Anda di halaman 1dari 3

Dewan hakim yang arif nan bijaksana,

Hadirin wal hadirot yang berbahagia.


Jeff Zaleski, seorang penulis buku Spiritualitas Cyberspace, dan juga seorang pakar
komunikasi dunia, menyatakan “Perkembangan dunia informasi dan komunikasi telah
mencapai tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi melahirkan nilai-nilai positif
yang mampu mengangkat taras hidup manusia. Namun disisi lain, perkembangan informasi
baik melalui media cetak dan elektronika jika tidak di bingkai dengan nilai-nilai agama hanya
akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.”
Hadirin, ungkapan tersebut mengilustrikan kepada kita. seiring dengan melajunya putaran
masa yang tiada henti, perkembangan dunia tidak pula berdiam kaki. Suguhan baru yang
konon katanya menu modernisasi membawa manusia untuk berlomba-lomba mengejar trendi
dan beradu gengsi di ruang globalisasi. Hal ini sudah seharusnya patut kita akui.
Kini, orang-orang semakin hebat, informasi lebih mudah di dapat, berita lebih mudah di
tangkap, namun sangat di sayangkan karena orang-orang banyak yang menyalahkan gunakan
kemudahan ini. Sehingga, para pemuda yang dulunya masih bermoral kini sudah liberal dan
radikal, sikap sosial semakin menipis terkikis oleh kapitalis. Bahkan, arus globalisasi
perlahan mengikis nilai-nilai agama, ideologi dan tradisi di bumi pertiwi.
Hal ini dapat kita saksikan sendiri. Dimana pornograpi menjadi sarapan pagi, sex-sex menjadi
tradisi, minuman keras dan narkoba menjadi santapan sehari-hari, korupsi, masalah
intoleransi dan sifat ingin menang sendiri, merajut banyak dekadensi. Sehingga yang nampak
bukanlah modernisasi akan tetapi westernisasi.
Inilah hadirin, sebagian kenyataan yang tengah kita hadapi saat ini. Jika hal ini masih saja di
biarkan, bangsa kita yang seharusnya menjadi pelopor malah menjadi pengekor, yang
seharusnya menjadi pelakon malah menjadi penonton, yang seharusnya jadi terdepan kini
malah gelagapan. Maka, inilah tugas kita sebagai pemuda yang berperan untuk melanjutkan
tongkat estafeta perjuangan bangsa. Haruslah mempersiapkan diri dalam menyikapi era
globalisasi tanpa menggerus nilai-nilai islami dan ideologi negri. Berkenaan dengan hal
tersebut, pada kesempatan kali ini kami akan membawakan syarahan Al-Qur’an bertemakan
Membangun generasi islami di era globasasi demi menjaga keutuhan negri. Dengan
landasan Al-Quran surah An-Nisa ayat 9 :

‫ين لَ ْو َتَر ُك وا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض َعافًا َخ افُوا َعلَْي ِه ْم َف ْليََّت ُق وا اللَّهَ َولَْي ُقولُوا َق ْواًل‬ ِ َّ ‫ولْيخ‬
َ ‫ش الذ‬َ َْ
‫ِد ًيدا‬ ‫َس‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Hadirin ma’asyirol mu’minin rohimakumullah
Menurut ilmu balaghoh, kalimat “ ‫ش‬
َ ‫ولْيَ ْخ‬ “ dalam ayat tadi merupakan InsyaIyyah
Tholabi karena di dalamnya terdapat amr atau perintah. Menurut kaidah ushul fiqih
“ ”
Pada dasarnya perintah bermaknakan wajib.
Syekh Abu Syanashihabudin Mahmud Al-Anusi, di dalam kitab tafsirnya Ruuhul Ma’ani fi
tafsiril Qur’anil Adzimi Wa Sab’il Basyari Juz 4, halaman 213 menafsirkan ayat tadi.
“Ai bi anyakhsyallaha ta’ala au yakhofu ‘ala auladihim”
Hendaknya kita takut kepada Allah atau khawatir terhadap nasib anak-anak keturunan kita.
Dengan demikian hadirin, wajib bagi kita semua untuk merasa khawatir dan takut kepada
Allah jika generasi mendatang menjadi generasi yang lemah. Karena sudah barang tentu
persaingan dan tantangan di masa depan akan semakin berat dan ganas.
Alm Prof Dr BJ Habiebie, menyatakan. Ada lima kelemahan yang seharusnya kita hindari,
yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat di
takutkan adalah lemah aqidah.
Hadirin. Hidup di era globalisasi seperti sekarang. Nampaknya kita tidak asing lagi dengan
kata Westernisasi. Prof. Dr. Koentjaningrat seorang antropolog Indonesia dalam
pandangannya westernisasi diartikan sebagai suatu peniruan gaya hidup orang barat yang di
lakukan secara berlebihan, pergaulan, kebiasaan, proses gaya hidup dan lain sebagainya.
Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa westernasi tidak cocok untuk di pergunakan di
Indonesia yang notabene masyarakatnya masih memegang erat kehidupan dengan budaya.
Diantara jutaan pulau yang mengambang di bumi nusantara, Indonesia di warnai keragaman
suku bangsa, bahasa, dan budaya. Bahkan Quraish Shihab mengibaratkan bahwa tanah
Indonesia laksana tanah sorga yang dihamparkan di persada nusantara. Namun hadirin, akibat
dari kecongkakan kita sendiri, yang di bungkus tekhnologi dan westernisasi perlahan
mengikis senyum manis ibu pertiwi. Sehingga budaya terlupa bahkan tidak sedikit yang
merasa rendah diri, tanpa sadar negara dekat melirik adat pertiwi dengan hati-hati,
mengambil salah satunya dari tari sampai bernyanyi, tanpa kita sadari bahwa keutuhan
bangsa ini perlahan sirna termakan modernisasi.
Bahkan yang lebih parah lagi, para pemuda yang seharusnya menjadi tulang punggung suatu
negara malah terlena oleh gapleh dan remi, tenggak brendi dan wiski, demoralisasi,
dehumanisasi, dan despiritualisasi kian menjadi-jadi. Hadirin. Hal ini sudah sangat jelas
tergambarkan di realita kehidupan masa kini. Dan bahkan akibat dari westernasi itu sendiri,
melahirkan sifat individual sehingga melupakan rasa-rasa kemanusiaan, pemerintah pun
sudah lupa akan keadilan mereka akan melakukan apapun dengan kekuasaannya asalkan apa
yang di inginkan bisa di dapatkan. Sehingga pembangunan yang mereka janjikan, namun
justru pembantaian yang kita rasakan.
Naudzubillahi mindzalik
Lantas. Apakah tugas kita sebagai generasi islami di era globalisasi ini harus menutup diri
dari modernisasi ? jawabannya tidak. Karena sesungguhnya badai modernisasi yang terus
menerjang tanpa henti akan bisa di atasi. Sebagaimana yang termaktub dalam kaidah ushul
fiqih yang begitu masyhur di pesantren Indonesia.

‫اَألصلَ ِح‬ ِ ِ ِ ِ ِ‫احملاَفَظَةُ علَى ال َق ِدمْي‬


ْ ‫اَألخ ُذ باجلَديْد‬
ْ ‫الصال ِح َو‬
َ َ ُ
”Memelihara tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.”
Maka hadirin, kita tidak perlu menutup diri dan alergi terhadap modernisasi. Akan tetapi
yang semestinya kita hindari adalah mengikuti modernitas yang bersifat westernisasi.
Begitulah hadirin. Dan alhamdulillah. Beberapa masa yang lalu, komitmen pemerintah yang
di setujui oleh para alim ulama, dengan misi yang sama, menjaga pancasila, NKRI dan UUD
1945. Terus membahana , di tengah-tengah lajunya pembangunan bangsa. Sehingga kami
sebagai generasi islami semakin yakin dan percaya, berani menyatakan secara terbuka. Bagi
kami NKRI harga mati.
Lantas apakah yang harus kita lakukan demi menjaga keutuhan NKRI ? Prof. Dr. Sudarwan
Danim di dalam bukunya yang berjudul Transformasi Sumber Daya Manusia menyatakan,
Manusia yang mampu bersaing di era global harus memiliki 3 kualitas. Pertama kualitas
amal, kualitas intelektual, dan kualitas spiritual. Dengan bekerja keras, bekerja cerdas, dan
bekerja tuntas. Inilah kualitas intelektual. Cerdas, berpengetahuan yang berkelas, berwawasan
luas, dan berfikir keras, inilah kualitas amal. Dan menjadi seseorang yang benar, pribadi yang
beriman, individu yang berakhlak dan personal berhati emas dan berintegritas. Inilah kualitas
spiritual.
Dengan demikian hadirin, kita harus menjadi generasi yanng memiliki inisiatif yang proaktif,
inovatif, dan kreatif.
Dewan hakim yang arif dan bijak sana.
Hadirin rahimakumullah.
Dari uraian tadi, maka dapatlah kita tarik kesimpulan. Sebagai generasi islami yang hidup di
tengah-tengah era globalisasi, kita memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga keutuhan
negri ini. Mengutip perkataan KH. Moh. Ilyas Ruhiat, bahwa pemuda harus menjadi seperti
ikan di laut yang mengikuti arus tanpa membiarkan dirinya menjadi asin. Oleh karenanya,
marilah kita menjadi dinding pelindung bagi diri kita dan bangsa kita dalam menghadapi
permasalahan-permasalan perkembangan zaman. Dengan memupuk persatuan, membina
kebersamaan dan merajut harmoni demi keutuhan NKRI. Hadirin, mungkin hanya inilah
yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Dan terima kasih atas segala
perhatian.
Wasalamualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai