Anda di halaman 1dari 34

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani Muin,M.Ag

Disusun oleh:
1. Yunia Ulfah Nur Fiani (133511004)
2. Hidayatul Istifaiyah (133511025)
3. Zumrotun Nimah (1403056098)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menciptakan manusia dan memberi akal kepadanya tidak


lain adalah agar manusia berfikir terhadap berbagai kejadian atau
fenomena yang terjadi di muka bumi ini sehingga manusia mengenal
berbagai macam tanda kebesaran-Nya. Allah SWT menciptakan fitrah
manusia mukmin mengarah ke alam raya untuk mengungkap rahasia dan
tujuan penciptaannya serta memahami posisi dirinya di alam raya ini dan
menentukan bagaimana ia harus berbuat dan bersikap di dalamnya. Ilmu
yang diperoleh manusia semestinya dapat membuahkan keimanan yang
tulus kepada Allah.
Sebagai makhluk yang diberi akal dan pikiran, manusia dituntut
untuk berpikir serta menggali ilmu karena Islam sendiri telah mewajibkan
untuk menuntut ilmu pengetahuan. Penafsiran Al-Quran sendiri seolah
tidak pernah selesai, karena setiap saat bisa muncul sesuatu yang baru,
sehingga Al-Quran terasa selalu segar karena dapat mengikuti
perkembangan zaman. Pada kesempatan ini penulis hendak sedikit
mengulas tentang ayat-ayat Al-Quran tentang ilmu pengetahuan beserta
tafsir dan analisisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu pengetahuan ?
2. Bagaimana Tafsir dan kandungan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan?
3. Apa ketertaitan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan dengan
pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab yaitu
alima yang terdiri dari huruf ayn, lam dan mim. Al-Quran sering
mengunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola). Seperti yang terdapat
dalam firman Allah SWT : QS. Mayam ayat 42-43












42. Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai
bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang
tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun
43. Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku
sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang
kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus
Secara harfiah ilmu dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui.
Secara istilah ilmu berarti memahami sesuatu, atau memahami hukum
yang berlaku atas sesuatu. Dalam pandangan Al-Quran ilmu tersebut
dapat membentuk sikap atau sifat-sifat manusia.1 Atau dengan kata lain,
sikap atau karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang
dimilikinya oleh karena itu ilmu pengetahuan sangat penting bagi
kehidupan manusia dan ini sudah dijelaskan dalam Al-Quran bahwa

1 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi pesan-pesan Al-Quran tentang pendidikan, (Jakarta:Sinar


Grafika Offset, 2013)hlm.16-17
manusia diwajibkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan guna
mempelajari dan melihat fenomena dialam jagad raya ini. Ilmu
pengetahuan juga membentuk kesadaran dan sikap yang melahirkan
perilaku berdasarkan kesadaran atau sikap yang telah dibentuk itu.
Ilmu pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah ilmu tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu: dia memperoleh gelar doktor dalam
pendidikan; pengetahuan atau kepandaian (tentang soal
duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya)2

B Tafsir dan kandungan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan

1 QS. Al-Mujadalah (58) : 11








Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu, Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan, Berdirilahkamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q. S. Al-Mujadalah: 11).

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id/ilmu) diakses pada tanggal 16 Juni


2016 pikul 16.00
Kata tafassahu () dalam Al-Quran disebut hanya sekali
ini. Ia merupakan fiil amr (kata kerja yang menunjukkan perintah), dari
tafassaha-yatafassahu-tafassuhan, yang artinya tawassau (berilah
keluasan). Perintah serupa itu biasanya ditujukan kepada orang-orang
yang hadir dalam suatu tempat dalam situasi yang berdesak-desakan,
agar melonggarkan diri, atau member kesempatan kepada orang lain
untuk masuk, sehingga memperoleh kesempatan untuk duduk atau
berada di tempat itu. Orang-orang yang hadir terlebih dahulu diminta
melonggarkan tempat yang telah ditempati, untuk ditempati orang-
orang yang baru dating yang kedudukan dan martabatnya lebih
terpandang di lingkungan masyarakat setempat. Tafassaha kata
dasarnya adalah al-fash yang artinya luas, longgar, lapang. Jadi,
tafassahu artinya berikan keluasan, kelonggaran, atau kelapangan
tempat untuk orang yang baru datang.
Kata unsyuzu ( ) adalah fiil amr (kata kerja yang
menunjukkan perintah), dari nasyaza-yansyuzu-nasyzan. An-nasyzu
dalam kamus artinya kana qaidan faqama (dalam keadaan duduk lalu
berdiri). Perintah unsyuzu ditujukan kepada orang-orang yang dalam
keadaan duduk agar mereka berdiri menyerahkan tempat duduknya
kepada orang lain, untuk menghormati orang yang baru datang.
Pengertian yang dimaksud dari perintah unsyuzu adalah berdirilah.
Demikian menurut pendapat as-Salabi.



niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
.di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akar mengangkat derajat


orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksankan perintah-
Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai,
aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang yang
berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah.
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat
yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu.
Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan
Rasul-Nya.


Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui
semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Dia akan member balsan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan
jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka. 3
Inti atau kandungan ayat ini adalah memberi salah satu tuntunan.,
bagaimana menjalin hubungan yang harmonis. Ayat ini menyeru kaum
beriman bahwa apabila dikatakan kepada kaum oleh siapa pun:
Berupayalah dengan sungguh-sungguh, walau dengan memaksakan
diri untuk memberi tempat orang lain dalam majelis-majelis, baik
tempat duduk maupun bukan untuk duduk, maka lapangkanlah tempat
itu dengan suka rela agar kamu dapat berbagi dengan orang lain. Jika
itu kamu lakukan, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu bagi
kamu dalam hidup ini, dan apabila dikatakan Berdirilah ke tenpat lain,
4
atau untuk diduduki tempatmu oleh orang yang lebih wajar, atau

3 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid X, (Jakarta: Lentera


Abadi, 2010), hlm. 22-25.
4 Ayat ini turun untuk mengukuhkan sikap Nabi SAW, yang meminta kepada
sebagian sahabat beliau agar member tempat duduknya kepada orang yang berjasa
dalam perang Badar.
bangkitlah untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad,
maka berdiri dan bangkitlah. Allah SWT akan meninggikan derajat
orang-orang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan dengan peninggian beberapa derajat kemuliaan di dunia
dan di akhirat. Allah SWT Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan
sekarang dan masa datang.5
2 Al-Quran, surat al-Fathir (30) : 27 -28





















Artinya:
27. Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah
menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu
ada garis-garis putih dan merah yang beraneka
macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.
28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada
yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara

5 M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 201-202.


hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama, Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
a. Tafsirannya:
1) Ayat 27
Ayat Ayat ini melanjutkan uraian tentang bukti-
bukti kuasa Allah swt. Ia mengajak setiap orang
dengan menggunakan gaya pertanyaan untuk
berpikir dan memperhatikan. Allah berfirman :
Wahai siapapun yang mampu melihat dan berpikir!
Tidaklah engkau melihat bahwa Allah menurunkan
dari langit air hujan lalu Kami dengan kuasa Kami
dan melalui hukum-hukum Allah yang Kami
tetapkan mengeluarkan yakni menghasilkan dan
memunculkan dengannya yakni dengan hujan itu
berbagai jenis buah-buahan yang beraneka macam
warna, bentuk, rasa dan aroma-nya. Seandainya
yang melakukan itu adalah nature/alam tentu hal
hal tersebut tidak akan beragam dan bermacam-
macam. Dan perbedaan serta keragaman serupa
terjadi juga pada yang lebih kukuh dari buah-
buahan. Engkau dapat melihat di antara gunung-
gunung ada yang memilki jalur dan garis garis yang
terlihat berwarna putih dan ada juga yang merah
yang kejelasan warna dan keburamannya beraneka
macam warnanya dan ada pula di samping yang
merah dan putih itu yang pekat hitam. 6Ayat diatas
beralih dari redaksi yang berbentuk persona ketiga
dengan kalimat Allah menurunkan dari langit air
kepada persona pertama dengan menyatakan :

6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,


(Jakarta: Lentera Hati, 2002) Hlm. 463
lalu Kami mengeluarkan dengannya. Pengalihan
bentuk itu bertujuan menggaris bawahi betapa
ciptaan dan pengaturan Allah menyangkut
keanekaragaman tumbuhan sedemikian
mempesona dan menjadi bukti betapa luas
kekuasaan-Nya.
Kata ( ) judad adalah bentuk jamak dari

kata ( (
) juddah i yakni jalan. Kata ( )
bidh adalah bentuk jamak dari kata ( )
abyadh, kata ( ) sud adalah bentuk jamak dari

kata ( ) aswad/hitam, dan kata ( ) humur

adalah bentuk jamak dari kata ( ) ahmar.

Adapun kata ( ) gharabib adalah bentuk


jamak dari kata ( )ghirbib yaitu yang pekat
(sangat) hitam. Sebenarnya istilah yang lumrah
dipakai adalah ( ) sud gharabib/ hitam
pekat , tetapi redaksi ayat ini membaliknya untuk
menggambarkan kerasnya kepekatan itu.7
2) Ayat 28
Ayat ini menyetir perbedaan bentuk dan warna
makhluk hidup. Ayat di atas menyatakan: Dan di
antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak yakni unta, sapi dan
domba bermacam-macam bentuk, ukuran, jenis dan
warnanya seperti itu pula yakni seperti keragaman
keragaman tumbuhan dan gunung-gunung.
Sebagian dari penyebab perbedaan itu dapat

7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-


Quran,...... Hlm. 464
ditangkap maknanya oleh ilmuwan dan karena itu
sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Firman-Nya: ( ) kadzalika dipahami oleh
banyak ulama dalam arti seperti keragaman itu juga
terjadi pada makhluk-makhluk hidup itu. Ada juga
ulama yang memahaminya dalam arti seperti
itulah perbedaan-perbedaan yang nampak dalam
kenyataan yang dialami makhluk. Ini kemudian
mengantar kepada pernyataan berikutnya yang
maknanya adalah Yang takut kepada Allah dari
manusia yang berbeda-beda warnanya itu hanyalah
para ulama/ cendikiawan.
Ayat ini menggaris bawahi juga kesatuan
sumber materi namun menghasilkan aneka
perbedaan. Sperma yang menjadi bahan penciptaan
dan cikal bakal kejadian manusia dan binatang,
pada hakikatnya nampak tidak berbeda dalam
kenyataannya satu dengan yang yang lain. Bahkan
sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekali
pun, sperma-sperma tersebut tampak tidak
berbeda. Disinilah letak salah satu rahasia dan
misteri gen dan plasma. Ayat ini pun
mengisyaratnya bahwa faktor genetislah yang
menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia
tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya
8
disebabkan oleh habitat dan makananya. Maka
sungguh benar jika ayat ini menyatakan bahwa para
8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,....... Hlm.
465
ilmuwan yang mengetahui rahasia-rahasia
penciptaan sebagai sekelompok manusia yang
paling takut kepada Allah.
Kata ( )ulama adalah bentuk jamak dali
kata ( )alim yang terambil dari akar kata yang
berarti mengetahiu secara jelas, karena itu semua
kata yang terbentuk oleh huruf-huruf ain, lam, dan
mim, selalu menunjuk kepada kejelasan, seperti (
) alam/bendera, ( ) alam/alam raya atau
makhluk yang memiliki rasa dan atau kecerdasan, (
) alamah/alamat. Banyak pakar agama
seperti IbnAsyur dan Thabathabaii memahami kata
ini dalam arti yang mendalami ilmu agama.
Thabathabaii menulis bahwa merekan itu adalah
yang mengenal Allah swt. Dengan nama nama,
sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya,
pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati
mereka tenang dan keraguan serta kegelisahan
menjadi sirna, dan nampak pula dampaknya dalam
kegiatan mereka sehingga amal mereka
membenarkan ucapan mereka.
Thahir IbnAsyur menulis bahwa yang
dimaksud dengan ulama adalah orang-orang yang
mengetahui tentang Allah dan syariat. Sebesar
kadar pengetahuan tentang hal itu sebesar itu juga
kadar kekuatan khasyat/takut. Adapun ilmuwan
dalam bidang yang tidak berkaitan dengan
pengetahuan tentang Allah, serta pengetahuan
tentang ganjaran dan balasan-Nya- yakni
pengetahuan yang sebenarnya maka pengetahuan
mereka itu tidaklah mendekatkan mereka kepada
rasa takut dan kagum kepada kepada Allah. Seorang
yang alim yakni dalam pengetahuannya tentang
syariat tidak akan samar baginya hakikat- hakikat
keagamaan. Dia mengetahuinya dengan mantap
dan memperhatikannya serta mengetahui dampak
baik dan buruknya, dan dengan demikian dia akan
mengerjakan atau meninggalkan satu pekerjaan
berdasar apa yang dikehendaki Allah serta tujuan
syariat. Kendati dia pada satu saat melanggar akibat
dorongan syahwat, atau nafsu atau kepentingan
duniawi, namun ketika itu dia tetap yakin bahwa ia
melakukan sesuatu yang berakibat buruk, dan ini
pada gilirannya menjadikannya meninggalkan
pekerjaan itu atau menghalanginya berlanjut dalam
tersebut sedikit atau secara keseluruhan. Ada pun
seorang yang bukan alim, tetapi mengikuti jejak
ulama maka upayanya serupa dengan upaya ulama
dan rasa takutnya lahir dari rasa takut ulama.
Demikian lebih kurang IbnAsyur.
Pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan ulamapada ayat ini adalah yang
berpengetahuan agama bila ditinjau dari segi
penggunaan bahasa Arab tidaklah mutlak demikian.
Siapa pun yang memiliki pengetahuan dan dalam
disiplin apapun pengetahuan itu maka ia dapat
dinamai alim. Dari konteks ayat ini pun, kita dapat
memperoleh kesan bahwa ilmu yang disandang oleh
Ulama itu adalah ilmu yang berkaitan dengan
phenomena alam. Sayyid Quthub menamai
phenomena alam antara lain yang diuraikan ayat-
ayat diatas dengan nama Kitab alam yang sangat
indah lembaran- lembarannya dan sangat
menakjubkan bentuk dan warnanya. Ulama ini
kemudian menulis bahwa: Ulama adalah mereka
yang memperhatikan kitab yang menakjubkan itu,
karena itu mereka mengenal Allah degan
pengenalan yang sebenarya. Mereka mengenal-Nya
melalui ciptakan-Nya, mereka menjangkau- Nya
melalui dampak kuasa-Nya, serta merasakan
hakikat kebesaran-Nya dengan melihat hakikat
ciptaan-Nya dari sini maka mereka takut kepada-
Nya serta bertakwa sebenar-benarnya.9
3 Al-Quran, surat Ghasyiah (88) : 17-20









Artinya:
(17) Maka, apakah mereka tidak memperhatikan unta,
bagaimana ia diciptakan? (18) Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? (19) Dan gunung-gunung, nagaimana ia ditegakkan?
(20) Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? (Q. S. Al-Ghasyiyah :
17-20).

9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,...........


Hlm. 466-467
Apakah mereka tidak memperhatikan untu bagaimana ia
diciptakan?.
Unta adalah binatang yang utama bagi bangsa Arab.
Mereka bisa bepergian dengan menaikinya dan membawa muatan
diatasnya. Darinya mereka bisa minum dan makan, dari bulu dan
kulitnya mereka bisa membuat pakaian dan tenda-tenda. Maka,
unta adalah sumber penghidupan yang pertama bagi mereka (waktu
itu). Kemudian unta juga memiliki kekhasan tersendiri
dibandingkan binatang lainnya. Ia dengan kekuatannya yang besar
dan tubuhnya yang besar dan jangkung, tetap tunduk dan penurut
dituntun dan dikendalikan oleh anak kecil sekalipun. Ia yang besar
manfaat dan pelayanannya terhadap manusia, tetapi tidak repot
pemeliharaannya. Ia mudah digembalakan, Makanannya hanya
dengan bahan-bahan makanan yang mudah diperoleh. Ia adalah
binatang yang paling sabar dan tabah menghadapai lapar, haus,
kerja berat, dan kondisi-kondisi yang jelek. Kemudian bentuknya
juga memiliki keistimewaan di dalam kerapian pemandangan alam
yang terbentang. Karena itu, Al-Quran mengarahkan perhatian
orang-orang yang dibicarakannya untuk merenungkan penciptaan
unta, yang ada di depan mereka. Sesungguhnya mereka (manusia)
tidak menciptakan unta-unta itu, dan unta-unta pun tidak
menciptakan dirinya sendiri. Karena itu, tidak ada lain kecuali pasti
ada yang menciptakannya sendiri, yang punya kemampuan untuk
menciptakannya. Keberadaan unta itu menunjukkan hal itu, dan
memastikan keberadaan Yang Maha Pencipta, yang sekaligus
merencanakan dan mengaturnya.10


Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?.

10 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 257-258.
Rufiat () artinya ditinggikan, di angkat
dan lain sebagainya. As-Sama atau langit di artikan sebagai ruang
hampa yang ada di atas bumi kita, dimulai dari mega sampai
kawasan yang tidak terhingga. As-Sama juga difungsikan sebagai
atap (saaf) dari bumi. Namun atap disini tidak dianggap atap yang
berbentuk benda padat tapi berupa ruang udara (al-gilaf al-jawwi).
Walaupun as-sama tingginya dan besarnya tidak terkirakan, tetapi
tidak ada tiang yang menyangganya, atau ada tapi tidak terlihat
oleh manusia. Manusia diperintahkan untuk merenung tentang
kekuasaan Allah yang demikian besar dengan tujuan beriman
kepada-Nya.11
Mengarahkan hati untuk memperhatikan langit ini
terjadi berulang-ulang di dalam Al-Quran. Langit dengan siangnya
yang terang benderang, langit dengan dasarnya yang
,mengagumkan dan mengherankan, langit dengan magribnya yang
indah, unik, dan mengesankan, langit dengan malamnya yang
mengembang, bintang yang berkelap-kelip dan peristiwa-
peristiwanya yang tenang, langit dengan paginya yang indah,
hidup, dan penuh semangat. Karena itu sudah tentu ada yang
meninggikan dan menciptakannya. Untuk mengetahui itu tidak
perlu kepada ilmu pengetahuan yang tinggi dan tidak perlu usaha-
usaha yang berat, bahkan memperhatikannya dengan
merenungkannya saja sudah cukup.



Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan?.
Kata nusibat () berarti ditegakkan, kata
kerja pasif dari kata nasaba. Kata ini memiliki akar makna letih.

11 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid X, , hlm. 646.


Selain itu, nasaba juga berarti meletakkan dan meninggikan.
Darinya di ambil kata nusub yang berarti pahala.
Gunung-gunung bagi bangsa Arab merupakan tempat
berlindung, teman, dan sahabat. Pemandangannya mengisyaratkan
kebesaran dan keagungan di dalam hati manusia secara umum.
Karena dengan berada di sisinya, manusian tampak kecil dan
kerdil. Jiwa manusia di puncak gunung lebih tertuju perhatiannya
kepada Allah. Ia merasakan bahwa lebih dekat dengan-Nya, dan
jauh dari hiruk-pikuk bumi dan segala sesuatunya yang remeh dan
kecil.


Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?.
Kata sutihat () berarti dihamparkan. Ia
adalah kata kerja pasif dari kata sataha. Kata ini memiliki akar
kata dengan makna membaringkan.
Bumi yang terhampar di depan mata dan di gelar untuk
kehidupan, berjalan, dan beraktivitas. Sedangkan manusia tidak
pernah menghamparkan dan menggelar bumi. Ia sudah
dihamparkan sejak sebelum adanya manusia. Pemandangan-
pemandangan yang ada di bumi dapat menimbulkan kesan tertentu
di dalam hati manusia, hanya semata-mata memperhatikan dan
merenungkannya. Hal ini sudah cukup untuk membangkitkan
perasaan dan menghidupkan hati, juga menggerakkan ruh untuk
menyadari adanya Yang Maha Pencipta yang menciptakan semua
makhluk ini. 12

Inti tafsiran pada surat Al-Mujadalah ayat 17-20 bahwa


dalam ayat ini Allah mempertanyakan apakah mereka tidak

12 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, , hlm. 258-259.


memperhatikan bagaimana unta, yang ada di depan mata mereka
dan dipergunakan setiap waktu, diciptakan. Bagaimana pula langit
yang berada di tempat yang tinggi tanpa tiang, bagaimana gunung-
gunung dipancangkan dengan kukuh, tidak bergoyang dan
dijadikan petunjuk bagi orang yang dalam perjalanan. Diatasnya
terdapat danau dan mata air yang dapat dipergunakan untuk
keperluan manusia, mengairi tumbuh-tumbuhan, dan memberi
minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi dihamparkan
sebagai tempat tinggal bagi manusia. Apabila mereka telah
memperhatikan semua itu dengan seksama, tentu mereka akan
mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan manusia
kembali pada hari Kiamat.13 Sungguh dalam keempat hal tersebut
di samping ciptaan-ciptaannya yang lain terdapat banyak bukti
Kuasa Allah SWT.14
4 Al -Quran, surat al-Mulk (67)
: 1-5












13 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid X, , hlm. 647.
14 M. Quraish Shihab, Al-Lubab, .. , hlm. 625.








Artinya:
1 Maha Suci Allah y a n g di tan gan - N yalah segala kerajaan,
dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2 Yang m e njadikan m a ti dan hidup, supa ya dia m e n guji
ka mu, siapa di antara ka mu y a n g lebih baik a maln ya. dan
dia Maha Perkasa lagi Maha Pen ga m p un,
3 Yang Telah m e nciptakan tujuh lan git berlapis-lapis. ka mu
sekali-kali tidak m elihat pada ciptaan Tuhan y a n g Maha
Pe murah sesuatu y a n g tidak
ssei mban g. Maka Lihatlah
berulan g - ulan g, Adakah ka mu lihat sesuatu y a n g tidak
seimban g?
4 Ke mudian pandan glah sekali lagi nisca ya pen glihatan m u
akan ke mbali kepada mu den gan tidak m e ne m ukan
sesuatu cacat dan pen glihatan mu itupun dala m keadaan
pa yah.
5 Sesun g g u hn ya ka mi Telah m e n ghiasi lan git y a n g dekat
den gan bintan g - bintan g, dan ka mi jadikan bintan g - bintan g
itu alat - alat pele m par syaitan, dan ka mi sediakan ba gi
m ereka siksa neraka y a n g m e n y ala - n yala.
Tafsirannya:
1) Ayat 1
Kata ( )tabaaraka terambil dari kata (
)baraka yang antara lain berarti mantap,
langgeng. Itu juga berarti kebajikan yang
banyak dan bersinambung. Dari kata tersebut
lahir kata berkat. Sementara Ulama
mengartikan Mahasuci. Ini menjadikannya
serupa dengan kata Subhana, padahal
seharusnya berbeda. Al- Biqaai, dalam
penjelasannya menggabung kedua makna
diatas sehingga menjelaskan kata tersebut
dalam arti Maha Besar, Mahasuci, Mahatinggi ,
Mahaagung, mantap dengan kemantapan yang
tak ada samanya disertai dengan kebajikan,
keberkatan serta kelangsungan limpahan
Karunia-Nya.
Kata ( )biyadihi terambil dari kata ( )
yad yang berarti tangan yang bila dinisbahkan
kepada Allah, ia bermakna kekuasaan atau
nikmat. Kata ini digunakan disini untuk
menggambarkan cakupan kuasa-Nya terhadap
sesuatu sekaligus pengendalian-Nya atas segala
sesuatu karena tangan dalam penggunaan
manusia digunakan untuk mengelola dan
mengendalikan sesuatu yang digenggam. Allah
yang di tangan-Nya kekuasaan mengandung
juga makna bahwa Dia-lah menganugerahkan
kekuasaan bagi siapa yang dikehendaki.15
Muhammad bin ishak berkata, Milik
Allahlah kerajaan kenabian yang dengannyalah
dimuliakan orang-orang yang menikuti-Nya, dan
dengannya pula dihinakan orang-orang yang
menentang-Nya.16
Firmannya menutup ayat pertama dengan (
) wa huwa ala kulli syaiin

qadir Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa
mempertegas pernyataan sebelumnya sekaligus
memasukan apa yang boleh jadi diduga belum
termasuk didalam-Nya.17
2) Ayat 2
Kata ( ) al-maut/mati biasa
diperhadapkan dengan ( )(al-hayah. Bahkan
dalam Al-Quran, jumlah kata al- maut dan yang
seakar dengannya sebanyak jumlah al-hayah
dan yang seakar dengannya , yakni 145 kali.
Hidup diartikan oleh sementara ulama sebagai
sesuatu yang menjadikan wujud merasa atau
tahu dan bergerak. Syaikh Mutawalli asy-

15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Quran,


(Jakarta; Lentera Hati, 2002), Hlm. 194-195
16 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi
Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti( Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009). Hlm. 5-6
17 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-
Quran, ..........Hlm. 195
Syarawi memahami kata hidup dalam Al-Quran
sebagai sesuatu yang mengantar kepada
berfungsinya sesuatu dengan fungsi yang
ditentukan baginya. Tanah, misalnya berfungsi
sebagai menumbuhkan tumbuhan. Jika ia
gersang, al-Quran menamainya mati, dan jika
subur maka ia hidup. Manusia seharusnya
berfungsi sebagai khalifah dan hamba Allah. Jika
dia merusak dan durhaka, dia tidak hidup tetapi
mati, demikian sebaliknya.18
Menurut satu pendapat, makna firman
) Supaya Dia menguji kamu
Allah : (
adalah liyuaamilukum muaamalah Al Mukhtabir
(Supaya Dia dapat memperlakukan kamu
layaknya orang yang menguji). Maksudnya,
supaya Allah dapat menguji seorang hamba
dengan kematian orang yang disayanginya),
dimana tujuannya adalah agar syukurnya terlihat
jelas.19
(

) Dan dia Maha Perkasa,
dalam menjatuhkan hukuman-Nya terhadap
) Lagi
orang yang maksiat terhadap-Nya, (
Maha Pengampun, kepada orang yang
20
bertobat.
3) Ayat 3

18 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-


Quran, ..........Hlm. 195
19 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi
Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti( Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009). Hlm. 10-11
20 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi
Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti............... Hlm. 11-12
Kata ( )thibaaqan dapat dipahami
sebagai bentuk jamak dari() thabaq yang
berarti adanya persamaan antara yang satu dan
yang lain, dan juga merupakan mashdar /
infinitive noun sehingga bermakna sangat
sesuai.
Kata ( )tafawut pada mulanya berarti
kejauhan. Dua hal yang berjauhan mengesankan
ketidakserasian. Dari sini, kata tersebut diartikan
tidak serasi atau tidak seimbang. Bahwa Allah
menciptakan langit bahkan seluruh makhluk
dalam keadaan seimbang sebagai rahmat
karena seandainya ciptaan-Nya tidak seimbang
tentulah akan terjadi kekacauan antara yang
satu dan yang lain., dan ini pada giliran-Nya
mengganggu kenyamanan hidup manusia di
bumi ini.21
4) Ayat 4
Firman Allah Taala : (
)

kemudian pandanglah sekali lagi. Lafazh ()
berada pada posisi mashdar sebab maknanya
adalah (
) sekali lagi yaitu sekali setelah
kali yang pertama.
Firman Allah: (


)
Niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu yang cacat,
yakni dengan yang lemah kecil dan jauh untuk
dapat melihat suatu cacat dari yang demikian itu

21 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-


Quran, ..........Hlm. 199-201
(

) Dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah Yakni telah mencapai
puncak kepayahan.22
5) Ayat 5
Qatadah berkata, Allah menciptakan bintang
untuk tiga perkara:
a) hiasan langit
b) alat untuk melontar syetan
c) tanda untuk mencari petunjuk di daratan,
lautan, dan untuk mengetahui waktu.23
5 Al-Quran surat al-Kahfi (18) : 109-110


















(


109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh

22 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi


Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti............... Hlm. 16-17
23 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi
Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti............... Hlm. 19
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula)"
110. Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya"
Tafsirnya:

Surah Al - Kahf m e njelaskan keluasan il mu Allah dan


w a h y u - w a h y u - N ya kepada Nabi Muha m m a d saw. Surah ini ju ga
m e ne gaskan tentan g anca man ba gi y a n g m e m persekutukan
Allah dan janji ba gi y a n g beri man dan m e n ga malkan tuntunan
kitab suci.
Dalam ayat 109, dijelaskan bahwa untuk membuktikan ilmu
Allah tidak cukup dibuktikan dengan mengubah air laut menjadi tinta
bagi pena yang digunakan untuk menulis seluruh kalimat dan ilmu
Allah. Sebelum selesai kalimat-kalimat itu jika ditambahkan air laut
yang serupa maka habis pula.24
Dalam surah Al-Kahfi ada beberapa penafsiran kata yaitu:
kata bentuk jamak dari kata para ulama memahaminya
dalam arti pengetahuan Allah swt Thahir Ibn Asyur, menuliskan
bahwa kalimat-kalimat Allah adalah apa yang menunjuk kepada
ilmu-Nya dari apa yang diwahyukan-Nya kepada rasul . segala yang
diketahui tulisnya dapat diberitakan dan bila telah diberitakan maka ia
menjadi kalimat. Dari sinilah sehingga pengetahuan dinamakan

24 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang, PT.


Karya Toha Putra Semarang) hlm. 41
kalimat. Selanjutnya Ibn Asyur menambahkan bahwa
pengetahuan/kalimat yang disampaikan kepada rasul hendaknya
ditulis agar langgeng.
Dan dalam ayat yang artinya Sekiranya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku... tinta disini se mata - m a ta adalah
ilustrasi, seperti haln ya m e n gilustrasikan ke matian den gan kuku
y a n g m e ncakar.
Kata diartikan sebagai tinta, tetapi juga diartikan minyak
yang digunakan untuk penerang lampu. Makna ini diibaratkan dengan
lampu yang terang karena ia menerangi pejalan. Hal ini sejalan
dengan firman Allah yang mengibaratkan cahaya Illahi seperti lubang
yang tidak tembus yang di hadapannya ada pelita besar yang
dinyalakan oleh minyak dari pohon zaitun.25
Dalam ayat 110 ini juga memiliki arti kata yaitu ( ) basyar
biasa digunakan untuk menunjuk manusia dalam kedudukannya
sebagai makhluk yang memiliki persamaan dengan sesamanya. 26 Nabi
Muhammad adalah basyar seperti basyar (manusia) yang lain. Beliau
juga memiliki panca indera sebagaimana yang lain, merasakan lapar,
dahaga, serta memiliki naluri dan kebutuhan-kebutuhan faali serta
psikologi. Inilah persamaan Nabi Muhammad dengan manusia yang
lain. Perbedaan beliau dengan manusia lain hanyalah pada kedudukan
beliau sebgai Nabi dan Rasul yang mendapat wahyu Illahi.

Firman-Nya

hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh adalah kali mat singkat y a n g
m e n g ga m barkan dak wah isla miah, y a kni bera mal baik dan

25 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran


(Jakarta: Penerbit Lentera Hati) hlm. 394
26 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hlm. 397
ber manfaat untuk dirin ya sendiri, keluar ga dan m as yarakat luas
de mi Allah swt. A yat di atas m e njadikan
amal y a n g di maksud
seba gai hasil dari kei manan kepada Allah27swt.
A yat tersebut
m e ru pakan m e n y atakan akan
harapan akan perte muan den gan
Allah swt, y a kni w alaupun belu m sampai tin gkatan
keyakinan,
sudah cukup m elakukan a mal - a mal kebajikan.

C Ketertaitan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan dengan pendidikan


1 QS. Al-Mujadalah (58) : 11
Adapun keterkaitan a yat ini den gan pendidikan:

a. Kita seba gai seoran g m usli m dan oran g terpelajar


harus bias bersopan santun dala m m e n ghadiri
m ajelis ilmu.
b. Kita dianjurkan untuk berbuat lapan g di suatu hal,
m aka Allah akan m elapan gkan kita.
c. Allah san gat m e ncintai oran g y a n g berpendidikan.
Den gan pendidikan il mu pen getahuan akan dapat
berke m ban g dan di m u dah diperoleh m a nusia.
d. Den gan pendidikan kita akan m e njadi oran g y a n g
beril mu pen getahuan sehin g ga kita akan ditin g gikan
derajat kita dihadapan Allah SWT.
e. Pendidikan m e rupakan salah satu w a dah kuntu
m e nin gkatkan kei manan dan pen getahuan kita.
2 QS al-Fathir (30) : 27 -28
a Ayat 27
Menurut tim penyusun Tafsir al-Muntakhab,
kemukjizatan ayat ini dari segi ilmu pengetahuan
bukan saja tampak ketika ia menyebutkan bahwa
warna gunung yang bermacam-macam itu
disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang

27 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ...hlm. 398


dikandung oleh bebatuan gunung-gunung itu. Jika
materinya besi, maka warna dominannya adalah
merah ; jika materinya batubara, maka warna
dominannya hitam; jika materinya perunggu, maka
gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan; dan
seterusnya. Tidak hanya sampai disitu,
kemukjizatan ayat ini sebenarnya sangat menonjol
ketika ia mengaitkan adanya berbagai jenis buah-
buahan meskipun pepohonannya disiram dengan
air yang sama, dengan penciptaan gunung-gunung
yang beraneka warna merah, putih atau hitam
meskipun juga berasal dari suatu materi yang
sama di dalam perut bumi. Materi ini, oleh para
geolog, dinamakan magma yang muncul di
berbagai kawasan bumi. Akan tetapi karena
kemunculan magma itu dari kedalaman yang
berbeda, maka kandungannya menjadi berbeda
pula. Magma yang berproses dari kedalaman yang
berbeda, pada akhirnya, mengkristal membentuk
gundukan- gundukan atau gunung-gunung yang
beraneka ragam warna dan materinya.
Demikianlah sebenarnya kesatuan hukum Allah.
Meskipun bentuknya beraneka ragam, tetapi
berasal dari materi yang satu. Semua itu adalah
bentuk kemudahan dan kemanfaatan umat
manusia.28
b Ayat 28
Dalam buku Secercah Cahaya Illahi penulis
mengemukakan bahwa ada dua catatan kecil

28 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,


(Jakarta: Lentera Hati, 2002) Hlm. 464
namun amat penting yang perlu digaris bawahi
dari ayat ini:
1) Penekanannya pada keanekaragaman serta
peredaan perbedaan yang terhampar di bumi.
Penekanan ini diingatkan Allah Swt sehubungan
dengan keanekaragaman tanggapan manusia
terhadap para nabi dan kitab- kita suci yang
diturunkan Allah.
Ini mengandung arti bahwa keanekaragaman
dalam kehidupan merupakan keniscayaan yang
dikehendaki Allah. Termasuk dalam hal ini
perbedaan dan keanekaragaman pendapat
dalam bidang ilmiah, bahkan keanekaragaman
tanggapan manusia menyangkut kebenaran kita-
kitab suci, penafsiran kandungannya serta
bentuk- bentuk pengalamannya.
2) Mereka yang memiliki pengetahuan tentang
fenomena alam dan sosial, dinamai Al-Quran
Ulama.
Para ilmuan sosial dan alam dituntut agar
mewarnai ilmu mereka dengan nilai spiritual dan
agar dalam penerapannya selalu mengindahkan
nilai- nilai tersebut. Bahkan tidak meleset jika
dikatakan bahwa ayat ini berbicara tentang
kesatuan apa yang dinamai ilmu agama dan
ilmu umum. Karena puncak ilua agama adalah
pengetahuan tentang Allah sedang ilmua sosial
dan alam memiliki rasa takut dan kagum kepada
Allah yang lahir dari pengetahuan mereka
tentang fenomena alam dan sosial dan
pengetahuan mereka tentang Allah. 29
3 QS. al -Mulk (67): 1-5
Ibnu Abbas berkata, Di tangan-Nyalah segala
kerajaan, Dia dapat memuliakan dan menghinakan
yang dikehendaki-Nya, Dia dapat menghidupkan dan
mematikan, dia dapat membuat kaya dan membuat
miskin, dan dia dapat memberi dan menolaknya.
Sayyid Quthub menegaskan bahwa makna
apapun yang dikemukakan oleh para pakar melalui
teori atau penemuan astronomi tidaklah dapat kita
pastikan kebenarannya. Cukuplah bagi kita
mengetahui adanya tujuh langit yang berlapis-lapis,
yakni dengan jarak yang berbeda.30
4 QS. Al Ghosiyah (17-20)
Adapun keterkaitan kandungan surat diatas
dengan pendidikan adalah bahwa pendidikan tidak
hanya dilakukan dan diperoleh dengan hanya diruang
kelas, tetapi pendidikan juga bias di dapatkan dari
alam sekitar yang telah Allah ciptakan sedemikian
rupa yang salah satunya adalah untuk tujuan
pendidikan. Adapun nilai pendidikan pada ayat ini
adalah:
a Siswa harus diperkenalkan dahulu den gan lin gkun gan y a n g
terdekat dan pentin g ba gi m ereka.
b Pen getahuan dan pen guasaan ala m harus m e n garah
kepada kei manan
c Tugas g u ru adalah untuk m e m bi m bin g bukan m e maksa

29 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-


Quran............Hlm. 467-468
30 Tafsir Al Qurtubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah, Ahmad Khatib, Dudi
Rosyadi, Faturrahman, Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti( Jakarta: Pustaka Azzam, 2009). Hlm.
5-6
d Materi pendidikan y a n g sebenarn ya a yat - a yat Allah baik
31
y a n g bersifat m a u pun y a n g tersurat.
5 QS. Al- Kahfi: 109-110
Dalam surat Al-Kahfi terdapat isi kandungan
yang mana isi kandungan tersebut berkaitan dengan
pendidikan, demikian isi kandungan surah Al-Kahfi
ayat 109-110 yang berkaitan dengan pendidikan:32
a. Segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah
perhiasan baginya. Allah telah menciptakan untuk
menguji manusia, guna melihat bagaimana dia
memanfaatkannya. Kejadian fenomena di bumi ini
merupakan suatu ujian bagi manusia untuk
memecahkan segala permasalahan dengan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya
b. Berkembangnya manusia karena ilmu
pengetahuan, hal ini ditunjukkan saat manusi
dilahirkan dimuka bumi ini. Ia ibarat anak kecil yang
diarahkan kepada soal makanan dan tempat
tinggalnya, ia tidak tahu alam-alam yang lain. Akan
tetapi sekarang ia mengetahui bahwa disana ada
alam-alam lain yang tiada akhirnya. Dan bahwa
pengetahuannya tentang alam-alam itu teramat
sedikit.
c. Perintah untuk tidak mempersekutukan Allah swt,
karena Allah merupakan Tuhan Yang Maha Esa. Dan
memberitahukan manusia bahwa untuk
mendekatkan diri kepada Allah maka hendaklah
manusia berbuat amal yang saleh. Dari isi
kandungan tersebut maka pentingnya pendidikan

31 Mambaul Hikam Induk, Tafsir Tarbawi Menuntut Ilmu,


(http://mambaulhikaminduk.blogspot.com. 2011/09) diakses pada tanggal 15 Juni
2016 pukul 10.07.
32 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi.....hlm. 47
dari sejak dini untuk mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ilmu pen getahuan menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia adalah ilmu tentan g suatu bidan g y a n g disusun secara
bersiste m m e n urut m e tode tertentu, y a n g dapat di gu nakan untuk
m e neran gkan g ejala tertentu di bidan g (pen getahuan)
dia itu:
memperoleh gelar doktor dalam pendidikan; pen getahuan
atau kepandaian (tentan g soal dunia wi, akhirat, lahir, batin, dan
seba gain ya
Tafsir dan kandungan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan
diantaranya adalah sebagai berikut: Quran Surah Al-Mujadalah
ayat 11 Inti atau kandun gan a yat ini adalah m e m be ri salah satu
tuntunan., ba gai mana m e njalin hubun gan y a n g har monis
. Quran,
surah al-Fathir ayat 27 -28 berisi uraian tentang bukti-bukti
kuasa Allah swt dan berisi perbedaan bentuk dan warna
makhluk hidup. Inti tafsiran pada surat Al-Mujadalah ayat
17-20 bahwa dalam ayat ini menerangkan keagungan Allah
yang tak terkira seperti Allah mempertanyakan apakah
mereka tidak memperhatikan bagaimana unta, yang ada di
depan mata mereka dan dipergunakan setiap waktu,
diciptakan.
Quran surah Al-Ghosiyah ayat 17-20
menggambarkan kuasa Allah terhadap sesuatu sekaligus
pengendalian-Nya atas segala sesuatu karena tangan
dalam penggunaan manusia digunakan untuk mengelola
dan mengendalikan sesuatu yang digenggam. Surah Al - Kahf
m e njelaskan keluasan il mu Allah dan w a h y u - w a h y u - N ya kepada Nabi
Muha m m a d saw. Surah ini ju ga m e ne gaskan tentan g anca man ba gi
y a n g m e m persekutukan Allah dan janji ba gi y a n g beri man dan
m e n ga malkan tuntunan kitab suci.
Ketertaitan ayat- ayat tentang ilmu pengetahuan dengan pendidikan
contohnya adalah munculnya akhlak dan prilaku seseorang berdasarkan
ilmu pengetahuannya, jika sejak dini seseorang diajarkan akhlak dan
perilaku karimah maka semakin tinggi ilmu dan pengetahuannya.

B. SARAN
Makalah ini merupakan kutipan-kutipan dari buku-buku yang
dijadikan referensi yang di dalamnya memuat tafsir ayat-ayat ilmu
pengetahuan. Makalah ini disusun mengenai tafsir ayat-ayat ilmu
pengetahuan. Dan dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali kesalahan
baik penulisan ataupun yang lainnya. Penyusun minta maaf sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Al Qurtsubi/ Syaikh Imam Al Qurtubi; penerjemah,


Ahmad Khatib, Dudi Rosyadi, Faturrahman,
Fachrurrazi;editor, MukhlisB. Mukti( Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009)
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Quran,(Jakarta: Lentera Hati, 2002)

Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi pesan-pesan Al-Quran tentang pendidikan,


(Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2013)hlm.16-17
Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id/ilmu) diakses pada tanggal 16 Juni
2016 pikul 16.00
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid X, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),
hlm. 22-25.
Ayat ini turun untuk mengukuhkan sikap Nabi SAW, yang meminta kepada sebagian
sahabat beliau agar member tempat duduknya kepada orang yang berjasa dalam perang Badar.
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm. 201-202.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002) Hlm. 463
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,...... Hlm.
464
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,....... Hlm.
465
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran,...........
Hlm. 466-467
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 257-
258.
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid X, , hlm. 646.

Anda mungkin juga menyukai