ﻓ ََﻼ ُﺟﻨَﺎ َح َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ إِذَا َﺳﻠﱠ ْﻤﺘُ ْﻢ ﻣَﺎ آَﺗَـْﻴﺘُ ْﻢ‬ ُْ ‫أََرد‬
ٌ‫ﺼﲑ‬ِ َ‫ُوف وَاﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ وَا ْﻋﻠَ ُﻤﻮا أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﲟَِﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن ﺑ‬
ِ ‫ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ‬
Art i n ya : P a ra i b u he n da kla h me n yus uka n anak anak-
nya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan ke -
wajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.
Seseorang tidak akan dibebani m e l a i n k a n
m e n u r u t k a d a r kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita karena anaknya dan
jangan juga seorang ayah menderita karena
anaknya, dan ahli warispun ber-
k e w a j i b a n de m i k i a n . Ap a b i la ke du a n y a
i n gi n me n ya p i h (sebelum dua tahun) dengan ke-
relaan keduanya dan p e r m u s y a w a r a t a n
m a k a t i d a k a d a d o s a a t a s keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan o l e h
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran me-
nurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah
dan ketahuilah b a h w a A l l a h M a h a M e -
l i h a t a p a y a n g k a m u kerjakan.

Sesudah Allah menyebutkan hukum-hukum thalak


pada ayat-ayat yang lalu dan menerangkan tentang
terlarangnya wali-wali menghalangi perempuan -

>>78<<
perempuan unt uk kawin dengan lelaki yang
disenanginya, maka disini Allah menyebutkan hukum
menyusui dan cara-cara pergaulan antara suami dan istri
dengan cara yang baik, mendidik anak -anak dan
memperhatikan urusan-urusan mereka dengan cara
musyawarah dan saling ridha meridhal antara suami
dan istri.
Terhadap kalimat

‫ﻚ‬
َ ِ‫ِث ِﻣ ﺜْﻞُ ذَ ﻟ‬
ِ ‫َوﻋَ ﻠَﻰ ا ﻟْﻮَا ر‬
Syeikh Ahmad Musthafa Al Maraghi berpendapat
bahwa yang d i m a k s u d d e n g a n a h l i w a r i s a d a l a h
k e r a b a t y a n g s e c a r a hukum tidak boleh kawin dengan-
nya, dibebani kewajiban yang sama dengan kewajiban
sang ayah yakni memberikan nafkah, pakaian dan upah
untuk orang lain yang dipercayai untuk m e n y u s u i
bila bapaknya tidak sanggup atau telah
tiada.58
Menurut Ibnu Katsir ahli waris menanggung beban yang
lazim atas ayahnya, yakni kewajiban memenuhi sandang

58 M. Thalib, Op.Cit., hal. 242.


>>79<<
pangan terhadap ibu yang menyusui, juga tidak boleh diberati
beban yang tidak dapat dipikul.59
Pada ayat di atas dengan jelas Allah menetapkan
kewajiban seorang wali seperti kewajiban seorang ayah
didalam memberi nafkah. Baik ayah maupun walinya
dibebani. sesuai dengan kadar kesanggupannya.
Demikianlah Allah menjelaskan hukumnya kepada
manusia terutama untuk pembinaan keluarga karena itu
selalu manusia diingatkan agar bertaqwa dengan
mentaati semua peraturannya yang mengandung hikmah
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan
manusia selalu diingatkan bahwa Allah Maha Melihat
apa-apa yang dikerjakan dan akan membalasnya dengan
balasan yang setimpal.
Al-Baqarah ayat 275 :

ُ‫ﺨ ﺒﱠﻄُﻪ‬ َ َ‫ا ﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛ ﻠُﻮ َن اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َﻻ ﻳـَﻘُﻮﻣُﻮ َن إ ﱠِﻻ َﻛ ﻤَﺎ ﻳـَﻘُﻮمُ ا ﻟﱠﺬِي ﻳـَ ﺘ‬
‫ﻚ ﺑِﺄَﻧـﱠ ُﻬ ْﻢ ﻗَﺎ ﻟُﻮا إِﳕﱠَﺎ ا ﻟْﺒـَ ﻴْ ﻊُ ِﻣ ﺜْﻞُ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ‬
َ ِ‫ﺲ ذَ ﻟ‬ ‫ﺸ ﻴْ ﻄَﺎ ُن ِﻣ َﻦ ا ﻟْ َﻤ ﱢ‬ ‫اﻟ ﱠ‬
‫َوأَ َﺣ ﻞﱠ اﻟﻠﱠﻪُ ا ﻟْﺒـَ ﻴْ َﻊ َو َﺣ ﱠﺮمَ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﺟَﺎ ءَﻩُ ﻣَ ْﻮﻋِ ﻈَﺔٌ ِﻣ ْﻦ َرﺑﱢﻪِ ﻓَﺎ ﻧـْ ﺘـَ ﻬَﻰ‬
ِ‫ب اﻟ ﻨﱠﺎ ر‬ ُ ‫ﺻ ﺤَﺎ‬ ْ َ‫ﻚ أ‬ َ ِ‫ِﱃ اﻟﻠﱠﻪِ َوﻣَ ْﻦ ﻋَﺎ دَ ﻓَﺄُوﻟَﺌ‬ َ ‫ﻒ َوأَ ْﻣ ُﺮﻩُ إ‬ َ َ‫ﻓـَ ﻠَﻪُ ﻣَﺎ َﺳ ﻠ‬
‫ُﻫ ْﻢ ﻓِﻴ ﻬَﺎ ﺧَﺎ ﻟِﺪُو َن‬
59 Ibnu Katsir, Tarjamahan Tafsir..., hal. 284.
>>80<<
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti ber-
dirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharam-
kan riba. Maka siapa yang telah datang pe--
ringatan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

P a d a a y a t se b e l um n y a A l l a h m e n ye b u t k a n
p e r i h a l orang-orang yang bertaqwa yang membantu
(bersedekah) pada fakir miskin dengan mengharapkan
keridhaan Allah. Ayat s e la n j ut n y a ( 2 75 ) A l l a h m e n -
j e l a s ka n b a h w a me r e k a i t u berdalih untuk mem-
bantu orang lain, padahal sebenarnya mereka
telah mengambil keuntungan besar dengan
menyalahgunakan hukum-hukum yang telah ditetapkan
Allah. S e hin gga mere ka be ran i men gat a ka n ba hwa
b e rda gan g it u sama dengan riba.

>>81<<
Dalam hal ini, Ibnu Katsir berpendapat: bahwa
mereka (periba) itu tidak akan dapat berdiri tegak dalam
hidupnya ditengah masyarakat, melainkkan bagai orang
yang keserupan syaitan, sebab tidak akan tenang setelah
ia mengisap darah dan kekenyangan dengan cara yang
sekejam-kejamnya karena selalu sasaranya orang-orang
yang berhajat bantuan hutang piutang. 60
Sementara itu, Ahmad Mustafa al-Maraghi ber-
pendapat bahwa mereka (periba) itu menghalalkan riba
karena mereka samakan dengan berdagang. 61
Disini jelaslah perbandingan yang mereka per-
gunakan yaitu ingin mengambil persamaan hukum.
Karena berdagang itu dihalalkan Allah maka mereka
mengambil persamaan dengan dagang (jual beli) agar
hukumnya juga sama yaitu dihalalkannya riba.
Allah yang lebih mengetahui hakikat dan akibat
dari segala sesuatu dengan sangat bijaksana telah
mengatur kehidupan manusia dengan mengharamkan
riba, karena riba itu sangat merugikan manusia.

60Ibnu Katsir, Tarjamah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, hal. 496.


61 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsiru al-Maraghi, hal. 64.
>>82<<
C. Al-Amtsal Tentang Metode Dakwah
Salah satu metode atau cara Allah dalam
menetapkan hukum adalah dengan cara nasakh, dan
biasanya hukum pengganti lebih mudah pelakaanaannya
dari hukum sebelumnya. Namun terkadang suatu hukum
diganti dengan hukum yang lebih berat, misalnya hukum
perang yang sebelumnya diharamkan kemudian
diwajibkan, yaitu dengan turunnya ayat 39 surah al-Hajj.
Salah satu ayat al-Qur’an yang berbicara tentang
nasakh adalah dalam surah al-Baqarah ayat 106, yang
berbunyi :

‫ْت ِﲞَﲑٍْ ِﻣ ﻨْـ ﻬَﺎ أَ ْو ِﻣ ﺜْﻠِﻬَﺎ أَﱂَْ ﺗـَ ﻌْ ﻠَ ْﻢ‬


ِ ‫ْﺴ ﻬَﺎ ﻧَﺄ‬ِ ‫ﻣَﺎ ﻧـَﻨْ َﺴ ْﺦ ِﻣ ْﻦ آَﻳَﺔٍ أ َْو ﻧـُﻨ‬
‫أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻋَﻠَﻰ ُﻛ ﻞﱢ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَﺪِﻳ ٌﺮ‬
Artinya : Ayat mana saja yang Kami nasakhkan atau Kami
jadikan (manusia) lupa padanya, Kami datang-
kan yang lebih baik dari padanya atau yang
sebanding dengannya. Tiadakah kamu me-
ngetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan ketika


kaum Musyrik dan kaum Yahudi mengatakan pada
masing-masing pihak, "Coba lihat bagaimana Muhammad
itu, ia memerintahkan para shahabat untuk berbuat

>>83<<
sesuatu, kemudian melarang dan memerintahkan untuk
berbuat sebaliknya. Ia mengatakan sesuatu pada hari ini
dan besoknya mencabut perkataan itu. Ia memerintahkan
agar para pelaku zina dihukum dengan cacian, tetapi
kemudian dirubah cukup dengan ditahan di rumah saja.
Jika demikian halnya, al-Qur’an adalah perkataan
Muhammad yang saling bertentangan". 62 Untuk menjawab
tuduhan mereka itu maka Allah turunkan ayat ini.
Nasakh menurut pengertian syara' adalah habisnya
masa berlaku suatu hukum ayat. Hikmah yang terkandung
di dalam nasakh adalah karena hukum-hukum syariat itu
ditetapkan berdasarkan maslahat manusia, sedangkan
maslahat itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
waktu dan tempat. Jadi jika terdapat suatu hukum
tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi dengan sendirinya
hukum tersebut sudah habis masa berlakunya.
Menurut Hamka yang dimaksud dengan ayat disini
bukanlah ayat al-Qur’an ada yang mansukh atau yang
lupa, sehingga tidak teringat lagi oleh Nabi, lalu ayat itu
diganti Tuhan dengan ayat yang lain dengan yang lebih
baik atau sama. Tetapi yang dimaksud dengan ayat disini

62 Ibid., hal. 187.


>>84<<
adalah arti tanda, yang dituju adalah mu'jizat. Nabi-nabi
terdahulu telah diberi Allah berbagai macam mu'jizat
sebagai tanda bukti mereka telah diutus Allah, sesuai pula
dengan kecerdasan ummat pada waktu itu, maka ayat
al-Qur’an sebagai mu'jizat jauh lebih baik dari pada ayat-
ayat terdahulu yang telah dimansukh itu. 63 Nabi Musa
misalnya, telah datang membawa ayat-ayat mu'jizat yaltu
dia mempuyai tongkat, Nabi Isa telah diberi ayat mu’jizat
menyembuhkan orang sakit. Semuanya telah dimansukh-
kan atau telah diganti dengan yang lebih baik dengan ke-
datangan Nabi Muhammad SAW yaitu al-Qur' an sebagai
mu'jizat terbesar. 64 Jadi bukanlah karena Rasul tidak tahu
atau lupa, melainkan dimaksudkan ialah bahwa Allah
memansukhkan satu ayat dan menggantikannya dengan
yang lebih baik artinya yang lebih sesuai dengan zaman
atau yang sama. Allah mengadakan pertanyaan demikian
adalah untuk menguatkan ingatan beliau dalam meng-
hadapi orang-orang yang masih ragu.
Demikianlah cara atau metode Allah SWT dalam
menetapkan peraturan kepada hamba-Nya sejak dari Nabi

63 Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, Cet


VIII, Juz I, hal. 261.
64 Ibid., hal. 351.

>>85<<
pertama yaitu Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW
selalu disesuaikan dengan tempat dan waktu. Sampai al -
Qur'an sudah sempurna ayat-ayat Allah tidak pernah
dirubah atau diganti lagi karena al-Qur'an adalah
penyempurna kitab-kitab sebelumnya sesual dengan
fungsi Nabi Muhammad SAW sebagai penutup Para Nabi.

D. Amtsal tentang Shadaqah


Al-qur'an dalam memotivasikan manusia untuk
berbuat kebaikan menggunakan beberapa cara, di
antaranya adalah dengan memberikan beberapa per-
umpamaan atau amtsal dari suatu perbuatan dengan
tujuan mendorong manusia untuk lebih banyak berbuat
kebaikan, diantaranya ayat-ayat mengenai shadaqah yang
diumpamakan pahala atau balasannya itu akan berlipat
ganda. Ayat-ayat tersebut adalah ayat 261, 264, dan 265.
Al-Baqarah ayat 265 :

‫َﺖ َﺳ ﺒْ َﻊ‬ ْ ‫َﻞ َﺣ ﺒﱠﺔٍ أَﻧـْ ﺒَﺘ‬


ِ ‫ِﻴﻞ اﻟﻠﱠﻪِ َﻛ َﻤ ﺜ‬
ِ ‫َﻣ ﺜَﻞُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـُﻨْﻔِ ﻘُﻮ َن أَ ْﻣ ﻮَاﳍَُ ْﻢ ِﰲ َﺳ ﺒ‬
ُ‫ﻒ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَﺸَﺎءُ وَاﻟﻠﱠﻪ‬ ُ ِ‫َﺳ ﻨَﺎﺑِﻞَ ِﰲ ُﻛ ﻞﱢ ُﺳ ﻨْ ﺒـُ ﻠَﺔٍ ِﻣ ﺌَﺔُ َﺣ ﺒﱠﺔٍ وَاﻟﻠﱠﻪُ ﻳُﻀَﺎﻋ‬
ٌ‫َاﺳ ﻊٌ ﻋَﻠِﻴﻢ‬
ِ‫و‬
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di

>>86<<
jalan Allah adalah serupa dengan sebiji benih
yang menumbuhkan tujuh tangkai pada tiap-
tiap tangkai seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang di-
kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui.

Inilah contoh perumpamaan kemurahan Allah


dalam melipat gandakan pahala bagi hamba-Nya yang ikut
membiayai kepentingan agama Allah, berjuang untuk
menegakan agama Allah, bahwa Allah akan melipat
gandakan pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat gandanya.
Menurut penulis ayat ini menunjukkan betapa
beruntungnya orang yang suka menafkahkan hartanya di
jalan Allah yang digambarkan pada ayat ini seperti
seorang yang menyemaikan sebutir benih di tanah yang
subur Benih yang sebutir itu memberikan sebatang
pohon, dan pohon itu bercabang tujuh, setiap cabang
menghasilkan setangkai buah dan setiap tangkai berisi
seratus biji, sehingga benih yang sebutir itu memberikan
hasil sebanyak tujuh ratus butir. Ini berarti tujuh ratus
kali lipat. 65 Betapa banyak hasilnya apabila yang
ditanamnya itu lebih dari sebutir.

65 Departemen Agama, al-Qur'an dan Tafsirnya, Universitas Islam


Indonesia, Jilid I, Juz 1,2,3, hal. 444.

>>87<<
Penggambaran seperti yang terdapat dalam ayat ini
lebih tepat bila dibandingkan dengan dikatakan secara
langsung bahwa "Benih yang sebutir itu akan
menghasilkan tujuh ratus buah" sebab, penggambaran
yang terdapat di dalam ayat tadi memberi kesan bahwa
amal kebaikan yang dilakukan oleh sesorang senantiasa
berkembang dan ditumbuhkan oleh Allah sedemikian
rupa, sehingga menjadi keuntungan yang berlipat ganda
bagi orang yang telah meIakukannya, seperti
memperkembangkan tanaman yang ditanam oleh
seseorang pada tanah subur, untuk keuntungan
penanamnya.
Al-Baqarah ayat 264 :

‫َاﻷَذَى ﻛَﺎﻟﱠﺬِي‬ ْ ‫ﺻ َﺪ ﻗَﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ﱢﻦ و‬


َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣ ﻨُﻮا َﻻ ﺗـُﺒْ ِﻄ ﻠُﻮا‬
‫َﻞ‬
ِ ‫َﺧ ِﺮ ﻓَ َﻤ ﺜـَ ﻠُﻪُ َﻛ َﻤ ﺜ‬
ِ ‫ﱠﺎس وََﻻ ﻳـُ ْﺆ ِﻣ ُﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪِ وَاﻟْﻴَـ ْﻮِم ْاﻵ‬
ِ ‫ﻳـُﻨْﻔِ ُﻖ ﻣَﺎﻟَﻪُ ِرﺋَﺎءَ اﻟﻨ‬
‫ب ﻓَﺄَﺻَﺎﺑَﻪُ وَاﺑِﻞٌ ﻓـَ ﺘـَ َﺮَﻛ ﻪُ ﺻَ ﻠْ ﺪًا َﻻ ﻳـَ ْﻘ ﺪِ رُو َن ﻋَﻠَﻰ‬ ٌ ‫ﺻ ْﻔ ﻮَا ٍن ﻋَ ﻠَﻴْ ﻪِ ﺗـُﺮَا‬
َ
‫َﺷ ْﻲ ٍء ﳑِﱠﺎ َﻛ َﺴ ﺒُﻮا وَاﻟﻠﱠﻪُ َﻻ ﻳـَ ْﻬ ﺪِي اﻟْ َﻘ ْﻮمَ اﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳ َﻦ‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

>>88<<
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah) mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan, dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.

Ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang


beriman, agar mereka jangan sampai melenyapkan pahala
infak mereka lantaran menyertainya dengan kata-kata
yang menyakitkan hati atau dengan menyebut-nyebut
infak yang telah diberikan.
Salah satu dari tujuan infak adalah untuk
menghibur dan meringankan penderitaan orang yang
membutuhkan pertolongan, maka Allah melarang
menyebut-nyebut apa yang sudah diberikan karena bisa
menyebabkan sakit hati si penerima, sehingga tujuan dari
infak itu sendiri tidak akan tercapai wajar saja kalau
pahalanya dihapuskan oleh Allah SWT.
Orang yang bersedekah diiringi dengan riya di-
umpamakan Allah seperti batu licin yang di atasnya ada
sedikit tanah, kemudian ditimpa hujan lebat sehingga
kembali licin. Perumpamaan ini menunjukkan kesia-siaan

>>89<<
orang yang bersedekah yang tidak meninggalkan bekas
pahala sedikitpun lantaran suka menyebut-nyebutnya.
Al-Baqarah ayat 265 :

‫َو َﻣ ﺜَﻞُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـُﻨْﻔِ ﻘُﻮ َن أَ ْﻣ ﻮَاﳍَُﻢُ اﺑْﺘِﻐَﺎءَ ﻣَ ْﺮﺿَﺎةِ اﻟﻠﱠﻪِ َوﺗـَ ﺜْﺒِﻴﺘًﺎ ِﻣ ْﻦ‬
‫َﲔ‬
ِ ْ ‫ﺿ ْﻌ ﻔ‬
ِ ‫َﺖ أُ ُﻛ ﻠَﻬَﺎ‬ ْ ‫َﻞ َﺟ ﻨﱠﺔٍ ﺑِ َﺮﺑـْ َﻮةٍ أَﺻَﺎﺑـَﻬَﺎ وَاﺑِﻞٌ ﻓَﺂَﺗ‬ِ ‫ُﺴ ِﻬ ْﻢ َﻛ َﻤ ﺜ‬
ِ ‫أَﻧـْ ﻔ‬
ٌ‫ﺼ ﲑ‬
ِ َ‫ﺼ ﺒْـ ﻬَﺎ وَاﺑِﻞٌ ﻓَﻄَﻞﱞ وَاﻟﻠﱠﻪُ ﲟَِﺎ ﺗـَ ﻌْ َﻤ ﻠُﻮ َن ﺑ‬ ِ ُ‫ﻓَﺈِ ْن ﱂَْ ﻳ‬
Artinya: Dan perumpamaan orang-orang yang mem-
belanjakan hartanya karena mencari keredhaan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi
yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan
lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis
(pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu perbuat.

Orang yang membelanjakan harta mereka untuk


mencari keredhaan Allah dan dengan sadar menanamkan
perasaan iman dan ihsan lebih teguh kedalam diri mereka
ketika mengeluarkan harta tersebut sehingga jiwanya
menjadi bersih adalah laksana kebun yang subur dengan
tanaman-tanaman yang lebat dan batangnya besar dan
tersiram hujan lebat, lalu ia membuahkan hasil berganda.
Dan sekalipun hanya gerimis saja yang turun itupun

>>90<<
sudah cukup untuk menyuburkan tanahnya dan tanam-
tanamannya. 66
Sadaqah pada ayat ini diumpamakan sebagai se-
bidang kebun yang mendapat siraman yang cukup dari air
hujan yang terletak di dataran yang tinggi, mendapatkan
sinar yang cukup dan tanahnyapun subur. Begitulah
gambaran orang yang menafkahkan hartanya, karena ia
menginsafi benar bahwa ia telah menerima rahmat yang
banyak dari Allah, maka ia bersedia untuk memberikan
infak yang banyak walaupun suatu waktu ia memperoleh
rahmat yang sedikit namun ia tetap memberikan infak
itulah yang dimaksud dengan "hujan gerimispun cukup".
Sedikit banyaknya rahmat yang ia peroleh dari Allah tidak
mengurangi kerelaan hatinya untuk berinfak di jalan
Allah.
Menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi pada ayat di
atas Allah sengaja mempergunakan kata min anfusihim
(pada sebagian diri mereka), bukan li anfusihim (untuk
diri mereka), karena mendermakan harta adalah merupa-
kan salah satu cara menanamkan kesadaran dan ke-
mantapan beriman, sedangkan mengorbankan nyawa
adalah merupakan sebagian yang lain dari cara menanam-
kan dan memantapkan iman. 67 Maka bersedekah itu me-

66 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsiru al-Maraghi., 35.


67 Ibid., hal. 36.
>>91<<
rupakan perbuatan yang dapat meneguhkan hati untuk
berbuat kebaikan serta menghilangkan pengaruh cinta
harta yang melekat pada jiwa.
Akhir ayat ini ditutup dengan kalimat Wallahu bima
ta'maluna bashira yang mengandung pengertian bahwa
hanya Allah sajalah yang mengetahui (melihat) keikhlasan
harnba-Nya dalam beramal.
BAGIAN KEEMPAT
PENUTUP

Sebagai bagian penutup dari keseluruhan


pembahasan kajian ini penulis akan membe rikan
beberapa kesimpulan dan re komendasi yang rele van
dengan keseluruha n pembahasan karya ini.

A. Kesimpulan
Al-Qur'an merupakan mu'jizat terbesar terhadap
Rasulullah SAW yang merupakan pedoman hidup bagi
seluruh ummat manusia yang mengandung nilai sastra
yang tinggi. Al-Qur'an menggunakan berbagai metod e
penyampaian, dengan tujuan memudahkan bagi manusia

>>93<<
untuk memahaminya.
Amtsal merupakan salah sat u metode al-
Qur'an dalam menyampaikan ajaran atau pesan-
pesannya kepada manusia. Dengan amtsal akan lebih
mendekatkan pada pemahaman dan mendorong jiwa yang
diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal.
Dengan adanya ayat amtsal , manusia semakin
mengetahui tentang uslub-uslub yang terdapat pada
al-cur'an. Ayat-ayat amtsal yang terdapat dalam al-
Qur’an ada yang bertujuan untuk diamalkan dan ada
yang bertujuan untuk dihindari.

B. Rekomendasi
Diharapkan kepada seluruh ummat Islam untuk lebih me-
ningkatkan pengamalan dan pemahaman terhadap kandungan
al-Qur’an sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Diharapkan di masa-masa yang akan datang penelitian
dan pembahasan tentang seluk-beluk al-Qur'an lebih ditingkat-
kan lagi terutama tentang ayat-ayat amtsal, mengingat sangat
minimnya buku-buku yang membahas secara khusus tentang

>>95<<
amtsal al-Qur'an terutama buku-buku yang berbahasa
Indonesia.
Di dalam memahami al-Qur'an hendaknya dipelajari
segala persoalan yang berhubungan dengan uslub-uslubnya,
sehingga dapat memahami al-Qur’an tersebut secara benar dan
menyeluruh.

>>96<<
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Qur’an Al Karim

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsiru al-Maraghl4 Mustafa al-


Sabi al Halabi, Mesir, 1394 H, Cet. III, Jilid I.

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, (Pent.


M. Thalib), Toha Putra, Semarang, Cet. 'I, Juzu' I.

As-Suyuthi, Apa Itu al-Qur'an, Gema Insani Press, Jakarta, 1993,


Cet. VIII.

Badaruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi, Al-


Burhan Fi 'Ulumil al-Our'an, Dar al-Haya-i al-Kutub al-
'Arabiyah, Cet. I, Jilid I.

Departemen Agana R.I, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Universitas


Islam Indonesia, Jilid I, Juz, 1, 2, 3.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, Cet. VIII, Juz.


I.

Hasby Ash-Shiddiqy, Mu'jizat aI-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta,


1960.

Hj. Siti Amanah, Pengantar Ilmu-ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Asy-


Syifa', Cet. I, Semarang, 1993.

>>97<<
Imaduddin Abil Fida Isma'il bin Katsir ad-Dansyiqi, Tafsiru al-
Qur'an ai-'Adhzim, lsa al-Babi al-Halabi, Mesir, Juz u' I.

Ibnu Katsir, Tarjamah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, (Pent. H. Salim


Bahreisy, H. Said Bahreisy), PT. Dina Ilmu, Surabaya, Cet.
III.

K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan‘ H.M.D. Dahlan, Asbabun Nuzul, CV.


Diponegoro, Bandung, Cet. V.

K Prent E.M, J. Adi Subrata, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin


Indonesia, Yayasan Kanisius, Semarang, 1969.

Manna' Khalil al-Qattan, Study Ilmu-ilmu al-Qur'an, PT. Pustaka


Litera AntarNusa, Cet. I Jakarta, 1994.

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, PT. Hidakarya Agung,


Jakarta, Cet. VIII, 1990.

N. Bakri Isma'il, Dirasatu Fi 'Ulumil Qur'an, Dar Al-Munasar,


Kairo, 1991, Cet. I.

M. Yunus cs., Pendidikan Agama Islam, Jilid I, Bulan Bintang,


Jakarta.

T.M. Hasby Ash-Shiddiegy, Ilmu-ilmu al-Qur'an, Bolan Bintang,


Jakarta, Cet. III.

>>98<<
Melalui Gerak Ganda dan Sintesis Fazlur Rahman Membumikan Al-Qur’an | 99

.
100 | Dr. Nasaiy Aziz, MA

Anda mungkin juga menyukai