Anda di halaman 1dari 21

1

DAFTAR ISI

Cover__1
Daftar Isi__2
Peta Konsep__3
Kompetensi Dasar__4
Membuka Relung Hati__4
Mengkritisi Sekitar Kita__7

A. PERINTAH SALING MENASEHATI__8


1. Q.S. Luqman: 13-14__8
2. Aplikasi Tajwid Q.S. Luqman: 13-14__8
3. Kosa Kata Q.S. Luqman: 13-14__9
4. Asbabun Nuzul Q.S. Luqman: 13-14__9
5. Kajian Tafsir Q.S. Luqman: 13-14__10

B. ADAB DAN METODE MENYAMPAIKAN DAKWAH__14


1. Disampaikan dengan cara yang santun dan lemah lembut__15
2. Memperhatikan tingkat pendidikan__15
3. Menggunakan bahasa yang sesuai__16
4. Memperhatikan dan menghargai budaya__16
5. Memperhatikan tingkat sosial dan ekonomi__16
6. Memperhatikan usia objek dakwah__17
7. Yakin dan optimis__17
8. Menjalin kerja sama__17
9. Konsekuen dengan perkatan (teladan yang baik)__17

C. HIKMAH DAN MANFAAT MENASEHATI__18

Kisah Teladan__18
Menerapkan Perilaku Mulia__19
Tugas Kelompok__19
Rangkuman__19
Evaluasi__19

2
BAB 5 Cerahkan Hati Nurani dengan Saling Menasehati

Peta Konsep

Amati gambar berikut, dan korelasikan pendapatmu dengan Saling Menasehati !


Gambar 1: Kasus narkoba Gambar 2: Tawuran pelajar

Gambar 3: Orang tua menasehati anak Gambar 4: Ceramah keagamaan

3
KOMPETENSI DASAR

1. Menunjukkan perilaku saling menasehati sebagai implementasi dari pemahaman Q.S.


Luqman/31:14 dan hadits terkait.
2. Menganalisis Q.S. Luqman/31:14 dan hadits terkait tentang saling menasehati.
3. Membaca Q.S. Luqman/31:14 dan sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf, dan
hadits yang terkait
4. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Luqman/31:14 dan hadits yang terkait dengan lancar

MEMBUKA RELUNG HATI


Na
Nasehat dan Saling Menasehati
Dalam hidup keseharian kita sering mendengar kata nasehat. Kata “nasehat” (‫)وصيحت‬
berasal dari bahasa Arab, dari akar kata kerja “Nashaha” (‫ )وصح‬yang berarti “khalasha”
(‫)خهص‬, yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti “Khaatha” (‫)خاط‬,
yaitu menjahit.1 Ulama terkemuka Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam
Khaththabi rahimahullah, “Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu
pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasehati.”2
Imam Khaththabi rahimahullah menjelaskan arti kata “nashaha” sebagaimana dinukil
oleh Imam Nawawi rahimahullah, “Dikatakan bahwa “nashaha” diambil dari “nashahtul
„asla” (‫)وصحت انعسم‬, saya menyaring madu. Maksudnya, madu itu disaring agar terpisah dari
lilinnya sehingga menjadi murni dan bersih, mereka mengumpamakan pemilihan kata-kata
agar tidak berbuat kesalahan dengan penyaringan madu supaya tidak bercampur dengan
lilinnya.
Jika dikatakan “nasehat” berasal dari “nashaha ar-rajulu tsaubahu” (‫)وصح انرجم ثوبه‬,
orang itu menjahit pakaiannya, apabila dia menjahitnya, maka mereka mengumpamakan
perbuatan penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya dengan
jalan memperbaiki pakaiannya yang robek.”3 Arti ucapan Beliau shalallahu „alaihi wasallam
“Dien itu adalah nasehat” (‫ )انديه انىّصيحت‬adalah bahwa nasehat itu merupakan tiang serta
tonggak dari dien, sebagaimana sabda beliau, “Haji itu adalah Arafah,” 4Artinya, Umrah
merupakan salah satu bentuk manasik yang paling penting dalam ibadah haji. Sebuah ritual di
Makkah al-Mukarramah tidak dapat disebut haji tanpa dilengkapi dengan umrah. Dengan
demikian, sebuah keyakinan yang dijadikan sebagai pedoman hidup tidak dapat disebut
sebagai agama (dien) jika di dalamnya tidak mengandung nasehat. Islam adalah agama yang
sarat dengan nasehat.
Pengertian nasehat sebagaimana uraian tersebut memberikan kesan bahwa nasehat itu
dilakukan dan diberikan oleh seseorang kepada orang lain secara searah. Berbeda dengan
konotasi nasehat, saling menasehati berarti pemberian nasehat itu dilakukan oleh seseorang
kepada yang lain secara timbal balik, sebagaimana makna yang tersirat dalam Q.S. al-Ashr:
3: … dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.

1
Lihat kitab: Lisanul Arab, juz 14, bagian kata “Nashaha”
2
Lihat kitab: Jami‟ul Ulum wal-Hikam, Juz 1 hal. 219.
3
Lihat: Syarah Shahih Muslim, Juz 2, hal. 33.
4
Lihat: Syarah Shahih Muslim, Juz 2 hal. 33 dan Syarah Al-Arba‟in An-Nawawiyah, oleh Ibnu Daqiq Al-„Ied
hal. 32
4
Secara filosofis, manusia memiliki potensi dan kompetensi yang unik dan spesifik.
Pertama, agama atau wahyu. Melalui agama manusia dituntun oleh Tuhannya untuk
melakukan sesuatu yang baik demi mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
kelak. Allah juga memberitahukan sesuatu itu buruk untuk dihindari agar tidak terjerumus ke
dalam kemaksiatan dan kemunkaran yang dapat mengakibatkan pelakunya hidup sengsara di
dunia dan terlebih nanti di akhirat. Kedua, akal. Manusia memiliki potensi akal sehat yang
berfungsi untuk membedakan sesuatu yang bermanfaat dari yang merugikan. Dengan akal,
manusia dituntut untuk dapat merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam
raya ini. Allah berfirman,
ِ ‫ُوِل ْاْلَلْب‬ ِ ٍ ِ ِ ‫ضو‬ ِ َّ ‫إِ َّن ِِف خ ْل ِق‬
‫اب‬َ ِ ‫َّها ِر ََل ََيت ْل‬
َ ‫اخت ََلف اللَّْي ِل َوالن‬
ْ َ ِ ‫الس َم َاوات َو ْاْل َْر‬ َ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Q.S. Ali Imran: 190).
Ketiga, hati. Dengan potensi ini manusia mampu memahami sesuatu melalui
perasaannya yang halus, sehingga hati memiliki peran sebagai penggerak segala aktifitas yang
dilakukan oleh manusia. Juga dengan hati seseorang dapat mengenal Tuhannya secara lebih
dekat. Nabi Saw, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang kalau
dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak
pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun Alaih). Ibnu Rajab Al-
Hanbali mengatakan bahwa hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa baiknya gerakan
anggota tubuh seorang hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi
semua yang syubhat, sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.5
Keempat, hawa nafsu. Hawa nafsu berarti keinginan-keinginan jiwa atau diri manusia,
yang terpuji atau pun yang tercela. Melalui potensi ini manusia memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu yang terpuji, tetapi lebih cenderung kepada yang buruk. Allah berfirman,

‫ور َرِح ٌيم‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫ئ نَ ْف ِسي ۚ إِ َّن النَّ ْفس َْل ََّمارةٌ ِِب‬
ٌ ‫لسوء إََّّل َما َرح َم َرِّّب ۚ إ َّن َرِّّب َغ ُف‬ َ َ ُ ‫َوَما أُبَِّر‬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S. Yusuf: 53).6
Gambar 5: Potensi Manusia
Kelima, perbuatan. Melalui
potensi yang satu ini, manusia diberi
kemampuan untuk melakukan apa saja
yang diinginkan sesuai dengan hasil
keputusan antara akal, hati, dan hawa
nafsu yang ada di bawah fungsi kontrol
agama. Jika hasil keputusan itu lebih
didominasi hawa nafsu, maka
perbuatan yang dihasilkan menjadi
buruk, dan sebaliknya jika lebih
didominasi oleh agama maka akan
membuahkan perbuatan yang terpuji
atas idzin Allah. Lalu segala sesuatu yang diperbuat akan dipertanggungjawabkan di hadapan-
Nya karena konsekuensi logis sebagai mukallaf, yakni menyandang beban hukum agama.
Allah berfirman,

5
Lihat: Jami‟ul Ulum Wal-Hikam: 1/210
6
Lihat pula Q.S. Shad: 26: …janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah.
5
َ ‫ال ذَ َّرةٍ َخْي ًرا يََرهُ َوَم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق‬
ُ‫ال ذَ َّرةٍ َشِّرا يََره‬ َ ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق‬
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.
Fakta yang terjadi pada setiap anak manusia dalam kehidupannya sehari-hari dapat
dikemukakan bahwa kebanyakan dari mereka melakukan salah dan dosa, kecil atau pun besar,
disengaja atau pun tidak. Tatkala seseorang lebih suka melakukan perbuatan salah dan
dosa tersebut, maka ia membutuhkan nasehat dari sesamanya agar dapat kembali ke
jalan yang benar dan diridlai oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman,

َّ ‫اص ْوا ِِب‬


‫لص ِْب‬ َ ‫اص ْوا ِِب ْْلَِّق َوتَ َو‬
َ ‫َوتَ َو‬
…dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (Q.S. al-Ashr: 3).
Nabi Saw besabda,

َ َ‫صوٍر َع ْن أَِّب َوائِ ٍل َع ْن أَِّب ُُنَْي لَةَ الْبَ َجلِ ِّي ق‬


‫ال‬ ُ ‫ال َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن َمْن‬ َ َ‫َخبَ َرِِن ُُمَ َّم ُد بْ ُن قُ َد َامةَ ق‬
ْ‫أ‬
‫اَّللِ ابْ ُس ْط يَ َد َك َح ََّّت‬
َّ ‫ول‬ َ ‫ت ََي َر ُس‬ ِ َّ ‫ال ج ِرير أَتَيت النَِِّب صلَّى‬
ُ ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َوُى َو يُبَايِ ُع فَ ُق ْل‬ َ َّ ُ ْ ٌ َ َ َ‫ق‬
َ‫الََااة‬ َّ ‫الص ََلةَ َوتُ ْؤِت‬
َ َّ ‫اَّللَ َوتُِق َيم‬
َّ ‫ك َعلَى أَ ْن تَ ْعبُ َد‬ َ ُ‫ال أ َُِبيِع‬
َ َ‫ت أ َْعلَ ُم ق‬َ ْ‫ك َوا ْش ََِت ْط َعلَ َّي فَأَن‬ َ ‫أ َُِبيِ َع‬
ِ ِِ ِ
َ ‫ني َوتُ َفا ِر َق الْ ُم ْش ِرا‬
‫ني‬ َ ‫َوتُنَاص َح الْ ُم ْسلم‬
Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Qudamah], ia berkata; telah menceritakan
kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari [Abu Nukhailah Al Bajili], ia
berkata; [Jarir] berkata; saya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau
sedang membai'at. Kemudian saya katakan; wahai Rasulullah, hamparkan tanganmu hingga
saya berbai'at kepadamu dan memintalah syarat kepadaku, engkau lebih mengetahui. beliau
bersabda: " Saya bai'at engkau untuk beribadah kepada Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, saling menasehati diantara orang-orang muslim, dan meninggalkan
orang-orang musyrik." (H.R. Bukhari: 4106)7
Berdasarkan Q.S. al-Ashr: 3 dan H.R. Bukhari: 4106 ini, setiap muslim dan muslimah
diwajibkan untuk saling menasehati satu sama yang lain, karena setiap orang tidak luput dari
salah dan dosa. Yang lebih penting bahwa ia mau menyadari dan menyesali kesalahannya
kemudian bertaubat kepada Allah. Dan penyesalan itu juga berarti taubat. Nabi Saw bersabda,

‫اَّللِ بْ ِن َم ْع ِق ِل بْ ِن ُم َقِّرٍن‬
َّ ‫َخبَ َرِِن ِزََي ُد بْ ُن أَِّب َمْرَميَ َع ْن َعْب ِد‬
ْ ‫ال أ‬ َ َ‫َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن َعْب ِد الْ َك ِرِمي ق‬
‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ْ‫ال أَن‬ ٍ َِّ ‫ال دخ ْلت مع أَِّب علَى عب ِد‬
َ ‫َِّب‬َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫ت ََس ْع‬ َ َ ‫اَّلل بْ ِن َم ْسعُود فَ َق‬ َْ َ َ َ ُ َ َ َ َ‫ق‬
ٌ‫َّد ُم تَ ْوبَة‬ ُ ‫ال َمَّرةً ََِس ْعتُوُ يَ ُق‬
َ ‫ول الن‬ َ َ‫ال نَ َع ْم َوق‬ َ َ‫ول الن ََّد ُم تَ ْوبَةٌ ق‬
ُ ‫يَ ُق‬
Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abdul Karim] ia berkata; Telah
mengabarkan kepadaku [Ziyad bin Abu Maryam] dari [Abdullah bin Ma'qil bin Muqarrin] ia
berkata; Aku bersama ayahku masuk ke tempatnya [Abdullah bin Mas'ud] lalu ia berkata;
Engkau telah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Penyesalan itu adalah
taubat." Ia berkata; Ya. Dan ia berkata sekali lagi; Aku mendengar beliau bersabda:
"Penyesalan itu adalah taubat." (H.R. Ahmad: 3387).
7
Lihat: http://tafsirq.com/hadits/nasai/4106
6
MENGKRITISI SEKITAR KITA
Gambar 6: Pildacil
Beberapa waktu yang lalu, di layar TV tertentu kita saksikan
lomba pidato anak-anak yang lazim dikenal dengan Pildacil atau
Pemilihan Da‟i Kecil. Para peserta menyampaikan materi ceramah
keagamaan dengan lincahnya. Para pengunjung pun berdecak
kagum; bagaimana bisa anak yang masih kecil itu telah pandai
menyampaikan nasehat layaknya tokoh agama. Apa pendapat kamu
jika fenomena ini dihubungkan dengan Saling Menasehati?.
Jaman sekarang ini adalah jaman serba instan. Makan siang dapat
disiapkan hanya dalam waktu beberapa menit saja dengan cara merebus air lalu
sebungkus mie dituang ke dalam panci dan bumbu-bumbunya ditaburkan,
selesai sudah; dan makan siang pun telah siap. Akhir akhir ini muncul istilah
mendadak ustad atau ustad foto copy, artinya, banyak orang yang terkejut oleh
penampilan seseorang sebagai kyai atau ustad secara dadakan, padahal
sebelumnya ia tidak dikenal latar belakang pendidikannya yang relevan. Di sisi lain, ada pula
seseorang yang menyampaikan tausiyahnya dari kampung ke kampung sampai ke luar kota.
Kemudian panitia harus menyiapkan sejumlah dana untuk memenuhi tarif yang telah
ditetapkan. Dan pada gilirannya, kewajiban berdakwah itu seolah
berubah menjadi lahan pekerjaan semata. Kalau demikian yang
terjadi, lalu apa pendapat kamu tentang masalah ini?
Masih seputar Saling Menasehati, bahwa sebagian masyarakat
muslim menjadikan musik sebagai media dalam berdakwah dengan
alasan agar tidak ketinggalan dengan umat lain dan tidak usang oleh
dinamika jaman. Pada perkembangan berikutnya, musik yang
becorak Islami itu lebih cenderung sebagai hiburan yang dapat
dikomersilkan, karena sebagian orang akan lebih tertarik pada lagu
dan musiknya yang indah ketimbang esensi dakwahnya. Untuk
mensikapi masalah ini, coba kemukakan pendapatmu di hadapan
teman-teman sekelas ! Gambar 6:
Rhoma Irama

A Perintah Saling Menasehati

Saling menasehati merupakan kewajiban bagi segenap umat Islam. Oleh karena itu
seorang muslim seyogyanya mau melakukan dakwah. Dakwah (Arab: ‫ "دعوة‬,ajakan") adalah
aktifitas yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat
kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah
merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a-yad'u-dakwatan (‫ )دعى يدعو دعوة‬yang
berarti panggilan, seruan atau ajakan.8 Maksudnya ajakan dalam melakukan segala
kebaikan.
Secara garis besar, dakwah dalam Islam dibagi menjadi 2 (dua): Pertama, Dakwah bil-
Hal (‫)دعوة بانحال‬, dan Kedua, Dakwah bil-Lisan (‫)دعوة بانهسان‬. Dakwah bil-Hal artinya dakwah
yang dilakukan dalam bentuk perbuatan nyata, seperti yang dilakukan oleh Nabi Saw yaitu
mendirikan masjid Quba‟, dan mempersatukan kaum Muhajirin dengan Anshar dalam ikatan

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah, Rabu, 19-01-2016, 22.00 WIB
7
persaudaraan Islam. Sedangkan Dakwah bil-Lisan adalah dakwah yang disampaikan secara
lisan atau ucapan.9
Dalam Islam ada dikenal beberapa bentuk berdakwah secara lisan, seperti: taushiyah
(‫ )توصيت‬yang berarti memberi nasehat, mau’idhah (‫ )موعظت‬yang berarti memberi
pembelajaran, tadzkirah (‫ )تذكرة‬yang berarti memberi peringatan, tabligh (‫ )تبهيغ‬yang berarti
menyampaikan pesan agama. Semua aktifitas itu termasuk dalam kategori Dakwah bil-Lisan.
Istilah yang dipakai berbeda, akan tetapi intinya sama. Nabi Saw bersabda,

... ً‫ال بَلِّغُوا َع ِّّن َولَ ْو آيَة‬


َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫اَّللِ بْ ِن َع ْم ٍرو أ‬
َّ ِ‫َن الن‬
َ ‫َِّب‬ َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬...
…dari ['Abdullah bin 'Amru] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sampaikan dariku sekalipun satu ayat … (H.R. Bukhari: 3202).

1 Q.S. Luqman/31: 13-14

Bacalah Q.S. Luqman: 13-14 ini dengan baik, sesuai dengan makhraj dan tajwidnya !

‫الشْرَك لَظُْل ٌم َع ِظ ٌيم‬ ِ ِِ ِ


ِّ ‫ّن ََّل تُ ْش ِرْك ِِب ََّّلل ۖ إِ َّن‬ ِ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
ََّ ُ‫ال لُْق َما ُن َّلبْنو َوُى َو يَعظُوُ ََي ب‬
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman: 13)
ِِ ِ ِ ِ
َ ْ‫ني أ َِن ا ْش ُكْر ِِل َول َوال َدي‬
‫ك‬ َ ‫اْلنْ َسا َن بَِوال َديْو ََحَلَْتوُ أ ُُّموُ َوْىنًا َعلَ ٰى َوْى ٍن َوف‬
ِ ْ ‫صالُوُ ِِف َع َام‬ ِْ ‫صْي نَا‬
َّ ‫َوَو‬
ِ ََّ ِ‫إ‬
ُ‫ِل الْ َمصي‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman: 13)

2 Aplikasi Tajwid Q.S. Luqman/31: 13-14

Baca dan telaah hukum Tajwid dalam tabel di bawah ini !


Tabel 1: Aplikasi Tajwid
No Lafadh Hukum Bacaan Cara Membaca

1 ‫ال‬
َ َ‫ق‬ Mad Thabi‟i Fathah diikuti Alif

2 ‫لُْق َما ُن‬ Qalqalah Shugra Ba‟ sukun di tengah kata

‫ّن‬ ِ
ََّ ُ‫يَعظُوُ ََي ب‬
3 Mad Shilah Qashirah Huruf Ha dhamir berharakat
didahului huruf berharakat dan

9
Selain kedua macam dakwah tersebut, lazim pula dikenal: Dakwah bit-Tadwin yaitu dakwah dalam bentuk
tulisan, seperti buku, kitab, artikel, makalah, website, koran, tabloid, dan sejenisnya. Dakwah bil-Hikmah
artinya dakwah yang dilakukan secara arif dan bijaksana. Dakwah Fardiyah yaitu dakwah yang dilakukan
secara perseorangan. Dan Dakwah Ammah, yaitu dakwah yang disampaikan secara umum.
8
diikuti huruf selain Hamzah

4 ‫لَظُْل ٌم َع ِظ ٌيم‬ Mad Arid lis-Sukun


Mad Thabi‟i yang berada pada
kondisi wakaf

5 ‫َوْىنًا َعلَ ٰى‬ Idzhar


Tanwin bertemu dengan
huruf „Ain

3 Kosa Kata Q.S. Luqman/31: 13-14

Baca dan hapalkan Q.S. Luqman/31: 13-14 beserta Kosa Kata berikut ini !
Tabel 2: Kosa Kata

ِ
ُ‫َوُى َو يَعظُو‬  ‫َِّلبْنِ ِو‬  َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
‫ال لُْق َما ُن‬
di waktu ia memberi Dan (ingatlah) ketika
kepada anaknya,
pelajaran kepadanya: Luqman berkata

ِّ ‫إِ َّن‬
‫الشْرَك‬  ِ‫ََّل تُ ْش ِرْك ِِب ََّّلل‬  ‫ّن‬
ََّ ُ‫ََي ب‬
sesungguhnya janganlah kamu
"Hai anakku,
mempersekutukan (Allah) mempersekutukan Allah,
ِ ِ ‫لَظُْل ٌم َع ِظ ٌيم‬
ُ‫بَِوال َديْو ََحَلَْتوُ أ ُُّمو‬ ِْ ‫صْي نَا‬
 ‫اْلنْ َسا َن‬ َّ ‫َوَو‬ 
(berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; Dan Kami perintahkan adalah benar-benar
ibunya telah kepada manusia kezaliman yang besar".
mengandungnya
ِِ ِ
َ ْ‫أ َِن ا ْش ُكْر ِِل َول َوال َدي‬
‫ك‬ ِ ْ ‫صالُوُ ِِف َع َام‬
 ‫ني‬ َ ‫َوف‬  ‫َوْىنًا َعلَ ٰى َوْى ٍن‬
Bersyukurlah kepada-Ku
dan menyapihnya dalam keadaan lemah
dan kepada dua orang
dalam dua tahun. yang bertambah-tambah,
ibu bapakmu,
ِ ََّ ِ‫إ‬
 ُ‫ِل الْ َمصي‬
hanya kepada-Kulah
kembalimu.

4 Asbabun Nuzul Q.S. Luqman/31: 13-14

Surat Luqman terdiri dari 34 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,


diturunkan sesudah surat As-Shaffat. Dinamai Luqman karena pada ayat 12 disebutkan bahwa
Luqman telah diberi oleh Allah nikmat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur
kepada-Nya atas nikmat yang diberikan itu. Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-
nasihat Luqman kepada anaknya.10

10
al-Quran Digital Versi 2.0, Muharram 1425/Maret 2004, Website http://www.alquran-digital.com.
9
Ketika ayat ke-82 dari surat al-An‟am diturunkan (Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman [syirik], mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk), para
sahabat merasa keberatan. Maka mereka datang menghadap Rasulullah Saw, seraya berkata “
Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari
perbuatan zalim ?”. Jawab beliau “Bukan begitu, bukanlah kamu telah mendengarkan
wasiat Lukman Hakim kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.
(H.R. Bukhari dari Abdillah).11
Para mufassir mengemukakan bahwa turunnya Q.S. Luqman: 13-14 ini berkaitan
dengan permasalahan Sa’ad bin Abi Waqash. Tatkala dirinya memeluk Islam lalu ibunya
berkata kepadanya, “Wahai Sa‟ad, telah sampai informasi kepadaku bahwa kamu telah
condong (beriman kepada Nabi Muhammad). Demi Tuhan, aku tidak akan berteduh dari
teriknya matahari dan angin yang berhembus, aku tidak akan makan dan minum hingga kamu
menginkari Muhammad dan kembali kepada agamamu sebelumnya”. Sa‟ad adalah anak laki-
lakinya yang dicintai, tetapi ia enggan untuk melayani ibunya dan ia benar-benar melakukan
yang ia katakan; ibunya tidak makan dan minum selama tiga hari dalam keadaan tidak
berteduh dan terhembus oleh angin sampai kondisinya sangat lemah. Sa‟ad sangat
menghawatirkannya lalu diceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Maka kemudian turunlah
ayat itu.
Hadits riwayat lain, oleh Sa‟ad bin Abi Waqas dari ayahnya, ia berkata: ayat ini turun
tentang aku, lalu ia berkata: Ibu Sa‟ad telah bersumpah untuk tidak berbicara selama-
lamanya sehingga ia (Sa‟ad) mengingkari agama (Islam). Ia tidak makan dan tidak minum
selama tiga hari sampai kondisinya lemah. Lalu turunlah firman Allah Swt dalam Luqman:
14: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu apaknya. (H.R.
Muslim dari Abu Khutsaimah).12
Luqman (Arab: ‫نقمان انحكيم‬, Luqman al-Hakim, Luqman Ahli Hikmah) adalah orang
yang disebut dalam al-Qur'an dalam surah Luqman [31]:12-19 yang terkenal karena nasihat-
nasihatnya kepada anaknya. Mufassir Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang Luqman
ialah Luqman bin Unaqa' bin Sadun dan anaknya bernama Taran.13 Sedangkan asal usul
Luqman, sejumlah ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah
seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan
berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat ia berasal dari Sudan. Ada pula
yang berpendapat bahwa Luqman adalah seorang hakim pada zaman Nabi Dawud.14
Hampir semua orang yang menceritakan riwayatnya bersepakat bahwa Luqman bukan
seorang nabi. Hanya sedikit yang berpendapat bahwa ia termasuk salah seorang nabi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari riwayat-riwayat yang menyebutkannya adalah bahwa ia
bukan orang Arab. Para periwayat itu bersepakat untuk mengatakan demikian. Ia bukan
seorang nabi melainkan seorang yang bijak.15

5 Kajian Tafsir Q.S. Luqman/31: 13-14

11
Lihat pula: H.R. Tirmidzi: 2993, Bukhari: 33, 4403, 3174, 6407.
12
Lihat: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII,
Cet. I, 2015, hal. 84.
13
Ibnu Katsir, al-Bidayah wan- Nihayah. Luqman adalah anak Faghur bin Nakhur bin Tarikh (Azar), dengan
demikian itu Luqman adalah anak saudara Nabi Ibrahim as atau dikatakan juga Luqman itu anak saudara Nabi
Ayub a.s. Lihat: http://detikislam.blogspot.co.id/2014/02/siapakah-luqman-al-hakim-yang-disebut.html
14
Ruslan Fariadi, "Menyelami Nasihat Lukman Al-Hakim", Hidayah, volume 8, edisi 87, November 2008, hlm.
162-165. Lihat pula: https://id.wikipedia.org/wiki/Luqman_al-Hakim.
15
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Surat Luqman. Lihat: TasirQ.com.
10
Dalam Q.S. Luqman: 13 ini, Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, "Hai anakku. Allah menjelaksan bahwa
Luqman dalam nasehatnya ia sebutkan perintah dan larangan disertai dengan dorongan atau
targhib (‫ )ترغيب‬dan ancaman atau tarhib (‫)ترهيب‬. Dia memerintahkan anaknya berbuat ikhlas
dan melarangnya berbuat syirik serta menerangkan sebab mengapa dilarang.16
Lafal Ya bunayya (wahai anakku) adalah bentuk tashghir (‫ )تصغير‬yang dimaksudkan
sebagai panggilan kepada anak dengan nama kesayangannya. Ini berarti Luqman17 menasehati
anaknya dengan penuh kasih sayang.18 Dikisahkan bahwa semula anak Luqman (Taran) itu
murtad, setelah dinasehati oleh ayahnya dengan penuh kasih sayang lagi bijaksana maka ia
kembali beriman.
Ayat yang artinya, …janganlah kamu mempersekutukan Allah, memberikan pesan
bahwa nasehat Luqman itu terdiri dari beberapa aspek: Pertama aspek tauhid, dimana
luqman berpesan agar anaknya jangan sampai melakukan kesyirikan. Setiap muslim dan
muslimah yang telah mukallaf wajib hukumnya mempelajari dan meyakini ilmu tauhid, yaitu
ilmu tentang adanya Allah beserta sifat-sifat-Nya, sebelum ia mempelajari ilmu-ilmu yang
lain.
Ibnu Ruslan dalam kitabnya yang berjudul Zubad menjelaskan bahwa ilmu pertama
kali yang harus dipelajari oleh setiap orang adalah mengetahui adanya Allah dengan penuh
keyakinan lalu hanya menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan dengan yang lain.
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Luqman tentang larangan melakukan
tindakan syirik itu disertai dengan alasan mengapa hal itu dilarang. Alasannya adalah bahwa
syirik itu merupakan kedhaliman yang teramat besar, dan dosa besar yang paling besar.
Pelakunya tidak akan diampuni oleh Allah kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang-
Nya. Allah Swt berfirman dalam Q.S. an-Nisa‟: 48,
‫ك لِ َم ْن يَ َشاءُ ۚ َوَم ْن يُ ْش ِرْك ِِب ََّّللِ فَ َق ِد افْ تَ َر ٰى إِْْثًا‬ ِ ِ ِ
َ ‫اَّللَ ََّل يَ ْغفُر أَ ْن يُ ْشَرَك بِِو َويَ ْغفُر َما ُدو َن َٰذل‬
َّ ‫إِ َّن‬
‫يما‬ ِ‫ع‬
‫ظ‬
ً َ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. an-Nisa: 48).
Menyampaikan sebuah pesan, nasehat atau materi sangat diperlukan adanya alasan atau
argumentasi. Hal ini penting bagi diri pembelajar agar mengetahui maksud dan tujuan
larangan tersebut. Dengan demikian membuahkan motivasi untuk menyadari dan mengakui
kesalahan, bertaubat dan tidak akan mengulangi kembali.
Aspek yang kedua adalah Akhlaq: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Pesan ini sangat jelas bahwa semua anak manusia di
muka bumi ini harus berbuat baik kepada kedua orang tua. Ayat yang artinya Dan Kami
perintahkan… mengandung hukum wajib atau suatu keharusan, yang jika dilakukan
mendapatkan pahala yang sangat besar, dan jika dilanggar maka baginya dosa besar. Akhlak
mulia ini dalam Islam lazim dikenal dengan Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang

16
http://www.tafsir.web.id/
17
Orang Arab mengenal dua tokoh yang bernama Luqman. Pertama, Luqman bin 'Ad. Tokoh ini begitu
diagungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan
sebagai permisalan dan perumpamaan, sebagaimana dapat dilihat pada banyak buku Arab klasik. Tokoh kedua
adalah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan namanya kemudian menjadi nama surat
ini. (M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah).
18
Jalaluddin al-Mahalli, dan Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain.
11
tua). Nabi Muhammad SAW bersabda: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha kedua
orangtua dan murka Allah terletak pada murka kedua orangtua (H.R. Thabrani dari Ibnu
Umar).
Penjelasan Q.S. Luqman: 13 dilanjutkan dalam ayat ke-14: …ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,… Ayat ini, sekali lagi
merupakan alasan mendasar mengenai perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua atas
jasa besar dan pengorbanannya, terutama ibunya yang telah mengandung anaknya dengan
susah payah dan bertambah payah selama kurang lebih 9 bulan 10 hari,19 kemudian
melahirkannya.20
Gambar 7: Ibu Hamil
Setiap ibu memiliki tanggung jawab yang besar dalam merawat
anak bayinya, secara fisik maupun psikis termasuk di dalamnya memberi
ASI (Air Susu Ibu). Sebab ASI mengandung nutrisi lengkap yang
sangat baik demi pertumbuhan bayi. Tidak ada satupun makanan yang
ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health
Organization (WHO) dan United Nations Children‟s Fund (UNICEF)
menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu perilaku yang
memberikan ASI saja kepada bayi sampai berumur enam bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI, karena ASI
mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi. Bayi baru lahir
bisa memenuhi unsur penting untuk kekebalan tubuhnya hanya dari
ASI.21 Pemberian ASI tersebut hendaknya dilakukan selama 2 (dua)
tahun baru kemudian disapih, atau tidak diberi ASI lagi dan dapat menerima asupan gizi yang
lain sesuai perkembangan bayi. Inilah yang dimaksud dari ayat, … dan menyapihnya dalam
dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Potongan ayat ini
menyuguhkan konsekuensi logis bahwa Allah Swt telah memberi anugerah dan kenikmatan
yang tak terhingga. Oleh Karena itu ada dua hal yang harus disyukuri, yaitu: Pertama,
bersyukur kepada Allah Swt. Syukur artinya rasa terima kasih kepada Allah, atau
mengucapkan terima kasih kepada Allah; yakni berterima kasih karena suatu hal.22 Ar-Raghib
al-Isfahani, salah seorang pakar Bahasa al-Quran menulis dalam kitab al-Mufradat fi-Gharibil
Quran bahwa kata “syukur” mengandung arti gambaran dalam benak tentang nikmat dan
menampakkan ke permukaan.
Sementara ulama mengatakan bahwa kata syukur berasal dari bahasa Arab dengan kata
dasar syakara-yasykuru-syukran (‫ شكرا‬-‫يشكر‬-‫ )شكر‬yang berarti membuka, sehingga merupakan
lawan dari kata kafara-yakfuru-kufran (‫كفرا‬- ‫يكفر‬-‫ )كفر‬yang berarti menutup, atau melupakan
nikmat dan menutup-nutupinya.23
Dan syukur ini dapat diejawantahkan kedalam tiga cara, yakni syukur dalam hati,
artinya meyakini bahwa segala nikmat itu diperoleh atas anugerah Allah semata. Syukur
dengan lisan maksudnya mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah seraya
memuji-Nya, misal dengan mengucapkan hamdalah (“al-Hamdulillah”). Sedangkan syukur
dengan perbuatan berarti melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang
dilarang oleh-Nya. Firman Allah dalam Q.S. Saba‟: 13: bekerjalah wahai keluarga Daud,
sebagai tanda syukur. Ini menunjukkan bahwa syukur tersebut harus dibuktikan dengan
berbagai amal shalih yang baik dan diridlai oleh Allah.

19
Prawirohardjo. Buku Acuan Nasional Pelayanan 14 Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Edisi Pertama ; Jakarta, 2006.
20
Lihat: Q.S. al-Ahqaf: 15.
21
“High-Risk Newborn—The Benefits of Mother‟s Own Milk,” University of Utah Health Sciences Center,
www.uuhsc.utah.edu/healthinfo/pediatric/Hrnewborn/bhrnb.htm.
22
http://kbbi.web.id/syukur
23
http://www.aswanblog.com/2012/03/memabahas-makna-syukur.html
12
Berbeda dengan syukur kepada Allah, kedua: Syukur kepada orang tua berarti
meyakini sepenuh hati bahwa kita dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tua itu sesuai
dengan kehendak dan taqdir Allah, lalu mau menerimanya dengan tulus dan ikhlas. Bertutur
kata dengan baik dan santun, bergaul baik kepada keduanya, tidak menghardik keduanya,
bersedekah, mendoakan, serta melakukan segala hal yang baik kepada mereka. 24 Sikap dan
perilaku inilah yang lazim disebut dengan Birrul Walidain. Sabda Rasulullah Saw berikut.
ِ ‫ب فَاْْلَقْ ر‬
‫ب‬ ِ ‫ ُُثَّ اْلَقْ ر‬،‫ ُُثَّ أَِب ّك‬،‫ك‬
َ ‫ ُُثَّ أ ُُّم‬،‫ك‬
َ ‫ ُُثَّ أ ُُّم‬،‫ك‬
َ ‫أ ُُّم‬
َ َ َ
“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian
bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” (H.R. Bukhari dalam Adabul
Mufrad No. 3)25
…hanya kepada-Kulah kembalimu. Potongan ayat yang terakhir dari Luqman: 14 ini
memberikan penjelasan tentang rencana evaluasi Allah tentang apa saja yang dilakukan oleh
manusia ketika hidup di alam dunia, hubungannya dengan saling menasehati. al-Mashir
(‫ )المصير‬atau tempat kembali berarti kehidupan manusia tatkala kembali menuju ke haribaan
Allah di alam akhirat nanti. Usai menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini, semuanya akan
kembali di hadapan Allah di akhirat untuk memberikan pertanggungjawaban kepada-Nya.
Kemudian mendapatkan balasan yang setimpal: Jika mereka melaksanakan pesan Saling
Menasehati dengan baik dan benar, maka surga tempat yang layak bagi mereka. Sebaliknya,
jika mereka enggan dan tidak bersedia mengamalkannya, bahkan mungkin melanggar dan
menentangnya maka tiada tempat yang layak baginya kecuali neraka.
Cukup banyak hadits Nabi Saw yang menguraikan tentang motivasi Saling Menasehati
yang dapat dikemas dalam bentuk dakwah, taushiyah, mau‟idhah, tadzkirah dan sejenisnya.
Nabi Saw bersabda,

‫س بْ ِن‬ ِ ‫ك بْ ُن ِم ْغ َوٍل َع ْن قَ ْي‬ ِ َ َ‫يد بْ ُن ُُمَ َّم ٍد ق‬ ِ ‫اْل ِم‬


ُ ‫ال َحدَّثَنَا َمال‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا َمَْلَ ٌد ق‬ َْ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
‫اَّللُ َعلَْي ِو‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ ِ ُّ ‫يد ا ْْل ْد ِر‬ ٍِ ٍ ‫مسلٍِم َعن طَا ِرِق بْ ِن ِشه‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ي ََس ْع‬ ُ ‫ال أَبُو َسع‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫اب ق‬ َ ْ ُْ
‫ئ َوَم ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع أَ ْن يُغََِّيهُ بِيَ ِدهِ فَغَيَّ َرهُ بِلِ َسانِِو‬
َ ‫ول َم ْن َرأَى ُمنْ َكًرا فَغَيَّ َرهُ بِيَ ِدهِ فَ َق ْد بَِر‬
ُ ‫َو َسلَّ َم يَ ُق‬
ِ َ‫اْلمي‬
‫ان‬ ِْ ‫ف‬ ِ َ ‫ئ ومن ََل يست ِطع أَ ْن ي غَِيه بِلِسانِِو فَغَيَّره بَِق ْلبِ ِو فَ َق ْد ب ِر‬ ِ
ُ ‫َض َع‬ ْ ‫كأ‬ َ ‫ئ َو َذل‬ َ َُ َ َُّ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ‫فَ َق ْد بَر‬
Telah mengkhabarkan kepada kami [Abdul Hamid bin Muhammad], dia berkata; telah
menceritakan kepada kami [Makhlad], dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Malik
bin Mighwal] dari [Qais bin Muslim] dari [Thariq bin Syihab], dia berkata; [Abu Sa'id Al
Khudri] berkata; "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa yang melihat kemungkaran kemudian ia merubahnya dengan tangannya maka
sungguh ia telah berlepas diri dari kemungkaran tersebut, dan orang yang tidak mampu
untuk mengubahnya dengan tangannya kemudian mengubahnya dengan lisannya maka
sungguh ia telah berlepas diri, dan barang siapa yang tidak mampu untuk mengubahnya
dengan lisannya kemudian ia mengubahnya dengan hatinya maka sungguh ia telah berlepas
diri, dan hal itu adalah selemah-lemah iman." (H.R. Nasa‟i: 4923)26
Hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap muslim-muslimah diharuskan melakukan
amar ma‟ruf dan nahi munkar. Ada 3 (tiga) tahapan dalam mencegah kemunkaran, dan ini
sesuai dengan fakta yang terjadi di masyarakat,
24
Lihat: Q.S. al-Isra‟: 23-24, an-Nisa‟: 36, al-Baqarah: 215, an-Nisa‟: 36, al-An‟am: 151, Shahih Muslim: 1757,
dll.
25
Lihat: H.R. Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu‟awiyah bin Haidah,
Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, “Hadits Hasan”.
26
Lihat: http://tafsirq.com/hadits/nasai/4923
13
1. Mencegah kemunkaran melalui tindakan langsung (dakwah bil-Hal). Artinya, merubah
kemunkaran dengan sarana kekuasaan merupakan wewenang penguasa. Oleh karena itu,
penguasa dan pemimpin yang kita pilih idealnya adalah orang-orang yang cenderung
kepada kebaikan dan kebenaran, sehingga ketika melihat kemunkaran, nuraninya tergerak
untuk memperbaikinya, bukan memperkeruh suasana dengan berbuat kemunkaran.
Tahapan ini dipandang paling efektif dalam mengubah kemunkaran, karena yang
bergerak adalah aparat dan kebijakan.27
2. Mencegah kemunkaran melalui lisan (dakwah bil-Lisan). Cara ini dapat dilakukan
dengan ceramah keagamaan, pengajian, mau‟idlah hasanah, taushiyah dan sejenisnya.
Pendekatan ini cukup banyak dilakukan oleh para da‟i dan muballigh. Dan dalam hal ini,
dibutuhkan tokoh-tokoh agama yang benar-benar dapat dijadikan sebagai uswatun
hasanah (teladan yang baik) di mata masyarakat sehingga sikap dan perilakunya dapat
diikuti oleh umat.
3. Cara terakhir mencegah kemunkaran adalah dengan sikap hati (bil-Qalbi), artinya,
dengan mengingkari dalam hati bahwa yang munkar tetaplah munkar sambil berdoa
kepada Allah Swt. agar kondisi segera berubah. Tahap ini dipandang sebagai indikator
iman yang paling lemah, karena tidak mampu melakukan dengan kekuasaan dan tidak
pula dengan lisannya. Agaknya, sampai saat sekarang ini kondisi iman umat Islam lebih
banyak berada pada level yang terakhir ini.

B Adab dan Metode Menyampaikan Dakwah

Saling Menasehati adalah bagian dari berdakwah yang harus disampaikan dengan
pendekatan yang baik sehingga mudah diterima oleh umat. Dakwah tidak sepatutnya
disampaikan dengan cara yang kasar dan menyinggung perasaan orang lain kemudian ada
yang merasa disudutkan, disakiti atau didhalimi. Nasehat Khalifah Harun ar-Rasyid yang
perlu diteladani bahwa suatu hari ada seorang pria yang menemui Khalifah Harun ar-Rasyid
untuk menasehatinya, dia berbicara tentang akhirat, menegurnya dengan kata-kata yang kasar
dan celaan. Maka, Harun ar-Rasyid berkata padanya: Allah mengutus Nabi Musa dan Harun
kepada Fir'aun, mereka berdua itu lebih baik daripada kamu, dan Fir'aun lebih buruk
daripada aku, Allah saja memerintahkan kepada Nabi Musa untuk berkata kepada Fir‟aun
dengan cara yang lemah lembut, Allah berfirman: Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
(Fir‟aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut (Q.S.
Toha: 43-44). Mendengar hal tersebut lelaki itu pun merasa malu dan ar-Rasyid berbalik
menasehatinya: Perkataan yang lembut, akan mudah dilakukan dan akan membuka hati
yang tertutup (oleh keburukan).28
KH Sirajuddin Abbas dalam bukunya I‟tiqad Ahlussunnah wal-Jamaah mengatakan
bahwa gerakan Wahabi (dan kelompok yang berafiliasi dengannya) berdakwah menggunakan
cara-cara yang ekstrim seperti takfir (‫ )تكفير‬atau mengkafirkan sesama muslim yang tidak
sepaham dengannya, lalu bid’ah (‫بدعت‬, menuduh bid‟ah-sesat) atau syirik (‫ )شرك‬yakni
tuduhan menyekutukan Allah tanpa diikuti dengan bukti dan argumentasi yang kuat. Bahkan

27
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XII, Cet. 1,
Jakarta, 2015, hal. 86.
28
Disarikan dari penjelasan Syekh Dr. Muhammad Ratib An-Nablusi ketika menafsirkan Q.S. Thoha ayat 43-
44.
14
sampai kekerasan fisik dan pembunuhan.29 Cara dakwah seperti ini tidak pernah dibenarkan
oleh Islam.
Berikut beberapa etika yang perlu diperhatikan ketika menyampaikan nasehat dalam
berdakwah:
1. Disampaikan dengan cara yang santun dan lemah lembut. Allah Swt berifman:
ِ َ ‫ت فَظِّا َغلِي‬ ِ َِّ ‫فَبِما ر َْح ٍة ِمن‬
ۚ‫ك‬ َ ‫ضوا ِم ْن َح ْول‬
ُّ ‫ب ََّلنْ َف‬ِ ‫ظ الْ َق ْل‬ َ ‫ت ََلُْم ۚ َولَْو ُاْن‬ َ ‫اَّلل لْن‬ َ ََ َ
َّ ‫اَّللِ ۚ إِ َّن‬
َ‫اَّلل‬ َّ ‫ت فَتَ َوَّا ْل َعلَى‬ ِ ‫فَاعف عْن هم و‬
َ ‫استَ ْغفْر ََلُْم َو َشا ِوْرُى ْم ِِف ْاْل َْم ِر ۚ فَِإذَا َعََْم‬
ْ َ ُْ َ ُ ْ
‫ني‬ِِ ُّ ‫ُُِي‬
َ ‫ب الْ ُمتَ َوّال‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran: 159).30
Melalui ayat tersebut, terdapat beberapa etika dalam berdakwah yaitu,
a. Disampaikan dengan hikmah atau kebijaksanaan,31
b. Jika nasehat disampaikan secara lisan maka harus dengan bahasa yang santun dan
lemah lembut. Tidak dengan bahasa yang kasar dan arogan,
c. Apabila harus beradu argumentasi (debat, diskusi, dialog atau sejenisnya) maka
hendaknya dengan cara yang baik,
d. Mengajak bermusyawarah untuk menyelesaikan suatu masalah secara bersama sama,
e. Menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakannya kepada orang yang lain,
f. Jika mereka bersalah, maka lebih baik memaafkannya, tidak langsung memfonis
bersalah lalu menghukumnya,
g. Berdoa kepada Allah agar mereka diberi hidayah oleh-Nya, dimaafkan segala salah
dan dosanya.
h. Bertawakkal kepada Allah, dalam arti usai menunaikan tugas berdakwah dengan baik,
maka hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Hanya Allah Swt, Dzat Pemberi
petunjuk kepada hamba-Nya yang dikehendaki.

2. Memperhatikan tingkat pendidikan. Artinya, semua lapisan masyarakat memiliki tingkat


pendidikan yang relatif berbeda. Perbedaan tingkat pendidikan akan memberikan
pengaruh langsung terhadap tingkat pemahaman seseorang yang beragam. Oleh karena
itu, penyampaian dakwah harus disesuaikan dengan obyeknya agar misi dakwah mudah
dipahami lalu diterima dengan baik. Nabi Saw bersabda,

‫اَّللِ بْ ُن‬
َّ ‫اَّللُ َوَر ُسولُوُ َحدَّثَنَا عُبَ ْي ُد‬
َّ ‫ب‬ ِ ِ ‫ال علِي ح ِّدثُوا الن‬
َ ‫َّاس ِبَا يَ ْع ِرفُو َن أ َُُتبُّو َن أَ ْن يُ َك َّذ‬
َ َ ّّ َ َ َ‫َوق‬
ِ ِ ٍ ِ
‫ك‬َ ‫وسى َع ْن َم ْعُروف بْ ِن َخَّربُوذ َع ْن أَِّب الطَُّفْي ِل َع ْن َعل ٍّي بِ َذل‬َ ‫ُم‬
29
Lihat: KH Siradjuddin Abbas: I‟tiqad Ahlussah wal-Jamaah. Pustaka Tarbiyah, Cet. 1, 2001, hal. 309-332.
30
Lihat pula: Q.S. an-Nahl: 125.
31
Hikmah (‫ )حكمت‬artinya tepat sasaran; yakni dengan memposisikan sesuatu pada tempatnya. Termasuk ke dalam
hikmah adalah berdakwah dengan ilmu, berdakwah dengan mendahulukan yang terpenting, berdakwah
memperhatikan keadaan umat, berbicara sesuai tingkat pemahaman dan kemampuan mereka, berdakwah
dengan kata-kata yang mudah dipahami mereka, berdakwah dengan membuat permisalan, berdakwah dengan
lembut dan halus. Adapula yang menafsirkan hikmah di sini dengan al-Quran. Lihat: http://tafsir.web.id/.
15
Dan Ali berkata, "Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman
mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan rasul-Nya didustakan?" Telah menceritakan
kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] dari [Ma'ruf bin Kharrabudz] dari [Abu ath-
Thufail] dari ['Ali] seperti itu." (H.R. Bukhari: 124).

3. Menggunakan bahasa yang sesuai. Berdakwah hendaknya menggunakan bahasa yang


sesuai, dalam arti,
a. Sesuai dengan tingkat pemahaman dan pendidikan. Berdakwah di kalangan terpelajar
dapat menggunakan bahasa yang ilmiah, tetapi tidak di kalangan orang awam. Hal ini
dimaksudkan agar esensi dakwah lebih mudah dipahami. Demikian pula berdakwah
di daerah pedesaan atau pedalaman, maka akan lebih baik menggunakan bahasa
daerah setempat.
b. Sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Materi dakwah hendaknya
disampaikan dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik artinya
pemakaian ragam bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, atau
sesuai dan serasi dengan sasarannya. Sedangkan bahasa yang benar berarti
pemakaian ragam bahasa yang memperhatikan tata bahasa yang berlaku atau yang
baku.
Pemakaian bahasa yang baik dan benar tersebut ikut menentukan keberhasilan misi
dakwah demi menegakkan kalimat Allah.
4. Memperhatikan dan menghargai budaya. Budaya berarti suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Koentjaraningrat mengatakan bahwa ada 7 (tujuh) unsur-unsur
kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan
universal tersebut adalah: Kesenian, sistem teknologi dan peralatan, sistem organisasi
masyarakat, bahasa, sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi, sistem
pengetahuan dan sistem religi.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Pepatah itu seyogyanya dimiliki oleh
da‟i untuk menghargai budaya masyarakat setempat. Jika tidak, maka sulit mendapatkan
simpati dari umat karena mereka merasa tersinggung budayanya tidak dihargai.
Menghargai budaya bukan berarti larut dalam kesesatannya, melainkan meluruskan
budaya yang tidak sesuai dengan ajaran pokok Islam dengan cara-cara yang santun,
sebaliknya mendukung budaya itu jika memang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Misalnya, di tengah masyarakat kita ada sistem religi seperti sedekah bumi. Maksudnya,
budaya mengeluarkan sedekah sunnah berupa makanan dan minuman atas anugerah dan
nikmat Allah berupa hasil panen yang melimpah ruah. Kemudian acara itu dikemas
dalam bentuk doa bersama kepada Allah Swt sebagai rasa syukur kepada-Nya.32
Demikian pula budaya Tahlil yang dimaksudkan sebagai upaya keluarga dan masyarakat
untuk mendoakan anggota keluarganya yang telah meninggal dunia agar mendapatkan
pengampunan dari Allah Swt dan tempat yang layak di sisi-Nya.33
5. Memperhatikan tingkat sosial dan ekonomi. Telah menjadi sunnatullah bahwa tingkat
status sosial dan ekonomi orang di masyarakat itu berbeda, satu dengan yang lain. 34 Jika
muballigh menyampaikan ceramahnya di kalangan masyarakat fakir-miskin, maka
kurang tepat mengisi materi tentang kewajiban zakat, karena justru mereka yang berhak
menerimanya. Akan lebih baik jika dimotivasi untuk bekerja lebih keras agar
mendapatkan rizki yang lebih, dan bersabar atas ujian Allah berupa kurangnya rizki.

32
Lihat: Q.S. Yunus: 106, al-Qamar: 35. Lihat pula: https://pcnukendal.id/hukum-nyadran-dan-sedekah-bumi/
33
Lihat: Q.S. Muhammad: 19, al-Hasyr: 10, al-Mukmin: 7-9, Nuh: 28, Ibrahim: 40-41, at-Thur: 21, dll.
34
Lihat: Q.S. an-Nahl: 71.
16
Anjuran membayar zakat dan memperbanyak sedekah sunnah lebih tepat diberikan di
kalangan masyarakat muslim yang tingkat ekonominya telah cukup mapan.35
6. Memperhatikan usia objek dakwah. Islam menganjurkan umatnya agar menghormati
yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Hal ini berlaku dalam aktifitas dakwah.
Menasehati orang yang lebih tua tentu saja tidak sama dengan orang yang lebih muda.
Bahasa yang santun, sikap dan perilaku yang halus harus dikedepankan jika dilakukan
kepada orang-orang tua. Sedangkan bahasa yang lugas lagi tegas namun tetap sopan
dapat digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan agama terhadap teman sebaya atau
kepada yang lebih muda. Hal itu perlu diperhatikan agar umat tidak ada yang merasa
tersinggung dan sakit hati. Rasulullah Muhammad Saw bersabda,
.ُ‫ف لِ َعالِ ِمنَا َح َّقو‬
ْ ‫صغِْي َرَن َوََلْ يَ ْع ِر‬ ِ ِ ‫لَي‬
َ ‫س منَّا َم ْن ََلْ يُ َوقّْر َابِْي َرَن َوََلْ يَْر َح ْم‬
َ ْ
Bukanlah golongan kami orang muda yang tidak menghormati orang tua, orang tua yang
tidak menyayangi anak muda, dan orang yang tidak mengetahui hak orang alim. (H.R.
Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Hibban).
7. Yakin dan optimis. Setiap da‟i, muballigh atau penceramah harus meyakini bahwa materi
yang disampaikan itu benar adanya dan bersumber dari wahyu Allah Swt dan hadits
Rasulullah Saw. Demikian pula optimis bahwa umat bersedia menerima pesan, nasehat
dan dakwahnya demi menegakkan agama Allah dan memberantas segala bentuk
kemunkaran. Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 60: (Apa yang telah Kami ceritakan
itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk
orang-orang yang ragu-ragu. Q.S. al-Isra‟: 81: Dan katakanlah: "Yang benar telah
datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti lenyap.
8. Menjalin kerja sama. Sebuah aktifitas dakwah dapat dilakukan di manapun dan
kapanpun, serta dalam skala kecil atau terbatas dan bahkan dilaksanakan dalam skala
besar yang melibatkan massa dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu
dibutuhkan prosedur, koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak. Kerjasama itu
dapat dilakukan antara sesama da‟i, antara da‟i dengan pihak sponsor, masyarakat
setempat, instansi tertentu, dan bahkan dengan pemerintah. Kerjasama tersebut dapat
berbentuk tenaga teknis, sistem informasi dan komunikasi, keamanan dan ketertiban,
biaya, akomodasi, dan hal-hal lain yang terkait yang dapat menunjang terlaksananya misi
amar ma‟ruf dan nahi munkar. Islam menganjurkan umatnya agar saling tolong
menolong dalam segala kebajikan. Allah berfirman dalam Q.S. al-Ma‟idah: 2: …Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
9. Konsekuen dengan perkatan (teladan yang baik). Unsur teladan bagi seorang da‟i
merupakan konsekuensi logis dalam menunaikan tugas dan kewajiban berdakwah agar
umat bersedia mengikuti setiap uraian hikmah yang disampaikan. Misi dakwah tetap
harus berjalan walaupun yang menyampaikan belum sepenuhnya dapat mengamalkan,
karena memang setiap muslim diharuskan untuk berdakwah dengan saling mengingatkan
dalam kebaikan asalkan dilakukan secara tulus dan ikhlas karena Allah. Allah Swt
berfirman dalam al-Ahzab: 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dalam Q.S. al-Baqarah: 44:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?

35
Lihat: Q.S. Ibrahim: 31, al-Baqarah: 276, an-Nisa‟: 114, at-Taubah: 60, an-Naml: 3, dll.
17
C Hikmah dan Manfaat Menasehati

Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 110,

‫وف َوتَْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوتُ ْؤِمنُو َن ِِب ََّّللِ َولَ ْو‬
ِ ‫َّاس ََتْمرو َن ِِبلْمعر‬
ُْ َ ُُ ِ ‫ت للن‬
ِ ‫ُاْن تم خي ر أ َُّم ٍة أُخ ِرج‬
ْ َ ْ ََْ ُْ
‫اس ُقو َن‬ ِ ‫اب لَ َكا َن خي را ََلم ۚۚ ِمْن هم الْم ْؤِمنُو َن وأَ ْاثَرىم الْ َف‬
ِ َ‫آمن أ َْىل الْ ِكت‬
ُ ُُ َ ُ ُُ ُْ ً ْ َ ُ ََ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Melalui pesan dan kesan ayat ini, Allah Swt memberitakan bahwa kita niscaya menjadi
umat yang terbaik jika dapat menunaikan amar ma‟ruf dan nahi munkar dengan baik. Dan hal
ini dapat membuahkan hikmah dan manfaat sebagai berikut:
1. Nasehat orang lain merupakan fungsi kontrol bagi diri sendiri ketika tidak mampu
melakukan muhasabah (introspeksi diri) dengan baik,
2. Memotivasi diri untuk konsekuen (menjadi teladan yang baik) dalam berdakwah,
3. Menjaga kebersihan hati dan pikiran dari niat dan perbuatan yang tercela,
4. Menjalin persatuan dan kesatuan antara sesama umat Islam, dengan umat lain dan dengan
pemerintah,
5. Menjaga lingkungan masing-masing dari praktik kemaksiatan, kemunkaran dan penyakit
sosial,
6. Menciptakan keadilan, kesejahteraan, ketenteraman, keserasian dan kedamaian dalam
hidup bermasyarakat,
7. Mendapatkan imbalan kebaikan dari Allah Swt di dunia dan di akhirat kelak,
8. Mendapatkan rahmat, taufiq, hidayah, inayah dan ridla Allah Swt.

KISAH TELADAN

Sahabat Umar bin Khattab takut menelantarkan rakyatnya


Muawiyah bin Hudaij radhiallahu „anhu datang menemui Umar setelah penaklukkan
Iskandariyah. Lalu ia menderumkan hewan tunggangannya. Kemudian keluarlah seorang
budak wanita. Budak itu melihat penat Umar setelah bersafar. Ia mengajaknya masuk.
Menghidangkan roti, zaitun, dan kurma untuk Umar. Umar pun menyantap hidangan tersebut.
Kemudian berkata kepada Muawiyah, “Wahai Muawiyah, apa yang engkau katakan tadi
ketika engkau mampir di masjid?” “Aku katakan bahwa Amirul Mukminin sedang tidur
siang”, jawab Muawiyah. Umar berkata, “Buruk sekali apa yang engkau ucapkan dan
alangkah jeleknya apa yang engkau sangkakan. Kalau aku tidur di siang hari, maka aku
menelantarkan rakyatku. Dan jika aku tidur di malam hari, aku menyia-nyiakan diriku
sendiri (tidak shalat malam). Bagaimana bisa tertidur pada dua keadaan ini wahai
Muawiyah?”36.
Mungkin Muawiyah bin Hudaij bermaksud kasihan kepada Umar. Ia ingin Umar
beristirahat karena capek sehabis bersafar (bepergian jauh). Rakyat pun akan memaklumi
keadaan itu dan juga kasihan kepada pemimpinnya, sehingga mereka rela jika Umar

36
Ahmad bin Hanbal, Az-Zuhd, hal. 152.
18
beristirahat. Tetapi Umar sendiri malah khawatir kalau hal itu termasuk menghalangi
rakyatnya untuk mengadukan keinginan mereka kepadanya. Umar berkata, “Jika ada seekor
onta mati karena disia-siakan tidak terurus. Aku takut Allah memintai pertangung-
jawaban kepadaku karena hal itu37. Karena onta tersebut berada di wilayah kekuasaannya,
Umar yakin ia bertanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya. Ketika onta itu mati sia-
sia; karena kelaparan, atau tertabrak kendaraan, atau terjerembab di jalanan karena fasilitas
yang buruk, Umar khawatir Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya nanti di hari
kiamat. Subhanallah… kalau rasa tanggung jawab kepada hewan pun sampai demikian,
bagaimana kiranya kepada manusia? Semoga Allah meridhai dan senantiasa merahmati Anda
wahai Amirul Mukminin…

MENERAPKAN PERILAKU MULIA

Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan tema saling
menasihati ialah sebagai berikut:
1. Menjadikan masalah tauhid dan larangan syirik sebagai materi utama dalam
menyampaikan nasihat.
2. Mengingatkan orang yang kita nasihati (umat) tentang besarnya jasa-jasa orangtua
kepada anak-anaknya, terutama ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan
merawat dengan penuh kasih.
3. Menyampaikan nasihat dengan cara-cara yang santun dan beradab.
4. Menerima nasihat dengan lapang dada, dari manapun nasihat itu datang;
5. Menjalin silaturrahim dengan sesama dai dan umat.
6. Saling membantu dan bahu membahu dalam memecahkan masalah umat.
7. Selalu berupaya untuk menegakkan kebenaran sesuai dengan kemampuan.
8. Selalu meningkatkan wawasan terkait dengan materi dakwah ataupun strateginya .
9. Berusaha merubah kemunkaran yang ada di lingkungan sekitar.
10. Berusaha konsekuen dengan semua nasihat yang kita sampaikan.
11. Berusaha menjadi figur yang layak diteladani dalam segala yang baik.
12. Menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar untuk
semua golongan.

TUGAS KELOMPOK

1. Carilah kisah teladan tentang seorang dai yang berdakwah dengan santun dan menghargai
perbedaan!
2. Lakukan analisis terhadap kisah tersebut untuk mendapatkan nilai-nilai keteladanannya!
3. Presentasikan hasil temuanmu di depan kelas kalian!

RANGKUMAN

1. Allah Swt memerintahkan manusia melalui nasihat Luqman agar tidak menyekutukan
Allah Swt dengan apapun, dan menegaskan bahwa syirik adalah kedhaliman yang besar;

37
Ibnu Sa‟ad, ath-Thabaqat, Juz 3, hal. 305. Lihat pula: https://kisahmuslim.com/
19
2. Allah Swt memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama
ibunya yang telah mengandung, melahirkan, dan merawatnya dengan penuh kasih;
3. Perintah agar manusia bersyukur kepada Allah Swt dan berterima kasih kepada kedua
orangtua;
4. Perintah Nabi Muhammad Saw agar kita peduli kepada lingkungan dengan mengubah
kemungkaran yang terjadi sesuai dengan kemampuan kita;
5. Terbuka untuk menerima nasihat dari manapun datangnya;
6. Saling menasihati dengan cara santun, beradab, dan menghargai satu sama lain;
7. Budaya saling menasihati akan mendatangkan banyak manfaat, diantaranya: sebagai
kontrol sosial pada saat kita terlena dan tidak mampu melakukan introspeksi
(muhasabah), selalu terjaga kebersihan hati dan pikiran dari niat dan rencana
kotor/tercela (karena ada yang mengingatkan), dan lain-lain.

EVALUASI

A. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D, atau E pilihan jawaban yang


dianggap benar !
1. Potongan ayat ( ‫الشْرَك لَظُْل ٌم َع ِظ ٌيم‬
ِّ ‫ )إِ َّن‬mengandung bacaan…
A. Ghunnah, Al Qamariyah, Idhar Halqi
B. Ghunnah, Al Syamsiyah, Idhar Syafawi
C. Al Syamsiyah, Idgham bi-Ghunnah, Idhar Halqi
D. Al Qamariyah, Idhar Halqi, Ikhfa‟ Syafawi
E. Idhar Halqi, Mad Thabi‟i, Qalqalah Shugra
2. Kelanjutan potongan ayat berikut ( ِْ ‫صْي نَا‬
‫اْلنْ َسا َن‬ َّ ‫ ) َوَو‬adalah…
A. ( ُ‫) ََحَلَْتوُ أ ُُّمو‬
(‫دي ِو‬ ِ
B.
ْ َ ‫)بَِوال‬
C. (‫ن‬ٍ ‫) َوْىنًا َعلَ ٰى َوْى‬
ِ ْ ‫صالُوُ ِِف َع َام‬
(‫ني‬ ِ
D.
َ ‫) َوف‬
ِِ
E. (‫ك‬ َ ْ‫)أ َِن ا ْش ُكْر ِِل َول َوال َدي‬
3. Luqman mendapat gelar al-Hakim sehingga dipanggil Luqman al-Hakim Karena…
A. Namanya telah tercantum dalam al-Quran
B. Menjadi nabi yang arif lagi bijaksana
C. Memiliki kepandaian mendidik anaknya secara bijaksana dan berakhlaq mulia
D. Namanya sering disebut dalam banyak kitab tafsir al-Quran
E. Mengajarkan ilmu hikmah kepada kaumnya
ِ‫ )فَغَيَّره بِي ِده‬berarti…
4. Mengubah bentuk kemunkaran dengan cara (
َ َُ
A. Melalui cara berceramah, taushiyah, tabligh atau sejensinya
B. Menggunakan materi agar mendukung suaranya dalam pilkada
C. Tindakan langsung atau tindakan nyata
D. Menggunakan kekuasaannya untuk mengambil keuntungan dari rakyat
20
E. Memakai jabatannya agar dapat segera naik pangkat
5. Dalam ceramah agamanya, Pak Irham menjelaskan bahwa ritual sedekah bumi itu tidak
boleh (haram) jika doanya ditujukan kepada yang mbahu reksa (ruh yang
menjaga/menguasai tempat tertentu). Dan boleh bahkan baik jika doanya ditujukan
kepada Allah Swt atas anugerah-Nya berupa melimpahnya hasil bumi. Tindakan Pak
Irham ini tergolong dakwah dengan menggunakan pendekatan…
A. Sesuai dengan tingkat sosial dan ekonomi masyarakat
B. Menghargai budaya setempat
C. Memperhatikan tingkat pendidikan
D. Menggunakan Bahasa yang sesuai
E. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak

B. Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan benar !


1. Jelaskan, siapakah Luqman itu !
2. Jelaskan, mengapa manusia dianjurkan untuk saling menasehati !
3. Jelaskan cara bersyukur kepada Allah Swt dan kepada kedua orang tua !
4. Sebutkan dan jelaskan 3 (tahapan) jika kita melihat praktik kemunkaran !
5. Jelaskan strategimu dalam berdakwah jika berhadapan dengan pemimpin yang dhalim !
6. Jelaskan pendapat kamu jika ada pendekatan dakwah takfiri kepada sesama muslim !
7. Sebutkan dan jelaskan 2 (dua) pendekatan dakwah yang kamu ketahui, lengkapi masing-
masing dengan contoh !

21

Anda mungkin juga menyukai