Anda di halaman 1dari 2

“ Membentuk Generasi Berkarakter”

Dewan hakim yang kami hormati


Hadirin wal hadirat serta insan muda ynag berbahagia

Daniel goleman , pakar psikologi kontemporer , dalam bukunya berjudul Multiples


Intelligences, menyatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya berperan 20% dalam
menunjang kesuksesan seseorang. Sisanya, 80% kesuksesan seseorang dalam segala karier
kehidupan di tentukan oleh kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi serta pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Dengan kondisi psikologi seperti itu, keadaan jiwanya akan
tetap terjaga , kondisi emosi tetap terkendali. Dengan demikian , ia menjadi insan yang
berbudi pekerti atau berkarakter terpuji. Insan seperti inilah yang akan bermanfaat bagi nusa,
bangsa, dan agama. Aamiin YRA...
Namun, sebaliknya , jika seseorang berilmu tinggi, tetapi tidak berkarakter terpuji, bangsa
akan rugi. Apalagi jika negeri ini dipenuhi oleh generasi muda yang berwawasan luas,
fisiknya tangkas, tetapi tidak waras, hatinya culas, jiwanya buas, pergaulannya bebas, bangsa
kita akan mudah tergilas, tertindas, bahkan semua cita-cita luhur bangsa akan kandas.
Na’udzubillah min dzalik.
Saudara-saudara, terutaman insan muda dan remaja, apakah rela bangsa besar diwariskan
para leluhur kita dengan segala cita-cita mulia harus kandas hanya gara-gara generasi
mudanya tidak berkarakter waras?Tentu tidak!Betul?
Mengingat betapa pentingnya permasalahan tersebut “Membentuk generasi berkarakter”
adalah tema syarhil quran yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Lalu bagaimana
langkah strategis membentuk generasi berkaraktrer? Jawabannya kita renungkan firman
Allah dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 105:

“ Dan katakanlah : ‘Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada ( Allah) yang
mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan”
Berdasarkan kajian ilmu balagah, menurut Syekh Al-Akhdori, dalam kitabnya Jauharul
maknun, ayat tersebut merupakan kalam insaniah karena didalamnya terdapat kalimat ‘amr /
perintah.

Insan miuda yang berbahagia


Inilah karakter penting yang harus melekat pada setiap generasi, yaitu beramal, bekerja,
dan berkarya sesuai dengan potensi masing-masing. Sebagai contoh , apabila Allah
membrikan potensi kepada kita menjadi seorang da’i, bersungguh-sungguhlah belajar ilmu
agama agar kelak mampu bertakwa. Apabila kita memiliki potensi sebagai ilmuwan,
belajarlah berbagai teori dan metodologi agar kelak mampu mengembangkan sains serta
teknologi. Apabila kita memilki potensi sebagai politikus, belajarlah beroraganisasi,
biaskanlah memperjuangkan aspirasi agar kelak nasib rakyat terlindungi. Bukan hanya jadi
politikus yang pandai mengumbar janji , piawai berbasa-basi sehingga rakyat berempati,
memilih nya sepenuh hati, padahal suaranya sedang dicuri, oleh oknum-oknum tak bernurani,
yang haus kursi untul kepentingan pribadi. Inilah sosok politikus yang tidak berkarakter
sejati. Betul?
Firman allah pada ayat tsb sebagai landasan teologis bahwa bekerja dalam ajaran islam
merupakan kewajiban yang harus menjadi karakter setiap insan beriman. Al Quran
memperkenalkan Nabi Ibrahim a.s yang berani berhadapan dengan penguasa durjana ketika
masih muda. Pemuda seperti Nabiyullah Ismail a.s yang memiliki ketaatan kepada Allah
yang luar biasa. Ashabul Kahfi yang berani berhadapan dengan penguasa tiada henti. Al-
Qur’an pun memperkenalkan pemuda pekerja keras, seperti Nabi Musa a.s. Mereka adalah
insan muda yang berkarakter yang harus kita teladani dalam menumbuhkan karakter sejati
dengan etos kerja yang sangat tinggi.
Bagaimakah dengan kondisi objektif karakter generasi muda Indonesia saat ini.
Alhamdulillah , seiring dengan spirit pemerintah dalam membentuk karakter anak bangsa,
penanaman karakter terus di optimalkan, baik lembaga-lembaga pendidikan maupun di
organisasi kepemudaan.

Anda mungkin juga menyukai