Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani Muin,M.Ag
Disusun oleh:
1. Yunia Ulfah Nur Fiani (133511004)
2. Hidayatul Istifaiyah (133511025)
3. Zumrotun Nimah (1403056098)
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu pengetahuan ?
2. Bagaimana Tafsir dan kandungan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan?
3. Apa ketertaitan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan dengan
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
42. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai
bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang
tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun
43. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang
kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus
Secara harfiah ilmu dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui.
Secara istilah ilmu berarti memahami sesuatu, atau memahami hukum
yang berlaku atas sesuatu. Dalam pandangan Al-Quran ilmu tersebut
dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia.1 Atau dengan kata lain,
sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang
dimilikinya oleh karena itu ilmu pengetahuan sangat penting bagi
kehidupan manusia dan ini sudah dijelaskan dalam Al-Quran bahwa
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, Berdirilahkamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q. S. Al-Mujadalah: 11).
Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui
semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Dia akan member balsan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan
jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka. 3
Inti atau kandungan ayat ini adalah memberi salah satu tuntunan.,
bagaimana menjalin hubungan yang harmonis. Ayat ini menyeru kaum
beriman bahwa apabila dikatakan kepada kaum oleh siapa pun:
Berupayalah dengan sungguh-sungguh, walau dengan memaksakan
diri untuk memberi tempat orang lain dalam majelis-majelis, baik
tempat duduk maupun bukan untuk duduk, maka lapangkanlah tempat
itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika
itu kamu lakukan, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu bagi
kamu dalam hidup ini, dan apabila dikatakan Berdirilah ke tenpat lain,
4
atau untuk diduduki tempatmu oleh orang yang lebih wajar, atau
kata ( (
) juddah i yakni jalan. Kata ( )
bidh adalah bentuk jamak dari kata ( )
abyadh, kata ( ) sud adalah bentuk jamak dari
Artinya:
(17) Maka, apakah mereka tidak memperhatikan unta,
bagaimana ia diciptakan? (18) Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? (19) Dan gunung-gunung, nagaimana ia ditegakkan?
(20) Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? (Q. S. Al-Ghasyiyah :
17-20).
10 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 257-258.
Rufiat () artinya ditinggikan, di angkat
dan lain sebagainya. As-Sama atau langit di artikan sebagai ruang
hampa yang ada di atas bumi kita, dimulai dari mega sampai
kawasan yang tidak terhingga. As-Sama juga difungsikan sebagai
atap (saaf) dari bumi. Namun atap disini tidak dianggap atap yang
berbentuk benda padat tapi berupa ruang udara (al-gilaf al-jawwi).
Walaupun as-sama tingginya dan besarnya tidak terkirakan, tetapi
tidak ada tiang yang menyangganya, atau ada tapi tidak terlihat
oleh manusia. Manusia diperintahkan untuk merenung tentang
kekuasaan Allah yang demikian besar dengan tujuan beriman
kepada-Nya.11
Mengarahkan hati untuk memperhatikan langit ini
terjadi berulang-ulang di dalam Al-Quran. Langit dengan siangnya
yang terang benderang, langit dengan dasarnya yang
,mengagumkan dan mengherankan, langit dengan magribnya yang
indah, unik, dan mengesankan, langit dengan malamnya yang
mengembang, bintang yang berkelap-kelip dan peristiwa-
peristiwanya yang tenang, langit dengan paginya yang indah,
hidup, dan penuh semangat. Karena itu sudah tentu ada yang
meninggikan dan menciptakannya. Untuk mengetahui itu tidak
perlu kepada ilmu pengetahuan yang tinggi dan tidak perlu usaha-
usaha yang berat, bahkan memperhatikannya dengan
merenungkannya saja sudah cukup.
Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?.
Kata nusibat () berarti ditegakkan, kata
kerja pasif dari kata nasaba. Kata ini memiliki akar makna letih.
Artinya:
1 Maha Suci Allah y a n g di tan gan - N yalah segala kerajaan,
dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2 Yang m e njadikan m a ti dan hidup, supa ya dia m e n guji
ka mu, siapa di antara ka mu y a n g lebih baik a maln ya. dan
dia Maha Perkasa lagi Maha Pen ga m p un,
3 Yang Telah m e nciptakan tujuh lan git berlapis-lapis. ka mu
sekali-kali tidak m elihat pada ciptaan Tuhan y a n g Maha
Pe murah sesuatu y a n g tidak
ssei mban g. Maka Lihatlah
berulan g - ulan g, Adakah ka mu lihat sesuatu y a n g tidak
seimban g?
4 Ke mudian pandan glah sekali lagi nisca ya pen glihatan m u
akan ke mbali kepada mu den gan tidak m e ne m ukan
sesuatu cacat dan pen glihatan mu itupun dala m keadaan
pa yah.
5 Sesun g g u hn ya ka mi Telah m e n ghiasi lan git y a n g dekat
den gan bintan g - bintan g, dan ka mi jadikan bintan g - bintan g
itu alat - alat pele m par syaitan, dan ka mi sediakan ba gi
m ereka siksa neraka y a n g m e n y ala - n yala.
Tafsirannya:
1) Ayat 1
Kata ( )tabaaraka terambil dari kata (
)baraka yang antara lain berarti mantap,
langgeng. Itu juga berarti kebajikan yang
banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut
lahir kata berkat. Sementara Ulama
mengartikan Mahasuci. Ini menjadikannya
serupa dengan kata Subhana, padahal
seharusnya berbeda. Al- Biqaai, dalam
penjelasannya menggabung kedua makna
diatas sehingga menjelaskan kata tersebut
dalam arti Maha Besar, Mahasuci, Mahatinggi ,
Mahaagung, mantap dengan kemantapan yang
tak ada samanya disertai dengan kebajikan,
keberkatan serta kelangsungan limpahan
Karunia-Nya.
Kata ( )biyadihi terambil dari kata ( )
yad yang berarti tangan yang bila dinisbahkan
kepada Allah, ia bermakna kekuasaan atau
nikmat. Kata ini digunakan disini untuk
menggambarkan cakupan kuasa-Nya terhadap
sesuatu sekaligus pengendalian-Nya atas segala
sesuatu karena tangan dalam penggunaan
manusia digunakan untuk mengelola dan
mengendalikan sesuatu yang digenggam. Allah
yang di tangan-Nya kekuasaan mengandung
juga makna bahwa Dia-lah menganugerahkan
kekuasaan bagi siapa yang dikehendaki.15
Muhammad bin ishak berkata, Milik
Allahlah kerajaan kenabian yang dengannyalah
dimuliakan orang-orang yang menikuti-Nya, dan
dengannya pula dihinakan orang-orang yang
menentang-Nya.16
Firmannya menutup ayat pertama dengan (
) wa huwa ala kulli syaiin
qadir Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa
mempertegas pernyataan sebelumnya sekaligus
memasukan apa yang boleh jadi diduga belum
termasuk didalam-Nya.17
2) Ayat 2
Kata ( ) al-maut/mati biasa
diperhadapkan dengan ( )(al-hayah. Bahkan
dalam Al-Quran, jumlah kata al- maut dan yang
seakar dengannya sebanyak jumlah al-hayah
dan yang seakar dengannya , yakni 145 kali.
Hidup diartikan oleh sementara ulama sebagai
sesuatu yang menjadikan wujud merasa atau
tahu dan bergerak. Syaikh Mutawalli asy-
(
109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
Firman-Nya
hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh adalah kali mat singkat y a n g
m e n g ga m barkan dak wah isla miah, y a kni bera mal baik dan
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Makalah ini merupakan kutipan-kutipan dari buku-buku yang
dijadikan referensi yang di dalamnya memuat tafsir ayat-ayat ilmu
pengetahuan. Makalah ini disusun mengenai tafsir ayat-ayat ilmu
pengetahuan. Dan dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali kesalahan
baik penulisan ataupun yang lainnya. Penyusun minta maaf sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA