Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cinta merupakan sumber dari hubungan antara Tuhan dengan ciptaan-
Nya, yakni manusia dan alam semesta. Oleh karenanya, cinta menjadi tema
penting di dalam tasawuf, yang memang selalu mengungkap hubungan antar-
ketiganya. Pemahaman demikian di antaranya yang memposisikan cinta
menjadi peringkat tingkatan tertinggi di dalam tasawuf. Cinta (mahabbah)
berkembang sebagai gagasan keruhanian setelah tasawuf meninggalkan
wujudnya sebagai gerakan keruhanian yang bersahaja sesudah awal abad ke-8
Masehi (abad ke-2 Hijriah). Sebagian sufi lebih menggunakan istilah ‘isyq
daripada mahabbah. Al-Nuri (wafat 907 M), seorang sufi yang pertama kali
memperkenalkan istilah ‘isyq untuk melengkapi istilah mahabbah. Di dalam
al-Qur’an sendiri tidak ada istilah ‘isyq, melainkan digunakan istilah
mahabbah, yang dimaksudkan sebagai cinta kepada Allah secara maksimal
atau secara mutlak: “Dia mencintai mereka, dan mereka mencintai-Nya.
Mahabbah Ilahiyyah (Cinta Ilahi) merupakan satu dari hal yang menjadi
dambaan dan cita – cita setiap salik (peniti jalan Allah). Dalam makna
terminologis, mahabbatullah adalah maqam (jabatan spiritual), atau pangkat
seseorang di hadapan Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian mahabbah
b. Alat untuk mencapai mahabbah
c. Tokoh sufi dan ajarannya
d. Mahabbah dalam pandangan Al-Quran
e. Hikmah dari mahabbah

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian mahabbah
b. Untuk mengetahui alat untuk mencapai mahabbah

1
c. Untuk mengetahui tokoh sufi dan ajarannya
d. Untuk mengetahui mahabbah dalam pandangan Al-Qur’an
e. Untuk mengetahui hikmah dari mahabbah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mahabbah


Pengertian mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu,
mahabbatan, yang berarti mencintai secara mendalam. Mahabbah dapat juga

diartikan al-wadud, yakni sangat kasih dan sayang. Pengertian secara istilah

mahabbah adalah kecintaan yang mendalam secara ruhiah kepada Tuhan. Dan

secara tasawuf adalah merupakan keadaan (hal) jiwa yang mulia yang

bentuknya adalah disaksikannya (kemutlakan) Allah SWT, oleh hamba,

selanjutnya yang dicintai itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihinya

dan seorang hamba mencintai Allah SWT.

Mahabbah adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati

yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya

dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Mahabbah dengan pengertian

demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Islam tidak

hanya mengakui keberadaan mahabbah itu pada diri manusia, tetapi juga

mengaturnya sehingga terwujud menjadi mulia.1

Bagi seorang mukmin, mahabbah yang pertama dan utama diberikan


kepada Allah lebih dicintainya dari pada segalanya. Kenapa dia mencintai
Allah lebih dari segala-galanya? “Karena dia menyadari bahwa Allah-lah
yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, serta Allah-lah yang
mengelola dan memelihara semua itu.” Dengan Rahman-Nya Dia
menyediakan semua fasilitas yang diperlukan umat manusia jauh sebelum
manusia itu sendiri diciptakan. Dan dengan Rahim-Nya Dia menyediakan
segala kenikmatan bagi orang-orang yang beriman sampai hari akhir nanti.
Allah-lah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Mahabbah ‫ محبة‬adalah

1
Nasrul, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta:Aswaja Presindo, 2015), hlm.191

3
cinta, dan cinta yang dimaksud ialah cinta kepada Tuhan. Pengertian yang
diberikan kepada mahabbah antara lain sebagai berikut:

1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-


Nya.

2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.

3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi

yaitu Tuhan.2

Dilihat dari segi tingkatannya, mahabbah sebagi dikemukakan as-Saraj, sebagai


dikutip Harun Nasution, ada tiga macam :

a. Mahabbah Orang Biasa


Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan
zikir, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan
dalam berdialog dengan Allah, senantiasa memuji Allah.
b. Mahabbah Orang Shiddiq
Mahabbah orang Shiddiq ialah cinta orang yang kenal pada Allah, pada
kebesaran-Nya, pada kekuasaan-Nya, pada Ilmu-Nya.
c. Mahabbah Orang Arif
Mahabbah orang arif adalah cinta orang yang betul pada Allah. Cinta
serupa timbul karena telah tahu betul pada Allah, merasa dekat dan bahkan
lebur dalam keagungan Allah.3

2.2 Alat untuk Mencapai Mahabbah


Para ahli tasawuf mengemukakan bahwa salah satu alat untuk mencapai
mahabbah adalah menggunakan pendekatan psikologi, yaitu pendekatan yang
melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. Harun
Nasution, dalam bukunya falsafah dan Mistisime dalam islam, mengatakan
bahwa alat untuk memperoleh ma’rifah oleh sufi disebut sirr (daya mental
yang amat peka untuk memahami rahasia-rahasia dan hikmah-hikmahnya
ilahiyyah). Dengan mengutip pendapat al-Qusyairi, Harun Nastion
mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat di pergunakan
untuk berhubungan dengan tuhan , yaitu:
1) Al-qalb (hati sanubari), sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat tuhan.

2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI),
1999), hlm. 24
3
Hamzah Tualeka, Akhlak Tasawuf, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm. 327

4
2) Roh, sebagai alat untuk mencari tuhan.
3) Sir, sebagai alat untuk melihat tuhan.
Sirr lebih halus daripada roh, dan roh lebih halus dari al-qalb.
Kelihatannya, sirr bertempat dir roh dan roh bertempat di al-qalb. Sirr timbul
dan dapat menerima iluminasi dari Allah, ketika qalb dan roh telah suci
sesuci-sucinya dan sekosobg-kosongnya, ia tidak berisi apapun.
Dengan keterangan tersebut, dapat di ketahui bahwa alat untuk mencintai
tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah di bersihkan dari dosa dan maksiat
serta di kosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu melainkan hanya
diisi oleh cinta kepada tuhan. Roh yang di gunakan untuk mencintai tuhan itu
telah di anugerahkan Tuhan kepada manusia sejak kehidupannya dalam
kandungan ibunya ketika berumur empat bulan. Dengan demikian, alat untuk
mahabbah itu sebenarnya telah diberikan oleh tuhan. Yang mengetahui
hanyalah Tuhan. Allah berfirman:
‫اال ِع ْل ِم ا اَِّل قَ ِلي ًْل‬
ْ َ‫الر ْو ُح ِم ْن ا َ ْم ِر َربِ ْي َو َماا ُ ْوتِ ْيت ُ ْم ِمن‬ ُّ ‫َويَ ْسئَلُ ْو نَكَ َع ِن‬
ُّ ‫الر ْوحِ قُ ِل‬
“ Mereka itu bertanya kepada Engkau (Muhammad) tentang roh, katakanlah
bahwa roh itu urusan Tuhan, tidak kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit sekali.”(QS. Al-Isra’, 17:85).

َ ُ‫س او ْيتُهُ َونَفَ ْختُ فِ ْي ِه ِم ْن ُّر ْو ِح ْي فَقَعُ ْولَه‬


َ‫س ِج ِديِن‬ َ ‫فَ ِاذَا‬
“ Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
ke dalamnya roh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepada-Nya dengan
bersujud.”(QS. Al-Hijr, 15:29)
Selanjutnya di dalam hadis pun diinformasikan bahwa manusia itu
diberikan roh oleh Tuhan, pada saat manusia berada dalam usia empat bulan
didalam kandungan. Hadis tersebut selengkapnya berbunyi:
ً‫ضغَة‬
ْ ‫طفَةً ث ُ ام يَ ُك ْونَ َعلَقَةً ِمثْ َل ذَ لِكَ ث ُ ام يَ ُك ْونَ ُم‬ ْ ُ‫ط ِن ا ُ ِم ِه ا َ ْر بَ ِعيْنَ يَ ْو ًما ن‬
ْ َ‫س يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِى ب‬
َ ‫ا اِن الناا‬
‫ح‬ ُّ ‫س ُل اِلَ ْي ِه ْال َملَكَ فَ َي ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
ُ ‫الر ْو‬ َ ‫ِمثْ َل ذَلِكَ ث ُ ام ي ُْر‬
“ Sesungguhnya manusia dilakukan penciptaannya dalam kandungan ibunya,
selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah (segumpal darah), kemudian
menjadi alaqah (segumpal daging yang menempel) pada waktu yang juga
empat puluh hari, kemudian dijadikan mudghah (segumpal daging yang telah

5
berbentuk) pada waktu yang juga empat puluh hari, kemudian Allah
mengutus malaikat untuk menghembuskan roh kepadanya” (HR. Bukhari-
Muslim)

Dua ayat dan satu hadis tersebut diatas selain menginformasikan bahwa
manusia dianugerahi roh oleh Tuhan, juga menunjukkan bahwa roh itu pada
dasarnya memiliki watak tuduk dan patuh pada Tuhan. Roh yang wataknya
demikian itulah yang digunakan para sufi untuk mencintai Tuhan.4

2.3 Tokoh Sufi dan Ajarannya


Aliran sufi mahabbah dipelopori dan dikembangkan oleh seorang sufi
wanita bernama Rabi’ah Al-Adawiah. Ia lahir di Basrah pada tahun 714 M.
Kelahirannya diliputi bermacam cerita aneh-aneh. Pada malam ketika ia lahir,
dirumahnya tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun
tidak ada, juga tidak ditemui sepotong kain pun untuk membungkus bayi
yang baru dilahirkan itu. Ibunya meminta ayah Rabiah supaya pinjam saja
minyak dari tetangga. Ini merupakan suatu cobaan bagi si ayah yang malang,
ayah ini telah berjanji kepada Allah untuk tidak megulurkan tangan nya
meminta tolong kepada sesamanya. Namun begitu, ia pergi juga kerumah
tetangganya, mengetuk pintu, tetapi tidak mendapat jawaban. Ia merasa lega
dan mengucap syukur kepada Tuhan, karena tidak perlu ingkar janji. Ia
pulang dan tidur. Malam itu ia bermimpi, Nabi Muhammad memberikan
tanda kepadanya dengan mengatakan bahwa anaknya yang baru lahir itu telah
ditakdirkan menduduki tempat spiritual yang tinggi.
Rabiah kehilangan kedua orang tuanya waktu ia masih kecil. Ketiga
orang kakanya perempuan juga mati ketika wabah kelaparan melanda Basra.
Ia sendiri jatuh ke tangan orang yang kejam, dan orang ini menjualnya
sebagai budak belian dengan harga yang tidak seberapa. Majikannya yang
baru juga tidak kurang bengisnya.
Si kecil Rabiah menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala
perintah majikannya. Malam hari dilaluinya dengan berdo’a kepada Allah
4
http://duniamahasiswa2014.blogspot.co.id/2014/05/makalah-mahabbah.html?m=1 diakses pada
tanggal 30 Oktober 2017 pukul 15:04 WIB

6
“Yaa Rabbi, Engkau telah membuatku menjadi budak belian seorang manusia
sehingga aku terpaksa mengabdi kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti
akan persembahan seluruh waktu dala hidupku ini untuk berdo’a kepada-
Mu”. Tiba-tiba tampak cahaya di dekat kepalanya, dan melihat itu
majikannya menjadi sangat ketakutan. Esok harinya Rabiah dibebaskan.
Setelah bebas, Rabiah pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk
menjalani hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampaikan ia ke sebuah
gubuk dekat Basra. Di sini ia hidup seperti pertapa. Sebuah tikar butut,
sebuah kendil dari tanah, sebuah batu bata dan semua itulah yang merupakan
keseluruhan harta yang ia punyai.
Ia sepenuhnya mengabdikan diri untuk berdo’a, dan tidur sekejap saja
sebelum dinihari meskipun hal ini sangat ia sayangkan. Ia menerima
pinangan untuk sebuah perkawinan yang baik. Diantaranya datang dari
Gubernur Basra, juga dari seorang suci-mistis yang terkenal – Hasan Basri.
Tetapi Rabiah terlalu sibuk mengabdikan dirinya kepada Allah, hingga sisa
waktunya sedikit sekali untuk urusan duniawi. Karena itulah semua pinangan
ditolaknya.
Pada suatu hari, Subyan Suri, seorang yang saleh dan dihormati datang
pada Rabiah, mengangkat kedua belah tangannya dan berdo’a : “Tuhan Yang
Maha Kuasa, saya memohon harta duniawi dari-Mu”. Mendengar isi do’a itu,
Rabiah pun menangis. Ketika ditanya kenapa menangis, ia menjawab, “Harta
yang sesungguhnya itu hanya didapat setelah menanggalkan segala yang
bersifat duniawi ini, dan aku melihat Anda hanya mencarinya di dunia saja”.
Terbetik berita, ada orang yang mengirim uang empat puluh dinar kepada
Rabiah. Ia menangis dan mengangkat tangannya ke atas, “Engkau tahu, yaa
Allah , aku tak pernah meminta harta dunia dari-Mu, meskipun Kau-lah
Pencipta dunia ini. Lantas, bagaimana aku dapat menerima yang dari
seseorang, sedangkan uang itu sesungguhnya bukan kepunyaannya?”
Ia melarang murid-muridnya untuk menunjukkan perbuatan baik mereka
kepada siapapun. Mereka malahan diharuskan menutupi perbuatan baik itu,
seperti menutup-nutupi perbuatan jahat mereka.

7
Segala penyakit datangnya atas kehendak Tuhan, karena itu Rabiah
selalu memikulnya dengan ketabahan hati, dan keberanian. Rasa sakit yang
bagaimanapun tidak pernah mengganggunya, tidak pernah menarik
perhatiannya dari pengabdiannya kepada Tuhan. Sering ia tidak menyadari
ada bagian tubuhnya yang terluka sampai ia diberitahu oleh orang lain. Suatu
hari, kepalanya terbentur pada sebatang pohon, sehingga berdarah, seorang
yang melihat darah bercucuran itu dengan hati-hati bertaya: “Apakah anda
tidak merasa sakit?”. “Aku berhubungan erat dengan-Nya, aku disibukkan-
Nya, dengan hal-hal lain daripada yang pada umumnya kalian rasakan”,
jawabnya degan tenang.
Rabiah ialah seorang mistik yang paling terkemuka yang mengajarkan
kasih sayang terhadap Tuhan tanpa pamrih. Konsepnya yang kemudian
meluas: “aku mengabdi kepada Tuhan tidak untuk mendapatkan pahala
apapun, jangan tajut pada neraka, jangan mendambakan surga, aku akan
menjadi abdi yang tidak baik jika pengabdianku untuk mendpatkan
keuntungan materi, aku berkewajiban mengabdi-Nya hanya untuk kasih
sayang-Nya saja”.
Pada suatu ketika ada orang yang bertanya apakah ia membenci setan.
Jawabannya: “Tidak! Kasih sayang Tuhan tidak mengenal kebencian
terhadap setan”.
Rabiah itu seorang mistikus yang sangat tinggi derajatnya, dan tergolong
pada kelompok sufi pertama. Ia memperkaya literatur Islam dengan kisah-
kisah pengalaman mistiknya dalam sajak-sajak berkualitas tinggi.
Rabiah meninggal dunia di Basra tahun 801 M, dimakamkan di rumah di
mana ia tinggal. Ketika jenazahnya di usung ke pekuburan, orang-orang suci,
para sufi, dan orang Islam yang saleh dalam jumlah yang luar biasa
banyaknya datang ikut mengiringnya.
Banyak ungkapan yang ia ciptakan. Waktu ditanya: “Sebab apa ia tidak
minta bantuan materi dunia ini dari pada-Nya, padahal materi itu kepunyaan-
Nya. Jadi, mengapa saya minta sesuatu dari orang yang tidak memilikinya?”.
“Apakah Allah akan melupakan yang melarat karena kemelaratannya,
atau akan mengingat yang kaya karena kekayaannya? Karena Dia mengetahui

8
keadaanku, maka sama sekali tidak ada gunanya menarik perhatian-Nya
kepada keadaan saya. Apa yang dikehendaki-Nya, itulah yang menghendaki,
itulah yang menjadi kehendak kita!”
Banyak keajaiban dihubungkan dengan Rabiah, keajaiban milik orang-
orang suci. Rabiah mendapat makanan dari tamu-tamunya melalui jalan yang
aneh-aneh. Dikatakan bahwa waktu Rabiah menghadapi maut . ia meminta
teman-temannya meninggalkannya, dan ia menyilakan pada para utusan
Tuhan lewat. Waktu twman-teman itu berjalan ke luar, merekan mendengar
Rabiah mengucapkan syahadah, dan ada suara yang menjawab, “Sukma,
tenanglah kembalilah kepada Tuhanmu, legakan hatimu pada-Nya”.
Diantara do’a-do’a yang tecatat berasal dari Rabiah ada do’a yang
dipanjatkannya pada waktu larut malam, diatas atap rumahnya. “Tuhanku,
bintang-bintang bersinar gemerlapan, manusia sudah tidur nyenyak, dan raja-
raja telah menutup pintunya, tiap orang yang bercinta sedang asyik masuk
dengan kesayangannya, dan disnilah aku sendirian bersama Engkau”.
Do’a lain: “Yaa Rabbi, bila aku menyembah-Mu karena takut akan
neraka bakarlah diriku ddalamnya. Bila aku menyembah-Mu karena harap
akan surga-Mu jauhkan aku dari sana. Namun jika aku menyembah-Mu
hanya demi Engkau maka janganlah Kau tutup Keindahan Abadi-Mu”.5
Rabi’ah mengisyaratkan adanya dua bentuk cinta. Pertama, cinta yang
lahir dari kesaksian kepada kemurahan Tuhan dalam bentuk kecukupan hajat
hidup insaniyah dan kenikmatan inderawi (Hissiyah) serta kehormatan harga
diri (ma’nawiyah), sehingga tiada disangkal jika hati cenderung dan tergiring
untuk mencintai Dzat pemberi kemurahan itu. Cinta seperti inilah yang
disebut dengan hubbul-hawa, cinta karena kecenderungan hati.
Kedua, cinta yang lahir dari kesaksian hati kepada adanya kesempurnaan.
Jika hijab yang menyelimuti hati seseorang hamba dibuka oleh Allah, maka
tampaklah oleh hamba tersebut keindahan dan kesempurnaan Tuhan dalam
segala hal. Pada saat demikian, kokoh seorang hamba kepada Allah. Cinta
kedua inilah yang sesungguhnya paling hakiki, karena seorang hamba tidak
lagimelihat seberapa besar Allah member kecukupan hajat hidupnya,

5
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm. 250

9
melainkan sebuah cinta yang melintasi segala ruang dan waktu serta
mengatasi segala keadaan, baik suka maupun duka, baik ketika berkecukupan
maupun tidak.
Apa yang diajarkan Rabi’ah sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang
diajrkan Hasan al Bashri dengan konsep khauf (takut) dan raja’ (harapan).
Hanya saja Hasan al Bashri mengabdi kepada Allah didasarkan atas ketakutan
masuk neraka dan harapan untuk masuk surga, maka mahabbah Rabi’ah
justru sebaliknya. Ia mengabdi kepada Allah bukan lantaran takut neraka
maupun mengharapkanbalasan surga, namun ia mencinta Allah lebih karena
semata. Cinta Rabi’ah kepada Allah sebegitu kuat membelenggu hatinya,
sehingga hatinya pun tak mampu untuk berpaling kepada selain Allah.
selain Rabi’ah al-Adawiyah, sufi lain yang memperkenalkan ajaran
mahabbah adalah Maulana Jalauddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia
tahun 604 H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M. Jalaluddin Rumi
banyak mengenalkan konsep Mahabbah melalui sya’ir-sya’irnya, terutama
dalam Matsnawi dan Diwan-I Syam Tabriz. Sepanjang sejarahnya, konsep
cinta Ilahi (Mahabbatullah) yang diperkenalkan Rabi’ah ini telah banyak
dibahas oleh berbagai kalangan. Sebab konsep dan ajarannya memiliki makna
dan hakikat yang terdalam dari sekadar Cinta itu sendiri. Demikiaan pula,
sebelum mencapai cinta kepada Allah, tidak ada jenjang kecuali hanya
sebagai salah satu pendahuluannya saja, seperti taubat, zuhud, dan lain
sebagainya. Rabi’ah telah mencapai puncak dari maqam itu, yakni
Mahabbatullah.6
2.4 Mahabbah dalam Pandangan Al-Quran
Peran mahabbah sebagaimana disebutkan bahwa mendapatkan tempat di
dalam Al-Qur’an. Banyak ayat – ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan
bahwa antara manusia dengan Tuhannya dapat saling bercinta.
Misalnya ayat yang berbunyi:
7
‫َّللا َ ف َ ا ت هب ِ ع ُ و ن ِ ي ي ُ ْح ب ِ ب ْ ك ُ م ُ ه‬
‫َّللا‬ ‫ق ُ ْل إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُمْ ت ُِح ب ُّ و َن ه‬

6
https://alifbraja.wordpress.com/ajaran-cinta-rabiah-al-adawiayah diakses pada tanggal 5
November 2017 pukul 13.06 WIB
7
https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-31

10
Artinya: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka turutlah aku
dan Allah akan mencintaimu”.
‫ي َ أ ْت ِ ي ه‬
...8ُ ‫َّللا ُ ب ِ ق َ ْو ٍم ي ُ ِح ب ُّ ه ُ مْ َو ي ُ ِح ب ُّ و ن َ ه‬
Artinya: “Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintai-Nya”.
Di dalam hadist juga dinyatakan sebagai berikut:
‫وال يزال عبدى يتقرب الي با انوافل حتى احبه ومن احببته كنت له سمعا وبصرا ويدا‬
Artinya: “Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan
perbuatan-perbuatan hingga Aku cinta padanya. Orang yang
Kucintai menjadi telinga,mata,dan tangan-Ku”.
Kedua ayat dan satu hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa antara
manusia dan Tuhan dapat saling mencintai, karena alat untuk mencintai
Tuhan yaitu roh. Roh berasal dari Tuhan. Roh Tuhan dan roh yang ada pada
manusia sebagai anugerah Tuhan bersatu dan terjadilah Mahabbah. Ayat dan
hadits tersebut juga menjelaskan bahwa saat terjadi mahabbah, maka diri
yang dicintai telah menyatu dengan yang mencintai, seakan – akan Tuhan
hadir mengoperasikan dirinya, sehingga dia selalu melihat hal – hal baik
karena bimbingan Tuhan, mendengar hal – hal yang bajik karena memang
Tuhan yang menunjukkannya, dan melakukan segala sesuatu atas bimbingan
Tuhan.
Jadi, gambarannya bahwa hamba tersbut memiliki mata Tuhan, telinga
Tuhan, dan tangan atau kaki Tuhan. Untuk mencapai keadaan seperti itu tentu
melalui Mujahadah dengan amal ibadah yang dilakukan secara sungguh –
sungguh dan istiqomah.9
2.5 Hikmah dari Mahabbah
Amalan Hikmah Mahabbah (pengasihan) adalah amalan hikmah yang
bertujuan untuk memunculkan perasaan cinta hati seseorang mendapatkan
pengasihan atau cinta dari orang lain. Bisa berarti bertujuan untuk
mendapatkan pacar, jodoh, pasangan idaman, menjaga keharmonisan

8
https://tafsirq.com/5-Al-Maidah/ayat-54
9
Hamzah Tualeka, Akhlak Tasawuf, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm. 329

11
hubungan dengan keluarga, pasangan, relasi kerja atau bisa juga untuk
mendapatkan kasih sayang dari bos / atasan / pimpinan.10
Amalan Hikmah Mahabbah bisa juga untuk mengatasi masalah cinta
seperti perselingkuhan, mengembalikan cinta pasangan yang bosan,
mengunci hati suami/istri agar hanya mencintai seumur hidup dan mengatasi
masalah cinta lainnya. InsyaAllah, seberat apapun masalah cinta yang
dihadapi, bisa terselesaikan asalkan punya niat baik.
Perlu ditegaskan bahwa Amalan Hikmah Mahabbah merupakan amalan
yang aman dan halal sesuai syariat Islam. Mahabbah sangat penting untuk
dimiliki karena pada dasarnya ilmu ini adalah untuk kebaikan.Oleh karena
itu, Ustadz memberikan pesan khusus bahwa untuk Amalan Hikmah
Mahabbah ini benar-benar untuk yang serius berniat baik dan tulus.
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”( QS Yasin : 36 )

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria


dan wanita.”( QS An najm : 45 )

Hikmah lainnya

Untuk masalah cinta dan mendapatkan jodoh, dengan Amalan


Hikmah Mahabbah maka cukup tidak perlu sakit hati lagi. Bisa
mendapatkan dan mempertahankan cinta dari pria atau wanita yang
dicintai dengan segera. Untuk yang letih dengan pengejaran,
penolakan atau pemutusan sepihak. Atau ingin memiliki pacar atau
pasangan hidup sesuai harapan. Insya Allah dengan mengamalkan
Amalan Hikmah Mahabbah ini dapat membantu.
Untuk ketentraman keluarga, dengan Amalan Hikmah Mahabbah,
maka dalam keluarga tidak akan ada perselisihan dan pertengkaran
yang membuat keluarga goyah. Keluarga akan tentram, rukun
harmonis. Untuk yang sering berkonflik dengan saudara, suami, istri,
mertua atau ipar. Atau didalam keluarga besar ada perselisihan dari

10
Sholihin, Akhlak Tasawuf, Nuansa,Bandung, 2005, hlm.

12
yang kecil sampai yang (sedikit) besar. Insya Allah dengan
mengamalkan Amalan Hikmah Mahabbah ini dapat membantu.
Manfaat Amalan Hikmah Mahabbah ini, antara lain :
1. Untuk pengasihan, daya tarik, penakluk segala hati orang, dan
kewibawaan atau kharismatik.
2. Mempunyai energi secara halus untuk menaklukkan siapapun dengan
energi pengasih (daya tarik) serta ia menjadi orang yang berwibawa
dan dihormati banyak orang.
3. Amalan Hikmah Mahabbah sebagai ikhtiar batin untuk menjaga cinta
kasih.
4. Mendapatkan berkah yang menjaga, memelihara cinta serta
persahabatan dengan orang yang disayangi atau cintai. Insya Allah
atas rahmat dari Allah SWT cinta alami akan menyatu dan bersemi
sepanjang masa hidup.
5. Amalan Hikmah Mahabbah daya tarik nya dalam menaklukkan hati
luar biasa.
6. Keluarga menjadi rukun harmonis, tentram. Rumah tangga menjadi
damai, rezeki lancar serta ibadah kepada Allah SWT tenang.
Memperbaiki keturunan menjadi soleh solekhah.
7. Mengharmoniskan hubungan sosial dengan orang lain, misalnya
tetangga, teman kerja, orang tua atau mertua pun insya Allah akan
mendapatkan keberkahannya juga menjadi rukun, tentram dalam ridho
Allah SWT.
8. Kehidupan keluarga atau rumah tangga menjadi sakinah mawaddah
warohmah. Semua orang yang berumah tangga pastinya akan sangat
ingin bisa menikmati hidup berbahagia yaitu rumah tangga sakinah
mawaddah warohmah.
9. Kedamaian hati, kebahagiaan serta kesejahteraan di dalam rumah
tangga sangat diidam-idamkan semua orang. Tercapainya cita-cita
bersama suami atau istri serta adanya keturunan yang baik, dan hidup
tentram serta berkecukupan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mahabbah adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan
penuh semangat dan rasa kasih sayang. Dalam mencapai mahabbah
dibutuhkan suatu alat yaitu menggunakan pendekatan psikologi, pendekatan
yang melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. Dalam
ajaran mahabbah terdapat tokoh-tokohnya diantaranya yaitu Rabi’ah al
Adawiyah dan Maulana Jalauddin Rumi. Banyak ayat – ayat dalam Al-
Qur’an yang menggambarkan bahwa antara manusia dengan Tuhannya dapat
saling bercinta. Dalam mahabbah amalan hikmah mahabbah (pengasihan)
adalah amalan hikmah yang bertujuan untuk memunculkan perasaan cinta
hati seseorang mendapatkan pengasihan atau cinta dari orang lain.
3.2 Saran
Kita sebagai orang Islam harus benar-benar mengabdikan diri kepada
Allah karena kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.
Dengan mengetahui macam-macam mahabbah kita dapat mengukur diri kita
seberapa besar cinta kita kepada Sang Pencipta.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nasrul. 2015. Akhlak Tasawuf, Yogyakarta : Aswaja Presindo

Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam (LPPI)

A. Mustofa. 2014. Akhlak Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia

Tualeka, Hamzah. 2013. Akhlak Tasawuf. Surabaya : UIN Sunan Ampel Press
Sholihin. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung : Nuansa

http://duniamahasiswa2014.blogspot.co.id/2014/05/makalah-mahabbah.html

https://alifbraja.wordpress.com/ajaran-cinta-rabiah-al-adawiayah

https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-31
https://tafsirq.com/5-Al-Maidah/ayat-54

15

Anda mungkin juga menyukai