Anda di halaman 1dari 4

Berbeda itu indah, seindah langit yang tertata

Berbeda itu manis, semanis madu bunga di syurga

Berbeda itu jaya, sejaya dunia selaras angkasa

Perbedaan bak pertemuan, tatkala salam berbalas salam.

Dan sambutlah salam kami

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil alamiin. Assholatuwassalamu ‘ala asyrafil ambiyai wal


mursalin, sayyidina wa maulana muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi ajmain. Ammaba’du

Yth. Dewan hakim yang arif nan bijaksana, bertintakan kejujuran, berbukukan keadilan,
bermahkotakan kasih sayang. Dan teman-teman pemuda harapan bangsa yang kami banggakan.

Negara Kesatuan RI merupakan Negara yang subur makmur, Negara yang tingkat keragamannya tidak
diragukan lagi, terdiri dari beberapa Suku, Bangsa, dan Bahasa, yaitu 17.504 pulau, dengan 1211 bahasa
daerah, 300 etnik, dan 1340 suku Bangsa yang berbeda-beda. Sejak tahun 2000 terdapat Agama resmi
yang di akui di Indonesia, yaitu Agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan
Konghucu, sejak tahun 2012 terus terjadi pemekaran daerah, sehingga sampai saat ini, Negara kita
memiliki 36 Provinsi, dan di tahun 2024 nanti akan diselenggarakan pesta rakyat, yaitu ada beberapa
partai politik yang ikut dalam pesta demokrasi. Yang bersaing merebut hati rakyat agar simpatik, dengan
berbagai cara dan teknik, mungkin ada cara yang baik-baik, tapi ada juga yang menggunakan cara trik and
trik. Bahkan tidak mustahil dengan cara-cara picik dan licik, tak peduli yang penting rakyat tertarik,
terutama dari kalangan wong cilik.

Lalu bagaimanakah mengantisipasi supaya hal ini tidak terjadi, oleh sebab itu pada kesempatan
ini, kami akan mencoba menjawab, dan memberikan suatu gambaran tentang NKRI, sekaligus
menyampaikan sebuah Syarahan dengan judul ” Harmonisasi Nilai-Nilai Pancasila Dengan Nilai-Nilai
Agama.” Dengan Landasan Firman Allah Q.S Al-Hujurat Ayat 13:

‫َر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذك‬

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Hadirin, dalam kajian ilmu balaghah, Firman Allah tadi merupakan kalam khabar, dengan esensi
sebuah informasi Ilahi, bahwa Allah secara Fitrah sudah menciptakan manusia dengan beraneka ragam,
hal tersebut sejalan dan sejalin dengan pemahaman kontekstualisasi ayat, sebagaimana disampaikan oleh
Syekh Az-Zuhri yang bersumber dari Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Haki, dan Baihaki, yang dinukil dalam
kitab Addala’il, bahwa secara tekstual, ayat tersebut diturunkan sebagai teguran kepada Bani Baidah.

Ketika Rasulullah memerintahkan Bani Baidah untuk memohon ampunan kepada mereka, yakni dengan
menikahkan putri-putri mereka kepada budak-budak mereka, yang bernama Abi Hin, dengan sinis mereka
berkata” pantaskah putri-putri kami dinikahkan dengan budak-budak kami, pada saat itulah Allah
menurunkan ayat ini, bahwa diciptakan manusia berbeda suku dan Bangsa, terdiri dari laki-laki dan
perempuan, dengan tujuan, Lita aa Rafu, ai khalaknakum kadzalika ya’rifa ba’dukum ba’da.

Demikianlah penafsiran syekh Khalid Abdurrahman Al-Aq dalam Shaffatul bayan lima’anil
qur’an halaman 516, dan juga dijelaskan dalam tafsir Jalalain, Halaman 687 meskipun ayat ini secara
tekstual ditujukan kepada Bani Baidah, namun secara kontekstual merupakan landasan etis sosiologis
untuk merajut kebersamaan ditengah-tengah keanekaragaman, termasuk dalam konteks
mengharmonisasikan nilai-nilai pancasila dengan nilai-nilai agama.

Karena memang hadirin, berawal diskriminasi, pasti saling menutup diri, tidak saling menjalin
komunikasi, gampang saling mencurigai, sehingga sangat mudah terprovokasi, bahkan tidak mustahil
melakukan tindakan-tindakan anarki. ( Takbir….Allahu Akbar )

Oleh sebab itu, dalam rangka mengharmonisasikan nilai-nilai pancasila dengan nilai-nilai agama,
ditengah-tengah keragaman yang sangat tinggi, kami menghimbau kepada saudara-saudaraku , untuk
menjauhi sikap diskriminasi, kita harus saling membuka diri, saling menjalin komunikasi, saling sinergi
dan saling melengkapi, agar tidak ada dusta diantara kita, betul Hadirin..?

Realita berbicara, hanya gara-gara berbeda bendera, berbeda organisasi, berbeda partai politik, rakyat kita
gampang saling mencaci maki, gara-gara beda suku bangsa, etnis, kita mudah terprovokasi, gara-gara
beda pilihan kita jadi saling bermusuhan, bahkan hanya gara-gara beda pemahaman dalam mendukung
satu golongan kita saling tendang, bantai, dan bahkan saling bunuh membunuh satu sama lainnya. Na
udzubillah, Tsumma Na udzhubillah.

Bukankah Rasul pernah bersabda dengan tegas mengingatkan, “ laisa minna man da’ a ila
asubiyah, wa laisa minna man qotala ala asabiyah, wa laisa minna ma maata ala asa biyah, bukan
termasuk umatku orang yang menyeru kepada panatisme golongan, dan bukan termasuk ummatku, orang
yang berperang karena panatisme golongan, dan bukan termasuk ummatku orang yang mati karena
panatisme golongannya. (H.R Abu Daud.)
Dalam hal ini marilah kita renungkan penggalan Firman Allah Q.S Ali Imran 103:

‫َص ُموْ ا بِ َحب ِْل هّٰللا ِ َج ِم ْيعًا َّواَل تَفَ َّرقُوْ ا ۖ َو ْاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ َعلَ ْي ُك ْم ِا ْذ ُك ْنتُ ْم اَ ْعد َۤا ًء فَاَلَّفَ َب ْينَ قُلُوْ بِ ُك ْم فَاَصْ بَحْ تُ ْم بِنِ ْع َمتِ ٖ ٓه اِ ْخ َوانً ۚا َو ُك ْنتُ ْم ع َٰلى َشفَا ُح ْف َر ٍة‬ ِ ‫َوا ْعت‬
َ‫ار فَا َ ْنقَ َذ ُك ْم ِّم ْنهَا ۗ ك َٰذلِكَ يُبَيِّنُ هّٰللا ُ لَ ُك ْم ٰا ٰيتِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدوْ ن‬
ِ َّ‫ِّمنَ الن‬

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah
mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu)
kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

Hadirin, Secara semantik, ayat ini di awali dengan shigatul Amar, yang bermakna perintah,
sedangkan kaidah Ushul Fiqih menyatakan, Al-Ashlu fil Amri lil wujub, asal suatu perintah adalah
kewajiban, dengan demikian, wajib bagi saya, kalian, dan kita semua, untuk terus selalu memupuk
kesatuan, membina kebersamaan, dan merajut harmoni demi keutuhan NKRI.

Inilah esensi instruksi ilahiah yang terangkai indah pada kalimat, wa’tasimu bihablillahi jami’au wala
tafarraqu, ai amarahum bil jamaah wanaha hum anit tafaruq. Allah memerintahkan kepada kita semua
untuk bersatu padu dan jangan berseteru. demikianlah penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al-
Qur’an, lalu bagaimanakah relevensinya dengan kehidupan bangsa kita? Alhamdulillah hadirin,
Walaupun Indonesia memiliki keragaman Adat Istiadat, Suku,Bangsa, Bahasa, bahkan Agama. Tapi
Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetap satu juwa.

Namun yang lebih membahagiakan saat ini, komitmen pemerintah oleh para alim ulama, dengan
visi dan misi yang sama, menjaga pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945, terus
membahana ditengah-tengah maju pembangunan bangsa, sehingga kami para pelajar dan seluruh pemuda
dan pemudi Indonesia semakin yakin dan percaya, serta berani menyatakan diri secara terbuka bagi kami
NKRI harga mati.

Bukankah ditengah-tengah pesta demokrasi masih sering terjadi tindakan-tindakan tidak terpuji,
bukankah masih ada oknum-oknum pemberi uang, hingga rakyat-rakyat mau berjuang bahkan rela
berperang, padahal hanya membela kepentingan seseorang. Jika benar fenomena ini ada berarti keutuhan
NKRI belum aman secara nyata. Betul hadirin?

Oleh sebab itu, dalam rangka mengharmonisasikan nilai-nilai pancasila dengan nilai-nilai agama,
kami menghimbau kepada saudara-saudara seiman dan seaqidah, kita perkokoh Ukhuwah Diniah,
Insaniah, dan Wataniah. Demi NKRI tetap lestari sehingga Indonesia tetap jaya di Buana.
Jika sikap seperti ini kita aplikasikan, maka keragaman bukan sebuah ancaman, melainkan sebagai
perekat persatuan dan kesatuan dalam mengaplikasikan kebaikan, yang akan mendapat balasan dari
Allah, berupa ampunan dan pahala yang besar. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 9.

ّ ٰ ‫َو َع َد هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬


ِ ۙ ‫صلِ ٰح‬
‫ت لَهُ ْم َّم ْغفِ َرةٌ َّواَجْ ٌر َع ِظ ْي ٌم‬

Hadirin. Dengan berakhirnya lantunan kalam ilahi tadi, uraian tadi dapat disimpulkan, bahwa perbedaan
dan keragaman merupakan fitrah sekaligus Rahmat dari Allah bagi Negara kita, atas keragaman itu, kita
nikmati, kita Syukuri, dan kita jalani dengan sedikit membuka diri, saling menjalin komunikasi dan
silaturrahmi, itulah salah satu bukti kita mengharmonisasikan nilai-nilai pancasila dengan nilai-nilai
agama sepenuh hati. Semoga Allah tetap memberkati, Aamiin ya Rabbal Aalamiin.

Walaupun banyak Pemuda, Hanya satu yang dihati, Walaupun kita berbeda, NKRI Harga mati. Kiranya
hanya ini yang dapat kami sampaikan, kesalahan dan kekhilafannya mohon di maafkan.

Akhirul kalam wa billahi taufiq wal hidayah war-Ridha wal Inayah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai