1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pemahaman Aswaja
Terhadap 3 Pilar Agama dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Munasir, M. Ag. selaku dosen mata kuliah Studi Aswaja dan
Tasawuf.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis
usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan Agama dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ahlussunnah Wal Jama’ah meliputi pemahaman dalam tiga bidang
utama, yakni bidang Aqidah, Syari’ah , Tasawuf . Ketiganya merupakan ajaran
Islam yang harus bersumber dari Nash Al-Qur’an maupun Hadist dan kemudian
menjadi satu kesatuan konsep ajaran Aswaja . Kaitanya dengan pengamalan tiga
sendi utama ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, golongan Ahlussunnah
Wal Jama’ah mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf.
Aswaja adalah faham yang berpegang teguh pada tiga madzhab
sebagaimana dilansir oleh KH. Bisri Mustofa, yaitu :
1. Bidang hukum Islam menganut salah satu empat madzhab (Hanafi,
Maliki, Syafi’i, Hambali)
2. Bidang Tauhid menganut ajaran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam
Abu Mansur al-Maturidi.
3. Bidang Tasawuf menganut Imam Abu Qosim al-Junaidi
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan 3 pilar agama (Aqidah, Syariah dan Tasawuf) ?
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASA
N
A. AKIDAH, SYARI’AH DAN TASAWUF
1. Pengertian Akidah
Secara etimologi kata aqidah berasal dari kata bahasa Arab yaitu, ‘aqada
5
dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati serta diyakini
kesahihannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.33
Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian aqidah diatas, pada
hakikatnya sama, bahwa aqidah adalah keyakinan dalam hati serta mengikat
janji manusia sebagai makhluk ciptaan dan Allah adalah sang pencipta.
Keyakinan sama sekali tidak tercampur dengan keraguan, ini yang dimaksud
keyakinan dalam aqidah.
Janji tersebut diucapkan ketika masih didalam rahim. Sesuai dengan
ۖ َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ۢن َبِنٓى َء اَد َم ِم ن ُظُهوِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰٓى َأنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَرِِّبُك ْم
َقاُلو۟ا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َنٓاۛ َأن َتُقوُلو۟ا َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِة ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َٰغ ِفِليَن
ِ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi
(tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (QS. Al-A’raf [7] : 172).
2. Pengertian Syari’ah
Sesuatu yang hendak dituju tentu merupakan sesuatu yang amat penting.
Syari’ah adalah cara atau jalan. Air adalah sesuatu yang hendak dituju.
Pengaitan syari’ah dengan air dalam arti bahasa ini tanpaknya dimaksudkan
untuk memberikan penekanan bahwa syari’ah merupakan jalan untuk
memperoleh sesuatu yang penting. Penyimbolan ini cukup tepat karena air
merupakan unsur yang penting dalam kehidupan. Sebagaimana Firman Allah
SWT, dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya’ Ayat 30:
َأَو َلْم َيَر ٱَّلِذيَن َكَفُر ٓو ۟ا َأَّن ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر َض َك اَنَت ا َر ْتًقا َفَفَت ْق َٰن ُهَم اۖ َو َج َع ْلَن ا ِمَن ٱْلَم ٓاِء
ُك َّل َش ْى ٍء َح ٍّى ۖ َأَف اَل ُيْؤ ِم ُنوَن
Artinya : “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit
dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman.” (QS. Al Anbiya : 30).
Syari’at identik dengan ajaran agama yang memayungi komponen-
komponen penting di dalamnya, atau sekurang-kurangnya mencakup tiga
dimensi ajaran, yaitu al-ahkam al-i’tiqadiyyah (ajaran tauhid), al-ahkam al-
khuluqiyyah (ajaran moral) dan al-ahkam al-‘amaliyyah (aturan praktis).
Dengan pengertian seperti ini, syari’at bisa disebut sebagai substansi ajaran
agama yang dapat menjangkau elemen-elemen penting di dalamnya, seperti
masalah ketuhanan dengan berbagai implikasinya, persoalan moralitas dalam
pergaulan sehari-hari, serta persoalan-persoalan transaksi dan interaksi sosial
lainnya (Yasid, 2014: 19).
Berdasarkan Pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Syari’ah
4
Nurhayati. "Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul Fikih." Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah 2.2 (2018): 124-134.
5
Facthur Rahman, Islam, alih Bahasa Ahsin Muhammad, ( Bandung : Pustaka , 1984 ), h. 140
7
merupakan jalan hidup umat muslim, yang terdiri dari ketetapan-ketetapan
Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan,
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
3. Pengertian Tasawuf
6
Mumtaz, Nadhif Muhammad. "MODERASI ISLAM BERBASIS TASAWWUF." Al Aqidah
(Jurnal Studi Islam) 2.2 (2020): 69-93.
7
Khoiruddin, M. Arif. "Peran tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern." Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman 27.1 (2016): 116.
8
adalah dzauq (intuisi) yang menghasilkan kebahagiaan spiritual. Pengalaman
yang tidak bisa diekspresikan melalui bahasa biasa karena bersifat emosional
dan individual (Al-Taftazani, 1976:10).8
Jadi unsur pokok serta utama dalam tasawuf adalah mensucikan diri dan
tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan keselamatan abadi. Tingkah laku
manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsunya hanya berorientasi untuk
kesenangan duniawi merupakan tabir yang menghalangi antara manusia dengan
Allah. Untuk itu bentuk usaha yang dilakukan ahli tasawuf dalam
membersihkan jiwa melalui tiga tingkatan, yakni: Takhalli, Tahalli dan Tajalli.9
Takhalli, Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat batin. Di antara sifat- sifat tercela yang mengotori
jiwa (hati) manusia adalah dengki, buruk sangka, sombong, membanggakan
diri, pamer, kikir dan sifat-sifat tercela yang lain. Firman Allah dalam Al
Qur’an surat Asy-Syams 91: 9-10
َو َقْد َخ اَب َمن َد َّس ٰى َها,َقْد َأْف َل َح َمن َز َّك ٰى َها
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.
dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. As-Syams: 9-
10)
Tahalli, Tahalli yakni mensucikan atau menghiasi diri dengan sifat-sifat
terpuji, dengan ta’at lahir dan taat batin. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat
An Nahl : 90
ْأ
ِإَّن ٱَهَّلل َي ُم ُر ِبٱْلَع ْد ِل َو ٱِإْل ْح َٰس ِن َو ِإيَتٓاِئ ِذ ى ٱْلُقْر َبٰى َو َيْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش ٓاِء َو ٱْلُم نَك ِر
َو ٱْلَبْغ ِى ۚ َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُروَن
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An Nahl: 90)
8
Sholihah, Mar'atus, Nur Jannah, and Ifa Afida. "Akhlak Tasawuf Dalam Sains Modern." At-
Turost: Journal of Islamic Studies 7.2 (2020): 135-149.
9
Khoiruddin, M. Arif. "Peran tasawuf dalam kehidupan masyarakat modern." Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman 27.1 (2016): 119.
9
Tajalli, Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui
pada fase tahalli, maka rangkaian pendidikan mental itu disempurnakan pada
fase tajalli. Tajalli berarti terungkapnya nur ghaib untuk hati. Firman Allah
dalam Al Qur’an surat An- Nur: 35
1. Pengertian Aswaja
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga
kata yang membentuk istilah tersebut, yaitu: Ahl, berarti keluarga, golongan,
atau pengikut. Al-Sunnah, secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira
mardhiyah (jalan atau cara walaupun tidak diridhoi). Al-Jama’ah, berasal dari
kata jama’ah artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian ke
sebagian lain. Jama’ah berasal dari kata ijtima’ (perkumpulan), lawan kata dari
tafarruq (perceraian), dan furqah (perpecahan). Jama’ah adalah sekelompok
orang banyak dan dikatakan sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan
satu tujuan. Menurut istilah “sunnah” adalah suatu cara untuk nama yang
diridhoi dalam agama, yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain
10
dari kalangan orang yang mengerti tentang Islam. Seperti para sahabat
Rasulullah. Secara terminologi aswaja atau Ahlusunnah wal jama’ah golongan
yang mengikuti ajaran rasulullah dan para sahabat-sahabatnya.
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah merupakan aliran kalam yang memiliki
komitmen berpegang teguh pada hadits-hadits Nabi sebagai reaksi terhadap
aliran Mu’tazilah yang kurang kuat berpegang teguh pada hadits Nabi, dan
merupakan mayoritas kaum Muslimin (Ammah al-Muslimin). Aliran ini
dibangun Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Kedua tokoh ini,
terutama al-Asy’ari yang banyak mewarnai aliran ini mulai isi (content) maupun
doktrin-doktrinnya.
Menurut para ahli, sebagaimana telah diidentifikasi Harun Nasution,
aliran al-Asy’ari timbul difaktori oleh sebab yang berbeda-beda: al Subki dan
Ibn „Asakir menyatakan bahwa pada suatu malam Asy’ari bermimpi bahwa Nabi
Muhammad mengatakan bahwa mazhab Ahli Hadits-lah yang benar sedang
mazhab Mu’tazilah salah; sebab lain karena ketidakpuasan al-Asy’ari dalam
perdebatan melawan gurunya, al-Jubba’i. Dalam perdebatan tersebut, al-Jubba’i
tidak mampu menjawab tantangan al-Asy’ari. Sebab berikutnya karena al-
Asy’ari mengikuti mazhab Syafi’i yang telah memiliki teologi sendiri berbeda
dengan Mu’tazilah.
Mac Donald menilai karena darah Arab padang pasir yang tradisional
dan fatalistis. Spitta menyebut karena al-Asy’ari setelah mempelajari hadits
menemukan perbedaan ajaran Mu’tazilah dengan spirit Islam. Namun, Nasution
menyimpulkan, agaknya aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran
Mu’tazilah, sehingga jika aliran Mu’tazilah dipandang sebagai tesis maka aliran
Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai antitesisnya.10
Pengikut aliran Mu’tazilah hanya minoritas kaum Muslimin sementara
aliran yang dibangun Washil bin Atho’ ini tidak begitu kuat berpegang teguh
pada Sunnah Nabi. Maka al-Asy’ari berusaha membangun teologi yang
berlawanan dengan Mu’tazilah baik pada dataran jumlah pengikut, sikap
10
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1986), h. 65-69
11
maupun respons terhadap Sunnah Nabi. Oleh karena itu, aliran yang telah
didesain al-Asy’ari ini dinamakan Ahlussunnah wal Jama’ah (penjaga gawang
Sunnah Nabi dan merupakan mayoritas umat Islam). Di sini al-Asy’ari berusaha
menampilkan konstruksi teologi yang berlawanan secara diametral dengan
Mu’tazilah.
1. Aspek Aqidah
3. Aspek tasawuf
13
Hasby As-Shiddiqy, “Pengantar Hukum Islam” h. 46-47
14
Hamka, “Tasawuf Perkembangan dan Pemeriksaannya” h. 94
15
Pada dasarnya ajaran tasawuf merupakan bimbingan jiwa agar menjadi
suci, selalu tertambat kepada Allah dan terjauhkan dari pengaruh selain Allah.
Jadi tujuan tasawuf adalah mencoba sedekat mungkin kepada Allah SWT
dengan melalui proses yang ada dalam aturan tasawuf.
16
ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Jalan sufi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para
pewarisnya adalah jalan yang tetap serta teguh memegang perintah-perintah
Allah. Karena itu umat Islam tidak dapat menerima jalan sufi yang melepaskan
diri dari kewajiban syariat, seperti perilaku tasawuf yang dilakukan oleh al-
Hallaj (al-Hulul) dengan pernyataannya “ana al-Haq”, Ibnu Araby (al-Ittihad,
manunggaling kawula gusti).
Demikian pokok-pokok ajaran Ahlussunah wa al-jama’ah, yaitu
kesatuan antara aqidah, syariah dan tasawuf akan menempatkan manusia pada
kedudukan dan derajat yang sempurna di mata Allah. Aspek syariah ini biasanya
dikenal dengan amalan lahiriyah yang lebih banyak berkaitan dengan soal akal,
sedangkan yang lebih sempurna berkaitan dengan hal batiniah dengan
menggabungkan dua aspek tersebut yang kemudian pada akhirnya akan
mencapai cita-cita Islam yang sangat tinggi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sholihah, M. A., Jannah, N., & Afida, I. (2020). Akhlak Tasawuf Dalam Sains
Modern. At-Turost: Journal of Islamic Studies, 7(2), 135-149.
18