Dosen Pengampu
Dr. Umar Sidiq, M. Ag
Disusun Oleh
ANASTASYA PUTRI
NIM 206220017
ANGELLICA HARLINDA DELLA SAPUTRI
NIM 206220018
1. = َتْقُفkamu mengikuti
2. = الَّس ْمَعpendengaran
3. = اْلَبَصpenglihatan
4. = َم ْسُٔـْو اًلpertanggungjawaban
C. Terjemah
Surat Al-Isro’ Ayat 36
" Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya ".1
1
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu sesuatu yang tidak kamu
ketahui”.
Pada ayat ini, Allah melarang manusia untuk selalu berhatihati dalam
bertindak baik dari segi perkataan maupun perbuatan. Tujuan utama diciptakan
manusia adalah untuk beribadah. Untuk itu manusia diperintahkan untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui
proses pendidikan. Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan islam, seorang
pendidik haruslah memiliki pengetahuan intelektual dan integritasnya yang tinggi
karena guru sebagai kompas bagi peserta didiknya.
Guru juga harus bersikap hati-hati dalam berkata maupun berbuat karena
segala apa yang dilakukan guru akan menjadi contoh bagi peserta didiknya. Allah
SWT memberi pendengaran supaya peserta didik dapat menngkap segala mata
pelajaran melalui telinga. Allah SWT juga memberi penglihatan supaya mereka
dapat melihat apa yang ia pelajari. Allah memberi hati nurani agar peserta didik
dapat merasakan kesuacian ilmu yang ia terima. Melalui hati, peserta didik bisa
menjadi tamyiz yaitu bisa membedakan yang baik dan yang buruk.
َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِه ِع ْلٌم ِإَّن الَّس ْمَع َو اْلَبَص َر َو اْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأوَلِئَك َك اَن َع ْنُه
)٣٦( َم ْس ُئواًل
Artinya: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya”.
َو اَّتِبُع َم ا ُيوَح ى ِإَلْيَك ِم ْن َّر ِّبَك ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبَم ا َتْع َم ُلوَن َخ ِبيًرا
Artinya :
َيَأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإْن َج اَء ُك ْم َفاِس ُق ِبَنَبا َفَتَبَّيُنوا َأْن ُتِص يُبوا َقْو ًم ا ِبَجَهاَلٍة َفُتْص ِبُحوا
َع َلى َم ا َفَع ْلُتْم ُتِدِم ين
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu cerita,maka telitilah kebenarannya,agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karna kebodohan (kecerobohan),yang
akhirnya kamu menyesali perbuatan itu”.3
2
Yusrial,Fikih Munakhat dan Pemikiran Ikhtilaf Ibnu Rusyd dalam Kitab Bidayatul Mujtahid
(Yogjakarta;CV Bimtang Semata Media,2021),219
3
Rohani Rodin,Ilmu Dalam Konteks Sosial Budaya (Depok;PT Rajagrafindo Persada,2020)123
ََيَر ُه َم ْن َيْع َم ْل ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة َش ًّر ا
Artinya :
E. Kandungan Ayat/Tafsir
Pada penafsiran ayat tersebut dijelaskan bahwa jangan berucap apa yang
engkau tidak ketahui, jangan mengaku apa yang engkau tak tahu atau mengaku
mendengar apa yang tidak dengar. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati merupakan alat-alat pengetahuan dan semua itu akan ditanyai tentang
bagaimana pemiliknya menggunakannya atau pemiliknya akan dituntut
mempertanggung-jawabkan bagaimana dia menggunakannya pada hari akhir.6
Ayat ini memiliki kandungan yaitu, Awalnya, disarankan kepada individu
untuk secara terus-menerus mengingatkan diri agar berhati-hati dalam
menyampaikan pendapat, terutama ketika berbicara tentang hal-hal di luar
keahlian yang telah dipelajari. Selanjutnya, disarankan kepada manusia untuk
berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang tidak jelas. Allah mengajarkan
manusia untuk mengungkapkan pendapat dengan tepat dan tidak hanya mengikuti
kata-kata manis atau lidah yang tidak terkendali. Contohnya, terlihat bahwa beras
pulut dan santan bisa menjadi teman musuh di medan perusakan. Selanjutnya,
disarankan kepada manusia untuk memahami alasan mengapa telinga, mata, dan
4
Indra Satria Pohan,Akidah Akhlak Pada Madrasah (Medan,UMSU PRAS,2022)259
5
Anita Sutrisnawati,Misi di Planet Biru (Sleman,CV BUDI UTAMA,2012)98
6
M.Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah,Volume 7, (Jakarta:Lentera Hati,2010),462
hati akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah pada hari kebangkitan, tidak
seperti pertanggungjawaban anggota tubuh lainnya. Hal ini disebabkan oleh tiga
alasan:
Yang pertama, Telinga akan diminta pertanggungjawabannya karena
merupakan salah satu dari lima indera manusia yang pertama menerima informasi
dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Sifat telinga yang mendengarkan
dapat mempengaruhi mata untuk melihat dan hati untuk terlibat, sebagai hasil dari
informasi yang diterima oleh telinga. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang
cenderung mendengarkan dan menerima berita yang tidak pasti, karena itu adalah
sifat manusia yang sulit diubah.Yang kedaua, Pertanggungjawaban atas mata
timbul karena mata dan telinga bekerja sama untuk menarik perhatian hati ke
dalam pengalaman pendengaran dan penglihatan, yang kemudian memberikan
penjelasan lebih lanjut tentang informasi yang disampaikan oleh telinga. Penilaian
yang dilakukan oleh mata akan memengaruhi hati yang tertanam dalam diri
seseorang. Hati bahkan sulit untuk menolak nilai dari apa yang dilihat oleh mata.
Jika penilaian mata buruk, hati juga akan menerima informasi tersebut dengan
buruk, dan sebaliknya. Hal ini menjelaskan bagaimana mata dengan perilakunya
dapat memengaruhi hati dan diri seseorang, terutama saat seseorang bersantai di
pantai sambil melihat langit yang indah.
Ketiga, Pertanggungjawaban atas hati timbul karena hati memiliki
kemampuan untuk melupakan bentuk-bentuk keagungan ilahi. Hati dapat berubah
menjadi tempat kediaman yang gelap dan penuh kejahatan. Kualitas hati yang
baik akan mencerminkan kebaikan seseorang, sedangkan kejahatan hati akan
mencerminkan kejahatan seseorang. Ini adalah sesuatu yang patut
dipertimbangkan.7
7
Philosopher,Al-Fathun Nawa Jilid 1 (Malaysia:Hafidzul Publication,2016),1042